Usu
Usu
2018
Elfandari, Jehan
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8136
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STATUS KARIES GIGI ANAK BERUSIA 12 TAHUN
MENGGUNAKAN INDEKS CARIES ASSESSMENT
SPECTRUM AND TREATMENT (CAST) DI SMP
NEGERI 9 DAN MTs ISLAMIYAH SUNGGAL
KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
JEHAN ELFANDARI
NIM: 120600056
Jehan Elfandari
Status karies gigi pada anak berusia 12 tahun menggunakan indeks Caries
Assessment Spectrum and Treatment (CAST) di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal Kota Medan
ix + 29 halaman
Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) merupakan gabungan
indeks DMFT, ICDAS II, dan PUFA. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
prevalensi dan persentase distribusi gigi menggunakan indeks CAST pada anak
berusia 12 tahun di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal Kota Medan. Jenis
penelitian ini adalah survei deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Jumlah
sampel sebanyak 209 anak menggunakan teknik purposive sampling. Siswa diperiksa
rongga mulutnya untuk mendapatkan status kondisi gigi menggunakan indeks CAST.
Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi dan ditampilkan dalam bentuk
persentase. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies adalah 72,24% dengan
31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan menderita karies. Persentase kondisi gigi
diperoleh 86,04% sehat; 0,31% silen; 0,24% restorasi; 8,54% perubahan enamel;
2,03% diskolorisasi dentin; 0,63% kavitas dentin; 1,38% keterlibatan pulpa; 0,04%
abses/fistula; dan 0,65% hilang. Sebagai kesimpulan, populasi memiliki prevalensi
karies yang tinggi dengan perempuan lebih rentan terkena karies daripada laki-laki.
Walaupun demikian persentase kondisi gigi sehat lebih tinggi daripada kondisi gigi
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa indeks CAST dapat memperlihatkan perjalanan
karies dan tingkatan lesi karies secara lengkap. Daftar Rujukan: 28 (2009-2017)
TIM PENGUJI
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas izin-Nya-lah skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak
dalam penulisan skripsi ini. Sebagai penulis, saya menyampaikan ucapan terima kasih
dengan kerendahan hati serta penghargaan kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku penasehat akademik
yang telah memberikan nasihat dan motivasi selama penulis menjalani masa
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku Plt. Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat dan seluruh staf pengajar.
4. Prof. Sondang Pintauli., drg., Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Gema Nazri Yanti, drg., M. Kes dan Darmayanti Siregar, drg., MKM selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan bantuan sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP (K) selaku Ketua Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.
7. Ibu Hj. Lisnawati Susman, SH, MM dan Bapak Drs. Abdul Holik, S.Pd
selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Medan dan MTs Islamiyah Sunggal Medan
yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
8. Keluarga besar Komunitas Muslim (K-Mus) Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, sahabat Indomie, dan teman-teman seperjuangan yang
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan
nasihat, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan
kepada kedua orang tua, Ayahanda Edison dan Ibunda Sri Yulietni serta adik-adik
tersayang M. Alvin Akbar, M. Aldie Akbar, dan Alya Rahmatiwi.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dalam pengembangan ilmu yang
berguna bagi masyarakat.
Jehan Elfandari
NIM: 120600056
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................5
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................................15
3.5 Cara Pengumpulan Data.........................................................................................16
3.6 Pengolahan dan Analisis Data...............................................................................16
3.7 Etika Penelitian..........................................................................................................16
BAB 5 PEMBAHASAN...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................27
LAMPIRAN
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indeks DMFT Klein..................................................................................................................8
2. Indeks ICDAS II........................................................................................................................8
3. Indeks PUFA...............................................................................................................................9
4. Indeks CAST............................................................................................................................11
5. Indeks CAST............................................................................................................................16
6. Persentase siswa dan siswi berusia 12 tahun berdasarkan jenis kelamin
di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal...............................................................18
7. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................18
8. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun berdasarkan jenis
kelamin menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal..................................................................................................................18
9. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................19
10. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun pada laki-laki dan
perempuan menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal..................................................................................................................20
11. Distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal..................................................21
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuisioner status karies gigi pada anak yang berusia 12 tahun menggunakan indeks
Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) di SMP Negeri 9 dan MTs
Islamiyah Sunggal Kota Medan.
2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.
3. Lembar persetujuan subjek setalah penjelasan (informed consent).
4. Surat persetujuan komisi etik penelitian (ethical Cleareance).
5. Surat permohonan izin penelitian di SMP Negeri 9 Medan dan MTs Islamiyah
Sunggal Kota Medan.
6. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari pihak SMP Negeri 9 Medan.
7. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari pihak MTs Islamiyah Sunggal.
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
7
karies pada laki-laki dan 45,8% karies pada perempuan. Sedangkan di Kota Jakarta
8
dan sekitarnya ditemukan 80% laki-laki dan 88% perempuan menderita karies. Gigi
molar 1 permanen merupakan elemen gigi yang paling sering terkena karies di kedua
4
rahang, yaitu 29,9% pada maksila dan 26,3% pada mandibula.
9
Anak adalah mereka yang berumur di bawah 18 tahun. Anak dapat
mengalami penurunan kualitas hidup akibat karies yang tidak dirawat. Karies yang
tidak dirawat dapat menimbulkan rasa sakit, kehilangan gigi di usia dini, abses,
destruksi tulang, infeksi, malnutrisi, dan tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhan
10
serta perkembangan anak. Pemilihan anak usia 12 tahun karena pada usia ini gigi
insisivus 1 hingga molar 1 permanen telah erupsi. Kondisi ini sesuai untuk
mengevaluasi kesehatan rongga mulut anak setelah 6 tahun mulai erupsinya gigi
2
permanen. Usia 12 tahun ditetapkan sebagai usia pemantauan global (global
monitoring age) untuk karies karena pada umumnya usia ini anak akan meninggalkan
bangku sekolah dasar. Diharapkan anak akan lebih kooperatif sehingga lebih mudah
2
dilakukan pemeriksaan. Usia 12 juga tahun juga ditetapkan sebagai indikator
kelompok usia global (global indicator age group) untuk perbandingan dan
pengawasan tren penyakit.
Indeks pengukuran karies yang umum digunakan adalah indeks DMFT
(Decay, Missing, Filling Tooth). DMFT merupakan indeks karies yang
direkomendasikan WHO. Pada penelitian yang dilakukan di Brazil, peneliti
mengalami kesulitan melaporkan hasil penelitian ketika menggunakan dua indeks,
yaitu ICDAS II (International Caries Detection and Assessment System) dan PUFA
(Pulpitis, Ulser, Fistula, Abses). Tujuan dua indeks digunakan bersama agar tingkat
keparahan karies dapat diketahui. Penggunaan dua indeks karies secara bersamaan
dapat menimbulkan kesulitan dalam menilai karena indeks yang digunakan tidak
memiliki standar yang sama. Oleh karena itu dibutuhkan satu indeks yang mencakup
keseluruhan kondisi karies, akibat karies tidak dirawat, restorasi hingga gigi yang
11
sehat.
Pada tahun 2011, Frencken dkk mempromosikan penggunaan indeks karies
baru, yaitu indeks CAST (Caries Assessment Spectrum and Treatment). Sejak
Gigi molar 1 permanen merupakan gigi permanen yang pertama kali erupsi
yaitu pada usia 6 tahun. Demirci dkk pada tahun 2010 memeriksa 2383 gigi dan
17
molar berisiko terkena karies hingga 45%. Penelitian Shyam dkk menyatakan
bahwa molar 1 mandibula lebih berisiko terkena karies dari molar 1 maksila, yaitu
4,6% dan 4,3% perubahan enamel (kode 3) pada molar 1 mandibula serta 0,9% dan
7
0,9% molar 1 maksila.
Gigi molar 1 memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan gigi
permanen setelahnya. Molar 1 permanen merupakan kunci oklusi karena memiliki
ukuran yang lebih besar dari elemen gigi permanen lainnya. Gigi molar terletak
dibagian posterior lengkung gigi dan memiliki anatomi berupa fisur yang
mempermudah sisa makanan tersangkut. Letak dan bentuk anataomi molar inilah
yang membuatnya sulit untuk dibersihkan. Kurangnya perhatian menjaga kebersihan
rongga mulut membuat gigi terkena karies. Bila adanya kerusakan ataupun
pencabutan dini pada molar 1 permanen akan berakibat susunan gigi yang erupsi
18
setelah molar 1 menjadi crowded. Kondisi molar yang buruk tentu dapat
menggambarkan kondisi gigi lainnya ataupun ramalan kondisi gigi di masa yang akan
datang. Kondisi rongga mulut dapat memperlihatkan kebiasaan merawat gigi dan
pengalaman karies seseorang.
Penelitian ini mengambil data dari siswa yang berada pada tingkat SMP
karena usia 12 tahun lebih banyak ditemukan pada tingkat SMP daripada SD. SMP
Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal merupakan 2 sekolah tempat dilakukannya
penelitian. Sekolah ini terletak di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan. Alasan
pemilihan sekolah ini karena lokasi mudah dijangkau oleh peneliti dan belum pernah
dilakukan penelitian mengenai kesehatan gigi sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas
maka peneliti tertarik untuk mengukur status karies gigi pada anak usia 12 tahun
menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies merupakan penyakit global yang diderita hampir seluruh penduduk di
dunia. Karies disebabkan oleh ketidakseimbangan komposisi kimia antara cairan dan
mineral yang ada pada biofilm (plak). Proses karies dimulai saat karbohidrat
difermentasi oleh bakteri dan terbentuklah asam organik berupa asam laktat, formik,
asetat, dan propionik. Asam tersebut berpenetrasi ke jaringan, menghancurkan
10
enamel, dentin, dan sementum lalu terbentuklah kavitas. Proses demineralisasi
terjadi jika pH rongga mulut berada pada level 5,2-5,5 yang terjadi 2-5 menit setelah
mengonsumsi sukrosa. Kondisi pH yang rendah akan bertahan 30-60 menit. Jika tidak
dilakukan pembersihan rongga mulut maka dapat mengakibatkan karies. Karies
merupakan suatu proses yang dinamis. Proses karies merupakan bagian yang
retrospektif. Permulaan proses karies telah dimulai jauh sebelum manifestasi klinis
terlihat. Mengetahui tingkat risiko seseorang terkena karies dapat membantunya
1
memberi upaya pencegahan.
19
Karies secara langsung memengaruhi kualitas hidup anak. Karies yang tidak
dirawat dapat menimbulkan rasa sakit, kehilangan gigi pada usia dini, abses, destruksi
tulang, infeksi, malnutrisi, dan tentunya dapat memengaruhi pertumbuhan dan
10 2
perkembangan anak. Anak adalah mereka yang berumur di bawah 18 tahun. Lebih
dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya akibat murid yang absen karena sakit
gigi. Rata-rata lama aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat masalah gigi di
20
Sumatera Utara adalah 3,24 hari dan di kota Medan 3,15 hari. Hal ini dapat
memengaruhi konsentrasi anak saat mengikuti proses belajar di rumah maupun di
sekolah.
23-24
Tabel 3. Indeks PUFA
Kode Kriteria
P Adanya keterlibatan pulpa akibat karies.
U Ulserasi pada jaringan lunak akibat trauma bagian gigi yang
tajam karena karies, misalnya pada lidah dan mukosa bukal.
F Fistula berupa pus yang keluar dari sinus trek yang
berhubungan dengan keterlibatan pulpa.
A Abses berupa pembengkakan berisi pus yang berhubungan
dengan keterlibatan pulpa.
yang sehat tanpa adanya lesi karies (kode 0), adanya pemberian bahan silen pada pit
dan fisur (kode 1), gigi telah direstorasi (kode 2), terjadi perubahan visual pada
enamel (kode 3), dentin mengalami diskolorisasi dengan atau tanpa kerusakan enamel
(kode 4), adanya kavitas hingga dentin tanpa mengenai kamar pulpa (kode 5), karies
telah mengenai kamar pulpa (kode 6), Abses/fistula yang terjadi karena inflamasi
pada periapikal akibat karies (kode 7), ekstraksi akibat karies (kode 8), dan kondisi
lainnya yang tidak disebabkan oleh karies (kode 9) yang dapat digunakan pada gigi
7,11-15
desidui maupun gigi permanen. CAST berbeda dari indeks karies lainnya.
Semakin tinggi level penomorannya memperlihatkan keparahan lesi akibat karies.
CAST cocok digunakan pada penelitian epidemiologi karena mampu
mengkategorikan secara lengkap data pengalaman karies dibanding DMFT. Jika
dibandingkan dengan ICDAS II, CAST cenderung hemat biaya dan waktu karena
15
ICDAS II menggunakan semprotan udara dalam pemeriksaannya. Walaupun pada
CAST tidak meggunakan semprotan udara, operator diperbolehkan menggunakan
cotton roll jika pandangan terganggu akibat adanya saliva.
Ketiga indeks yang menyusun indeks CAST ini saling melengkapi. Kode M
dan F pada DMFT diberi kode 8 dan 2. Tingkatan lesi karies ICDAS II pada CAST
lebih sederhana. Semula indeks ini memiliki tiga tingkatan lesi pada enamel dan tiga
tingkatan lesi pada dentin menjadi satu tingkatan lesi enamel dan dua tingkatan lesi
pada dentin. Pada PUFA huruf “P” yang berarti perkembangan lesi karies hingga
pulpa diberi nomor 6 dan “A” yang berarti abses serta “F” yang berarti fistula diberi
nomor 7 pada CAST. CAST mampu menggolongkan lesi nonkavitas namun tidak
mempertimbangkan karies aktif atau inaktif karena hal ini dianggap hanya digunakan
pada studi klinis, bukan epidemiologi. CAST juga telah divalidasi oleh 56 ahli
epidemiologi dari 24 negara, di antaranya Kanada, Meksiko, Brazil, Chile, Afrika
Selatan, Tanzania, Nigeria, Irak, Turki, Finlandia, Jerman, Inggris, Cina, Thailand,
11,13
Australia, dan India.
Hasil pengelompokkan dari indeks CAST dapat digunakan dalam praktik
kedokteran gigi, edukasi, penelitian, dan penyusunan program pencegahan. Banyak
5,11-15
Tabel 4. Indeks CAST
Karakteristik Kode Deskripsi Konsep Sehat
Sehat 0 Tidak ada tanda-tanda lesi
karies.
Silen 1 Pit dan fisur ditutupi bahan Sound
silen.
Restorasi 2 Kavitas direstorasi secara
direk atau indirek.
Terjadi perubahan secara
visual pada enamel.
Enamel 3 Diskolorisasi akibat lesi Premorbidity
karies dengan atau tanpa
kerusakan enamel.
Diskolorisasi pada dentin
4 akibat karies dengan atau
Dentin tanpa kerusakan enamel. Morbidity
Tampak kavitas hingga
5 dentin dan kondisi pulpa
masih utuh.
Mengenai kamar pulpa.
Pulpa 6 Tampak kavitas hingga
kamar pulpa atau adanya
fragmen pada akar. Serious/Severe
Pembengkakan berisi pus Morbidity
Abses/Fistula 7 yang keluar dari sinus track
dan berhubungan dengan
keterlibatan pulpa.
Kehilangan 8 Gigi hilang karena karies. Mortality
gigi
Lainnya 9 Kondisi tidak sesuai dengan -
salah satu kategori di atas.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus penelitian,
yaitu: ⁄ ( )
( )
Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
: Derajat kepercayaan (untuk α = 0,05 adalah 1,96)
⁄
11
P : Estimasi proporsi = 12,7% = 0,127
d : Presisi = 5% = 0,05
Nilai yang dipakai pada penelitian di atas berdasarkan penelitian de Souza
dkk. Nilai proporsi yang digunakan adalah 0,127. Sampel penelitian dipilih dengan
metode purposive sampling sesuai kriteria:
a. Kriteria Inklusi : bersedia menjadi responden pada penelitian ini
b. Kriteria Eksklusi : siswa/i yang tidak kooperatif.
Jumlah sampel minimum adalah 192 orang. Untuk menghindari drop-out
maka sampel dilebihkan 17 orang sehingga jumlah sampel keseluruhan 209 orang.
Sampel terdiri atas:
1. SMP Negeri 9 yang berjumlah 135 orang
2. MTs Islamiyah Sunggal yang berjumlah 74 orang.
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
15
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
menunjukkan jenis
gigi:
1 = insisivus
sentralis
2 = insisivus
lateralis
3 = kaninus
4 = premolar 1
5 = premolar 2
6 = molar 1
7 = molar 2
10-16,22
Tabel 5. Indeks CAST
Karakteristik Kode Deskripsi
Sehat 0 Tidak ada tanda-tanda lesi karies.
Silen 1 Pit dan fisur ditutupi bahan silen.
Restorasi 2 Kavitas direstorasi secara direk atau indirek.
Terjadi perubahan secara visual pada enamel.
Enamel 3 Diskolorisasi akibat lesi karies dengan atau tanpa
kerusakan enamel.
4 Diskolorisasi pada dentin akibat karies dengan
atau tanpa kerusakan enamel.
Dentin
5 Tampak kavitas hingga dentin dan kondisi pulpa
masih utuh.
Pulpa 6 Mengenai kamar pulpa. Tampak kavitas hingga
kamar pulpa atau adanya fragmen pada akar.
Pembengkakan berisi pus yang keluar dari sinus
Abses/Fistula 7 track dan berhubungan dengan keterlibatan
pulpa.
Kehilangan gigi 8 Gigi hilang karena karies.
Lainnya 9 Kondisi tidak sesuai dengan salah satu kategori di
atas.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 6. Persentase siswa dan siswi berusia 12 tahun berdasarkan jenis kelamin di
SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=209)
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 95 45,45
Perempuan 114 54,54
4.2 Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Menggunakan
Tabel 7. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST di
SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=209)
Karies Tidak Karies
n % n %
151 72,24 58 27,75
4.3 Prevalensi Karies Gigi pada Anak Usia 12 Tahun Berdasarkan Jenis
Kelamin Menggunakan Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan
menderita karies (Tabel 8).
Tabel 8. Prevalensi karies gigi pada anak usia 12 tahun berdasarkan jenis kelamin
menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
(n=209)
Jenis Kelamin Karies Tidak Karies Jumlah
n % n %
Laki-laki 66 31,57 29 13,87 95
Perempuan 85 40,66 29 13,87 114
Total 151 72,23 58 27,74 209
Tabel 9. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=151)
Kode Deskripsi n (gigi) Jumlah (%)
CAST
0 Sehat 3546 86,04
1 Silen 13 0,31
2 Restorasi 10 0,24
3 Perubahan pada enamel 352 8,54
4 Diskolorisasi pada dentin 84 2,03
5 Kavitas pada dentin 26 0,63
6 Keterlibatan pulpa 57 1,38
7 Abses/fistula 2 0,04
8 Hilang/dicabut akibat karies 27 0,65
Total 4122 100
4.5 Persentase Kondisi Gigi Anak Usia 12 Tahun pada Laki-Laki dan
Perempuan Menggunakan Indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah
Sunggal
Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan 44,64% laki-laki dan
55,35% perempuan memiliki gigi yang sehat (kode 0). Perubahan enamel (kode 3)
pada laki-laki sebanyak 39,2% dan 60,79% pada perempuan (Tabel 10).
Tabel 10. Persentase kondisi gigi anak usia 12 tahun pada laki-laki dan perempuan
menggunakan indeks CAST di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal
(n=151)
Kode n Laki-laki Perempuan
CAST (gigi) n % n %
0 3546 1583 44,64 1963 55,35
1 13 1 7,69 12 92,3
2 10 5 50 5 50
3 352 138 39,2 214 60,79
4 84 26 30,95 58 69,04
5 26 8 30,76 18 69,23
6 57 19 33,33 38 66,66
7 2 1 50 1 50
8 27 5 18,51 22 81,48
Tabel 11. Distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
di SMP Negeri 9 dan MTs Islamiyah Sunggal (n=151)
Kode CAST (%)
Gigi n Sehat Silen Restorasi Enamel Dentin Dentin Pulpa Abses/ Hilang
(gigi) Fistula
(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8)
(7)
11 151 94,03 0 0,66 2,64 0,66 1,32 0 0 0
12 151 95,36 0 0 1,98 2,64 0 0 0 0
13 144 95,83 0 0 1,38 0,69 0 1,38 0 0,69
14 150 89,33 0,66 0 8 0 0,66 1,33 0 0
15 150 91,33 1,33 0 4,66 0,66 0,66 1,33 0 0
16 151 68,87 1,32 0,66 19,86 5,29 0,66 2,64 0 0,66
17 128 84,37 0,78 0 8,59 1,56 0,78 0,78 0 3,12
21 151 91,39 0 0 5,96 0 0,66 0 0 0
22 151 93,37 0 0 5,29 0,66 0,66 0 0 0
23 143 89,51 0,69 0 4,19 2,09 0,69 0,69 0 0
24 151 89,4 1,98 0 5,96 0,66 0,66 0,66 0 0
25 148 91,21 1,35 0 4,72 0 0,67 0 0 2,02
26 151 66,22 0,66 0 22,51 5,29 0,66 3,31 0 1,32
27 135 86,66 0,74 0,74 10,37 0 0 0 0 1,48
31 151 97,35 0 0 2,64 0 0 0 0 0
32 151 98,01 0 0 1,98 0 0 0 0 0
33 148 97,97 0 0 1,35 0 0,67 0 0 0
34 147 94,55 0 0 2,72 0 0,68 0 0 2,04
35 144 88,88 0,69 0,69 2,77 1,38 1,38 0 0 3,47
36 150 36 0 0 33,33 10,66 5,33 10,66 0,66 2,66
37 138 71,01 0,72 0 19,56 5,79 0 0,72 0 2,17
41 151 97,35 0 0 2,64 0 0 0 0 0
42 151 96,02 0 0 2,64 0 0,66 0 0,66 0
43 150 97,33 0 0 2 0 0 0 0 0,66
44 148 92,56 0 0,67 4,72 0,67 0,67 0 0 0,67
45 145 88,96 0,68 0,68 6,89 1,37 0,68 0 0 0,68
46 151 27,15 0 1,32 37,74 11,25 3,97 13,9 0 4,63
47 142 69,01 0 1,4 20,42 7,74 0,7 0 0 0,7
BAB 5
PEMBAHASAN
gigi permanen pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki pada kelompok umur yang
18
sama. Penelitian Demirci dkk tahun 2010 menyimpulkan secara umum perempuan
19
memiliki persentase karies yang lebih tinggi dari laki-laki. Secara teori hal ini
dipengaruhi oleh perbedaan jumlah kandungan Ig A pada saliva laki-laki dan
perempuan yang mampu melindungi gigi dari karies, lajur alir saliva yang memiliki
fungsi sebagai self-cleansing pada rongga mulut, dan faktor diet pada perempuan
18
yang lebih sering mengonsumsi makanan di luar jam makan utama.
Persentase kondisi gigi menggunakan indeks CAST menunjukkan 86,04%
gigi permanen dalam kondisi sehat; 0,31% silen; 0,24% restorasi; 8,54% perubahan
enamel; 2,03% diskolorisasi dentin; 0,63% kavitas pada dentin; 1,38% keterlibatan
pulpa; 0,04% abses/fistula; dan 0,65% dicabut akibat karies. Perubahan enamel
merupakan persentase gigi tertinggi setelah kondisi sehat. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Shyam dkk yang menunjukkann kavitas pada dentin merupakan kondisi
16
gigi tertinggi setelah kondisi sehat, yaitu 14,7%. Hal ini mungkin disebabkan
enamel merupakan lapisan terluar gigi yang lebih dulu terkena karies, sehingga pada
penelitian penulis persentase perubahan enamel lebih tinggi daripada kavitas pada
dentin.
Secara keseluruhan >88% gigi insisivus 1 hingga premolar 2 permanen dalam
kondisi sehat. Persentase distribusi elemen gigi menggunakan indeks CAST
menunjukkan 98,01% sehat pada gigi insisivus lateralis kiri mandibula (Tabel 11).
Gigi molar 1 mandibula merupakan gigi yang memiliki persentase sehat terendah,
yaitu hanya terdapat 36% gigi molar 1 kiri mandibula dan 27,15% gigi molar 1 kanan
mandibula dalam kondisi sehat. Berbeda dengan penelitian Shyam dkk yang
menunjukkan gigi insisivus, premolar, dan molar memiliki persentase distribusi sehat
yang tinggi, yaitu >85%. Hal ini disebabkan air di tempat penelitian Shyam dkk di
Provinsi Haryana, India, mengandung fluorida sehingga gigi mereka telah terpapar
zat pelindung gigi sejak kecil. Sementara sumber air di Indonesia tidak mencukupi
26
kebutuhan flourida per hari. Kondisi inilah yang membuat lebih sedikit molar pada
penelitian penulis ditemukan dalam kondisi sehat, yaitu <69%. Kondisi selanjutnya
paling banyak ditemukan perubahan enamel pada gigi molar 1 kanan mandibula yaitu
37,74% dan keterlibatan pulpa pada gigi molar 1 kiri mandibula sebanyak 13,9%.
Penelitian ini sama dengan penelitian Shyam dkk yang menyatakan bahwa molar 1
mandibula lebih berisiko terkena karies dari molar 1 maksila, yaitu 4,6% dan 4,3%
16
karies pada molar 1 mandibula serta 0,9% dan 0,9% karies pada maksila. Molar 1
mandibula lebih berisiko terkena karies karena lebih banyak memiliki pit dan
tambahan groove dari pada molar 1 maksila dan molar 1 permanen mandibula lebih
19
dulu erupsi dari molar 1 permanen maksila.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan:
1. Prevalensi karies gigi anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
adalah 72,24%.
2. Prevalensi karies gigi anak usia 12 tahun menggunakan indeks CAST
berdasarkan jenis kelamin adalah 31,57% laki-laki dan 40,66% perempuan.
3. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST adalah 86,04% gigi sehat; 0,31% silen; 0,24% restorasi; 8,54% perubahan
enamel; 2,03% diskolorisasi pada dentin; 0,63% kavitas pada dentin; 1,38%
keterlibatan pulpa; 0,04% abses/fistula; 0,65% hilang/dicabut akibat karies.
4. Persentase kondisi gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan indeks
CAST pada laki-laki adalah 44,64% gigi dalam kondisi sehat; 7,69% silen; 50%
restorasi; 39,2% mengalami perubahan enamel; 30,95% diskolorisasi dentin; 30,76%
kavitas hingga dentin; 33,33% adanya keterlibatan pulpa; 50% abses/fistula; dan
18,51% hilang/dicabut akibat karies. Pada perempuan persentase kondisi gigi adalah
55,35% gigi dalam kondisi sehat; 92,3% silen; 50% restorasi; 60,79% perubahan
enamel; 69,04% diskolorisasi dentin; 69,23% kavitas hingga dentin; 66,66%
keterlibatan pulpa akibat karies; 50% abses/fistula; 81,48% hilang/dicabut akibat
karies.
5. Persentase distribusi elemen gigi pada anak usia 12 tahun menggunakan
indeks CAST menunjukkan 98,01% insisivus lateralis kiri mandibula dalam kondisi
sehat; 1,98% premolar 1 kiri maksila telah diberi silen; 1,4% molar 2 kanan
mandibula telah direstorasi; 37,74% molar 1 kanan mandibula mengalami perubahan
enamel; 11,25% molar 1 kanan mandibula mengalami diskolorisasi dentin; 5,33%
molar 1 kiri mandibula terdapat kavitas hingga dentin; 13,9% molar 1 kanan
mandibula terdapat keterlibatan pulpa akibat karies; 0,66% molar 1 kiri mandibula
dan insisivus lateralis kanan mandibula terdapat abses/fistula; dan 4,63% molar 1
kanan mandibula hilang/dicabut akibat karies.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa indeks CAST dapat
memperlihatkan perjalanan karies dan tingkatan karies secara lengkap.
6.2 Saran
1. Orang tua sebaiknya rutin memeriksakan gigi anak ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya dimulai ketika anak berusia 6 bulan.
2. Diharapkan adanya kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua untuk
merawat kesehatan rongga mulut anak.
3. Penambahan program sekolah dengan menambahkan adanya kegiatan sikat
gigi bersama sebelum memulai pelajaran setelah jam istirahat siang.
DAFTAR PUSTAKA
22. Edward Lo. Caries process and prevention strategies: epidemiology. Crest + Oral-
B at dentalcare.com Continuing Education Course. 2014, 8 December. 3-4.
23. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over the
last decade. RSBO 2012; 3: 316-20.
24. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, Holmgren C, van Palenstein
Helderman W. PUFA – An index of clinical consequences of untreated dental
caries. Community Dent Oral Epidemiology 2010; 38: 77-78.
-
25. Widana GAB, Astawa KP, Nida IKPS. Analisis ion florida (F ) dalam air minum
kemasan, PAM dan mata airdi wilayah Kecamatan Buleleng Bali. Dalam:
Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan
Saintifik. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI. Surakarta, 2014:
536, 541.
26. World Health Organization. Oral Health Surveys Basic Methods. Edisi 5. Geneva:
WHO Press, 2013: 31,42.
27. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.
28. Kar S, Kundu G, Ghosh C, Jana A, Kundu DK, Maiti SK. A comparative
evaluation of caries prevalence among orphan and normal children of Malda,
West Bengal evaluated with caries assessment spectrum and treatment-a recent
caries assessment system. World J Pharmaceutical 2015; 2133-37.
2. Perempuan 1
Pemeriksaan gigi:
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Indeks CAST:
Karakteristik Kode Deskripsi
Sehat 0 Tidak ada tanda-tanda lesi karies.
Silen 1 Pit dan fisur ditutupi bahan silen.
(………………………..)