FENOMENA GEOGRAFI
TSUNAMI
By : Delicia Evelyn
Kevin Swatan
Edeline
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I : PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Manfaat 1
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Definisi Tsunami 2
B. Gempa bumi yang berpusat di bawah laut 2
C. Letusan Gunung Berapi 2
D.Longsor bawah laut. 3
E. Hantaman Meteor di Laut 3
F. Gejala Tsunami 3
G. Sistem Peringatan DIni 3
H.Rambatan Tsunami 5
I.Karakteristik Tsunami 6
J. Skema Terjadinya Tsunami 6
K.Dampak Tsunami 7
L. Mitigasi Tsunami 8
BAB IV : PENUTUP.
Kesimpulan dan Saran. 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gempa bumi dan tsunami, 26 Desember 2004, yang menimpa Aceh dan telah menyebabkan
hampir 230.000 penduduk meninggal dunia dan 600.000 penduduk kehilangan tempat tinggal.
Sebanyak 1.644 kantor pemerintah, 270 pasar, 239 pertokoan hancur, 2.732 tempat peribadatan
rusak, lebih dari 1.151 sekolah dan pesantren, 33 rumah sakit dan rumah bersalin musnah,
Ketika tsunami melanda wilayah Aceh dan Nias pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, lebih
dari dua ratus ribu jiwa meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Hal ini dapat di depinisikan
sebagai berikut, yaitu :
a. Sebagai kuasa Tuhan
b. Adanya kearifan lokal, dan
c. Topografi wilayah
Prinsip masyarakat Aceh dan Simeulue yang sangat agamis seringkali mengkaitkan
berbagai peristiwa di dunia ini dengan aspek ketuhanan, sehingga peristiwa tsunami juga
dianggap sebagai bagian dari cobaan terhadap keimanan manusia. Alasan kedua, adanya suatu
“kearifan” lokal dalam bentuk cerita turun temurun tentang peristiwa tsunami yang pernah terjadi
pada masa-masa sebelumnya. Salah satu nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat
Simeulue adalah apabila terjadi suatu gempa kuat yang diiringi dengan surutnya air laut, maka
masyarakat harus naik ke wilayah yang lebih tinggi. Kondisi topografi wilayah di sebagian besar
permukiman di pulau Simeulue yang berbukit-bukit juga memudahkan masyarakat untuk segera
menyelamatkan diri. Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menarik sebuah judul yaitu
“SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA MASYARAKAT
ACEH” yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini.
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya tsunami ini
adalah:
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami.
Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan
kriteria sebagai berikut:
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup
besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa
air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau
tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi
di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya
longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami.
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan
memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit
bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa
bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami
dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan
subduksi.
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat letusan
gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung
Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur dan
Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi)
dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan lempeng
benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami karena
longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.
F. Gejala Tsunami
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai
sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana
tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses
terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang
terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di
laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat
manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan
peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian,
sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1
April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada
tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun
1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project,
dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific
Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses
terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah
laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik
telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber,
kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan
seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor
alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam
tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian
dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja
yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan
bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf
(pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit
ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan
melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan
dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian,
BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan
diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU,
Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah
terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media).
Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga
menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam
database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS,
Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas
RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak
peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem
Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal
didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk
mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah
Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar
Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali
mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
H. Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di laut
dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per jam atau setara dengan kecepatan
pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika gelombang
tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, oleh
tsunami.
I. Karakteristik Tsunami
a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan gravitasi di
tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan kecepatan pesawat
jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan tsunami semakin berkurang,
yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh centimeter
saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian
gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk
pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1. Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan oleh
slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa pecah.
Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.
2. Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku
prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang maka
amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan pecahnya
gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan
meter.
J. Skema Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air,
seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun,
90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh
dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak
lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air
laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor
yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.
K. Dampak Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya
bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah
dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi
atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap
manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala
pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan
dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan
bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari
bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2)
peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur
kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah
penelitian yang terkait (tsunami-related research).
Moch. Ma’ruf Tanudjaja. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta : Balai Pustaka.
Anonim. 1987. Atlas Geografi Indonesia dan Dunia. Jakarta : Pustaka Ilmu.