Menua adalah proses alamiah yang dialami oleh manusia dan selalu diikuti
dengan timbulnya perubahan fisik serta kemunduran f'aali sehingga pada saatiya
nanti akan terjadi penurunan produklifitas. Hal tersebut sangat berpengaruh pada
keadaan kesehatan umum lansia tersebut.1 Kesehatan gigi dan mulut adalah
kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur serta jaringan-
jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, berfungsi secara
optimal yang akan menjadikan percaya diri. Penampilan gigi memiliki peranan
masyarakat. Menjadi tua berarti mengalami beragam perubahan baik fisik dan
tidak bisa dihindari, namun kualitas hidup harus diupayakan tetap terjaga
sehingga dapat sehat, aktif, dan mandiri. Keberadaan gigi dalam mulut golongan
penduduk berusia lanjut tidak luput dari masalah akibat lanjutnya usia tersebut.
Masalah yang dialami lanjut usia selain kebersihan mulut yang jelek adalah
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk lanjut usia
2000, persentase penduduk lansia lebih dari 7% yang berarti Indonesia mulai
masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Hal ini
1
(penuaan/degeneratif), tetapi kualitas hidup tetap perlu dijaga, salah satu usahanya
karies, gigi goyang sampai kehilangan gigi. Kondisi mukosa mulut lansia juga
kualitas hidup pada lansia. Studi yang dilakukan di negara maju menunjukkan
kelainan yang bersifat kronik pada gangguang mulut yang sering dialami lansia
adalah kehilangan gigi, karies gigi dan penyakit periodontal. Rasa sakit,
LAPORAN KASUS
dengan keluhan gigi tiruan pasien sudah tidak nyaman, Pasien juga mengeluhkan
pengecapan yang kurang terasa ketika makan serta adanya benjolan di dekat lidah
pasien. Dari anamnesa pasien mengaku sedang tidak enak badan sejak 2 hari yang
lalu dan pasien sedang mengkonsumsi obat penurun demam sejak 1 hari yang
lalu. Pasien menggunakan gigi tiruan lengkap rahang atas sejak 10 tahun yang
lalu,yang mana pasien membuat gigi tiruannya ke tukang gigi. Pada saat 6 bulan
yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit akibat diare. Pasien menyangkal
pemeriksaan tanda vital diketahui tensi pasien adalah 120/80 mmHg, Nadi
sebanyak 70x/ menit, suhu tubuh 37,80 C, dan respirasi sebanyak 16x/ menit.
2
Berdasarkan pemeriksaan ekstra oral, diketahui adanya benjolan di kelenjer getah
bening pasien di bagian submental, kenyal, dan tidak sakit. TMJ kliking. Dari
pemeriksaan intra oral, terlihat mukosa labial yang pucat, pada dorsum lidah
terdapat fisur dan lidah berwarna agak pucat, gingiva pasien pucat dan resesi
manifestasi oral dari kondisi sistemik pasien. Dimana kondisi yang terjadi pada
pasien adalah proses fisiologis dari penuaan (geriatri) Kondisi ini biasanya
menipisnya papila lidah, berkurangnya produksi air ludah atau saliva dan
Dari anamnesa yang dilakukan operator pada pasien didapatkan informasi bahwa
pasien tidak mengeluh terhadap kondisinya saat ini karena pasien sadar bahwa ini
hanyalah proses penuaan, hanya saja pasien mengeluhkan gigi tiruan yang biasa
pasien gunakan tidak nyaman lagi, maka operator hanya memberikan edukasi
kepada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut; menjaga keseimbangan
nutrisi dan diet, memakan banyak sayuran dan buah, multivitamin, susu tinggi
3
protein dan kalsium, banyak istirahat dan minumair putih, serta follow up dari
PEMBAHASAN
yang kompleks dari segi biologis, psikologis, dan sosiologis. Lansia adalah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda
ketiga adalah kelompok lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.5
kemunduran fisik antara lain : a) kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul
keriput serta garis-garis yang menetap; b) rambut mulai beruban dan menjadi
dan kurang lincah; g) kerampingan tubuh menghilang dan terjadi timbunan lemak
4
Perubahan sistem integumen terjadi pada kulit lansia, sehingga kulit lebih
kreatinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel – sel epidermis. Kulit kepala
dan rambut menipis dan berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga
tisitas, sehingga kuku menjadi keras, rapuh, pudar, tidak bercahaya, dan
fungsinya.
Tendon mengerut dan mengalami sclerosis, juga adanya atrofi serabut otot
sehingga gerakan melambat, otot mudah kram dan tremor, kecuali otot polos tidak
begitu terpengaruh.
elastisitasnya. Elastisitas aorta menurun, katup pada jantung menebal dan menjadi
sistolik darah.
5
Pada sistem pencernaan dan metabolisme terjadi kehilangan gigi akibat
penyakit periodontal. Kesehatan gigi yang buruk, gizi yang buruk, dan
berkurangnya kekuatan otot rahang akan menyebabkan kelelahan pada lansia saat
kemampuan indera pengecap hingga terjadi penurunan selera makan yang pada
hidupnya lansia, berdampak pada kerusakan sel – sel di otak. Kelainan yang
timbul tergantung jumlah kerusakan serta area otak yang terkena kerusakan.
bahan usia berupa: daun telinga lebih besar, ini dikarenakan pembentukan tulang
rawan yang berlanjut dan penurunan elastisitas kulit. Saluran telinga pada lansia
menyempit dan rambut pada saluran telinga lebih kasar dan kaku.
konjungtiva menjadi kering karena berkurangnya kualitas dan kuantitas air mata,
sklera menjadi kecoklatan, ukuran pupil dan iris menjadi lebih kecil dan
6
mengalami penurunan kemampuan kontriksi, sehingga membatasi jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Terjadi kekeruhan pada lensa mata yang berakibat katarak.
lambat, hal ini mengakibatkan sulit melihat dalam suasana gelap. Pada akhirnya
makan dan membatasi jenis-jenis makanan yang dikonsumsi. Produksi air liur
dan mulut. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama
tubuh, dan merasa tua. Dampak sistemik yaitu berupa penyakit kardiovaskular,
7
lambung, dan kanker pankreas. Dampak fungsional kehilangan gigi yaitu
berujung pada banyak masalah kesehatan yang umum seperti penyakit jantung
dan penyakit lainnya. Penyakit di rongga mulut pada lansia dapat berakibat
1. Kehilangan gigi
WHO menentukan bahwa mulut sebagai organ tubuh yang penting yang
harus di jaga kesehatannya, karena mulut adalah gerbang utama masuknya zat-zat
makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan adanya suatu anggapan bahwa gigi
hanya merupakan bagian kecil dari tubuh, maka orang menjadi malas untuk
2002). Menurut Riskesdas (2007) prevalensi masalah gigi dan mulut dan
umur 45-54 tahun ditemukan 1,8 % hilang seluruh gigi asli, kelompok umur 55-64
tahun sebesar 5,9 %, dan pada umur 65 tahun keatas hilangnya seluruh gigi
mencapai 17,6 %. 3
2. Penyakit Gingiva
pemakaian berbagai obat membuat lansia beresiko tinggi untuk terkena penyakit
gingiva. Gejala dari penyakit mulut dapat berupa rasa sakit, infeksi dan
8
terganggunya fungsi mengunyah yang dapat menurunkan kualitas hidup pada
lansia.
gigi dan mulut pada lansia adalah dengan kontrol plak. Metode kontrol plak
merupakan dasar penghilangan plak gigi dan mencegah akumulasi plak pada gigi
4. Periodontitis
Hasil penelitian Tjahja dan Ghani (2010) yeng menjelaskan bahwa pada
golongan lansia penyakit karies gigi dan periodontal lebih menonjol, karena
Status kesehatan gigi lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berinteraksi9 : 1) Faktor dari diri lansia sendiri, berupa: jenis kelamin, usia,
sosial ekonomi; 2) Faktor keluarga, seperti: jumlah generasi, pola tinggal, dan
keberadaan program kesehatan gigi lansia, sikap dan perilaku petugas kesehatan
9
Pencegahan Kerusakan Gigi Lansia
sering mengeluh sakit gigi, gigi goyang dan dapat menyebabkan gigi tanggal.
Kondisi ini dapat dicegah dengan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yaitu
dengan menggosok gigi secara teratur agar pembentukan bakteri dalam mulut
dapat dicegah. Hal ini dapat dilakukan secara teratur dan berkesinambungan
dimulai dari diri sendiri dengan cara10 : 1) Menjaga kebersihan gigi dan mulut
dengan menyikat gigi secara teratur dan membersihkan gusi dengan baik. Bagi
yang tidak ada gigi dengan menggunakan kapas yang dicelupkan ke dalam air
hangat, tujuan pembersihan ini untuk menghindari tumbuhnya jamur pada gusi; 2)
Mengatur pola makan dengan menghindari makanan yang dapat merusak gigi
gigi, Puskesmas, ataupun Rumah Sakit setiap enam bulan sekali untuk mengetahui
kelainan yang ada pada mulut sejak dini. Kegiatan yang harus dilakukan selain
seperti di atas, para lansia juga perlu diberi tindakan pencegahan penyakit gigi dan
1. Upaya promotif
10
2. Upaya preventif
pemilihan jenis makanan yang mudah dikunyah dan dicerna ; c) deteksi dini
mulutnya, yaitu11 : 1) Untuk yang masih mempunyai gigi: a) bila ada karang
gigi dan atau gigi berlubang sebaiknya segera ke dokter gigi untuk
minimal dua kali dalam sehari, pagi dan malam sebelum tidur; 3) Bagi lansia
yang menggunakan gigi palsu lepasan, maka gigi palsu tersebut disikat dengan
sikat gigi perlahan - lahan di bawah air mengalir, bila perlu dapat
menggunakan pasta gigi. Waktu tidur gigi palsu tersebut dilepas dan direndam
di dalam air bersih; 4) Bagi lansia yang tidak mempunyai gigi sama sekali,
bagian gusi dan lidah secara teratur untuk membersihkan sisa makanan yang
melekat. Sepuluh langkah agar dapat hidup lebih lama, sehat, dan berarti
11
Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengkerut, dengan makanan
agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur. Untuk itu harus makan
natrium serta harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam
folat, serat yang larut dalam air, kalsium, dan kalium; 7) Agar ingatan tetap
baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12, dan
asam folat; 8) Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif
secara fisik, makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks; 9)
Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur, dengan cara
melakukan olah raga aerobik, berjalan, atau berenang. Olah raga dilakukan
menurut porsi masingmasing usia serta tingkat kebugaran setiap orang; 10)
12
KESIMPULAN
Penyakit mulut merupakan salah satu kondisi kronik yang paling banyak
dijumpai pada lansia. Kesehatan mulut yang buruk sebagai ‘silent epidemic’.
