Anda di halaman 1dari 8

I Gusti Ayu Vera Widyasti (1707531044)

Sherly Lhoren (1707531053)


Konsolidasi pada Anak Perusahaan yang Dimiliki Kurang dari Kepemilikan Penuh
A. Laba Bersih Konsolidasi
Sebagai contoh perhitungan dan alokasi laba bersih konsolidasi, asumsikan bahwa PT
Pusaka membeli 80% saham PT Buritan sebesar 80% dari total nilai buku PT Buritan.
Selama tahun 20X1, PT Buritan melaporkan laba bersih Rp 25.000.000, sedangkan PT
Pusaka melaporkan laba bersih Rp.120.000.000, termasuk laba metode ekuitas dari PT
Buritan sebesar Rp 20.000.000 (Rp 25.000.000 x 0,80). Laba bersih konsolidasi untuk
20X1 dihitung dan dialokasikan sebagai berikut
Laba bersih PT Pusaka Rp 120.000.000
Dikurangi : Laba metode ekuitas dari PT Buritan (20.000.000)
Laba bersih PT Buritan 25.000.000
Laba bersih Konsolidasi Rp 125.000.000
Laba yg diatribusikan ke kepentingan nonpengendali 5.000. 000
(Rp 25.000.000 x 20%)
Laba yg diatribusikan ke kepentingan pengendali Rp 120.000.000

B. Saldo Laba Konsolidasi


Untuk mengilustrasikan perhitungan saldo laba konsolidasi ketika terdapat kepentingan
non pengendali, asumsikan PT Pusaka membeli 80% saham PT Buritan pada 1 Januari
20X1 dan mencatat investasi menggunakan metode ekuitas. Laba bersih dan dividen
yang diperoleh dan diumumkan PT Pusaka dan PT Buritan selama 2 tahun setelah
akuisisi sebagai berikut :
PT Pusaka PT Buritan
Saldo laba, 1 Jan 20X1 Rp 400.000.000 Rp 250.000.000
Laba bersih, 20X1 120.000.000 25.000.000
Dividen, 20X1 (30.000.000) (10.000.000)
Saldo laba, 31 Des 20X1 Rp 490. 000.000 Rp 265.000.000

Laba bersih, 20X2 148.000.000 35.000.000


Dividen, 20X2 (30.000.000) (10.000.000)
Saldo laba, 31 Des 20X2 Rp 608.000.000 Rp 290.000.000
Saldo laba konsolidasi pada 31 Desember 20X2, dua tahun setelah tanggal kombinasi
bisnis dihitung sebagai berikut.
Saldo laba PT A, 31 Des 2011 Rp 608.000.000
Ekuitas akrual dari PT B sejak akuisisi (Rp 25.000.000 + Rp (48.000.000)
35.000.000) x 80%
Saldo laba PT A dari hasil operasinya sendiri, 31 Des 2012 Rp 560.000.000

Bagian PT A atas laba bersih PT B sejak akuisisi, Rp 48.000.000


60.000.000 x 80%
Saldo laba konsolidasi, 31 Des 2012 Rp 608.000.000

Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dari contoh di atas. Pertama, saldo
laba anak perusahaan tidak digabung dengan milik induk, hanya bagian induk atas
kumulatif laba bersih anak perusahaan sejak tanggal kombinasi bisnis saja yang
termasuk. Kedua, pada contoh ini saldo laba konsolidasi sama dengan saldo laba induk
perusahaan karena induk menggunakan metode ekuitas dalam mencatat investasinya di
anak perusahaan. Jika induk menggunakan metode biaya, saldo laba induk dan saldo laba
konsolidasi akan berbeda. Terakhir, kumulatif pendapatan dari anak yang diakui oleh
induk perusahaan dalam pembukuannya harus dihapus dari saldo laba induk untuk
mendapatkan sldo laba induk hasil operasinya sendiri sehingga seluruh atau sebagian
(bergantung pada metode biaya atau ekuitas yang digunakan) pendapatan yang sama
tidak akan dimasukkan dua kali.
C. Selisih
Apabila total yang dipertimbangkan untuk pihak yang diakuisisi dalam sebuah kombinasi
bisnis lebih besar daripada nilai buku aset bersih teridentifikasi pihak yang diakuisisi,
maka muncul selisih/diferensial untuk perbedaan tersebut. Jika perusahaan pengakuisisi
mengakuisisi kurang dari 100 % dari saham perusahaan lain dalam tipe akusisi saham
dari kombinasi bisnis, selisih, sebagai dampaknya, dibagi dengan suku bunga pengendali
dan non pengendali.
D. Kepentingan Non-Pengendali
Pemegang saham non pengendali dari anak perusahaan yang dimilki kurang dari
kepemilikan penuh memiliki klaim atas pendapatan dan asset bersih dari anak
perusahaan walaupun anak perusahaan dikonsolidasikan dengan induk perusahaan.
PT Induk PT Anak
Aset
Kas Rp 40.000.000 Rp 50.000.000
Piutang Dagang 75.000.000 50.000.000
Persediaan 100.000.000 60.000.000
Tanah 175.000.000 40.000.000
Bangunan dan Peralatan 800.000.000 600.000.000
Akumulasi Penyusutan (400.000.000) (300.000.000)
Investasi pada Saham PT Anak 310.000.000
Total Aset Rp1.100.000.000 Rp 500.000.000

