Anda di halaman 1dari 4

A.

Pencegahan Penyakit Menular


B. Penyuluhan Jamban Sehat
C. Program Open Defecation Free

Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

A. Pemeriksaan Dini Kanker Payudara


B. Pemberian Dan Penyuluhan Imunisasi Balita
C. Penyuluhan Inisiasi Menyusu Dini (Imd), Kehamilan Risiko Tinggi Dan Upaya
Pencegahan Komplikasi

Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

POLA MAKAN RENDAH ASAM URAT PADA LANSIA


GIZI SEHAT UNTUK HIPERKOLESTROLEMIA

Edukasi Hipertensi

Peran Posyandu Lansia dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Program
Posbindu PTM

PENANGANAN HOLISTIK PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

A. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defek sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang, diantara
penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular
yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat perkiraan
bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah
150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah
tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang.
Dalam jangka waktu 30 tahun, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan
naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien DM yang jauh lebih besar yaitu
86-138% yang disebabkan oleh karena :
a) faktor demografi
b) gaya hidup yang kebarat-baratan
c) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes
semakin panjang
Penanganan yang terbaik dari penyakit DM adalah pencegahan. Pencegahan
terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer yaitu
mencegah terjadinya penyakit DM dengan gaya hidup yang sehat dan aktifitas fisik
secara rutin. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya skrining kesehatan sehingga
dapat dilakukan penegakan diagnosis sejak dini dan pemberian terapi yang tepat
dan adekuat. Mengingat penyakit DM adalah penyakit yang dapat menyebabkan
komplikasi dan kemungkinan kecacatan yang besar, maka juga perlu dilakukan
pencegahan tersier yaitu berupa pencegahan terjadinya kecacatan dan upaya
rehabilitasi guna mengembalikan kondisi fisik/ medis, mental, dan sosial.

B. Permasalahan di Masyarakat

Pada tanggal 10 Juli 2019, Tn S (55 tahun), datang dengan keluhan sering
kencing pada malam hari dan badan terasa cepat letih. Tn S juga mengeluhkan
kesemutan pada jari-jari kaki dan tangan. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan
terakhir. Tiga bulan yang lalu pasien pernah memeriksakan diri ke mantri dengan
keluhan serupa disertai dengan rasa haus terus menerus dan nafsu makan yang
meningkat namun berat badan turun. Pasien menyangkal adanya riwayat keluarga
DM pada orangtua pasien. Dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan
didapatkan hasil gula darah diatas normal namun pasien lupa tepatnya berapa.
Sejak saat itu pasien mengonsumsi obat DM yang dibelinya sendiri di apotek
(Glibenklamid) dan ini adalah pertama kalinya pasien memeriksakan diri ke dokter
karena merasa keluhannya tidak berkurang. Pada saat dilakukan pemeriksaan
tekanan darah 130/ 80, gula darah sewaktu 300 mg/dl. Dengan adanya trias
hiperglikemia (poliuria, polidipsia, dan polifagia) dan pada pemeriksaan gula darah
sewaktu >200 mg/dl, maka Tn S didiagnosis dengan diabetes mellitus.
Pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya masih rendah. Oleh
karena itu, selain pemberian terapi obat-obatan perlu dilakukan tatalaksana non
medikamentosa berupa edukasi mengenai penyakit, dan yang paling utama adalah
membiasakan gaya hidup sehat.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang apabila tidak


terkontrol akan menyebabkan munculnya komplikasi yang memperburuk prognosis.
Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi pasien diabetes
mellitus dalam kasus ini pada Tn S. Intervensi tersebut merupakan tatalaksana
kuratif sekaligus preventif untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat diabetes
mellitus yang tidak terkontrol. Selain itu pasien juga perlu dikonsultasikan dengan
bagian gizi Puskesmas Andongsari untuk edukasi mengenai menu diet pada
penderita DM.
Hal-hal yang perlu diketahui pasien mengenai penyakit DM adalah antara lain
:
1. Apa penyebab dan faktor risiko penyakit DM
2. Penyakit DM tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan
gaya hidup sehat dan minum obat teratur
3. Pengaturan makanan (Diet)
4. Olahraga yang baik bagi penderita DM
5. Komplikasi pada penyakit DM
6. Perawatan diri dan higien tubuh.

D. Pelaksanaan

Setelah terdiagnosis dengan diabetes mellitus, Tn S memerlukan tatalaksana


untuk mengontrol penyakitnya tersebut. Tatalaksana medikamentosa yang kita
berikan adalah:
- Metformin 2x500 mg pc
- Glibenclamid 1x5 mg ac
- Vit B Plex 1x1
Tatalaksana non medikamentosa juga sangat diperlukan, di antaranya:
- Pasien diminta untuk secara rutin mengontrolkan gula darah maupun tekanan
darahnya. Untuk jadwal kontrol pertama dilakukan setelah obat dari kunjungan
pertama habis. Jadwal kontrol selanjutnya menyesuaikan hasil pemeriksaan saat
kontrol pertama.
- Pasien diminta untuk menjaga pola hidup maupun pola makan. Olahraga ringan
minimal 2 kali dalam satu minggu. Makan sedikit-sedikit tapi sering lebih baik
daripada makan banyak dalam sekali tempo. Konsumsi makanan berkalori dan
kolesterol tinggi sebaiknya dihindari.

E. Monitoring dan Evaluasi


Untuk monitoring dan evaluasi, pasien diminta kembali mengontrolkan
tekanan darah dan gula darahnya secara rutin ke fasilitas kesehatan. Hal ini
diperlukan supaya tidak terjadi overdose ataupun lowerdose, sehingga tujuan
pengobatan tercapai, yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi.

Andongsari, 29 Agustus 2019


Peserta Pendamping

dr. Dita Nur Hapsari dr. Wike Wahyu W

Anda mungkin juga menyukai