Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 2.1.1
Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 2.1.1
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan),
tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan
menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung
keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan
mental.
h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan proton.
Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliknya.
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi
dan struktur, pengembangan, pajang usia, dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen
yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi
penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah
mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima
kerakteristik penuaan telah dapat di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis juga
mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari
waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi
dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan
penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari risiko dan
memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Genetika
Teori sebab – akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan
gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk
merubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia
telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA),
teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen. Teori – teori ini menyatakan
bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink)
dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ
tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori – teori ini termasuk perkembangna
radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambhnya umur menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekuler dan
seluler.
d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah terjadi pada
struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun
serta interaksi antara saraf dan endokrin.
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada
reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan
reproduksi.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya
yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk
merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.
2. Teori Psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan
psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua, adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa.
Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “ penuaan yang sukses”. Contoh dari teori-
teori ini termasuk teori kepribadia.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun
akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan
atau tugas spesifik lansia.
Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan. Dengan menurunnya
tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan
lansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert. Di dalam konsep interioritas dari
Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya
sendiri,yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat
merefleksikan dirinya sendiri.
Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu
inventaris dari hidup mereka, suatu waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke
depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi kenyataan hidupnya secara
retrospektif. Lansia sering menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian pilihan
yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa diubah.
Walupun peneysalan terhadap beberapa aspek kehidupan sering terjadi, tetapi banyak lansia
menyatakan suatu perasaan kepuasan dengan apa yang telah mereka penuhi.
b. Teori Tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan
tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian
Erickson (Vital Involvment in Old Age, 1986) mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang
ini. Tugas perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan
yang dijalani dengan integritas.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang
baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat
gerontologi memeriksa kembali tugas perkembangan lansia.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan
tanggung jawabnya.(Comming dan Henry, 1961)
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia
dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka
memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai karena penelitian ini dipandang cacat
dan karena banyak lansia yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi di dalam pemutusan ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah
kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang harus diterima.
Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa
seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun lagi. Bagi banyak individu
yang sehat dan produktif, prospek dari suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab
yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus
menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80-90 tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat
bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang
pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri
yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan
dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang
penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997)
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan.
Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walupun usianya telah lanjut.
Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah
tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial
yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin
akan menemukan kepuasaan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut.
Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi
interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu
pendekatan yang berbeda di dalam masa akhir kehidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau
faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul.
Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-
kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan
adanya suatu perubahan di dalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan
keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering
memerlukan banyak dukungan.
Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan
pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman,
takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
g. Penyakit kronis.
j. Gizi
3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah
kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (Very
Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Betty Newman
di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial.
Sedangkan teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok
besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator
yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli
teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status social dan mental, dan kemampuan
individu untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.
3.2 Saran
1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat kesehatan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan lansia.
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan mengenai konsep
keperawatan komunitas.
Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik
•Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
•Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
•Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien
lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Gerontologi
adalah bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari proses penuaan. Hal ini
berbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada
lanjut usia (lansia). Istilah geriatri ini berasal dari bahasa Yunani geron yang berarti “orang tua” dan iatros
yang berarti “penyembuh” alias dokter atau dukun
Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya tidak sepesat ilmu kedokeran
yang lain. Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian universitas terkenal di negeri ini “demam”
dengan ilmu tersebut. Bisa jadi, penghargaan kita terhadap generasi pendahulu kita perlu diperbaharui.
Konotasi “jompo” atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia. Barangkali, bila semakin banyak
kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya, ilmu geriatri ini akan lebih
berkembang
Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit dalam yang memperoleh pelatihan
sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas.
Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit,
meskipun memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya meliputi pelayanan
orthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya), psychogeriatrics (fokus pada
demensia dan depresi pada geriatri) dan rehabilitasi.
Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit dalam yang
merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai divisi seperti
reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi (Dr
Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2 orang ahli geriatri di FKUI yang secara
khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna Heriawan dan Dr. Siti Setiati
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka
harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia
tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun
Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:
•Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk.
•Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk
(Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
•62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
•59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
•53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
•hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2. Usia Tua : 75 - 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
PROSES PENUAAN
Proses Terjadinya Penuaan
1. Biologi
a. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei.
Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif
Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah
sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa
radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif
pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error
Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem
imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan
Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat
sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku
yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat,
hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses
penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan
usianya.
•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses
penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga
membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi
penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
•Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang,
misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
•Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menipisnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya
menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih
Proses menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik
maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang
berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisik,
Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalhan perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah.
Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat,
terkhir minta terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan
motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara
fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami
oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik
dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar (1994) adalah :
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
2) penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu kwuatir karena pengangguran
5) Kurang ada motivasi
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan
Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah : Minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati
kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1)Hereditas atau ketuaan genetik
2)Nutrisi atau makanan
3)Status kesehatan
4)Pengalaman hidup
5)Lingkungan
6)Stres
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
•Saling berhubungan satu sama lain
•Penyakit sering multiple
•Penyakit bersifat degeneratif
•Berkembang secara perlahan
•Gejala sering tidak jelas
•Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
•Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
•Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai
dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar),
sebagai berikut:
•Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan (76,24 %),
Daya ingat (69,39 %),
Sexual (58,04 %),
Kelenturan (53,23 %),
Gilut (51,12 %).
•Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %),
Sakit kepala (51,15 %),
Daya ingat menurun (38,51 %),
Selera makan menurun (30,08 %),
Mual/perut perih (26,66 %),
Sulit tidur (24,88 %) dan
sesak nafas (21,28 %).
Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta:
EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical
concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa:
Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3.
Jakarta: FKUI.