Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH PANCASILA

Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pengampu : Eka Saputra, S.H, M.H

Anggota Kelompok 4 :
Agus Miptah W (022017001)
Nur Oktaviani P (022017017)
Robby Ulzani Z (022017020)
Samudera Paskah S (022017022)
Hana Carisna N A (022017027)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul
“Sejarah Indonesia” ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 18 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………2
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………….3
A. Sejarah Nama Indonesia……………………………………………………………….3
B. Nenek Moyang Indonesia……………………………………………………………...4
C. Masa Kerajaan Nasional……………………………………………………………….6
D. Masa Penjajahan Belanda di Indonesia………………………………………………..9
E. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia…………………………………………………11
F. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)……………..14
G. Proses Perumusan Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945………………………...17
H. Proses Perumusan Rancangan Hukum Dasar………………………………………….19
I. Pengesahan Pembukaan UUD, Dasar Negara , dan UUD 1945………………………..23
J. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia…………………………………………24
BAB III Penutup………………………………………………………………………………26
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..26
B. Saran…………………………………………………………………………………….26
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, didalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan secara resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan kepribadian, dasar negara, pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesetiaannya, sehingga taka da satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, Pancasila sebagai
dasar negara memberikan arti bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan
ketataNegaraan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila perlu diusahakan secara nyata
dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya
oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggaraan negara serta setiap Lembaga
kenegaraan dan Lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula nama Indonesia digunakan?
2. Siapa nenek moyang bangsa Indonesia?
3. Bagaimana kehidupan pada masa kerajaan di Indonesia?
4. Bagaimana kehidupan pada masa penjajahan Belanda?
5. Bagaimana kehidupan pada masa penjajahan Jepang?
6. Bagaimana sejarah BPUPKI di Indonesia?
7. Bagaimana proses perumusan dasar negara dan pembukaan UUD 1945?
8. Bagaimana proses perumusan rancangan hukum dasar?
9. Bagaimana proses pengesahan pembukaan UUD, Dasar Negara dan UUD 1945?
10. Bagaimana proses proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
2. Untuk mengetahui kehidupan pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui kehidupan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
4. Untuk mengetahui proses perumusan dan pengesahan dasar negara Indonesia dan
pembukaan UUD 1945.
5. Untuk mengetahui proses proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Nama Indonesia

Sejarah penggunaan asal usul nama indonesia secara singkat terjadi pada saat sejumlah
intelektual dari Eropa datang dan mempelajari khazanah tentang sosial, budaya, ekonomi,
politik, keragaman flora dan fauna, agama hingga antropologi di kepulauan ini. Dari sinilah
awal mula kata Indonesia mulai muncul.

Sebelum nama Indonesia digunakan, orang luar terutama bangsa Eropa mengenal
kepulauan ini dengan beberapa nama sebutan, antara lain, “Indian Archipelago” (Kepulauan
Hindia), “The Eastern Seas” (Lautan Timur) dan “The Eastern Islands” (Kepulauan Timur)”.

.Negara Belanda menamakan gugusan pulau-pulau yang tersebar ini sebagai “Hindia”,
“Hindia Timur” atau Insulinde yang berarti “Pulau-pulau Hindia”. Seiring perkembangan
politik Belanda saat menguasai nusantara semakin menguat, nama kepulauan ini dikenal
dengan “Hindia (Timur) Belanda” dan sebagian memandangnya sebagai “Tropisch
Nederland” atau “Kawasan Tropis Belanda”.

George Samuel Windsor Earl, seorang pengelana dari Inggris pada 1850 menyebut nama
kepulauan ini dengan “Indu-nesians”. Namun, ia merasa nama ini terlalu umum untuk
pendekatan etnografis. Dan kemudian istilah yang dia anggap paling khusus adalah
“Malayunesians”.

Namun, James Richardson Logan kolega George Samuel Windsor Earl, lebih memilih
menggunakan kata “Indonesian”. Ia merasa kata itu lebih tepat dan benar untuk menjelaskan
istilah geografis, bukan etnografis. sehingga dalam tulisan-tulisannya, ia selalu menulis kata
“Indonesia”, “Indonesians”. Bahkan ia membagi “Indonesia” menjadi empat kawasan
geografis terpisah, membentang dari Sumatera sampai Formosa di Taiwan. Akhirnya, sedikit
demi sedikit kata “Indonesia” dipakai para antropolog dan linguis dari Inggris, Jerman, Prancis
maupun Belanda.

3
Penggunaan nama Indonesia yang paling jelas adalah pada sebuah majalah ilmiah tahunan
bernama Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia atau JIAEA yang diterbitkan pada
tahun 1850 di Singapura. Majalah JIAEA dikelola oleh James Richardson Logan dan George
Samuel Windsor Earl. Logan dan Earl adalah tokoh terhormat di Penang. Keduanya
meninggal dan dimakamkan di Penang, Malaysia.

Adolf Bastian, Etnograf terkenal dari Jerman, kemudian melambungkan penggunaan nama
“Indonesia” di kalangan akademisi Eropa. Ia menggunakan kata itu dalam kumpulan
tulisannya sebanyak lima jilid Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel yang terbit
pada 1884—1894. Penggunaan nama “Indonesia” merujuk kepada pengertian budaya dan
bukan dalam pengertian politis.

B. Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Kalau kita menengok ke belakang untuk mencoba merunut asal mula nenek moyang
bangsa Indonesia, kita akan mendapatkan berbagai gambaran yang cukup beragam. Sebagian
besar teori tentang Kebudayaan Prasejarah Indonesia yang datang dari Barat menjelaskan
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Asia Tenggara (Indochina/Yunnan).
Diduga mereka datang dalam dua gelombang migrasi besar yang diperkirakan terjadi sekitar
tahun 5000 SM dan tahun 2000 SM. Mereka menyeberang ke kepulauan di Samudera India,
kemudian menyebar dari Madagaskar hingga ke Filipina dan Melanesia, yang akhirnya hidup
menyatu dengan penduduk asli setempat. Inilah yang disebut sebagai nenek moyang bangsa
Indonesia.
Salah satu pendukung teori nenek moyang bangsa Indonesia di atas adalah von Heine
Geldern. Menurut beliau, nenek moyang bangsa Indonesia yang menurunkan generasi paling
banyak sekarang ini berasal dari benua Asia (Yunnan, Cina Selatan). Pendapat Geldern
didukung bukti berupa kesamaan peninggalan benda-benda antara daerah Yunnan dan
Indonesia. Benda-benda yang sama itu, antara lain kapak lonjong dan kapak persegi. Nenek
moyang yang berasal dari Yunnan migrasi ke kepulauan Nusantara karena terdesak oleh
bangsa lain yang lebih kuat. Selain itu, mereka hidup di alam yang tidak banyak memberikan
kesejahteraan hidup. Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, nenek moyang bangsa

4
Indonesia tersebut datang dengan dua gelombang. Gelombang pertama disebut Melayu Tua
(Proto Melayu) dan berikutnya disebut dengan Melayu Muda (Deutero Melayu).

Peta Persebaran Nenek Moyang Indonesia

1. Nenek Moyang Indonesia Golongan Proto Melayu

Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Tua (Proto Melayu)tiba sekitar
tahun 2.000 SM. Kedatangan nenek moyang tersebut sambil membawa kebudayaan
neolitikum (batu baru). Mereka tersebar menjadi dua cabang. Cabang pertama dari proto
melayu adalah bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong. Mereka disebut sebagai
ras Papua-Melanesoid. Arah persebarannya dari Yunnan melewati Filipina, kemudian
tersebar ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada juga yang sampai ke Papua.

Cabang yang kedua dari nenek moyang dari golongan Proto Melayu disebut Ras
Austronesia. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia ini bermula dari Yunnan
melewati Malaya, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan pula-pulai lainnya. Datangnya
nenek moyang tersebut sambil membawa kebudayaan kapak persegi. Setibanya di

5
kepulauan Indonesia, sebagian dari mereka berasimilasi dengan ras Austro-Melanesoid.
Sebagian lagi tetap mempertahankan ras aslinya.

2. Nenek Moyang Indonesia Golongan Deutro Melayu

Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Muda (Deutro Melayu)tiba di
kepulauan Indonesia sekitar tahun 500 SM. Nenek moyang tersebut datang sambil
membawa kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, Vietnam Utara. Kebudayaan
logam tersebut antara lain; candrasa, nekara, manik-manik, arca, dan bejana perunggu.
Jalur penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan ini dimulai dari daratan
Asia ke Thailand, Malaysia Barat, dan berlanjut ke tempat-tempat di Indonesia.
Gelombang terakhir nenek moyang ini masih tergolong ras Austronesia. Selanjutnya,
semakin berkembang ras Papua-Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid
melahirkan bermacam-macam suku bangsa yang tersebut di seluruh pelosok Indonesia.

C. Masa Kerajaan Nasional di Indonesia


1. Kerajaan Sriwijaya

Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara, India dengan Kepulauan
Indonesia sudah ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang
ramai dikunjungi para pedagang. Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang
berkembang menjadi pusat kerajaan. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian
timur sekitar abad ke7, antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga
kerajaan itu, yang kemudian berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya adalah
Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat berkembang, dengan pusatnya di Jambi.

Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu. Melayu
dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan
Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya
ada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar
Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan
Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat
Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran, Sriwijaya berpindah
ke Jambi.

6
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu
ditulis dengan huruf pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu
antara lain sebagai berikut :

a. Prasasti Kedukan Bukit


b. Prasasti Talang Tuo
c. Prasasti Telaga Batu
d. Prasasti Kota Kapur
e. Prasasti Karang Berahi

Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Ada beberapa faktor yang mendorong


perkembangan Sriwijaya antara lain:

a. Letak geografis dari Kota Palembang. Palembang sebagai pusat pemerintahan


terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau
yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan
seperti ini sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu
pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India ke
Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang
cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.

b. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja. Hal ini telah
memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim.

Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah


sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan
mencapai zaman keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra,
yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.

Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri Sudamaniwarmadewa. Pada
masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur.
Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri
Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman,

7
Sriwijaya membina hubungan dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu,
Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.

2. Kerajaan Majapahit

Setelah Singhasari jatuh, berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur,
antara abad ke-14 - ke-15 M. Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh
Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan
kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh.

Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan


oleh sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan
Majapahit. Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara.
Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang.
Kondisi itulah yang menyebabkan pembantu pembantunya melakukan pemberontakan.

Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi
yang sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit. Masa pemerintahan
Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan.
Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan
oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak
kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari
tahun 1350 hingga 1389.

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit
mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi
luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah
Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-
citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan
Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan
laut yang sangat kuat. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di
Nusantara

8
D. Masa Penjajahan Belanda di Indonesia

Masa penjajahan Indonesia tidak langsung dimulai ketika orang-orang Belanda pertama
kali menginjakkan kaki di Nusantara pada akhir abad ke-16. Sebaliknya, proses penjajahan
oleh Belanda merupakan proses ekspansi politik yang lambat, bertahap dan berlangsung
selama beberapa abad sebelum mencapai batas-batas wilayah Indonesia seperti yang ada
sekarang. Selama abad ke-18, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (disingkat VOC)
memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan politik di pulau Jawa setelah
runtuhnya Kesultanan Mataram. Perusahaan dagang Belanda ini telah menjadi kekuatan utama
di perdagangan Asia sejak awal 1600-an, tetapi pada abad ke-18 mulai mengembangkan minat
untuk campur tangan dalam politik pribumi di pulau Jawa demi meningkatkan kekuasaan
mereka pada ekonomi lokal.

Namun korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari Inggris (East India
Company) mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18. Pada tahun 1796,
VOC akhirnya bangkrut dan kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Belanda. Akibatnya,
harta dan milik VOC di Nusantara jatuh ke tangan mahkota Belanda pada tahun 1800. Namun,
ketika Perancis menduduki Belanda antara tahun 1806 dan 1815, harta tersebut dipindahkan
ke tangan Inggris. Setelah kekalahan Napoleon di Waterloo diputuskan bahwa sebagian besar
wilayah Nusantara kembali ke tangan Belanda.

1. Tanam Paksa atau Sistem Kultivasi di Jawa

Persaingan dengan para pedagang Inggris, Perang Napoleon di Eropa dan Perang Jawa
mengakibatkan beban finansial yang besar bagi Kerajaan Belanda. Diputuskan bahwa Jawa
harus menjadi sebuah sumber utama pendapatan untuk Belanda dan karena itu Gubernur
Jenderal Van den Bosch mendorong dimulainya era Tanam Paksa (para sejarawan di
Indonesia mencatat periode ini sebagai era Tanam Paksa namun Pemerintah Kolonial
Belanda menyebutnya Cultuurstelsel yang berarti Sistem Kultivasi) di tahun 1830.

Dengan sistem ini, Belanda memonopoli perdagangan komoditi-komoditi ekspor di


Jawa. Terlebih lagi, pihak Belanda lah yang memutuskan jenis (dan jumlah) komoditi yang
harus diproduksi oleh para petani Jawa. Secara umum, ini berarti para petani Jawa harus

9
menyerahkan seperlima dari hasil panen mereka kepada Belanda. Sebagai gantinya, para
petani menerima kompensasi dalam bentuk uang dengan harga yang ditentukan Belanda
tanpa memperhitungkan harga komoditi di pasaran dunia. Para pejabat Belanda dan Jawa
menerima bonus bila residensi mereka mengirimkan lebih banyak hasil panen dari waktu
sebelumnya, maka mendorong intervensi top-down dan penindasan. Selain pemaksaan
penanaman dan kerja rodi, pajak tanah Raffles juga masih berlaku. Sistem Tanam Paksa
menghasilkan kesuksesan keuangan. Antara tahun 1832 dan 1852, sekitar 19% dari total
pendapatan pemerintah Belanda berasal dari koloni Jawa. Antara tahun 1860 dan 1866,
angka ini bertambah menjadi 33%.

2. Politik Etis dan Nasionalisme Indonesia

Waktu perbatasan Hindia Belanda mulai mirip perbatasan yang ada di Indonesia saat
ini, Ratu Belanda Wilhelmina membuat pengumuman pada pidato tahunannya di 1901
bahwa kebijakan baru, Politik Etis, akan diterapkan di Hindia Belanda. Politik Etis ini
(yang merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki hutang budi kepada orang
nusantara) bertujuan untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk asli. Cara untuk
mencapai tujuan ini adalah melalui intervensi negara secara langsung dalam kehidupan
(ekonomi), dipromosikan dengan slogan 'irigasi, pendidikan dan emigrasi'. Namun,
pendekatan baru ini tidak membuktikan kesuksesan yang signifikan dalam meningkatkan
standar kehidupan penduduk asli.

Politik Etis menyebabkan efek samping yang besar. Komponen pendidikan dalam
politik ini berkontribusi signifikan pada kebangkitan nasionalisme Indonesia dengan
menyediakan alat-alat intelektual bagi masyarakat Indonesia untuk mengorganisir dan
menyampaikan keberatan-keberatan mereka terhadap Pemerintah Kolonial. Politik Etis ini
memberikan kesempatan, untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-
ide politik Barat mengenai kebebasan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya orang-
orang pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai 'orang Indonesia'.

