Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DEFINISI DAN DIMENSI KURIKULUM

TELAAH KURIKULUM

DISUSUN OLEH

I GEDE DANA SANTIKA (1113021077)

AA GEDE BASUDEWA (1113021064)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2013
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, makalah yang berjudul
“Definisi dan Dimensi Kurikulum” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Suastra, M. Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Telaah Kurikulum.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis sadari bahwa
karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat berkontribusi terhadap
kemauan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan model pembelajaran
serta dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, 10 September 2013

Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pengajaran, seorang pengajar tidak akan lepas dari apa yang
disebut dengan kurikulum, silabus dan rencana pengajaran. Kurikulum yang
merupakan patokan materi utama sangatlah penting peranannya. Oleh karena itu
seorang pengajar yang baik hendaknya mengetahui seluk-beluk kurikulum itu
sendiri.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
memahami konsep dasar dari kurikulum.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan
dengan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh
jajaran di setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan
mendalam tentang konsep dasar kurikulum, dan secara operasional harus
dijadikan rujukan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan
pendidikan yang dikelolanya.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
hal tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi
dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Namun, dalam makalah ini, kami hanya membahas pengertian kurikulum
berkaitan dengan dimensi ide, dimensi rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi
hasil.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana pengertian kurikulum secara umum?
b. Bagaimana pengertian kurikulum terkait dengan dimensi dimensi ide,
dimensi rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi hasil?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan pengertian kurikulum secara umum.
b. Mendeskripsikan pengertian kurikulum terkait dengan dimensi dimensi
ide, dimensi rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi hasil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curir“ artinya pelari dan
“Curere“ artinya ditempuh atau berpacu. Kurikulum diartikan jarak yang harus
ditempuh oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut,
kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah. Kurikulum
sebagai program pendidikan harus mencakup: (1) Sejumlah mata pelajaran atau
organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program
belajar (plan for learning) untuk siswa; (4) hasil belajar yang diharapkan. Dari
rumusan tersebut, kurikulum diartikan program dan pengalaman belajar serta
hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan
kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
pribadi dan kompetensi sosial siswa (Nana Sudjana). Adapun beberapa pengertian
kurikulum, yaitu sebagai berikut :
a. Kurikulum sesbagai satu seri pengalaman yang terjadi pada pebelajar di
sekolah (Oliva, 1992) (cenderung mengarah pada definisi kurikulum
dihubungkan dengan dimensi proses).
b. Kurikulum diintepretasikan melingkupi materi pelajaran, aktivitas, dan
pengalaman yang dimiliki siswa di bawah pengarahan sekolah baik di kelas
maupun di luar kelas (Romine, dalam Hamalik, 2001) (cenderung mengarah
pada definisi kurikulum dihubungkan dengan dimensi proses).
c. Kurikulum itu sendiri adalah sebuah konstruk/konsepsi yang merupakan
verbalisasi dari sebuah atau satu set ide yang sangat kompleks (Oliva, dalam
Hasan, 2004) (cenderung mengarah pada definisi kurikulum dihubungkan
dengan dimensi ide).
d. Hilda Taba, mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni
sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak.

3
e. J. Galen Saylor dan William M. Alexander, menjelaskan “the curriculum is
the sum total of schools effort to influence learning, whether in the classroom,
on the playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman
sekolah atau di luar sekolah.
f. Harold B. Alberty CS memandang kurikulum sebagai “all of the activities
that the provided for the students by the school”. Dengan kurikulum
dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan
tidak diadakan pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.
g. B. Othanel Smith CS. mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman
yang secara potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar
mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya
h. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, kurikulum lebih luas dari pada hanya
bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar,
cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam
tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan
hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan
adanya pilihan mata pelajaran.
i. Alice Miel, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang
bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
j. Depdikbud, kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu. Dari definisi ini mencerminkan adanya: 1) Pendidikan itu
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan; 2) Di dalam kegiatan
pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun/diatur; 3) Rencana
tersebut dilaksanakan di sekolah melalui cara yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam
implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

4
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa;
b. Peningkatan akhlak mulia;
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global;
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian
peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan
bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan
kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini
dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada
kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di
sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baim secara langsung maupun tidak
langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan
pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.

5
2.2 Dimensi Kurikulum
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoretis kita agak sulit menentukan
satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat.
R. Ibrahim (2006) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu
kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai
bidang studi. Dimensi pertama, memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan
belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai.
Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu
kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan
pendidikan dan masyarakat. Dimensi kedua, memandang kurikulum sebagai
bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan dan bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur
kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya suatu kurikulum
dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara aga tetap dinamis. Dimensi
ketiga, memandang kurikulum sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum.
Hal ini merupakan kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep – konsep dasar
tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian
dan percobaan, mereka menemukan hal – hal baru yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum
ditinjau dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana.
Kurikulum sebagi ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip dasar
tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum
dalam hubungannya dengan sistem-sistem lain, komponen-komponen kurikulum,
kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum,
dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana dan

6
rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk semua
jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Demikian pula dengan rancangan atau desain, terdapat desain
berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.
S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan
dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi tersebut yaitu: (1)
kurikulum sebagi ide/gagasan, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3)
kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis. (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan. Selanjutnya bila kita merujuk pada dimensi
pengertian yang terakhir, maka dapat dengan mudah mengungkap keempat
dimensi kurikulum tersebut dikaitkan dengan pengertian kurikulum.

A. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Ide


Pengertian kurikum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan
dijadikan pedoman dan pengembangan kurikulum selanjutnya. Kurikulum sebagai
suatu ide pada dasarnya merupakan sekumpulan ide-ide yang dipikirkan untuk
mengembangkan kurikulum baik dalam skala terbatas (mikro), maupun skala
yang luas (makro). Pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini,
diantaranya:
a. “….the content of instruction without reference to instructional ways or
means” (Henry C. Marrison, 1940).
b. “…curriculum is the substance of the school program. It is the content pupils
are expected to learn” (Donald E. Orlosky and B. Othanel smith,1978).
c. Curriculm itself is a contruct or concept, a verbalization of an extremely
complex idea or set of ideas” (Olivia, 1997:12).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

7
B. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Rencana
Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan
cara mengadministrasikan tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum menurut dimensi kedua ini
terfokus pada bentuk program yang tertulis (document curriculum). Kurikulum
dalam dimensi kedua ini merupakan tindak lanjut dari pengertian kurikulum
dimensi pertama (dimensi ide). Misalnya sebelum mengajar guru terlebih dahulu
membuat persiapan tertulis, seperti RPP, skenario pembelajaran, LKS. Pengertian-
pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya:
a. “…A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the
learning process and the development of the individual has bearing on the
shaping of curriculum” (Hilda Taba, 1962).
b. “…all planned learning outcomes for wich the school is responsible” (W.
Popham and Eva L. Baker, 1970).
c. “…the palnned and guided learning experiences and intended learning
outcomes, formulated trough the systematic reconstruction of knowledge and
experiences of the school for leaner’s continous and will full growth in
personal-social competence” (Daniel Tanner and Laurel Tanner, 1975).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi penentuan tujuan pengajaran,
menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat pengajaran
dan merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana, 1989: 31). Dengan demikian
kegiatan merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya mencapai
tujuan, melalui perencanaan yang diharapkan akan mempermudah proses belajar
mengajar yang kondusif.
Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh guru
adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang
kongkrit akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan kegiatan
yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melaksanakanya. Dalam
pandangan Zais (1976: 297) ada beberapa istilah yang berkenaan dengan tujuan,
antara lain aim goals dan objective. Pada materi ini yang dimaksud tujuan adalah

8
objective, yaitu tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik, merupakan hasil proses
belajar mengajar. Bloom (1954: 18) mengklasifikasikan tujuan tersebut menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut
Ansary (1988: 95) ada beberapa sumber tujuan pengajar yaitu: kebutuhan anak,
kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Taba (1962: 200-105) memberi beberapa pentujuk tentang cara merumuskan
tujuan pengajaran yaitu:
a. Tujan hendaknya mengandung unsure proses dan produk.
b. Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.
c. Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tu-juan
yang dimaksudkan.
d. Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat
dicapai dengan segera).
e. Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pe-ngalaman
belajar tertentu.
f. Harus komprehensif, artinya mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin
dicapai sekolah.
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah
menetapkan bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988: 120) bahan
pelajaran mencangkup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-
nilai. Dalam hal ini tiga kompunen tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai sekolah.
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan
tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan
pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping-
perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam menentu-kan
bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: signifikan-si, kegunaan,
minat, dan perkembangan manusiawi (Zais, 1976: 343). Yang harus diperhatikan
adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik
dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution (1988: 142) mengartikan
organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan pada murid. Sedangkan menurut Ansyar (1988: 122) bahwa

9
organisasi kurikulum mencangkup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa guna mencapai tujuan-tujuan.
Sukmadinata (1988: 123) menjelaskan beberapa jenis organisasi kurikulum
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu sebagai berikut: (1)
organisasi kurikulum berdasarkan atas pelajaran, (2) organisasi kurikulum
berdasarkan kebutuhan anak, (3) organisasi kuriku-lum berdasarkan masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, guru sebagai pengembang
kurikulum di sekolah sudah seharusnya data memilih jenis organisasi kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan.
Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari tugas guru
sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan me-tode mengajar ini
erat dengan hubungannya pemilihan strategi belajar me-ngajar yang paling efektif
dan efensien dalam melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan
pengajaran. Waridjan dkk. (1984: 32) mengartikan strategi pengajaran sebagai
kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar, yang dapat diberikan
kemudahan atau fasilitas kepada anak didik menuju tercapainya tujuan
pengajaran.
Menurut Sudjana (1989: 57) ada beberapa hal yang harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan di-gunakan, yaitu:
(1) tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (2) bahan pela-jaran yang akan
diajarkan, (3) jenis kegiatan belajar anak didik yang dii-nginkan. Ada beberapa
metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses
belajar mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, belajar kelompok,
dan sebagainya.
Sedangkan langkah ke empat dalam merencanakan pembelajaran adalah
merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya adalah suatu proses
menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam kon-teks situasi tertentu
(Sudjana dan Ibrahim, 1989: 119). Di sisi lain, Hasan (1988: 11) mengatakan
bahwa penilaian berbeda dengan tes dan pengukuran. Tes merupakan bagian
integral dari pengukuran, sedangkan pengukur-an hanya merupakan salah satu
langkah yang mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.