Liabilitas dan Ekuitas Pemegang Saham


Utang Usaha Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Obligasi 200.000.000 100.000.000
Saham Biasa 500.00.000 200.000.000
Saldo Laba 300.000.000 100.000.000
Total Liabilitas dan Ekuitas Rp1.100. 000.000 Rp 500.000.000

Seperti contoh sebelumnya PT Pusaka dan PT Buritan, klaim kepentingan non-


pengendali atas pendapatan sebesar Rp 25.000.000 pada PT Buritan adalah sebesar Rp
5.000.000 yang sama dengan saham kepentingan non pengendali sebesar 20%. Dalam
laporan keuangan konsolidasi, jumlah ini diperlihatkan sebagai alokasi dari pendapatan
bersih konsolidasi pada kepetingan non-pengendali.
E. Format Kertas Kerja
Kertas kerja tiga bagian yang dapat digunakan ketika konsolidasi pada anak perusahaan
yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh, dengan hanya modifikasi minor. Klaim
kepemilikan non-pengendali atas laba dan aset anak perusahaan harus dimasukkan dalam
kertas kerja. Klaim kepemilikan non-pengendali atas laba anak perusahaan, yang
dihitung sebesar proporsi bagian kepentingan non-pengendali atas laba anak perusahaan,
dikurangkan di bagian paling bawah kertas kerja pada pada bagian laporan laba rugi
untuk memperoleh laba bersih konsolidasi.
F. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian dengan Anak Perusahaan Kepemilikan
Pengendali
Contoh PT Induk dan PT Anak pada Bab 4 akan memberikan dasar untuk
mengilustrasikan proses konsolidasi ketika kepemilikan di anak perusahaan tidak penuh.
Asumsi PT Induk membeli 80% saham biasa beredar dari PT Anak seharga
Rp310.000.000. Pada tanggal tersebut, nilai wajar dari kepentingan non-pengendali
diestimasikan sebesar Rp 77.500.000.