Penekanan bahwa kesehatan mulut tidak hanya berupa gigi yang sehat tetapi
integral pada kesehatan umum dan pentingnya pencegahan penyakit karies gigi
serta penyakit periodontal. Akibat dari penyakit ini yang meliputi rasa sakit,
DAFTAR PUSTAKA
1. Nur’aeny, Nanan & Kartika Indah sari. 2016. Profil Lesi Mulut Pada
Kelompok Lanjut Usia di panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi Bandung.
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 2, no 2. Hal. 74-80
2. Puspitasari, Bunga. 2017. Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kualitas Hidup
Lansia di Puskesmas Pajang Surakarta. UMS Press.
3. Bahar, Armasastra. 2000. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut Lansia di Desa
Lengkong Gudang dan Serpong Serta Saran Penanggulangannya Melalui Peran
Kader Desa. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia. Edisi Khusus. Hal.311-317
4. Senjaya, Asep Arifin. 2016. Gigi Lansia. Jurnal Skala Husada. Vol. 13, no. 1.
Hal. 72-80.
5. Melati, Cindy Annisa, dkk. 2017. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Lansia
Pengguna GTL di RSGM UNPAD. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Vol.3,
no.3. hal. 133-139.
6. Wangsarahardja, Kertika dkk. 2007. Hubungan Antara Status Kesehatan Mulut
dan Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia. Universa Medicana. Vol. 26, no. 4. Hal.
186-195.
13
7. Akhdrisa Mura Wijaya, I Dewa Putu Pramantara, Retno Pangastuti. Status
Kesehatan Oral dan Asupan Zat Gizi Berhubungan dengan Status Gizi Lansia,
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 8, No. 3, Januari 2012:151-157
8. Pasiga B. Dampak Sosial Akibat Kondisi Gigi dan Mulut Kelompok Lanjut,
Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi (Edisi Khusus Foril VII), hal. 257-259. 2002.
9. Setyaningsih D. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: CV Sinar
Cemerlang Abadi. 2007.
10. Kementerian Kesehatan R.I. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia:
(diakses tanggal 20 Oktober 2018. Tersedia pada http://www.
depkes.go.id/downloadpdf/buletin-lansia-pdf.
11. Kementerian Kesehatan R.I. Buku Panduan Pelatihan Kesehatan gigi dan
Mulut Kader Posyandu. Jakarta: t.p. 2012.
12. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: t.p. 2001.
13. Riadiani, Bunga; Sari Dewi,Ratna; Ariani, Nina; Gita Farisza, Toot Loss
Perceived Masticatory Ability in Post- Menopousal Women, Journal of
Dentistry Indonesia 2014, vol.21, no.111-115
14. Hendari, Ratnawati. Pemutihan Gigi (Tooth-Whitening) Pada Gigi yang
Mengalami Pewarnaan (Dosen JurusanKesehatan Gigi Politeknik Kesehatan
Semarang) Majalah Ilmiah Sultan Agung Vol 47, No 118 (2009): Jurnal
Majalah Ilmiah Sultan Agung, Juni -Agustus 2009 Publisher: Universitas
Islam Sultan Agung
15. Rahardjo dan Tri B. W. Kebijakan Tentang Kesejahteraan Penduduk Lansia
Di Indonesia Serta Kaitannya Dengan Upaya Pembinaan Kesehatan,
Termasuk Bidang Kesehatan Gigi, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 1 (Edisi
Khusus Foril V 1996), hal. 68-78. 1996.
16. Wasilah Rocmah, Soedjono Aswin. Tua dan Proses Menua, Yogyakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (Berkala Ilmu Kedokteran,
Vol.33, No. 4, 2001) diakses 20 Oktober 2018 pada
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=283381&val=5016&ti
tle=Aged%20and%20Aging
14