10
E. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia
1. Latar Belakang Penjajahan Jepang di Indonesia

Embargo minyak bumi yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Jepang membuat
mereka ingin menguasai daerah-daerah di Asia Tenggara salah satunya Indonesia yang
kaya akan sumber daya alam. Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat
dibutuhkan bagi Jepang baik untuk keperluan perang maupun keperluan industrinya. Untuk
menguasai daerah-daerah Asia Tenggara Jepang harus menghadapi sekaligus negara-
negara seperti Belanda, Inggris dan Amerika Serikat.

Panglima AL Jepang yakni Admiral Yamamoto kemudian berencana untuk melakukan


dua operasi besar untuk dapat menguasai wilayah Asia Tenggara. Serangan pertama
ditujukan kepada Amerika Serikat secara mendadak di Pearl Harbor, kepulauan Hawai
pada tanggal 7 Desember 1941. Serangan pertama ini menggunakan kekuatan antara lain
11 kapal perusak, 6 kapal induk, 1400 pesawat tempur. Kemudian operasi kedua dengan
melakukan penyerangan terhadap daerah kekuasaan penjajah di Malaya/Singapura,
Filipina dan Jawa. Pasukan yang dibawa merupakan sisa dari AL tentara jepang dan
pasukan Angkatan Darat, meliputi 11 Divisi Infantri, 7 resimen tank dan 800an pesawat
tempur. Kedua operasi tersebut direncanakan selesai dalam kurun waktu 150 hari.

Pada serangan di Pearl Harbor, pasukan penjajahan Jepang berhasil menenggelamkan


2 kapal besar, serta berhasil merusak 6 kapal perang AS lainnya. Selain itu, serangan ini
juga berhasil menghancurkan ratusan pesawat tempur, menewaskan lebih dari 2.300 dan
ribuan pasukan Amerika Serikat luka-luka. Namun target utama yakni kapal Induk AS
berhasil selamat, hal ini karena pada saat serangan berlangsung 3 kapal induk tersebut tidak
berada di Pearl Harbor. Akibat serangan Jepang terhadap Amerika, pada tanggal 8
Desember 1941, melalui kongres kemudian AS menyatakan perang dengan Jepang.
Kemudian serangan yang terjadi di Pasifik khususnya terhadap Hindia Belanda
bertujuan untuk menguasai sumber minyak bumi yang ada. Karena pada saat itu, Jepang
sangat membutuhkan pasokan minyak bumi yang banyak agar dapat menjalankan perang
serta sebagai pasokan bagi industri-industri yang dimiliki Jepang setelah terjadi embargo.
Perang di wilayah ini juga sangat berpengaruh terhadap kemerdekaan negara-negara yang
berada di wilayah Asia Timur termasuk Republik Indonesia.

11
2. Sikap Tokoh-tokoh Nasionalis Indonesia Terhadap Penjajahan Jepang
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia pada bulan-bulan pertama, kedua danketiga
tahun 1942 mendapat sambutan baik dari penduduk setempat. Tokoh-tokoh nasionalis
Indonesia seperti Ir Soekarno dan Moh Hatta bersedia melakukan kerjasama dengan
pemerintah penjajahan Jepang padahal sebelumnya pada masa pemerintahan Hindia
Belanda mereka bersikap non-koopratif. Faktor yang menyebabkan adanya kerjasama itu
adalah pertama kali kebangkitan bangsa-bangsa timur. Faktor lain adalah ramalan
Joyoboyo yang hidup dikalangan rakyat. Diramalkan bahwa akan datang orang-orang kate
yang akan menguasai Indonesia selama umur jagung dan sesudahnya kemerdekaan akan
terjadi.
Faktor lain adalah diperkenalkannya pendidikan barat kepada orang-orang pribumi.
Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi kedudukan penjajahan Jepang di Indonesia
adalah Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905. Kemudian dilakukan perjanjian
perdamaian di Portsmouth pada tahun itu, hal ini membawa Jepang dalam keadaan posisi
yang se-tingkat dengan negara-negara Barat. Orang Timur memandang kemenangan
Jepang sebagai suatu kemenangan Asia atas Eropa.
Faktor lain yang menyebabkan timbulnya simpati rakyat Indonesia terhadap penjajahan
Jepang adalah sikap keras kepala Pemerintah Hindia Belanda menjelang akhir masa
kekuasaannya. Pada tahun 1938 setelah ditolaknya Petisi Sutardjo, yang meminta agar
diadakannya konferensi antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda untuk menyusun
rencana pemerintahan sendiri bagi bangsa Indonesia di bawah kekuasaan Pemerintah
Hindia Belanda. Tahun berikutnya Belanda pun menolak suatu usulan yang diajukan oleh
Gabungan Politik Indonesia (Gapi), usulan tersebut memiliki slogan " Indonesia
berparlemen". Dari sikap tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Hindia Belanda
tidak dapat diharapkan apa-apa menyangkut Kemerdekaan Indonesia.

3. Perlawanan pada Masa Penjajahan Jepang


 Pemberontakan Aceh : Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1942 tepatnya di Cot
Plieng, Lhok Seumawe dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat

12
dipadamkan dengan mudah, tetapi setelah dua tahun kembali muncul lagi
pemberontakan dengan pemimpin yang berbeda.
 Perlawanan Sukamanah : Perlawanan ini terjadi pada tahun 1942 yang dilakukan
oleh rakyat Tasikmalaya yang dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Pada
perlawanan ini, berhasil membunuh kaki tangan Jepang. Hal ini mebuat terjadinya
serangan balasan dan terjadi pembunuhan masal terhadap rakyat daerah tersebut.
 Perlawanan Karang Ampel : Perlawanan ini terjadi pada tahun 1943 dilakukan oleh
Haji Madriyan di daerah Sindang, Indramayu. Perlawanan ini kemudian dapat
dikalahkan oleh pasukan jepang.
 Perlawanan Blitar : Perlawanan ini merupakan pemberontakan pasukan PETA yang
dipimpin oleh Supriyadi pada tahun 14 Februari 1945. Perlawanan dilakukan oleh
Supriyadi dan dibantu teman-temannya dan bertujuan untuk membunuh orang-
orang Jepang yang ada di Blitar. Perlawanan ini sangat mengejutkan bagi Jepang,
kemudian Jepang membuat strategi licik yakni mengepung kedudukan Supriyadi
dan menyarakan agar menyerah dan akan dijamin keselamatannya. Akhirnya
banyak anggota PETA yang menyerah dan beberapa dijatuhi hukuman mati.

4. Dampak Penjajahan Jepang di Indonesia


 Bidang Politik
Positif : Dampak positif bidang politik yaitu dibentuknya BPUPKI dan PPKI,
dibentuknya badan ini maka ide Pancasila dapat tercetus.
Negatif : Saat masa Penjajahan Jepang kegiatan politik dilarang dan terjadinya
pembubaran organisasi politik yang sudah ada sebelumnya.
 Bidang Ekonomi
Positif : Dibentuknya Koperasi untuk kepentingan Bersama.
Negatif : Jepang mengeksploitas SDM dan SDA di Indonesia untuk keperluan
perang
 Bidang Pendidikan
Positif : Diperkenalkan Upacara dalam sekolah, dan bahasa pengantar dalam
pembelajaran menggunakan Bahasa Indonesia.
Negatif : menurunnya jumlah fasilitas dan guru yang sudah ada sebelumnya.

13
F. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Pada tanggal 29 april 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang beliau
memberikan hadiah “ulang tahun” kepada bangsa Indonesia, yaitu janji pemerintah Jepang
berupa “kemerdekaan tanpa syarat”.Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia
seminggu sebelum bangsa Jepang menyerah, dengan maklumat Gunseikan (Pembesar
Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan Madura),No. 23 dalam
janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaannya.Bahkan dianjurkan kepada bangsa Indonesia untuk
berani mendirikan Negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang, yaitu
sekutu termasuk kaki tangannya Nica (Natherland Indie Civil Administration) yang ingin
mengembalikan kekuasaan koloninya di Indonesia.Bahkan Nica telah melancarkan
serangannya di pulau Tarakan dan Morotai.
Namun, Para pengamat politik dan pakar sejarah politik Jepang pada umumnya
berpendapat bahwa janji itu diberikan oleh pemerintah jepang setelah mereka menyadari
bahwa pasukannya mulai terdesak oleh pasukan sekutu diberbagai wilayah pertempuran di
Pasifik. Jadi, janji pemerintah Jepang memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia
dalam usaha mencari dukungan yang lebih besar di daerah pendudukan untuk membantu
mereka dalam peperangan melawan sekutu.Untuk itu pemeritah Jepang membentuk sebuah
badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada hari itu juga
diumumkan nama-nama ketua, wakil ketua, serta para anggotanya, sebagai berikut :

1. Ketua: Dr.K. R. T.Radjiman Wediodininingrat.


2. Wakil ketua : Itibangase Yosio dan R. P. Soeroso.
3. Anggota :Sejumlah 60 orang tidak termasuk ketua dan wakil ketua.

Dari 60 orang anggota, tidak termasuk ketua dan wakil ketua, bangsa Indonesia
kebanyakannya berasal dari lau Jawa, tetapi terdapat beberapa dari Sumatra, Maluku,
Sulawesi, dan beberapa orang peranakan Eropa, China, Arab.Semuanya itu bertempat
tinggal di Jawa, karena Badan Penyelidik Itu diadakan oleh Sikikan di Jawa. Jadi, BPUPKI

14
bukanlah badan yang dibentuk atas dasar pemilihan yang demokratis, meskipun Soekarno
dan Muhammad Hatta berusaha agar anggota dalam badan ini cukup representative
mewakili berbagai golongan dalam masyarakat Indonesia.

a. Tujuan Berdirinya BPUPKI

Badan ini berdiri untuk merumuskan UUD, merumuskan falsafah Negara


(Pancasila), yang dipersiapkan untuk digunakan dalam Negara Indonesia yang akan
merdeka.Dengan mengadakan beberapa kali rapat.

b. Sidang Sidang BPUPKI

 Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)


Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai
dengan 1 Juni 1945 untuk membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan
dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.
1) Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)
Pemikirannya diberi judul ”Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia” dan mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai
berikut:
1. peri kebangsaan;
2. peri kemanusiaan;
3. peri ketuhanan;
4. peri kerakyatan;
5. kesejahteraan rakyat.
2) Mr. Supomo (31 Mei 1945)
Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk
hendaklah negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:

15
1. persatuan;
2. kekeluargaan;
3. keseimbangan lahir dan batin;
4. musyawarah;
5. keadilan sosial.
3) Ir. Sukarno (1 Juni 1945)
Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini:
1. kebangsaan Indonesia;
2. internasionalisme atau perikemanusiaan;
3. mufakat atau demokrasi
4. kesejahteraan sosial`
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman Soekarno yang
ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah
Pancasila.