PT Induk mencatat akusisi saham PT Anak dengan ayal jurnal berikut


Investasi pada Saham PT Anak 310.000.000
Kas 310.000.000
(Mencatat pembelian saham PT Anak)
Kelebihan dari Rp 387.500.000 total nialai wajar dari konsiderasi dan kepentingan non-
pengendali yang diberikan pada tanggal kombinasi bisnis yang melebihi Rp300.000.000
dari nilai buku saham PT Anak adalah sebesar Rp87.500.000. Dari total selisih
Rp87.500.000 ini, Rp75.000.000 berhubungan dengan kelebihan dari nilai wajar pada
tanggal akusisi yang melebihi nilai buku aset bersih PT anak
G. Laporan Keuangan Konsolidasian dengan Anak Perusahaan Kepemilikan
Pengendali
 Tahun Awal Kombinasi Bisnis
Kombinasi Bisnis PT induk dan PT anak terjadi pada awal tahun 20X1. Selanjutnya, PT
induk mengakui laba dan dividen dari PT Anak selama tahun berjalan, dan laporan
keuangan konsolidasi menggambarkan dua perusahaan seolah-olah menjadi satu
perusahaan sepanjang tahun. Pada dasarnya, prosedur konsolidasi sama, kecuali klaim
induk hanya sebesar bagian lama dan dividen anak perusahaan, dan prosedur konsolidasi
harus memasukan klaim kepemilikan nonpengendali.
Ayat Jurnal Induk Perusahaan
Selama tahun 20X1, PT Induk membuat ayat jurnal umum untuk mencatat pembelian
saham PT Anak. PT Induk juga membuat jurnal ekuitas umum untuk mencatat
pendapatan dan deviden dari anak perusahaan. PT Induk harus mengakui hanya sebesar
proporsi bagian nya atas laba bersih dan deviden PT Anak. PT Induk mencatat ayat
jurnal sebagai berikut selama tahun 20X1.
Investasi pada saham PT Anak 310.000.000
Kas 310.000.000
(Mencatat pembelian saham PT Anak)
Investasi pada saham PT Anak 40.000.000
Pendapatan dari PT Anak perusahaan 40.000.000
(Mencatat pendapatan metode ekuitas: Rp50.000.000 x 0.80)
Kas 24.000.000
Investasi pada saham PT Anak 24.000.000
(Mencatat dividen dari PT Anak: Rp30.000.000 x 0,80)
Sebagai tambahan, PT Induk harus menghapusbukukan sebagian diferensial pembelian
melalui ayat jurnal sebagai berikut.
Pendapatan dari anak perusahaan 4.000.000
Investasi saham pada PT Anak 4.000.000
(Menyesuaikan laba atas selisih yang terkait pada persediaan yang telah terjual:
Rp5.000.000 x 0,80)
Pendapatan dari anak perusahaan 4.800.000
Investasi pada saham PT Anak 4.800.000
(Mengamortisasi selisih yang terkait pada bangunan dan peralatan Rp48.000.000 : 10
tahun)
Kertas Kerja Konsolidasi—Tahun Penggabungan Usaha
Setelah laba anak perusahaan akrual dimasukan dalam pembukuan PT Induk, data neraca
saldo yang telah disesuaikan dari perusahaan –perusahaan yang bergabung di masukan
kedalam kertas kerja konsolidasi tiga bagian.
Tiga ayat jurnal pertama dari di kertas kerja mengeliminasi laba dan deviden dari anak
perusahaan yang dicatat oleh PT Induk, mengeliminasi akun investasi serta akun ekuitas
pemegang saham PT Anak dan memunculkan kepemilikan nonpengendali.
Pendapatan dari anak perusahaan 31.200.000
Dividen yang diumumkan 24.000.000
Investasi pada saham PT Anak 7.200.000
(Mengeliminasi pendapatan dan anak perusahaan)
Pendapatan untuk kepentingan non pengendali 7.175.000
Dividen yang diumumkan 6.000.000
Kepentingan non pengendali 1.175.000
(Mengeliminasi pendapatan dari anak perusahaan)
Saham Biasa-PT Anak 200.000.000
Saldo Laba, 1 Januari 100.000.000
Selisih 87.500.000
Investasi pada saham PT Anak 310.000.000
Kepetingan non pengendali 77.500.000
(Mengeliminasi saldo inventasi awal)
 Tahun Kedua Kepemilikan
Metode ekuitas dan prosedur konsolidasi yang diterapkan selama tahun kedua
kepemilikan dan setelahnya mengikuti prosedur yang sama dengan konsolidasi pada
tahun pertama dan diilustrasikan melalui contoh berkelanjutan PT Induk dan PT Anak
selama tahun 20X2.
Ayat Jurnal Induk Perusahaan
PT Induk membuat ayat jurnal berikut di pembukuan tersendiri sepanjang tahun 20X2.
Kas 32.000.000
Investasi pada saham PT Anak 32.000.000
(Mencatat dividen dari PT Anak: Rp 40.000.000 x 0,80)
Investasi pada saham PT Anak 60.000.000
Pendapatan dari anak perusahaan 60.000.000
(Mencatat pendapatan metode ekuitas: Rp 75.000.000 x 0,80)
Pendapatan dari anak perusahaan 4.800.000
Investasi pada PT Anak 4.800.000
(Mengamortisasi diferensial yang terkait pada bangunan dan peralatan)
H. Penghentian Konsolidasi
Apabila Perusahaan induk kehilangan kendali, tetapi mempertahankan kepentingan sham
non-pengendali pada anak perusahaan yang lama, maka perusahaan induk harus
mengakui dalam pendapat keuntungan dan kerugian atas selisih pada tanggal kehilangan
kendali antara jumlah hasil yang diterima oleh perusahaan induk dengan nilai wajar
kepentingan saham yang tersisa pada anak perusahaan yang lama dan melanjutkan
jumlah total kepentingan induk perusahaan pada anak perusahaan.
Sebagai contoh, asumsikan PT induk menjual 3 kuartal dari 80% kepemilikan di PT
Anak pada 1 /01/20x2, Rp. 246.000.000 menyisakan kepemilikan 20% saham beredar PT
Anak. Asumsikan PT Anak memiliki nilai wajar keseluruhan Rp. 410.000.000 nilai
tercatat 80% PT Induk di PT Anak adalah Rp. 317.200.000. Asumsikan bahwa PT Induk
yang tersisa 20% di PT Anak Rp. 82.000.000. PT Induk menjual saham PT Anak
dihitung sebagai berikut.
Penerimaan kas 246.000.000
Nilai wajar kepentingan saham tersisa PT Induk di PT Anak 82.000.000
Rp328.000.000
Total kepentingan PT Induk di PT Anak pada tanggal penjualan 317.000.000
Keuntungan atas penjualan 60% kepentingan di PT Anak Rp 10.800.000
PT Induk melaporkan keuntungan Rp 10.800.000 pada laba 20X2
I. Pertimbangan Tambahan
 Akun valuasi anak perusahaan pada akuisisi
PSAK 22 menunjukkan bahwa seluruh aset dan liabilitas yang diambil alih dalam
kombinasi bisnis seharusnya dinilai pada nilai wajar tanggal akuisisi. Untuk beberapa
akun valuasi, seperti akumulasi penyusutan, teori telah mendikte bahwa jumlah akun
valuasi tanggal akuisisi harus diimbangi terhadap akun aset terkait setiap waktu laporan
konsolidasian tersebut dibuat. Sebagaimana kemanfaatan dan dikarenakan kurangnya
materialitas, perusahaan yang secara umum belum melakukan pengimbangan ini, tanpa
adanya pengaruh laba bersih aset.
 Saldo Laba Negatif Anak Perusahaan saat Akuisisi
Akumulasi defisit anak perusahaan saat akuisisi tidak menimbulkan masalah khuss
dalam proses konsolidasi.
Adapun ayatnya yaitu :
Modal Saham Biasa-Anak Perusahaan xxx
Selisih xxx
Saldo Laba xxx
Investasi pada saham PT Anak(K) xxx
(mengeliminasi saldo Investasi)
 Pelepasan Aset Anak Perusahaan yang Terkait Selisih
Persediaan
Pemilihan metode persediaan oleh anak perusahaan akan menentukan dalam periode
selisih beban pokok penjualan tersebut diakui. Apabila anak perusahaan menggunakan
FIFO pada persediaan yang ada pada tanggal kombinasi bisnis, dianggap sebagai unit
pertama yang dijual setelah kombinasi bisnis. Karena selisih umumnya dialokasikan
kebeban pokok penjualan pada periode setelah kombinasi bisnis. Apabila anak
perusahaan menggunakan LIFO unit persediaan pada tanggal kombinasi bisnis dianggap
masih ada dalam persediaan anak perusahaan.
 Aset Tetap
Pada tanggal 1 januari 20x1 PT Suramadu membeli semua saham biasa PT Barelang
dengan harga lebih tinggi Rp. 10.000.000 dari nilai buku. Seluruh selisih yang terkait
dengan tanah yang sebelumnya dibeli PT Barelang Rp. 25.000.000. selama PT Barelang
masih memiliki tanah tersebut, selisih sebesar Rp. 10.000.000 dialokasikan ke Tanah
dalam kertas kerja jika PT Barelang menjual tanah tersebut ke perusahaan tidak berelasi
Rp. 40.000.000 jurnal berikut dicatat dalam pembukuan PT Barelang adalah

Referensi : Baker, Richard E, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Lanjutan Prespektif Indonesia
Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai