Anda di halaman 1dari 48

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2018

Status Karies Gigi Anak Berusia 12


Tahun Menggunakan Indeks Caries
Assessment Spectrum and Treatment
(CAST) di SMP Negeri 9 dan MTS
islamiyah Sunggal Kota Medan

Elfandari, Jehan
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8136
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STATUS KARIES GIGI ANAK BERUSIA 12 TAHUN
MENGGUNAKAN INDEKS CARIES ASSESSMENT
SPECTRUM AND TREATMENT (CAST) DI SMP
NEGERI 9 DAN MTs ISLAMIYAH SUNGGAL
KOTA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

JEHAN ELFANDARI
NIM: 120600056

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2018

Jehan Elfandari
Status karies gigi pada anak berusia 12 tahun menggunakan indeks Caries
Assessment Spectrum and Treatment (CAST) di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal Kota Medan
ix + 29 halaman
Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) merupakan gabungan
indeks DMFT, ICDAS II, dan PUFA. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
prevalensi dan persentase distribusi gigi menggunakan indeks CAST pada anak
berusia 12 tahun di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal Kota Medan. Jenis
penelitian ini adalah survei deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Jumlah
sampel sebanyak 209 anak menggunakan teknik purposive sampling. Siswa diperiksa
rongga mulutnya untuk mendapatkan status kondisi gigi menggunakan indeks CAST.
Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi dan ditampilkan dalam bentuk
persentase. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies adalah 72,24% dengan
31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan menderita karies. Persentase kondisi gigi
diperoleh 86,04% sehat; 0,31% silen; 0,24% restorasi; 8,54% perubahan enamel;
2,03% diskolorisasi dentin; 0,63% kavitas dentin; 1,38% keterlibatan pulpa; 0,04%
abses/fistula; dan 0,65% hilang. Sebagai kesimpulan, populasi memiliki prevalensi
karies yang tinggi dengan perempuan lebih rentan terkena karies daripada laki-laki.
Walaupun demikian persentase kondisi gigi sehat lebih tinggi daripada kondisi gigi
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa indeks CAST dapat memperlihatkan perjalanan
karies dan tingkatan lesi karies secara lengkap. Daftar Rujukan: 28 (2009-2017)

Kata kunci: karies, usia 12 tahun, indeks CAST

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 September 2018

Pembimbing Tanda tangan

Prof. Sondang Pintauli, drg.,Ph.D ………….….


NIP : 19640712 198903 2 001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 20 September 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D


2. Darmayanti Siregar, drg., MKM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas izin-Nya-lah skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak
dalam penulisan skripsi ini. Sebagai penulis, saya menyampaikan ucapan terima kasih
dengan kerendahan hati serta penghargaan kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku penasehat akademik
yang telah memberikan nasihat dan motivasi selama penulis menjalani masa
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku Plt. Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat dan seluruh staf pengajar.
4. Prof. Sondang Pintauli., drg., Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Gema Nazri Yanti, drg., M. Kes dan Darmayanti Siregar, drg., MKM selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan bantuan sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP (K) selaku Ketua Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.
7. Ibu Hj. Lisnawati Susman, SH, MM dan Bapak Drs. Abdul Holik, S.Pd
selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Medan dan MTs Islamiyah Sunggal Medan
yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
8. Keluarga besar Komunitas Muslim (K-Mus) Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, sahabat Indomie, dan teman-teman seperjuangan yang

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan
nasihat, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan
kepada kedua orang tua, Ayahanda Edison dan Ibunda Sri Yulietni serta adik-adik
tersayang M. Alvin Akbar, M. Aldie Akbar, dan Alya Rahmatiwi.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dalam pengembangan ilmu yang
berguna bagi masyarakat.

Medan, 20 September 2018


Penulis,

Jehan Elfandari
NIM: 120600056

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ..........................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................................................vi

DAFTAR TABEL...........................................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karies..............................................................................................................................6
2.1.1 Risiko Karies.............................................................................................................7
2.2 Indeks Pengukuran Kelainan Rongga Mulut yang Digunakan
pada Penelitian Epidemiologi..................................................................................7
2.2.1 Indeks DMFT (Klein).............................................................................................7
2.2.2 Indeks ICDAS II......................................................................................................8
2.2.3 Indeks PUFA.............................................................................................................9
2.2.4 Indeks CAST.............................................................................................................9
2.3 Kerangka Konsep......................................................................................................12

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................13
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................13
3.2.1 Lokasi Penelitian...................................................................................................13
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................................................13
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................13
3.3.1 Populasi....................................................................................................................13
3.3.2 Sampel......................................................................................................................13

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................................15
3.5 Cara Pengumpulan Data.........................................................................................16
3.6 Pengolahan dan Analisis Data...............................................................................16
3.7 Etika Penelitian..........................................................................................................16

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Persentase Siswa dan Siswi Berusia 12 Tahun Berdasarkan Jenis
Kelamin di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal...............................18
4.2 Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Menggunakan
Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal......................18
4.3 Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 12 tahun Berdasarkan
Jenis Kelamin Menggunakan Indeks CAST di SMP Negeri 9
dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................................................18
4.4 Persentase Kondisi Gigi pada Anak Usia 12 Tahun
Menggunakan Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal....................................................................................................19
4.5 Persentase Kondisi Gigi pada Anak Usia 12 Tahun pada Laki-
Laki dan Perempuan Menggunakan Indeks CAST di SMP
Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal.................................................................19
4.6 Distribusi Elemen Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Menggunakan
Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal......................20

BAB 5 PEMBAHASAN...............................................................................................................22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan.................................................................................................................25
6.2 Saran.............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................27

LAMPIRAN

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Indeks DMFT Klein..................................................................................................................8
2. Indeks ICDAS II........................................................................................................................8
3. Indeks PUFA...............................................................................................................................9
4. Indeks CAST............................................................................................................................11
5. Indeks CAST............................................................................................................................16
6. Persentase siswa dan siswi berusia 12 tahun berdasarkan jenis kelamin
di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal...............................................................18
7. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................18
8. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun berdasarkan jenis
kelamin menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal..................................................................................................................18
9. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................19
10. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun pada laki-laki dan
perempuan menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal..................................................................................................................20
11. Distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................21

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Kuisioner status karies gigi pada anak yang berusia 12 tahun menggunakan indeks
Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal Kota Medan.
2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.
3. Lembar persetujuan subjek setalah penjelasan (informed consent).
4. Surat persetujuan komisi etik penelitian (ethical Cleareance).
5. Surat permohonan izin penelitian di SMP Negeri 9 Medan dan MTs Islamiyah
Sunggal Kota Medan.
6. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari pihak SMP Negeri 9 Medan.
7. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari pihak MTs Islamiyah Sunggal.