 Masa Persidangan Kedua (10–16 Juli 1945)


Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan
penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang
beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia
Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara
Indonesia merdeka.
Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir,
Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim,
Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A. Maramis. Panitia Sembilan bekerja
cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta
atau Jakarta Charter.

16
G. Proses Perumusan Dasar Negara dan Pembukaan UUD

Pada tanggal 29 April 1945, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang di ketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat. Setelah
terbentuk,BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama BPUPKI
dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan ini,
BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan
dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.

1. Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)


a. Peri Kebangsaan.
b. Peri Kemanusiaan.
c. Peri Ketuhanan.
d. Peri Kerakyatan.
e. Peri Kesejahteraan Rakyat
2. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)

Beliau mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut :

a. Teori Negara perseorangan (individualis) yaitu paham yang menyatakan


bahwa Negara adalah masyarakat hukum yang disusun, atas kontrak antara seluruh
individu(paham yang banyak terdapat di eropa dan amerika)
b. Paham Negara kelas (class theory) teori yang diajarkan oleh Marx, Engels
dan lenn yang mengatakan bahwa Negara adalah alat dari suatu golongan (suatu
klasse) untuk menindas klasse lain.
c. Paham Negara integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muler,
Hegel. Menurut paham ini Negara buknla unuk mejamin perseorangan atau
golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyrakat seluruhnya sebagi suatu
persatuan

17
3. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
a. Nasionalisme
b. Internasionalisme, atau peri kemanusiaan.
c. Mufakat, atau Demokrasi.
d. Kesejahteraan Sosial.
e. KeTuhanan yang berkebudayaan.

Pidato ini ketika diterbitkan pada tahun 1947 diberi judul: Lahirnya Panca Sila.
Karena Ir. Soekarno juga mengemukakan butir-butir yang kemudian dikenal dengan
Pancasila tersebut, maka beliau juga adalah penggali Pancasila

4. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

Pada tanggal 22 juni 1945 sembilan tokoh yang terdiri dari : Ir. Soekarno, Wachid
Hasyim, Mr Muh. Yamin, Mr Maramis, Drs. Moh. Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Abdul
Kahar Moezakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim yang juga tokoh
Dokuriti Zyunbi Tioosakay mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usul-
usul mengenai dasar Negara yang telah dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik.
Sembilan tokoh tersebut dikenal dengan “Panitia Sembilan” setelah mengadakan
sidang berhasil menyusun sebuah naskah piagam yag dikenal dengan “Piagam
Jakarta”.

5. Sidang BPUPKI ke-2 (10-16 Juli 1945).

Ada tambahan 6 anggota pada siding BPUPKI kedua ini. Selain itu Ir Soekarno
juga melaporkan hasil pertemuan panitia Sembilan yang telah mencapai suatu hasil
yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan antara golongan Islam dengan golongan
kebangsaan. Peretujuan tersebut tertuang dalam suatu rancangan Pembukaan hukum
dasar, rancangan preambul Hukum dasar yang dipermaklumkan oleh panitia kecil
Badan Penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua tanggal 10 juli 1945. Panitia kecil badan
penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya rancangan preambule yang disusun oleh
panitia Sembilan tersebut.

18
Dan pada tanggal 14 Juli Badan Penyelidik bersidang lagi dan Panitia Perancanga
Undang-Undang dasar yang diusulkan terdiri atas 3 bagian, yaitu:

a. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia atas


penjajahan Belanda
b. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar Negara Pancasila
c. Pasal-pasal UUD (Pringgodigdo, 1979: 169-170)

6. Sidang PPKI Pertama (18 Agustus 1945)

Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi :

a. Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta sehingga


dihasilkan pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
b. Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan
Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami beberapa
perubahan karena berkaitan dengan perubahan piagam Jakarta, kemudian
menjadi Undang-Undang Dasar 1945

H. Proses Perumusan Rancangan Hukum Dasar

Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat terpisahkan baik
dalam proses perumusan dan pengesahan. Sejarah perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar
Negara dan Pembukaan UUD 1945 secara kronologis ;

1. Tanggal 7 September 1944

Proses perumusan dan pengesahan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dimulai
sejak Indonesia masih dijajah oleh jepang. Terlihat dalam siding Badan Penyelidik.
Latar belakang dibentuknya Badan Penyelidik. Jepang menderita kekalahan, tekanan
dan serangan dari pihak sekutu

Adanya tuntutan dan desakan dari para pemimpin bangsa kepada Balatentara
Jepang agar segera memerdekaan Indonesia atau setidaknya diambil tindaka.

