Reni Nofika
Abstrak
Trauma pada gigi permanen imatur akan mengganggu apeksogenesis sehingga apeks tetap terbuka
dan bisa terjadi diskolorasi jika gigi telah nekrosis. Kasus ini melaporkan perawatan pada gigi
nekrosis dengan apeks masih terbuka dan mengalami diskolorasi. Pasien laki-laki usia 22 tahun
datang ke klinik konservasi gigi RSGM Prof Soedomo FKG UGM karena gigi 1.1 atasnya patah di
usia 12 tahun akibat jatuh dan merasa gigi tersebut berubah warna. Pada pemeriksaan klinis gigi 1.1
fraktur pada sepertiga insisal distal melibatkan dentin dan mengalami diskolorasi. Tes perkusi dan
palpasi positif, tes termal negatif, dan tidak ada kegoyangan gigi. Pada radiograf periapeks terlihat
apeks terbuka dan radiolusensi di periapeks dengan batas difus. Diagnosisnya adalah nekrosis pulpa
dengan abses apikalis kronis disertai apeks terbuka dan diskolorasi intrinsik. Rencana perawatan
adalah apeksifikasi dilakukan dengan menempatkan bahan MTA pada ujung akar, dilanjutkan
prosedur intracoronal bleaching (walking bleach) dan direstorasi dengan resin komposit kelas IV
diperkuat dengan pasak fiber siap pakai. Evaluasi pasca restorasi menunjukkan tidak ada keluhan
sakit dan kondisi klinis baik. Kesimpulannya penutupan apeks menggunakan MTA dilanjutkan
dengan intracoronal bleaching pada kasus nekrosis pulpa dengan abses apikalis kronis disertai apeks
terbuka dan diskolorasi intrinsik menunjukkan kesuksesan.
Kata kunci: apeksifikasi, intracoronal bleaching, pasak fiber
Abstract
Trauma to the immature permanent tooth can disturb process of apexogenesis which results in open
apex and tooth discoloration if the pulp is non vital. This case reported treatment of a non vital
discoloured tooth witth open apex. The 22 years old male patient came to clinic of conservative
denstistry RSGM Prof Soedomo FKG UGM because his 1.1 tooth was broken at the age of 12 years
due to fall and the tooth was change in color. Clinical examination showed that 1.1 was fractured on
incisal distal third involving the dentin and the toorh was discolourred. Percussion and palpation tests
were positive, thermal test was negative, and no tooth mobility. Radiograf showed open apex and
radiolucency with diffuse borders on the periapical tissue. The diagnosis was pulp necrosis with
chronic apical abscess with open apex and intrinsic discoloration. The treatment was root canal
treatment and apexification with MTA, followed by intracoronal bleaching (walking bleach) and
finally fiber reinforced resin composite restoration. Post-restoration evaluation showed no pain
complaints and good clinical conditions. In conclusion, apex closure using MTA was continued with
intracoronal bleaching in cases of pulp necrosis with chronic apical abscesses with open apex and
intrinsic discoloration suggesting success.
Keywords: apexification, fiber post, intracoronal bleaching
fraktur Ellis kelas 4 dengan apeks terbuka dan karet, tumpatan sementara dibongkar,
lesi periapeks disertai diskolorasi intrinsik. dilanjutkan dengan irigasi yang berulang-ulang
Rencana perawatan adalah apeksifikasi dan menggunakan NaOCl untuk mengeluarkan dan
intracoronal bleaching dilanjutkan dengan membersihkan kalsium hidroksida yang
restorasi resin komposit kelas IV disertai pasak terdapat di dalam saluran akar. Digunakan juga
fiber siap pakai (prefabricated). endoactivator (Dentsply, Maillefer) untuk
Pada kunjungan pertama setelah membantu menghilangkan sisa kalsium
dilakukan pengukuran panjang kerja estimasi hidroksida. Saluran akar dikeringkan dengan
menggunakan radiograf, gigi diisolasi dengan paper point. Mineral trioxide agregate
isolator karet (rubber dam) (Osung). Akses (ProRoot MTA, Dentsply) diaplikasikan
kavitas dimulai dengan menggunakan bur sebagai bahan apeksifikasi dengan panjang
metal bulat (MI stainless bur, Mani) sampai sekitar 4 mm pada bagian apeks saluran akar.
menembus atap pulpa, kemudian dilanjutkan MTA yang sudah dimasukkan ditekan secara
dengan non end cutting fissure bur ringan dengan menggunakan hand plugger
(Diamendo, Denstply) untuk mengangkat yang diberi rubber stoper. Kemudian kapas
semua atap pulpa. Kemudian, dilakukan lembap diletakkan di atas MTA, dan
eksplorasi menggunakan pathfinder ditinggalkan minimal 4-6 jam agar membantu
(SybronEndo) dan debridement menggunakan proses setting MTA sempurna. Kavitas
barbed broach (Denstply), dilanjutkan dengan ditumpat dengan tumpatan sementara
irigasi saluran akar menggunakan NaOCl 2,5% (Caviton, GC), kemudian dibuat radiograf
dan salin. Panjang kerja ditentukan dengan periapeks. untuk konfirmasi panjang MTA
menggunakan apex locator (Dentaport ZX, pada apeks saluran akar.
Morita) dan dikonfirmasi dengan radiograf
periapeks dengan K-file #20 (Dentsply A B
Maillefer, Switzerland) dalam saluran akar,
diperoleh 21 mm. Preparasi saluran akar
dilakukan dengan teknik konvensional dengan
irigasi setiap pergantian file menggunakan
NaOCl dan salin. Setelah preparasi selesai,
saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl,
salin, dan EDTA 17% (Smear Clear, Sybron Gambar 3.A. Foto klinis yang menunjukkan
Endo). Saluran akar dikeringkan kemudian pemasangan isolator karet sebelum aplikasi MTA,
kalsium hidroksida digunakan sebagai 3B. Radiograf periapeks gigi 11 menunjukkan
medikamen intrakanal. Kavitas ditumpat gambaran radiopak (MTA) ujung saluran akar.
dengan tumpatan sementara (Caviton, GC).
Pada kunjungan ketiga, yaitu dua hari
setelah kunjungan kedua, dilakukan obturasi
saluran akar dengan teknik kondensasi lateral
menggunakan gutapercca dan siler resin
(TopSeal, Dentsply), dilanjutkan dengan
aplikasi resin modified glass ionomer cement
(GC) sebagai basis dan ditumpat sementara
menggunakan Caviton. Hasil obturasi dicek
menggunakan radiograf periapeks.
Gambar 2. Radiograf periapeks pengukuran
panjang kerja gigi 11.
Pada kunjungan kelima, yaitu 5 hari Gambar 7. Radiograf periapeks pengambilan guta
setelah kunjungan keempat, warna gigi masih perca pada gigi 11.
belum sama dengan gigi kontralateral,
sehingga dilakukan aplikasi ulang bahan Pasak fiber disemenkan ke dalam
bleaching. Pada kunjungan keenam yaitu 6 saluran pasak menggunakan semen resin.
hari setelah kunjungan kelima warna gigi Pasak tersebut diolesi silane (Ceramic primer,
sudah sama dengan gigi kontralateral. 3M ESPE) dan dibiarkan mengering.
Tindakan selanjutnya adalah area kerja Permukaan yang telah dipreparasi serta saluran
diisolasi menggunakan isolator karet, pasak dietsa dengan asam fosfat 37% (Denfil
tumpatan sementara dibongkar, dan kapas Etchant-37) kemudian dilanjutkan dengan
serta pasta bleaching dikeluarkan. Setelah itu, aplikasi bahan bonding. Semen resin (Build IT-
kavitas dibersihkan dari sisa pasta bleaching FR, Pentron) dimasukkan ke dalam saluran
dengan irigasi menggunakan air hangat secara pasak menggunakan lentulo (Denstply).
berulang-ulang, kemudian dikeringkan dengan Selanjutnya pasak fiber dioles dengan semen
pelet kapas Akhirnya, kavitas ditutup dengan resin dan segera dimasukkan ke dalam saluran
kapas kecil dan ditumpat sementara. Pasien pasak, kemudian ditahan sampai semen resin
diinstruksikan datang kembali dua minggu mulai mengeras dilanjutkan dengan
kemudian untuk melanjutkan perawatan. penyinaran dengan light curing unit. Restorasi
gigi diselesaikan dengan menggunakan resin
komposit packable. Pengambilan radiograf
A B dilakukan pasca sementasi pasak fiber dan
restorasi resin komposit. Satu minggu
setelahnya pasien datang untuk kontrol. Tidak
ada keluhan pada pasien dan tidak ada
kelainan pada pemeriksaan klinis. Selanjutnya
Gambar 6. Foto klinis gigi 11. A. Sebelum pasien diintruksikan untuk kontrol 1 bulan
prosedur bleaching B. Setelah prosedur kemudian dan pasien diberikan edukasi untuk
bleaching.
selalu menjaga kebersihan rongga mulut dan jaringan keras pada ujung akar. Kalsium
kontrol rutin ke dokter gigi. hidroksida telah lama digunakan untuk proses
ini, dengan durasi waktu yang terlalu lama
yaitu 12 bulan sampai 24 bulan.2 Waktu yang
lama ini menyebabkan pasien memerlukan
waktu yang cukup lama dengan beberapa kali
kunjungan perawatan dan gigi bisa mengalami
fraktur selama perawatan.6 Barrier yang
terbentuk pada apeksifikasi dengan kalsium
hidroksida tidak sempurna, mempunyai
tampilan swiss cheese dan dapat menyebabkan
kebocoran mikro di apeks sehingga terjadi
reinfeksi. Untuk mengatasi kerugian
penggunaan kalsium hidroksida sebagai
material sealing, maka diperkenalkan dan
Gambar 8. Setelah sementasi pasak fiber siap digunakanlah MTA sebagai one visit
pakaidan restorasi resin komposit kelas IV pada apexification.2 MTA telah digunakan untuk
gigi 11, A dan B. Foto klinis, C. Radiograf membuat barrier jaringan keras dengan cepat
periapeks setelah prosedur disinfeksi saluran akar pada
kasus dengan apeks terbuka.3 Material ini
PEMBAHASAN memiliki biokompatibilitas yang bagus dan
Apeks terbuka terjadi pada proses kemampuan penutupan yang baik, serta
perkembangan akar gigi imatur sampai memiliki pH yang tinggi yang memberikan
penutupan apeks selesai, yaitu sekitar 3 tahun sifat antimikroba.6
setelah gigi erupsi. Jika tidak terdapat penyakit MTA merupakan salah satu material
pulpa dan penyakit periapeks maka apeks yang efektif untuk menutup hubungan
terbuka tersebut adalah normal, namun jika iatrogenik dan patologik antara ruang
pulpa menjadi nekrosis sebelum pertumbuhan endodonsia dan ruang periodontium. Ketika
akar selesai, maka pembentukan dentin dan berkontak dengan jaringan periradikular, MTA
perkembangan akar berhenti sehingga apeks mempunyai kemampuan menginduksi
tetap terbuka. Hal ini menyebabkan akar sementum. MTA menstimulasi produksi
menjadi pendek dan tipis sehingga dinding interleukim dan sitokin, sehingga
dentin saluran akar lemah. Apeks terbuka juga menghasilkan pembentukan jaringan keras.
bisa terjadi karena hasil resopsi ekstensif pada MTA plug pada bagian apeks akar mendukung
apeks yang matur setelah perawatan ortodonsia perbaikan apeks dan mencegah overfilling
atau inflamasi periapeks yang parah.6 Pada saluran akar dan meningkatkan resistensi
apeks yang terbuka tidak ada barrier yang fraktur pada gigi imatur.2 MTA mengandung
menahan material pengisi di ujung apeks tricalcium silicate, dicalcium alumino ferrite,
saluran akar sehingga material pengisi dapat calcium sulphate dan bismuth oxide. Secara
masuk ke dalam jaringan periapeks dan kimia MTA identik dengan semen Portland
menyebabkan trauma pada jaringan tersebut. kecuali adanya kandungan bismuth oxide yang
Tidak adanya apical stop juga dapat meningkatkan radiopasitas dan memodifikasi
menyebabkan saluran tidak terisi penuh dan reaksi setting MTA. MTA merupakan material
rentan terjadi kebocoran.3 Bergantung pada alkali yang mengeras ketika terpajan pada air.
vitalitas pulpa, dua pendekatan perawatan Reaksi setting melibatkan fase hidrasi awal
yang dapat dilakukan pada kasus apeks dengan kelembapan permukaan partikel
terbuka adalah apeksogenesis (terapi pulpa dengan larutan dari kalsium sulfat. Kristal dari
vital) atau apeksifikasi (penutupan ujung calcium aluminium sulphate hydroxide yang
apeks).6 Pada kasus ini gigi permanen terhidrasi (ettringite) terbentuk pada
mengalami nekrosis dengan apeks terbuka permukaan partikel clinker melalu interaksi
pasca trauma, sehingga dilakukan perawatan dengan tricalcium aluminate. Fase akhir dari
apeksifikasi menggunakan MTA. Apeksifikasi setting ditandai dengan pembentukan kristal
merupakan suatu proses pembentukan barrier calcium silicate hydrate sepanjang kristal
ettringite yang membentuk massa yang padat.7 murah dan menghasilkan estetis yang baik jika
Serbuk MTA dicampur dengan air steril dan mengikuti petunjuk pabrik.6,9,10 Bleaching
ditempatkan 3 sampai 4 mm pada ujung merupakan prosedur pencerahan warna gigi
apeks.3 Pelet kapas lembap ditempatkan di atas melalui aplikasi bahan kimia untuk
MTA dan ditinggal minimal 6 jam untuk mengoksidasi pigmen organik pada gigi.
membantu proses pengerasan, kemudian Tujuan bleaching adalah mengembalikan
ditutup dengan tumpatan sementara.3,6 warna normal gigi dengan deskolorisasi stain
Radiograf dibuat untuk mengkorfirmasi bahwa menggunakan bahan oksidasi yang sangat
ujung akar telah terisi dengan MTA.6 Setelah kuat.4,5 Mekanisme bleaching terutama
MTA mengeras, keseluruhan saluran akar dihubungkan dengan degradasi molekul
dapat diisi dengan material pengisi.3 Pasien organik kompleks yang mempunyai berat
diinstruksikan untuk datang kembali ketika molekul tinggi, memantulkan cahaya dengan
MTA telah mengeras untuk obturasi dan panjang gelombang spesifik, yang berperan
pembuatan restorasi permanen.6 Prosedur terhadap warna stain yang terjadi. Degradasi
aplikasi MTA tersebut adalah prosedur yang tersebut menghasilkan molekul dengan berat
telah dilakukan pada kasus ini. molekul rendah dan tersusun dari molekul
Pada kasus ini juga terjadi diskolorasi yang kurang kompleks, merefleksikan sedikit
gigi. Diskolorasi gigi merupakan perubahan cahaya, sehingga mengurangi atau
pada warna atau translusensi gigi yang terjadi menghilangkan diskolorasi.4
karena suatu penyebab.3 Diskolorasi gigi bisa Teknik bleaching yang digunakan pada
bermacam-macam sesuai dengan etiologi, kasus diskolorasi intrinsik adalah intracoronal
warna, lokasi, keparahan, dan pelekatan pada bleaching (bleaching pada gigi nonvital).4
struktur gigi. Diskolorasi gigi diklasifikan Metode yang digunakan pada intracoronal
menjadi diskolorasi ekstrinsik dan intrinsik.4,8 bleaching adalah teknik termokatalitik dan
Diskolorasi intrinsik terjadi karena adanya teknik walking bleach.6 Teknik walking bleach
material kromogenik pada email atau dentin merupakan salah satu metode yang biasa
yang masuk baik selama odontogenesis digunakan untuk memutihkan gigi nonvital
ataupun setelah erupsi gigi. Diskolorasi atau yang sudah dilakukan perawatan saluran
intrinsik yang terjadi setelah erupsi gigi akar.6 Teknik ini dilakukan dengan cara
disebabkan oleh nekrosis pulpa, trauma, aplikasi bahan bleaching pada kamar pulpa
hiperkalsifikasi dentin, karies gigi, material selama beberapa hari.11 Teknik walking bleach
tumpatan dan prosedur perawatan gigi, lebih sering digunakan karena lebih nyaman,
penuaan, serta perubahan fungsional dan dan lebih aman untuk pasien daripada teknik
parafungsional.4,5 Pada kasus ini, diskolorasi termokatalitik.6 Natrium perborat (NaBO3)
terjadi karena nekrosis pulpa atau karena merupakan bahan bleaching yang banyak
trauma pada gigi saat pasien jatuh. Nekrosis digunakan untuk bleaching intrakoronal.3,4
pulpa biasanya terjadi karena bakteri, iritasi Natrium perborat tersedia dalam bentuk
mekanis atau iritasi kimia pada pulpa. Produk bubuk kering yang stabil atau dalam bentuk
nekrosis pulpa ini masuk ke tubulus dentin dan gel.3 Natrium perborat masih baru
menyebabkan diskolorasi. Sedangkan pada mengandung perborat 95% dan oksigen
kasus trauma gigi, trauma tersebut 9,9%.3,6 Bahan ini terutama terdiri dari tiga
menyebabkan perubahan degeneratif pada tipe yaitu natrium perborat monohidrat,
pulpa dan email yang dapat mengubah warna trihidrat, dan tetrahidrat. Ketiga tipe tersebut
gigi tersebut. Pendarahan pulpa menghasilkan mempunyai kandungan oksigen berbeda yang
diskolorasi keabu-abuan. Trauma pada gigi menentukan kemampuan pemutihannya.3,4,6
menyebabkan lisis sel darah merah dan Asam, air, dan udara hangat akan memulai
melepaskan feri sulfida yang masuk ke dalam dekomposisi natrium perborat menjadi natrium
tubulus dentin dan mengubah warna gigi.4 metaborat, hidrogen peroksida, dan oksigen
Diskolorasi gigi dapat dirawat dengan nascent.3 Natrium perborat lebih mudah
pembuatan restorasi vinir, mahkota penuh, dikontrol dan lebih aman daripada larutan
mikroabrasi, makroabrasi, serta bleaching. hidrogen peroksida.3,6 Pada kasus ini dengan
Bleaching sering menjadi pilihan perawatan intracoronal bleaching teknik bleach
karena bersifat lebih konservatif, sederhana, menggunakan bahan natrium perborat.