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Penyakit
ini menyerang jaringan keras gigi dan disebabkan oleh asam yang dihasilkan bakteri
dari metabolisme karbohidrat. Karies merupakan penyakit multifaktor. Faktor utama
penyebab karies adalah gigi (host), mikroorganisme (agen), diet (substrat), dan
1
waktu. Proses karies bersifat retrospektif, artinya awal mula proses karies telah
berlangsung jauh sebelum tanda klinis terlihat. Adanya hubungan antara pengalaman
karies dan perkembangan karies di masa mendatang. Hal ini ditandai dengan
2
meningkatnya prevalensi karies seiring dengan bertambahnya usia.
Pada tahun 2009 sebanyak 71,81% anak usia 12 tahun mengalami karies di
3
Romania. Penelitian Al-Darwish di Qatar tahun 2012 menunjukkan 85% anak usia
4
12-14 tahun terkena karies. Penelitian yang dilakukan di Palestina pada tahun 2014
5
menunjukkan prevalensi karies pada usia 12 tahun adalah 40,57%. Prevalensi karies
6
anak usia 12 tahun di Kota Eritrea, Afrika Timur, pada tahun 2017 adalah 78%.
Penelitian oleh Reddy dkk tahun 2017 di Telangana, India, menunjukkan 26,6% anak
7
usia 6-13 tahun terkena karies. Survei karies di Indonesia berdasarkan data yang
diperoleh dari SKRT tahun 2007 melampirkan prevalensi karies di Indonesia adalah
72,1%. Riskesdas 2013 menunjukkan usia 12 tahun memiliki prevalensi karies
sebesar 24,8%. Pada usia 35-44 tahun meningkat menjadi 30,5% dan 31,9% pada usia
2
45-54 tahun. Adiatman dkk melakukan survei di tahun 2016 yang menunjukkan 84%
anak usia 12 tahun mengalami karies di daerah Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok,
8
Tangerang, Bekasi).
Perempuan lebih rentan terkena karies daripada laki-laki. Prevalensi karies di
Palestina tahun 2014 diperoleh 28,37% laki-laki dan 49,5% perempuan yang
5
menderita karies. Prevalensi karies di Kota Eritrea, Afrika Timur, terdapat 78% laki-
6
laki dan 79% perempuan terkena karies. Kota Telangana, India, terdapat 44,4%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

7
karies pada laki-laki dan 45,8% karies pada perempuan. Sedangkan di Kota Jakarta
8
dan sekitarnya ditemukan 80% laki-laki dan 88% perempuan menderita karies. Gigi
molar 1 permanen merupakan elemen gigi yang paling sering terkena karies di kedua
4
rahang, yaitu 29,9% pada maksila dan 26,3% pada mandibula.
9
Anak adalah mereka yang berumur di bawah 18 tahun. Anak dapat
mengalami penurunan kualitas hidup akibat karies yang tidak dirawat. Karies yang
tidak dirawat dapat menimbulkan rasa sakit, kehilangan gigi di usia dini, abses,
destruksi tulang, infeksi, malnutrisi, dan tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhan
10
serta perkembangan anak. Pemilihan anak usia 12 tahun karena pada usia ini gigi
insisivus 1 hingga molar 1 permanen telah erupsi. Kondisi ini sesuai untuk
mengevaluasi kesehatan rongga mulut anak setelah 6 tahun mulai erupsinya gigi
2
permanen. Usia 12 tahun ditetapkan sebagai usia pemantauan global (global
monitoring age) untuk karies karena pada umumnya usia ini anak akan meninggalkan
bangku sekolah dasar. Diharapkan anak akan lebih kooperatif sehingga lebih mudah
2
dilakukan pemeriksaan. Usia 12 juga tahun juga ditetapkan sebagai indikator
kelompok usia global (global indicator age group) untuk perbandingan dan
pengawasan tren penyakit.
Indeks pengukuran karies yang umum digunakan adalah indeks DMFT
(Decay, Missing, Filling Tooth). DMFT merupakan indeks karies yang
direkomendasikan WHO. Pada penelitian yang dilakukan di Brazil, peneliti
mengalami kesulitan melaporkan hasil penelitian ketika menggunakan dua indeks,
yaitu ICDAS II (International Caries Detection and Assessment System) dan PUFA
(Pulpitis, Ulser, Fistula, Abses). Tujuan dua indeks digunakan bersama agar tingkat
keparahan karies dapat diketahui. Penggunaan dua indeks karies secara bersamaan
dapat menimbulkan kesulitan dalam menilai karena indeks yang digunakan tidak
memiliki standar yang sama. Oleh karena itu dibutuhkan satu indeks yang mencakup
keseluruhan kondisi karies, akibat karies tidak dirawat, restorasi hingga gigi yang
11
sehat.
Pada tahun 2011, Frencken dkk mempromosikan penggunaan indeks karies
baru, yaitu indeks CAST (Caries Assessment Spectrum and Treatment). Sejak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

pertama kali dipromosikan, CAST telah banyak dipublikasikan dalam jurnal


12
internasional. Penelitian di Brazil oleh de Souza dkk menggunakan indeks CAST
pada anak usia 6-11 tahun menunjukkan prevalensi karies sebesar 12,7% pada gigi
11,13-14
permanen. Baginska dkk mengevaluasi status karies menggunakan indeks
CAST pada anak usia 7-8 tahun di Polandia memperoleh hasil penelitian dengan
prevalensi karies 14,8-17,3% gigi molar permanen mengalami karies. Pada gigi molar
1 dan 2 desidui banyak ditemukan karies dengan keterlibatan pulpa hingga
15
pencabutan. Penggunaan indeks CAST di India pada tahun 2017 diperoleh
prevalensi karies pada usia 11-14 tahun adalah 28,6%. Pada usia 12 tahun terdapat
30% laki-laki dan 28,1% perempuan yang menderita karies. Pada gigi permanen
ditemukan 75% dalam kondisi sehat (kode 0); 0% silen (kode 1); 1,2% restorasi (kode
2); 5,5% perubahan enamel (kode 3); 1,2% diskolorisasi dentin (kode 4); 14,7%
kavitas pada dentin (kode 5); 2,4% keterlibatan pulpa (kode 6); 0% abses/fistula
16
(kode 7), dan 0% hilang akibat karies (kode 8).
Penelitian Bhardwaj tahun 2014 menyatakan bahwa prevalensi karies paling
tinggi terdapat pada gigi yang berada di mandibula. Pada kelompok umur yang sama,
perempuan memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi dari laki-laki baik pada gigi
desidui maupun gigi permanen. Penelitian yang dilakukan pada gigi permanen anak
usia 6-12 tahun ini menunjukkan bahwa 77,38% molar 1; 6,18% insisivus sentralis;
5,15% insisivus lateralis; 4,96% premolar 1; 2,63% premolar 2; 1,9% molar 2; dan
1,8% kaninus maksila terkena karies . Pada mandibula ditemukan 80% molar 1
terkena karies; 4,93% premolar 1; 4,53% premolar 2; 4,53% molar 2; 2,9% kaninus;
17
2,8% insisivus sentralis; dan 0,31% pada insisivus lateralis. Hal ini berbeda dengan
penelitian Demirci dkk tahun 2010 menunjukkan bahwa 62,4% gigi permanen
maksila terkena karies dan 37,6% pada mandibula. Molar permanen merupakan gigi
yang paling banyak ditemukan dalam kondisi karies, yaitu 11,5% molar 1 maksila;
11% molar 1 mandibula; 11,5% molar 2 maksila; dan 11% molar 2 mandibula. Pada
maksila, gigi kaninus merupakan gigi yang sedikit ditemukan karies, yaitu 4,6%.
16
Sementara pada mandibula, gigi insisivus sentralis hanya ditemukan 1,7% karies.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Gigi molar 1 permanen merupakan gigi permanen yang pertama kali erupsi
yaitu pada usia 6 tahun. Demirci dkk pada tahun 2010 memeriksa 2383 gigi dan
17
molar berisiko terkena karies hingga 45%. Penelitian Shyam dkk menyatakan
bahwa molar 1 mandibula lebih berisiko terkena karies dari molar 1 maksila, yaitu
4,6% dan 4,3% perubahan enamel (kode 3) pada molar 1 mandibula serta 0,9% dan
7
0,9% molar 1 maksila.
Gigi molar 1 memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan gigi
permanen setelahnya. Molar 1 permanen merupakan kunci oklusi karena memiliki
ukuran yang lebih besar dari elemen gigi permanen lainnya. Gigi molar terletak
dibagian posterior lengkung gigi dan memiliki anatomi berupa fisur yang
mempermudah sisa makanan tersangkut. Letak dan bentuk anataomi molar inilah
yang membuatnya sulit untuk dibersihkan. Kurangnya perhatian menjaga kebersihan
rongga mulut membuat gigi terkena karies. Bila adanya kerusakan ataupun
pencabutan dini pada molar 1 permanen akan berakibat susunan gigi yang erupsi
18
setelah molar 1 menjadi crowded. Kondisi molar yang buruk tentu dapat
menggambarkan kondisi gigi lainnya ataupun ramalan kondisi gigi di masa yang akan
datang. Kondisi rongga mulut dapat memperlihatkan kebiasaan merawat gigi dan
pengalaman karies seseorang.
Penelitian ini mengambil data dari siswa yang berada pada tingkat SMP
karena usia 12 tahun lebih banyak ditemukan pada tingkat SMP daripada SD. SMP
Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal merupakan 2 sekolah tempat dilakukannya
penelitian. Sekolah ini terletak di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan. Alasan
pemilihan sekolah ini karena lokasi mudah dijangkau oleh peneliti dan belum pernah
dilakukan penelitian mengenai kesehatan gigi sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas
maka peneliti tertarik untuk mengukur status karies gigi pada anak usia 12 tahun
menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal.