19
Pada tanggal 7 September 1944 jepang megeluarkan janji “Kemerdekaan Indonesia
dikemudian hari” yang direncanakan pada tanggal 24 Agustus 1945

2. Tanggal 29 April 1945


Gunseikan (gubernur pemerintah balatentara Jepang di Jawa) membentuk
Dokuritsu Zyunbi Coosakai/Badan penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI) tugasnya menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan
Indonesia.

3. Tanggal 28 Mei 1945


BPUPKI dilantik oleh Gunseikan yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widjodiningrat.

4. Tanggal 29 Mei s.d. 01 juni 1945

Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei s.d. 01 Juni 1945. Mempersiapkan Rancangan


Dasar Negara Indonesia Merdeka

Prof. Mr. Moh Yamin mengajukan usul yang berjudul “Asas Dasar Negara
Kebangsaan Republik Indonesia” yang terdiri dari ; peri kebangsaan, peri kemanusiaan,
peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Dan terdapat tokoh-tokoh
lain yang turut andil dalam menyumbangkan ide, seperti Prof. Dr. Mr. R. Soepomo,
P.F. Dahlan, Drs.Moh. Hatta.

5. Tanggal 1 juni 1945


Ir. Soekarno berpidato dan mengajukan usul tentang Konsepsi Dasar Filsafat
Negara Indonesia yang diberi nama Pancasila dengan urutan sebagai berikut ;
- Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
- Internasionalisme atau perikemanusiaan
- Mufakat atau demokrasi
- Kesejahteraan social
- Ketuhanan yang berkebudayaan
Pada tanggal 1 juni 1945 dibentuk panita kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno
sebgai pengganti BPUPKI.

20
6. Tanggal 22 juni 1945

Hasil Rapat gabungan Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa.

- Supaya selekas-lekasnya Indonesia merdeka


- Hukum dasar diberi semacam kata pengantar
- BPUPKI terus bekerja sampai terbentuknya Hukum dasar
- Membentuk panitia kecil penyelidik usul-usul/perumus Negara.

Panitia Sembilan mengadakan pertemuan di Pegangsaan timur 56 jakarta untuk


menyusun konsep rancangan mukaddimah hokum dasar yang kemudian dinamakan
piagam Jakarta.

7. Tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945


a. Pada tanggal 10 juli 1945 Ir. Soekarno selaku ketua panitia memberikan
laporan.
- Telah diusulkan 32 macam usul atau 9 kelompok usul dari 40 anggota
- Tanggal 22 Juni 1945 membentuk panitia kecil (panitia sembilan)
- Telah berhasil menyusun konsep rancangan piagam jakarta

b. Pada tanggal 11 juli 1945


Panitia perancang hukum dasar. Dan pada hari itu juga Panitia Perancang
Hukum Dasar telah memutuskan ;
- Membentuk panitia perancang “Declaration Of Human Right”
- Segenap anggota setuju unitarisme
- Isi prembule bukan hanya sekadar kata-kata
- Negara dipimpin 1 orang

c. Tanggal 13 Juli 1945,


Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar berhasil menghimpun usulan penting.

21
c. Tanggal 14 Juli

Pukul 15.00 s.d. 18.00 sidang mendengarkan laporan hasil kerja Panitia
Perancang Hukum Dasar.

d. Tanggal 15 dan 16 Juli 1945

Ir. Soekarno menyamapikan kosep Rancangan Hukum Dasar beserta


penjelasannya dan usul Drs. Moh. Hatta tentang Hak-hak asasi manusia.

e. Tanggal 16 Juli 1945

Menyetujui dan menerima Rancangan Hukum dasar yang diajukan oleh


Panitia Perancang Hukum Dasar.

Dengan ditutupnya sidang BPUPKI yang kedua maka tugas BPUPKI dianggap
selesai kemudian dibubarkan. Untuk melanjutkan tugas BPUPKI maka dibentuklah
PPKI.

8. Tanggal 9 Agustus 1945


PPKI dibentuk tanggal 9 Agustus 1945. PPKI adalah badan bentukan pemerintahan
Jepang tetapi bukan alat pemerintaha Jepang, sebab :
PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi.
PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia Merdeka.
PPKI merupakan suatu badan perwujudan/perwakilan rakyat Indonesia.

9. Tanggal 17 Agustus 1945

Proklamasi kemerdekaan Indonesia

22
10. Tanggal 18 Agustus 1945

Pukul 10.30, dimulai sidang pleno membahas naskah rancangan hukum dasar dan
pengesahan UUD

11. Pengesahan Pembukaan UUD, Dasar Negara, dan UUD 1945

Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, telah


mewujudkan Negara Republik Indonesia.
Dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dalam sidang selanjutnya, pada
tanggal 18 Agustus 1945, telah menyempurnakan dan mengesahkan rancangan Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, atau yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia Tahun 1945, atau secara singkat disebut sebagai : Undang-
Undang Dasar 1945..
Beberapa penyempurnaan yang dilakukan dalam pengesahan Undang-Undang Dasar
Negara tersebut, yang sebelumnya merupakan Rancangan Pembukaan yang termuat di
dalam Piagam Jakarta, sebagai hasil kesepakatan yang telah diterima oleh
sidang BPUPKIpada sidang ke dua-nya sebelum masa Proklamasi Kemerdekaan, yang
isi penyempurnaannya antara lain :
 Dalam Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia pada Alinea
ke-4, yang memuat sebutan : “Allah“, kemudian dirubah menjadi “ Tuhan “, sesuai
dengan permintaan anggota utusan dari Bali, Mr. I Gusti Ktut Pudja ( Naskah k. 406 )
 Penggunaan “ Hukum Dasar ”, digantikan dengan “ Undang-Undang Dasar ”.
 Dan pada kalimat “…. berdasarkan kepada : ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan….”, dirubah menjadi “.. berdasarkan : ke-Tuhan-an Yang Maha Esa,
kemanusiaan ….. “
Dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945 tersebut, setelah
penyempurnaan tersebut kemudian disahkan dan diresmikan secara resmi pada
sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, setelah Negara Republik

23
Indonesia terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945dalam pernyataan Proklamasi Bangsa
Indonesia.

12. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia


Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa pengamanan Soekarno-Hatta dari pengaruh
Jepang dengan cara menyembunyikan kedua tokoh tersebut ke daerah Rengasdengklok,Jawa
Barat.
Peristiwa pengamanan tersebut dilakukan pada 16 Agustus 1945,pukul 04.00 WIB.Untuk
menghindari kecurigaan Jepang, orang yang membawa Soekarno-Hatta adalah Shodanco
Singgih,seorang daidan PETA di Jakarta.Alasan pemilihan Rengasdengklok,karena
perhitungan geografis dan militer. Soekarno-Hatta disambut baik oleh Shodanco Subeno dan
membicarakan tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.Setelah itu datang Ahmad Subardjo
bersama sekretaris pribadinya Sudiro pukul 17.30 WIB.Ahmad Subardjo memberitahukan
kebenaran Jepang menyerah kepada Sekutu. Mendengar itu Soekarno-Hatta bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada 16 Agustus 1945 pukul 20.00
WIB,Soekarno-Hatta beserta rombongan berangkat menuju Jakarta.Sesampainya di Jakarta
pukul 23.00WIB,Soekarno-Hatta langsung mengundang seluruh anggota PPKI untuk rapat di
Hotel Des Indes.Namun, Hotel Des Indes menolak karena mempunyai aturan tidak melakukan
kegiatan apapun setelah pukul 21.00 WIB.Rapat pun dipindahkan ke rumah Laksamana
Tadashi Maeda di Jl.Imam Bonjol no.1 atau Miyokodori(Nassau Boulevard). Persiapan
menyambut proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jl.Pegangsaan Timur No.56.Walikota
Jakarta Suwiryo memerintahkan Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan
seperti mikrofon alat pengeras suara.Adapun Sudiro memerintahkan S.Suhud menyiapkan satu
tiang bendera.Keamanan dipercayakan pada Shodanco Latief Hendraningrat dan Abdurrahman.
Menjelang pukul 10.00 WIB, tokoh-tokoh pergerakan nasional telah berdatangan di Jl.
Pegangsaan Timur No.56 ,seperti dr.Buntara Martoatmojo, Mr.A.A.Maramis, Mr.Latuharhary,
AbikusnoTjorosujoso, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratu Langie, K.H.Mas

24
Mansur, Mr.Sartono, Sayuti Melik, Pandu Kartawiguna, M.Tabrani, dr.Muwardi dan
A.G.Pringgodigdo.
Tepat pukul 10.00 WIB,17 Agustus 1945,yang bertepatan dengan bulan
Ramadhan,Soekarno didampingi oleh Moh.Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia,yang isinya sebagai berikut.

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama
dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta,hari 17,boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Setelah pembacaan proklamasi selesai,Latief Hendraningrat dan S.Suhud mengibarkan bendera


Merah Putih.Seluruh rakyat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.Upacara ditutup
oleh Walikota Jakarta,Suwiryo.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dala sejarah Indonesia terdapat dua kerajaan kuno yang besar dan megah yaitu Kerajaan

Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Para ahli masih berbeda pendapat mengenai letak yang

past dari Kerajaan Sriwijaya

Sejarah perjuangan dan berdirinya bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya

berjalan sejak sekian abad yang lalu, dengan berbagai cara dan bertahap. Dengan itu, sejarah

perjuangan bangsa Indonesia mempunyai hubungan dengan sejarah lahirnya Pancasila.

Karena sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak berabad-abad yang lalu dan itu panjang

sekali, maka perlulah ditetapkan tonggak-tonggak sejarah tersebut, yakni peristiwa-peristiwa

yang menonjol, terutama dalam hubungannya dengan Pancasila.

Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji Kemerdekaan di kemudian

hari oleh Perdana Menteri Jepang saat itu. Pada 7 September 1944, pemerintah Jepang

membentuk BPUPKI.

B. Saran

Kita sebagai generasi muda tidak boleh lupa dengan sejarah, dimana para pendahulu kita

sudah berjuang untuk Indonesia. Kita selayaknya harus bisa mempertahankan hasil

perjuangan mereka ini melalui cara yang sesuai dengan bidang yang sedang kita geluti saat

ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai