Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Management Pasien Safety Yang Diampu
DISUSUN OLEH
Kelompok 2 (1 A2)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah tugas kelompok Management Pasien Safety
tentang pengkajian resiko jatuh dan plebitis.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Jatuh
1. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan
atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau
lingkungan (lantai yang licin) (Yohanto, 2014).
3. Etiologi Jatuh
1) Ketidaksengajaan : 31%
2) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
3) Vertigo : 13%
4) Serangan jatuh (drop attack): 10%
5) Gangguan kognitif : 4%
6) Hipotensi postural : 3%
7) Gangguan visus : 3 %
8) Tidak diketahui : 18%
Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care"
disebutkan upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit,
yaitu:
Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan
meninggalkan tempat tidur.
1. Pada pasien dengan resiko tinggi, tempat tidur harus berada pada posisi serendah
mungkin. Tempat tidur hanya boleh ditinggikan saat pemeriksaan medis, penanganan
keperawatan, dan atau saat mentransfer.
2. Bantalan diletakkan di sisi tempat tidur yang sering digunakan pasien untuk turun dari
tempat tidur. Pegangan di sisi tempat tidur harus terpasang dengan baik. Catatan : panjang
pegangan di sisi tempat tidur < panjang tempat tidur sehingga tidak dianggap sebagai
pembatas gerak.
3. Pada pasien bukan resiko tinggi, pengaturan tinggi tempat tidur tidak boleh melebihi
63,5 cm.
1. Hidupkan alarm
2. Cek dengan menekan tombol alarm
3. Alarm berbunyi -> dapat dipergunakan (berfungsi dengan baik)
4. Alarm tidak berbunyi -> segera ganti dengan alarm lainnya
5. Beritahukan kepada perawat yang bertugas
1. Hidupkan Alarm
2. Tarik tali yang menggantung dari alarm
3. Alarm berbunyi -> dapat dipergunakan (berfungsi dengan baik
4. Alarm tidak berbunyi -> segera ganti dengan alarm lainnya
5. Beritahukan kepada perawat yang bertugas Dokumentasi :
a. Pencatatan dilakukan pada setiap pasien dengan menggunakan Asesmen Resiko Jatuh
b. Semua pasien dengan kategori risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pencatatan
status jatuh pada bagian “Rencana Perawatan Interdisiplin” di sub-bagian ”Proteksi”.
Plebitis adalah iritasi vena oleh alat IV, obat-obatan, atau infeksi yang ditandai dengan
kemerahan, bengkak, nyeri tekan pada sisi IV.(Weinstein, 2001). Plebitis merupakan inflamasi
vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi dari terapi intravena. (La Rocca, 1998). Plebitis dapat menyebabkan trombus yang
selanjutnya menjadi tromboplebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun
demikian jika trombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk jantung maka
dapat menimbulkan seperti katup bola yang bisa menyumbat atrioventrikular secara mendadak
dan menimbulkan kematian. (Sylvia, 1995). Phlebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu
infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh responden yang diperoleh selama dirawat di
rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3×24 jam
(Darmadi, 2008).
Menurut Infusion Nurses Society (INS) (2006) phlebitis merupakan peradangan pada
tunika intima pembuluh darah vena, yang sering dilaporkan sebagai komplikasi pemberian
terapi infus. Peradangan didapatkan dari mekanisme iritasi yang terjadi pada endhothelium
tunika intima vena, dan perlekatan tombosit pada area tersebut. Phlebitis didefinisikan sebagai
peradangan pada dinding pembuluh darah balik atau vena (Setio & Rohani, 2010).
Patofisiologi
Di dalam proses pembentukan plebitis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, dimana
protein dan cairan masuk ke dalam intertisial. Selanjutnya jaringan yang mengalami trauma
teriritasi secara mekanik, kimia, dan bakteri. Sistem imun menyebabkan leukosit berkumpul
pada bagian yang terinflamasi. Saat leukosit dilepaskan, pirogen juga merangsang sum-sum
untuk melepaskan leukosit dalam jumlah besar. Kemerahan dan ketegangan meningkat pada
tahap plebitis.
D. Penyebab
Pengklasifikasian plebitis menurut (INS, 2006) yaitu plebitis kimia, plebitis mekanik dan
plebitis yang disebabkan oleh bacterial. Plebitis dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe : bakterial,
kimiawi, dan mekanikal (Campbell, 1998).
Chemical phlebitis (Plebitis kimia) dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi pada
tunika intima vena dengan bahan kimia yang menyebabkan reaksi peradangan. Reaksi
peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang diberikan atau bahan material kateter
yang digunakan. Chee dan Tan (2002) yang menegaskan bahwa faktor munculnya phlebitis
dapat diakibatkan ketidak cocokan pencampuran obat dalam pembuluh darah. Sementara itu
derajat keasaman (pH levels) lebih dari 11 atau kurang dari 4,3 dan pemberian cairan
hypertonik (320 mOsm/L) secara signifikan dapat menyebabkan terjadinya phlebitis. Cairan
isototonik akan menjadi lebih hiperosmoler apabila ditambah dengan obat, elektrolit maupun
nutrisi (INS, 2006).
Hadaway (2006) menerangkan bahwa beberapa cairan bisa dipergunakan dalam menjaga
terjadinya cloting akibat bekuan darah pada slang dan jarum infus. Penggunaan cairan yang
tepat dapat menghilangkan clot/sumbatan tersebut diantaranya, sodium chloride, heparin flush
solution, ethylenediaminetetraacetate dan ethanol. Sementara itu pemberian antikoagulan
paling sesuai untuk keadaan deep thrombophlebitis, dimana tindakan pemberian obat harus
dipantau dan responden dalam keadaan istirahat total.
Menurut Subekti vena perifer dapat menerima osmolalitas larutan sampai dengan 900
mOsm/L. Semakin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) makin mudah terjadi kerusakan pada
dinding vena perifer seperti phlebitis, trombophebitis, dan tromboemboli. Bahan kateter yang
terbuat dari polivinil klorida atau polietelin (teflon) mempunyai resiko terjadi phlebitis lebih
besar dibanding bahan yang terbuat dari silikon atau poliuretan (INS,2006).
Partikel materi yang terbentuk dari cairan atau campuran obat yang tidak sempurna diduga
juga bisa menyebabkan resiko terjadinya phlebitis. Penggunaan filter dengan ukuran 1 sampai
dengan 5 mikron pada infus set, akan menurunkan atau meminimalkan resiko phlebitis akibat
partikel materi yang terbentuk tersebut (Darmawan, 2008).
Plebitis mekanikal sering dihubungkan dengan pemasangan atau penempatan katheter IV.
Penempatan katheter pada area fleksi lebih sering menimbulkan kejadian phlebitis, oleh karena
pada saat ekstremitas digerakkan katheter yang terpasang ikut bergerak dan meyebabkan
trauma pada dinding vena. Penggunaan ukuran katheter yang besar pada vena yang kecil juga
dapat mengiritasi dinding vena. (The Centers for Disease Control and Prevention, 2002).
Pltebitis bakteri faktor- faktor yang berkontribusi meliputi: teknik pencucian tangan yang
kurang baik, kegagalan pemeriksaan peralatan yang rusak, teknik aseptik yang tidak baik,
kanula di pasang terlalu lama, dan tempat suntik jarang di infeksi visual.
PLEBITIS KIMIA
1. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko plebitis tinggi. pH
larutan dekstrosa berkisar antara 3 – 5, di mana keasaman diperlukan untuk mencegah
karamelisasi dekstrosa selama proses sterilisasi autoklaf, jadi larutan yang
mengandung glukosa, asam amino dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral
bersifat lebih flebitogenik dibandingkan normal saline. Obat suntik yang bisa
menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin,
amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
Larutan infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena
sentral.
2. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap plebitis. Jadi , kalau
diberikan obat intravena masalah bisa diatasi dengan penggunaan filter 1 sampai 5 µm
3. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada
punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
4. Jangan gunakan vena punggung tangan bila anda memberikan : Asam Amino +
glukosa; Glukosa + elektrolit; D5 atau NS yang telah dicampur dengan obat suntik
atau Meylon dan lain-lain
5. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan
lentur. Risiko tertinggi untuk plebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil
klorida atau polietilen.
6. Dulu dianggap pemberian infus lambat kurang menyebabkan iritasi daripada
pemberian cepat.
PLEBITIS MEKANIS
Plebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula. Kanula yang dimasukkan ada daerah
lekukan sering menghasilkan plebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan
ukuran vena dan difiksasi dengan baik.
PLEBITIS BAKTERIAL
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap plebitis bakteri meliputi:
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-pencegahan-cidera-dan-
resiko.html
https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/19-
headline/532
https://dokumen.tips/documents/panduan-resiko-jatuh.html
http://himateknikkardiovaskuleruhamka.blogspot.com/2014/01/makalah-plebitis.html
https://copyaskep.wordpress.com/2011/08/17/103/