1.2 Rumusan Masalah


Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah “bagaimana status
karies gigi pada anak berusia 12 tahun menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

dan MTs Islamiyah Sunggal Kota Medan”.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan
indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal.
2. Mengetahui prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun berdasarkan
jenis kelamin menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal.
3. Mengetahui persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan
indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal.
4. Mengetahui persentase kondisi gigi anak usia 12 tahun pada laki-laki dan
perempuan menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal.
5. Mengetahui distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan
indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan menambah wawasan dalam
melakukan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks CAST.
2. Bagi penyelenggara program, membantu meyusun program pencegahan
karies pada masyarakat.
3. Bagi tenaga medis, selain menambah wawasan sekaligus memberikan
gambaran status karies pada anak usia 12 tahun yang selanjutnya dapat digunakan
dalam menyusun rencana perawatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies
Karies merupakan penyakit global yang diderita hampir seluruh penduduk di
dunia. Karies disebabkan oleh ketidakseimbangan komposisi kimia antara cairan dan
mineral yang ada pada biofilm (plak). Proses karies dimulai saat karbohidrat
difermentasi oleh bakteri dan terbentuklah asam organik berupa asam laktat, formik,
asetat, dan propionik. Asam tersebut berpenetrasi ke jaringan, menghancurkan
10
enamel, dentin, dan sementum lalu terbentuklah kavitas. Proses demineralisasi
terjadi jika pH rongga mulut berada pada level 5,2-5,5 yang terjadi 2-5 menit setelah
mengonsumsi sukrosa. Kondisi pH yang rendah akan bertahan 30-60 menit. Jika tidak
dilakukan pembersihan rongga mulut maka dapat mengakibatkan karies. Karies
merupakan suatu proses yang dinamis. Proses karies merupakan bagian yang
retrospektif. Permulaan proses karies telah dimulai jauh sebelum manifestasi klinis
terlihat. Mengetahui tingkat risiko seseorang terkena karies dapat membantunya
1
memberi upaya pencegahan.
19
Karies secara langsung memengaruhi kualitas hidup anak. Karies yang tidak
dirawat dapat menimbulkan rasa sakit, kehilangan gigi pada usia dini, abses, destruksi
tulang, infeksi, malnutrisi, dan tentunya dapat memengaruhi pertumbuhan dan
10 2
perkembangan anak. Anak adalah mereka yang berumur di bawah 18 tahun. Lebih
dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya akibat murid yang absen karena sakit
gigi. Rata-rata lama aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat masalah gigi di
20
Sumatera Utara adalah 3,24 hari dan di kota Medan 3,15 hari. Hal ini dapat
memengaruhi konsentrasi anak saat mengikuti proses belajar di rumah maupun di
sekolah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

2.1.1 Risiko Karies


Perempuan lebih rentan terkena karies daripada laki-laki. Hal ini disebabkan
karena laju alir saliva pada perempuan lebih rendah dari laki-laki. Laju alir saliva
pada perempuan adalah 0,45 ml/menit sedangkan pada laki-laki 0,59 ml/menit.
Perempuan memiliki sedikit Ig A di saliva dari pada laki-laki. Ig A merupakan protein
yang berperan dalam melindungi gigi dari karies. Faktor diet juga memengaruhi
risiko karies pada perempuan. Perempuan memiliki akses yang lebih terhadap
makanan sehingga memungkinkan perempuan mengonsumsi makanan di luar jam
21
makan utama.
Gigi molar maksila dan mandibula merupakan gigi dengan risiko karies
tertinggi daripada elemen lainnya. Sementara itu gigi insisivus dan kaninus
mandibula merupakan gigi dengan tingkat karies terendah. Molar 1 mandibula lebih
berisiko terkena karies karena lebih banyak memiliki pit dan tambahan groove
daripada molar 1 maksila. Molar 1 permanen mandibula lebih dulu erupsi dari molar
18
1 permanen maksila.

2.2 Indeks Pengukuran Kelainan Rongga Mulut yang Digunakan pada


Penelitian Epidemiologi
Penelitian epidemiologi adalah suatu cakupan area penelitian untuk melihat
distribusi dan akibat dari suatu penyakit pada suatu populasi tertentu. Pada penelitian
epidemiologi, peneliti akan menggunakan indeks sebagai standar pengukuran suatu
penyakit atau kondisi. Standar pengukuran ini berguna dalam membantu
22
menggambarkan keparahan suatu penyakit.

2.2.1 Indeks DMFT (Klein)


Indeks DMFT Klein merupakan gagasan yang dikemukakan oleh Klein,
Palmer, dan Knuston pada tahun 1938 dan kemudian dimodifikasi pada tahun 1977
23
dan 1987. Walaupun indeks ini merupakan rujukan WHO dan sejak dulu digunakan
pada penelitian epidemiologi di dunia, indeks ini tidak mampu menggambarkan
keparahan lesi karies yang terjadi dan gagal mendeteksi lesi nonkavitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Tabel 1. Indeks DMFT Klein


23
Karakteristik Kode Deskripsi
Karies (Decay) D Gigi permanen dengan lesi karies yang belum
ditambal.
Mi Gigi permanen dengan lesi karies yang tidak
Kehilangan gigi dapat ditambal lagi (harus dicabut).
(Missing) Me Gigi permanen dengan lesi karies yang tidak
dapat di tambal lagi (sudah dicabut).
Restorasi (Filling) F Gigi permanen dengan lesi karies yang telah
ditambal dengan sempurna.

2.2.2 Indeks ICDAS II


ICDAS dikembangkan tahun 2001 oleh sekelompok grup, ahli epidemiologis,
dan ahli konservasi gigi. ICDAS dikembangkan karena keterbatasan indeks DMFT
dalam melampirkan perkembangan lesi karies. Pada tahun 2009 indeks ini
disempurnakan menjadi ICDAS II yang meliputi karies pada koronal, restorasi, dan
23
silen namun tidak menggolongkan lesi pada pulpa.

Tabel 2. Indeks ICDAS II


23
Kode Kriteria
0 Permukaan gigi sehat: tidak ada tanda-tanda karies setelah
dilakukan semprotan udara selama 5 detik.
Adanya perubahan secara visual pada enamel: opaksitas atau
1 diskolorisasi (putih atau cokelat) terlihat setelah disemprot
udara dan tidak begitu kelihatan saat permukaan gigi basah.
2 Terlihat jelas perubahan pada enamel: opaksitas atau
diskolorisasi pada permukaan yang basah.
Kerusakan enamel akibat karies tanpa melibatkan dentin atau
3 sudah ada bayangan yang mengenai dentin: opaksitas atau
diskolorisasi meluas ketika permukaan basah ataupun kering.
4 Bayangan hitam dari dentin dengan atau tanpa kerusakan
enamel.
5 Terlihat jelas kavitas hingga dentin.
6 Perluasan kavitas pada dentin hingga melibatkan lebih dari
setengah permukaan gigi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.2.3 Indeks PUFA


Tahun 2010, Van Palenstein Helderman dkk memperkenalkan indeks baru
yang diberi nama PUFA. Indeks ini dikembangkan karena keterbatasan indeks DMFT
menilai kondisi gigi yang tidak dirawat akibat karies. PUFA menggambarkan 4
kondisi gigi yaitu lesi karies dengan keterlibatan pulpa (pulpitis), ulser pada mukosa
23-24
dan fragmen akar, fistula, dan abses.

23-24
Tabel 3. Indeks PUFA
Kode Kriteria
P Adanya keterlibatan pulpa akibat karies.
U Ulserasi pada jaringan lunak akibat trauma bagian gigi yang
tajam karena karies, misalnya pada lidah dan mukosa bukal.
F Fistula berupa pus yang keluar dari sinus trek yang
berhubungan dengan keterlibatan pulpa.
A Abses berupa pembengkakan berisi pus yang berhubungan
dengan keterlibatan pulpa.

2.2.4 Indeks CAST


Pada tahun 2007 peneliti dari WHO menyatakan bahwa penelitian terhadap
karies membutuhkan skala pengukuran indeks oral yang mencakup banyak kondisi
lesi karies. Penelitian yang dilakukan di Brazil pada tahun 2011 mengalami kesulitan
dalam memaparkan hasil pemeriksaan yang ada di lapangan menggunakan dua indeks
12
yang berbeda, yaitu ICDAS II dan PUFA. Kondisi inilah yang mengharuskan
dibuatnya indeks yang praktis dalam penggunaan dan mencakup kedua indeks
tersebut.
Pada tahun 2011 dipublikasikan inovasi pengukuran indeks karies baru oleh
Jo E. Frencken, Rodrigo G. de Amorin yang berasal dari Universitas Nijmegen
Medical Centre, Belanda, serta Jorge Faber dan Soraya C. Leal dari Universitas
Brazilia, Brazil, yang diberi nama CAST (Caries Assessment Spectrum and
11-16
Treatment). CAST merupakan gabungan dari tiga indeks sebelumnya, yaitu
komponen M dan F pada indeks DMFT, ICDAS II, dan PUFA. CAST dapat
memaparkan tingkatan lesi secara lengkap. Hal ini berguna dalam menyusun rencana
perawatan. Indeks ini terdiri dari sepuluh kode yang dapat menunjukkan kondisi gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

yang sehat tanpa adanya lesi karies (kode 0), adanya pemberian bahan silen pada pit
dan fisur (kode 1), gigi telah direstorasi (kode 2), terjadi perubahan visual pada
enamel (kode 3), dentin mengalami diskolorisasi dengan atau tanpa kerusakan enamel
(kode 4), adanya kavitas hingga dentin tanpa mengenai kamar pulpa (kode 5), karies
telah mengenai kamar pulpa (kode 6), Abses/fistula yang terjadi karena inflamasi
pada periapikal akibat karies (kode 7), ekstraksi akibat karies (kode 8), dan kondisi
lainnya yang tidak disebabkan oleh karies (kode 9) yang dapat digunakan pada gigi
7,11-15
desidui maupun gigi permanen. CAST berbeda dari indeks karies lainnya.
Semakin tinggi level penomorannya memperlihatkan keparahan lesi akibat karies.
CAST cocok digunakan pada penelitian epidemiologi karena mampu
mengkategorikan secara lengkap data pengalaman karies dibanding DMFT. Jika
dibandingkan dengan ICDAS II, CAST cenderung hemat biaya dan waktu karena
15
ICDAS II menggunakan semprotan udara dalam pemeriksaannya. Walaupun pada
CAST tidak meggunakan semprotan udara, operator diperbolehkan menggunakan
cotton roll jika pandangan terganggu akibat adanya saliva.
Ketiga indeks yang menyusun indeks CAST ini saling melengkapi. Kode M
dan F pada DMFT diberi kode 8 dan 2. Tingkatan lesi karies ICDAS II pada CAST
lebih sederhana. Semula indeks ini memiliki tiga tingkatan lesi pada enamel dan tiga
tingkatan lesi pada dentin menjadi satu tingkatan lesi enamel dan dua tingkatan lesi
pada dentin. Pada PUFA huruf “P” yang berarti perkembangan lesi karies hingga
pulpa diberi nomor 6 dan “A” yang berarti abses serta “F” yang berarti fistula diberi
nomor 7 pada CAST. CAST mampu menggolongkan lesi nonkavitas namun tidak
mempertimbangkan karies aktif atau inaktif karena hal ini dianggap hanya digunakan
pada studi klinis, bukan epidemiologi. CAST juga telah divalidasi oleh 56 ahli
epidemiologi dari 24 negara, di antaranya Kanada, Meksiko, Brazil, Chile, Afrika
Selatan, Tanzania, Nigeria, Irak, Turki, Finlandia, Jerman, Inggris, Cina, Thailand,
11,13
Australia, dan India.
Hasil pengelompokkan dari indeks CAST dapat digunakan dalam praktik
kedokteran gigi, edukasi, penelitian, dan penyusunan program pencegahan. Banyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

penduduk di suatu negara yang mengalami kesulitan dalam mengakses perawatan


gigi. Indeks ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi masalah gigi.