10
C. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Aktivitas
Kurikulum dalam pengertian ini, yaitu dimaknai sebagai kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa maupun para pihak-pihak yang
terkait dengan pengelolaan pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini,
di antaranya:
a. “.....The curriculum is a design made by all of those who are most intimately
concerned with the activities of the life of the children while they are in
school...a curriculum must be as flexible as life and living. It cannot be made
beforehand and given to pupils and teachers to install.[also it/.. represents
those learning each child selects, accepts, and incorporates into himself to act
with, in, and upon in subsequent experiences” (L. Thomas Hopkins, 1941).
b. “[the curriculum is] the...stream of guided activities that constitutes the life of
young people and their elders. [in a much earlier book, Rugg disapprovingly
spoke of the traditional curriculum as one...... passing on description of earlier
cultures and to perpetuating dead languages and abstract techniques which
were useful to no more than a negligible fraction of our population” (Harold
Rugg, 1947).
c. “All of the activities that are provided for students by the school constituttes
its curriculum” (Harold Alberty, 1953).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)
Dalam penjelasan sebelumnya, kita ketahui bahwa melaksanakan kurikulum
merupakan kegiatan inti dari proses perencanaan, karena tidak akan mempunyai
makna apa-apa jika rencana tersebut tidak dapat direncanakan. Melaksanakan
kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru mampu mengimpletasikannya
dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya dapat
berlangsung di dalam dan di luar sekolah dan di dalam jam pelajaran atau di luar
jam pelajaran yang telah dijadwalkan (Depdikbud, 1991: 15).
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang
guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar meliputi tahap permulaan,
tahap pengajaran dan tahap penilaian serta tindak lanjut (Sudjana, 1989: 68).

11
Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti
pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran adalah tahap inti, saat guru
berupaya menyampaikan materi pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dalam tahap ini, penggunaan metode mengajar akan berpengaruh pada
pendekatan yang akan dilakukan oleh seorang guru. Misalnya seorang guru ingin
mengaktifkan anak atau peran anak menjadi lebih dominan, maka metode CBSA
adalah metode yang tepat.
Disamping itu dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, perlu
diperhatikan pula bagaimana proses kegiatan siswa dalam belajar. Kegiatan
belajar siswa dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Kegiatan siswa dalam belajar mandiri, artinya setiap anak yang ada di kelas
melakukan kegiatan belajar masing-masing. Kegiatan belajar tersebut
mungkin sama atau mungkin pula berbeda antara seorang siswa dengan siswa
lainnya.
b. Kegiatan siswa dalam belajar kelompok, artinya siswa melakukan kegiatan
dalam situasi kelompok, misalnya bediskusi dalam memecahkan masalah.
c. Kegiatan siswa dalam pembelajaran klasikal, artinya semua siswa dalam
waktu yang sama, misalnya bila guru mengajar dengan metode ceramah,
maka kegiatan belajar siswa termasuk metode belajar klasikal.
Salah satu unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penyesuaian
untuk memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Belajar yang penting bukan menghilangkan hal-hal yang harus dipelajari, tapi
mengerti atau memperoleh pengertian yang jelas tentang sangkutpaut dan
hubungan tertentu dalam materi pelajaran yang megandung suatu masalah.

D. Pengertian Kurikulum Dihubungkan dengan Dimensi Hasil


Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat
memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang
telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut. Biasanya
tekanan utama aspek hasil yang dimaksud dilihat dari segi capaian seluruh
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa, (kompetensi akademik maupun non

12
akademik). Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini,
diantarannya sebagai berikut.
a. “…a structured series of intended learning outcomes” (Maurit. Johnson, Jr.,
1967).
b. “Curriculum is defined as a plan for archieving intended learning outcomes: a
plan concerned with porpuses, whit what is to be learned and with the result
of instruction” (Unruh and unruh 1984:96)
c. “segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi didalam ataupun diluar sekolah (Hilda Taba
Nasution, Azas-azas kurikulum).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
a. Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan
dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga
pendidikan itu. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang
terkait, baim secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru,
kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu
sendiri.
b. S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi
dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi tersebut
yaitu: (1) Kurikulum sebagi ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula
disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi
kurikulum. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu
hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan.

3.2 Saran
Kurikulum yang merupakan salah satu komponen untuk menjalankan
pembelajaran hendaknya kita pahami dengan mendalam agar kita bisa
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Kurikulum yang disusun berdasarkan
keadaan dan kebutuhan masyarakat terkini.

14

Anda mungkin juga menyukai