5,11-15
Tabel 4. Indeks CAST
Karakteristik Kode Deskripsi Konsep Sehat
Sehat 0 Tidak ada tanda-tanda lesi
karies.
Silen 1 Pit dan fisur ditutupi bahan Sound
silen.
Restorasi 2 Kavitas direstorasi secara
direk atau indirek.
Terjadi perubahan secara
visual pada enamel.
Enamel 3 Diskolorisasi akibat lesi Premorbidity
karies dengan atau tanpa
kerusakan enamel.
Diskolorisasi pada dentin
4 akibat karies dengan atau
Dentin tanpa kerusakan enamel. Morbidity
Tampak kavitas hingga
5 dentin dan kondisi pulpa
masih utuh.
Mengenai kamar pulpa.
Pulpa 6 Tampak kavitas hingga
kamar pulpa atau adanya
fragmen pada akar. Serious/Severe
Pembengkakan berisi pus Morbidity
Abses/Fistula 7 yang keluar dari sinus track
dan berhubungan dengan
keterlibatan pulpa.
Kehilangan 8 Gigi hilang karena karies. Mortality
gigi
Lainnya 9 Kondisi tidak sesuai dengan -
salah satu kategori di atas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2.3 Kerangka Konsep

Subjek usia 12 tahun siswa SMPN


9 dan MTs Islamiyah Sunggal

Status karies gigi


berdasarkan indeks CAST

Jenis kelamin Jenis elemen gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui
status karies gigi pada anak yang berusia 12 tahun menggunakan indeks CAST di
SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 9 Jalan Letjend. T.B. Simatupang
nomor 118 dan MTs Islamiyah Sunggal Jalan Pinang Baris nomor 150 Kecamatan
Medan Sunggal, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dari Desember 2016 sampai dengan Februari 2018
yang meliputi penelitian, pengolahan data, dan penulisan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini ada siswa/i kelas 1 di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal Medan yang berjumlah 249 orang.

3.3.2 Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus penelitian,
yaitu: ⁄ ( )

( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
: Derajat kepercayaan (untuk α = 0,05 adalah 1,96)

11
P : Estimasi proporsi = 12,7% = 0,127
d : Presisi = 5% = 0,05
Nilai yang dipakai pada penelitian di atas berdasarkan penelitian de Souza
dkk. Nilai proporsi yang digunakan adalah 0,127. Sampel penelitian dipilih dengan
metode purposive sampling sesuai kriteria:
a. Kriteria Inklusi : bersedia menjadi responden pada penelitian ini
b. Kriteria Eksklusi : siswa/i yang tidak kooperatif.
Jumlah sampel minimum adalah 192 orang. Untuk menghindari drop-out
maka sampel dilebihkan 17 orang sehingga jumlah sampel keseluruhan 209 orang.
Sampel terdiri atas:
1. SMP Negeri 9 yang berjumlah 135 orang
2. MTs Islamiyah Sunggal yang berjumlah 74 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
15
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat/Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Status Keadaan yang Indeks - Kode 0: sehat Ordinal
karies menggambarkan CAST - Kode 1: silen
kondisi karies pada - Kode 2: restorasi
rongga mulut - Kode 3:
perubahan enamel
- Kode 4:
diskolorisasi dentin
- Kode 5: kavitas
dentin
- Kode 6:
keterlibatan pulpa
- Kode 7:
abses/fistula
- Kode 8: hilang
akibat karies

2. Jenis Perbedaan antara - - Laki-laki Nominal


kelamin laki-laki dan - Perempuan
perempuan secara
biologis sejak
seseorang lahir
3. Elemen Angka yang Sistem FDI Angka pertama Nominal
gigi menunjukkan menunjukkan
permanen letak/kuadran dan letak/kuadran gigi:
jenis gigi 1= kanan atas
2 = kiri atas
3 = kiri bawah
4 = kanan bawah
Angka kedua

menunjukkan jenis
gigi:
1 = insisivus
sentralis
2 = insisivus
lateralis
3 = kaninus
4 = premolar 1
5 = premolar 2
6 = molar 1
7 = molar 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

3.5 Cara Pengumpulan Data


1. Pemeriksaan karies dilakukan di dalam kelas yang telah disediakan pihak
sekolah.
2. Pemeriksaan menggunakan prob CPI, kaca mulut, semprotan udara
portable, dan headlamp. Penggunaan prob CPI sesuai dengan penelitian yang
14
dilakukan de Souza dkk saat menggunakan indeks CAST. Menurut Oral Health
Surveys Basic Methods edisi ke-5, prob CPI merupakan instrumen yang digunakan
26
pada pemeriksaan karies.
3. Hasil pemeriksaan dicatat oleh petugas dalam kuisioner yang telah
disediakan berdasarkan indeks CAST.

10-16,22
Tabel 5. Indeks CAST
Karakteristik Kode Deskripsi
Sehat 0 Tidak ada tanda-tanda lesi karies.
Silen 1 Pit dan fisur ditutupi bahan silen.
Restorasi 2 Kavitas direstorasi secara direk atau indirek.
Terjadi perubahan secara visual pada enamel.
Enamel 3 Diskolorisasi akibat lesi karies dengan atau tanpa
kerusakan enamel.
4 Diskolorisasi pada dentin akibat karies dengan
atau tanpa kerusakan enamel.
Dentin
5 Tampak kavitas hingga dentin dan kondisi pulpa
masih utuh.
Pulpa 6 Mengenai kamar pulpa. Tampak kavitas hingga
kamar pulpa atau adanya fragmen pada akar.
Pembengkakan berisi pus yang keluar dari sinus
Abses/Fistula 7 track dan berhubungan dengan keterlibatan
pulpa.
Kehilangan gigi 8 Gigi hilang karena karies.
Lainnya 9 Kondisi tidak sesuai dengan salah satu kategori di
atas.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi dan selanjutnya data
diolah secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam bentuk persentase.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

3.7 Etika Penelitian


Etika penelitian mencakup:
1. Komisi Etik (Ethical Clearence)
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat
internasional maupun nasional.
2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan dilakukannya penelitian,
tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal
lain yang berkaitan dengan penelitian.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Persentase Siswa dan Siswi Berusia 12 Tahun Berdasarkan Jenis


Kelamin di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
Pada penelitian ini diperoleh 45,45% laki-laki dan 54,54% perempuan (Tabel
6).

Tabel 6. Persentase siswa dan siswi berusia 12 tahun berdasarkan jenis kelamin di
SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=209)
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 95 45,45
Perempuan 114 54,54
4.2 Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Menggunakan

Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal


Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies adalah 72,24% dan 27,75%
anak tidak karies (Tabel 7).

Tabel 7. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST di
SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=209)
Karies Tidak Karies
n % n %
151 72,24 58 27,75

4.3 Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Berdasarkan Jenis
Kelamin Menggunakan Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan
menderita karies (Tabel 8).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Tabel 8. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun berdasarkan jenis kelamin
menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
(n=209)
Jenis Kelamin Karies Tidak Karies Jumlah
n % n %
Laki-laki 66 31,57 29 13,87 95
Perempuan 85 40,66 29 13,87 114
Total 151 72,23 58 27,74 209

4.4 Persentase Kondisi Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Menggunakan


Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
Secara keseluruhan terlihat bahwa 86,04% gigi permanen dalam kondisi sehat
(kode 0). Selain itu kondisi yang paling sering ditemukan adalah perubahan pada
enamel (kode 3) sebanyak 8,54% dan diskolorisasi dentin 2,03% (Tabel 9).

Tabel 9. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=151)
Kode Deskripsi n (gigi) Jumlah (%)
CAST
0 Sehat 3546 86,04
1 Silen 13 0,31
2 Restorasi 10 0,24
3 Perubahan pada enamel 352 8,54
4 Diskolorisasi pada dentin 84 2,03
5 Kavitas pada dentin 26 0,63
6 Keterlibatan pulpa 57 1,38
7 Abses/fistula 2 0,04
8 Hilang/dicabut akibat karies 27 0,65
Total 4122 100

4.5 Persentase Kondisi Gigi Anak Usia 12 Tahun pada Laki-Laki dan
Perempuan Menggunakan Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal
Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan 44,64% laki-laki dan
55,35% perempuan memiliki gigi yang sehat (kode 0). Perubahan enamel (kode 3)
pada laki-laki sebanyak 39,2% dan 60,79% pada perempuan (Tabel 10).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Tabel 10. Persentase kondisi gigi anak usia 12 tahun pada laki-laki dan perempuan
menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
(n=151)
Kode n Laki-laki Perempuan
CAST (gigi) n % n %
0 3546 1583 44,64 1963 55,35
1 13 1 7,69 12 92,3
2 10 5 50 5 50
3 352 138 39,2 214 60,79
4 84 26 30,95 58 69,04
5 26 8 30,76 18 69,23
6 57 19 33,33 38 66,66
7 2 1 50 1 50
8 27 5 18,51 22 81,48

4.6 Distribusi Elemen Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Menggunakan


Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
Secara keseluruhan >88% gigi insisivus 1 hingga premolar 2 permanen dalam
kondisi sehat (kode 0). Gigi molar 1 merupakan gigi dengan persentase distribusi
sehat (kode 0) paling rendah dari elemen gigi lainnya dengan persentase <69%.
Distribusi sehat paling banyak ditemukan pada gigi 32, yaitu 98,01% dan paling
rendah ditemukan pada gigi 46, yaitu 27,15%. Kondisi selanjutnya yang banyak
ditemukan adalah perubahan enamel (kode 3) dan 37,74% ditemukan pada gigi 46
(Tabel 11).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Tabel 11. Distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=151)
Kode CAST (%)
Gigi n Sehat Silen Restorasi Enamel Dentin Dentin Pulpa Abses/ Hilang
(gigi) Fistula
(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8)
(7)
11 151 94,03 0 0,66 2,64 0,66 1,32 0 0 0
12 151 95,36 0 0 1,98 2,64 0 0 0 0
13 144 95,83 0 0 1,38 0,69 0 1,38 0 0,69
14 150 89,33 0,66 0 8 0 0,66 1,33 0 0
15 150 91,33 1,33 0 4,66 0,66 0,66 1,33 0 0
16 151 68,87 1,32 0,66 19,86 5,29 0,66 2,64 0 0,66
17 128 84,37 0,78 0 8,59 1,56 0,78 0,78 0 3,12
21 151 91,39 0 0 5,96 0 0,66 0 0 0
22 151 93,37 0 0 5,29 0,66 0,66 0 0 0
23 143 89,51 0,69 0 4,19 2,09 0,69 0,69 0 0
24 151 89,4 1,98 0 5,96 0,66 0,66 0,66 0 0
25 148 91,21 1,35 0 4,72 0 0,67 0 0 2,02
26 151 66,22 0,66 0 22,51 5,29 0,66 3,31 0 1,32
27 135 86,66 0,74 0,74 10,37 0 0 0 0 1,48
31 151 97,35 0 0 2,64 0 0 0 0 0
32 151 98,01 0 0 1,98 0 0 0 0 0
33 148 97,97 0 0 1,35 0 0,67 0 0 0
34 147 94,55 0 0 2,72 0 0,68 0 0 2,04
35 144 88,88 0,69 0,69 2,77 1,38 1,38 0 0 3,47
36 150 36 0 0 33,33 10,66 5,33 10,66 0,66 2,66
37 138 71,01 0,72 0 19,56 5,79 0 0,72 0 2,17
41 151 97,35 0 0 2,64 0 0 0 0 0
42 151 96,02 0 0 2,64 0 0,66 0 0,66 0
43 150 97,33 0 0 2 0 0 0 0 0,66
44 148 92,56 0 0,67 4,72 0,67 0,67 0 0 0,67
45 145 88,96 0,68 0,68 6,89 1,37 0,68 0 0 0,68
46 151 27,15 0 1,32 37,74 11,25 3,97 13,9 0 4,63
47 142 69,01 0 1,4 20,42 7,74 0,7 0 0 0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies 72,24%. Hasil penelitian ini


lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan Shyam dkk pada tahun 2017 hanya
terdapat 28,6% yang menderita karies dengan menggunakan indeks CAST. Tingginya
prevalensi karies dapat disebabkan makanan dan minuman yang bersifat kariogenik
27
yang sering dikonsumsi oleh anak-anak dan kebiasaan menyikat gigi. Selain itu
pola asuh orang tua dan tingkat sosial ekonomi juga dapat memengaruhi terjadinya
28
karies. Pada penelitian Shyam dkk, rendahnya prevalensi karies disebabkan
Provinsi Haryana, India, merupakan salah satu daerah yang memiliki air
16
berfluorida. Air yang mengandung ion berfluorida memiliki efek untuk memperkuat
enamel gigi. Sementara sumber air di Indonesia seperti air PAM, air mata air, air
minum isi ulang, dan air minum dalam kemasan bermerk tidak mencukupi kebutuhan
26
rata-rata fluorida per hari. Kebutuhan minimal fluorida dalam sehari adalah 3 mg
per hari. Jika dikomparasi dengan jumlah asupan makanan yang mengandung fluorida
dan kebiasaan menggunakan pasta gigi dalam sehari rata-rata hanya terpenuhi 1,7 mg
per hari. Hal inilah yang mungkin menyebabkan prevalensi karies pada penelitian ini
lebih tinggi dari penelitian Shyam.
Berdasarkan jenis kelamin terdapat 31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan yang
menderita karies. Persentase kondisi gigi pada laki-laki dan perempuan menunjukkan
bahwa keduanya memiliki persentase gigi sehat lebih tinggi dari kondisi gigi lainnya,
yaitu 44,64% laki-laki dan 55,35% perempuan. Kondisi berikutnya dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan banyak ditemukan gigi yang mengalami perubahan enamel
sebanyak 39,2% pada laki-laki dan 60,79% pada perempuan. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Shyam dkk yang menunjukkan bahwa laki-laki memiliki prevalensi karies
16
yang lebih tinggi dari perempuan, yaitu 30% pada laki-laki dan 28,1% pada perempuan.
Penelitian pada gigi permanen anak usia 6-12 tahun yang dilakukan Bhardwaj
menyimpulkan bahwa prevalensi karies

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

gigi permanen pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki pada kelompok umur yang
18
sama. Penelitian Demirci dkk tahun 2010 menyimpulkan secara umum perempuan
19
memiliki persentase karies yang lebih tinggi dari laki-laki. Secara teori hal ini
dipengaruhi oleh perbedaan jumlah kandungan Ig A pada saliva laki-laki dan
perempuan yang mampu melindungi gigi dari karies, lajur alir saliva yang memiliki
fungsi sebagai self-cleansing pada rongga mulut, dan faktor diet pada perempuan
18
yang lebih sering mengonsumsi makanan di luar jam makan utama.
Persentase kondisi gigi menggunakan indeks CAST menunjukkan 86,04%
gigi permanen dalam kondisi sehat; 0,31% silen; 0,24% restorasi; 8,54% perubahan
enamel; 2,03% diskolorisasi dentin; 0,63% kavitas pada dentin; 1,38% keterlibatan
pulpa; 0,04% abses/fistula; dan 0,65% dicabut akibat karies. Perubahan enamel
merupakan persentase gigi tertinggi setelah kondisi sehat. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Shyam dkk yang menunjukkann kavitas pada dentin merupakan kondisi
16
gigi tertinggi setelah kondisi sehat, yaitu 14,7%. Hal ini mungkin disebabkan
enamel merupakan lapisan terluar gigi yang lebih dulu terkena karies, sehingga pada
penelitian penulis persentase perubahan enamel lebih tinggi daripada kavitas pada
dentin.
Secara keseluruhan >88% gigi insisivus 1 hingga premolar 2 permanen dalam
kondisi sehat. Persentase distribusi elemen gigi menggunakan indeks CAST
menunjukkan 98,01% sehat pada gigi insisivus lateralis kiri mandibula (Tabel 11).
Gigi molar 1 mandibula merupakan gigi yang memiliki persentase sehat terendah,
yaitu hanya terdapat 36% gigi molar 1 kiri mandibula dan 27,15% gigi molar 1 kanan
mandibula dalam kondisi sehat. Berbeda dengan penelitian Shyam dkk yang
menunjukkan gigi insisivus, premolar, dan molar memiliki persentase distribusi sehat
yang tinggi, yaitu >85%. Hal ini disebabkan air di tempat penelitian Shyam dkk di
Provinsi Haryana, India, mengandung fluorida sehingga gigi mereka telah terpapar
zat pelindung gigi sejak kecil. Sementara sumber air di Indonesia tidak mencukupi
26
kebutuhan flourida per hari. Kondisi inilah yang membuat lebih sedikit molar pada
penelitian penulis ditemukan dalam kondisi sehat, yaitu <69%. Kondisi selanjutnya
paling banyak ditemukan perubahan enamel pada gigi molar 1 kanan mandibula yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

37,74% dan keterlibatan pulpa pada gigi molar 1 kiri mandibula sebanyak 13,9%.
Penelitian ini sama dengan penelitian Shyam dkk yang menyatakan bahwa molar 1
mandibula lebih berisiko terkena karies dari molar 1 maksila, yaitu 4,6% dan 4,3%
16
karies pada molar 1 mandibula serta 0,9% dan 0,9% karies pada maksila. Molar 1
mandibula lebih berisiko terkena karies karena lebih banyak memiliki pit dan
tambahan groove dari pada molar 1 maksila dan molar 1 permanen mandibula lebih
19
dulu erupsi dari molar 1 permanen maksila.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan:
1. Prevalensi karies gigi anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
adalah 72,24%.
2. Prevalensi karies gigi anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
berdasarkan jenis kelamin adalah 31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan.
3. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST adalah 86,04% gigi sehat; 0,31% silen; 0,24% restorasi; 8,54% perubahan
enamel; 2,03% diskolorisasi pada dentin; 0,63% kavitas pada dentin; 1,38%
keterlibatan pulpa; 0,04% abses/fistula; 0,65% hilang/dicabut akibat karies.
4. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST pada laki-laki adalah 44,64% gigi dalam kondisi sehat; 7,69% silen; 50%
restorasi; 39,2% mengalami perubahan enamel; 30,95% diskolorisasi dentin; 30,76%
kavitas hingga dentin; 33,33% adanya keterlibatan pulpa; 50% abses/fistula; dan
18,51% hilang/dicabut akibat karies. Pada perempuan persentase kondisi gigi adalah
55,35% gigi dalam kondisi sehat; 92,3% silen; 50% restorasi; 60,79% perubahan
enamel; 69,04% diskolorisasi dentin; 69,23% kavitas hingga dentin; 66,66%
keterlibatan pulpa akibat karies; 50% abses/fistula; 81,48% hilang/dicabut akibat
karies.
5. Persentase distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan
indeks CAST menunjukkan 98,01% insisivus lateralis kiri mandibula dalam kondisi
sehat; 1,98% premolar 1 kiri maksila telah diberi silen; 1,4% molar 2 kanan
mandibula telah direstorasi; 37,74% molar 1 kanan mandibula mengalami perubahan
enamel; 11,25% molar 1 kanan mandibula mengalami diskolorisasi dentin; 5,33%
molar 1 kiri mandibula terdapat kavitas hingga dentin; 13,9% molar 1 kanan
mandibula terdapat keterlibatan pulpa akibat karies; 0,66% molar 1 kiri mandibula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dan insisivus lateralis kanan mandibula terdapat abses/fistula; dan 4,63% molar 1
kanan mandibula hilang/dicabut akibat karies.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa indeks CAST dapat
memperlihatkan perjalanan karies dan tingkatan karies secara lengkap.

6.2 Saran
1. Orang tua sebaiknya rutin memeriksakan gigi anak ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya dimulai ketika anak berusia 6 bulan.
2. Diharapkan adanya kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua untuk
merawat kesehatan rongga mulut anak.
3. Penambahan program sekolah dengan menambahkan adanya kegiatan sikat
gigi bersama sebelum memulai pelajaran setelah jam istirahat siang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan


pemeliharaan. Edisi revisi, Medan: USU Press, 2012: 4-7.
2. Kementrian Kesehatan RI. Riskesdas 2013. Jakarta, 2013: 147-55.
3. Nuca C, Amariei C, Borutta A, Petcu L. Prevalence and severity of dental caries
in – and 12 years old children in Constanta District (Urban Area), Romania.
OHDMBSC 2009;8:22.
4. Al-Darwish M, El Ansari W, Bener A. Prevalence of dental caries among 12-14
year old children in Qatar. Saudi Dent J 2014; 26: 7.
5. Mahfouz M, Asaid AA. Dental caries prevalence among 12-15 years old Palestian
children. Int Scholary Research Nutries (Hindawi) 2014:1-2
6. Andegiorgish AK, Weldemariam BW, Kifie MM, Mebrahtu FG, Zewde HK,
Tewelde MG. Prevalence of dental caries and associated factors among 12 years
old student in Eritrea (East Africa). BMC Oral Health 2017:1.
7. Shyam R, MAnjunath BC, Kumar A, Narang R, Goyal A, Piplani A. Assessment
of Dental Caries Spectrum among 11 to 14-year-old school going children in
India. J Clinical and Diagnostic Research 2017; 11: 78-79.
8. Adiatman M, Maharani DA, Yuvana AL, dkk. Dental and Gingival Status of 5 and
12-Year-Old Children in Jakarta and Its Satellite Cities. J Dentistry Indonesia
2016; 23: 6-7.
9. Moreira FS. Epidemiology of dental caries in the world. In: Virdi M. eds. Oral
Health Care Pediatric, Research, Epidemiology and Clinical Practices, INTECH,
2012: 149, 151.
10. A. Bagramian R, Garcia-Godoy F, R. Volpe A. The global increase in dental
caries. A pending public health crisis. American J Dentistry 2009; 1: 3-5.
11. de Souza AL, Leal SC, M. Bronkhorst E, E. Frencken J. Assessing caries status
according to the CAST instrument and WHO criterion in epidemiological studies.
BMC Oral Health 2014; 1-2, 7, 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

12. E. Frencken J, G. de Amorin R, Faber J, C. Leal S. The Caries Assessment


Spectrum and Treatment (CAST) index: rational and developed. Int Dent J 2011;
61: 117-21.
13. de Souza AL, M. Bronkhorst E, H. J. Creugers N, C. Leal S, E. Frencken J. The
Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) instrument: its
reproducibility in clinical studies. Int Dent J. 2014; 1-2.
14. de Souza AL, C. Leal S, B. Chaves S, M. Bronkhorst E, E. Frencken J, H. J.
Creugers N. The Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) instrument:
construct validation. Eur J Oral Sci 2014: 1-2.
15. Baginska J, Rodakowska E, Milewski R, Kierklo A. Dental caries in primary and
permanent molars in 7-8-years-old schoolchildren evaluated with Caries
Assessment Spectrum and Treatment (CAST) index. J BMC Oral Health 2014;
14: 1-6.
16. Bhardwaj VK. Dental caries prevalence in individual tooth in primary and
permanent dentition among 6-12 years old school children in Shimla, Himachal
Pradesh. Int J Health & Allied Science 2014; 3: 126-27.
17. Demirci M, Tuncer S, Yuceokur AA. Prevalence of caries on individual tooth
surfaces and its distribution by age and gender in University Clinic Patients.
European J Dentistry 2010; 4: 272, 276.
18. Barman M, Tirth A, Tandon V, Chandra S, Ain T. Prevalence of dental caries in
first permanent molars among 12 years school going children in Purba Medinipur
City, West Bengal. Int Research J Clinical Med 2016; 1: 14.
19. Sultan Ali N, Sultan Ali N, Khan M, Qamruddin I, Askary H, Sajwani A.
Prevalence of dental caries in the first permanent molars in children between 8-12
years. JPDA 2013; 22: 119.
20. Kementrian Kesehatan RI. Riskesdas dalam angka Provinsi Sumatera Utara 2013.
Jakarta, 2013: 188-191
21. Ferraro M, Vieira AR. Explaining Gender Differences in Caries: A multifactorial
approach to a multifactorial disease. Int J Dent 2010: 2-3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

22. Edward Lo. Caries process and prevention strategies: epidemiology. Crest + Oral-
B at dentalcare.com Continuing Education Course. 2014, 8 December. 3-4.
23. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over the
last decade. RSBO 2012; 3: 316-20.
24. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, Holmgren C, van Palenstein
Helderman W. PUFA – An index of clinical consequences of untreated dental
caries. Community Dent Oral Epidemiology 2010; 38: 77-78.
-
25. Widana GAB, Astawa KP, Nida IKPS. Analisis ion florida (F ) dalam air minum
kemasan, PAM dan mata airdi wilayah Kecamatan Buleleng Bali. Dalam:
Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan
Saintifik. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI. Surakarta, 2014:
536, 541.
26. World Health Organization. Oral Health Surveys Basic Methods. Edisi 5. Geneva:
WHO Press, 2013: 31,42.
27. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.
28. Kar S, Kundu G, Ghosh C, Jana A, Kundu DK, Maiti SK. A comparative
evaluation of caries prevalence among orphan and normal children of Malda,
West Bengal evaluated with caries assessment spectrum and treatment-a recent
caries assessment system. World J Pharmaceutical 2015; 2133-37.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/


KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

STATUS KARIES GIGI ANAK BERUSIA 12 TAHUN MENGGUNAKAN INDEKS


CARIES ASSESSMENT SPECTRUM AND TREATMENT (CAST) DI SMP NEGERI
9 DAN MTs ISLAMIYAH SUNGGAL KOTA MEDAN

Nama: _______________________ Nomor :


Nama sekolah: _________________ Pemeriksa : _____________
Tgl/bln/thn: _____________
1. Jenis kelamin: 1. Laki-laki

2. Perempuan 1
Pemeriksaan gigi:

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

X = gigi belum erupsi

Indeks CAST:
Karakteristik Kode Deskripsi
Sehat 0 Tidak ada tanda-tanda lesi karies.
Silen 1 Pit dan fisur ditutupi bahan silen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Restorasi 2 Kavitas direstorasi secara direk atau indirek.
Terjadi perubahan secara visual pada enamel.
Enamel 3 Diskolorisasi akibat lesi karies dengan atau tanpa
kerusakan enamel.
4 Diskolorisasi pada dentin akibat karies dengan
atau tanpa kerusakan enamel.
Dentin
5 Tampak kavitas hingga dentin dan kondisi pulpa
masih utuh.
Pulpa 6 Mengenai kamar pulpa. Tampak kavitas hingga
kamar pulpa atau adanya fragmen pada akar.
Pembengkakan berisi pus yang keluar dari sinus
Abses/Fistula 7 track dan berhubungan dengan keterlibatan
pulpa.
Kehilangan gigi 8 Gigi hilang karena karies.
Lainnya 9 Kondisi tidak sesuai dengan salah satu kategori di
atas.
Skor CAST:

2. Jumlah skor gigi sehat (0) =


2
3. Jumlah skor silen (1) =
3
4. Jumlah skor restorasi (2) =
4
5. Jumlah skor enamel (3) =
5
6. Jumlah skor dentin (4) =
6
7. Jumlah skor dentin (5) =
7
8. Jumlah skor pulpa (6) =
8
9. Jumlah skor abses/fistula (7) =
9
10. Jumlah skor kehilangan gigi (8) =
10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI
CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Ibu/Bapak.


Perkenalkan nama saya Jehan Elfandari, mahasiswa yang sedang menjalani
Pendidikan Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian berjudul “Status Karies Gigi Anak Berusia 12 Tahun
Menggunakan Indeks Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) di
SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal Kota Medan”. Saya memohon
kesediaan Ibu/Bapak untuk memberikan izin kepada putra/putri Ibu/Bapak yang
bersekolah di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal untuk dapat saya jadikan
sebagai subjek penelitian yang akan dilaksanakan di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut
siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan
tambahan wawasan mengenai gigi berlubang.
Penelitian berupa pemeriksaan langsung pada gigi dan mulut siswa
menggunakan kaca mulut, prob, dan semprotan udara. Hasil pemerikasaan akan
dicatat dalam kuisioner yang telah tersedia. Saya dan tim hanya melakukan
pemeriksaan terhadap gigi dan mulut siswa tanpa melakukan tindakan perawatan
ataupun perlukaan. Pemeriksaan berlangsung 2-3 menit setiap siswa dan siswa hanya
diminta untuk membuka mulut saja. Sebagai ucapan terima kasih siswa akan saya
berikan susu cair kotak setelah dilakukannya pemeriksaan.
Jika bersedia, lembar persetujuan menjadi subjek penelitian terlampir harap
ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut
tidak mengikat, putra/putri Ibu/Bapak dapat mengundurkan diri dari penelitian ini
kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Jika ada yang ingin ditanyakan, dapat
menghubungi saya Jehan Elfandari (085271666456).
Demikian lembar penjelesan ini saya sampaikan, semoga dapat dimengerti
dan atas kesediaan Ibu/Bapak saya ucapkan terima kasih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :
No. Telp/Hp :
Selaku orang tua dari anak :
Nama :
Kelas/Sekolah :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai


penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada
penelitian yang berjudul:

”Status Karies Gigi Anak Berusia 12 Tahun Menggunakan Indeks Caries


Assessment Spectrum and Treatment (CAST) di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal Medan”

dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan


menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, …. Januari 2017


yang menyetujui,
orang tua/ wali subjek

(………………………..)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai