Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN FARINGITIS

I. KONSEP MEDIK
A. DEFINISI
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis
(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang
tenggorokan.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak,
berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan
makanan.

B. ETIOLOGI
1. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan
oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus,
mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah
streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae
atau Chlamydia pneumoniae.
2. Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan demam
3. Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat tenggorokan
teriritasi.
4. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
5. Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat kronis
(menetap).
6. Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya
dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat saat menelan,
terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah, bernanah pada kelenjar amandelnya,
disertai pembesaran kelenjar amandel.

1
C. PATOFISIOLOGI
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai
yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan
faringitis.Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat.Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring
dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.
Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja
mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena.

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala dari faringitis seperti (Rusmarjono,et.al.2001) :
1. Pada gejala awal penyakit, penderita umumnya merasakan rasa gatal dan
kering pada tenggorokannya.
2. Malaise (kelemahan) dan juga sakit kepala merupakan gejala yang sering
ditemukan karena adanya proses peradangan pada faring.
3. Selain itu, suhu tubuh bisa mengalami sedikit kenaikan (subfebris)
4. Eksudat (lendir) pada faring menebal (karena pada awal penyakit terjadi
peningkatan produksi eksudat). Eksudat ini biasanya sulit untuk
dikeluarkan.Untuk mengeluarkannya biasanya dengan batuk.
5. Suara menjadi parau/serak karena peradangan juga mengenali laring.
6. Selain itu, biasanya penderita mengalami kesulitan menelan (disfagia) akibat
nyeri telan
7. Nyeri bisa dirasakan hingga ke telinga.
8. Pada pemeriksaan akan dijumpai faring yang berwarna kemerahan dan kering.
9. Pada jaringan limfoid tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

2
Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut
Yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai
10 % pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh
bakteri Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh
streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada
tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah.
Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil,
eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati
servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut,
banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak
dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan
eksudat jarang terjadi pada umur ini.(Alan, et.al.,2001).
Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise,
fatigue, serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever).
Faringitis pada anak dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah
(Vincent, et.al., 2006)

E. KOMPLIKASI
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke
ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik

3
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb
siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian
masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan
membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada
anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk
yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)

4
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

G. PETALAKSANAAN
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg
penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini
terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28 g)
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang.
Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan
pelega tenggorokan bila perlu.

H. PENCEGAHAN
Faringitis bakteri yang tidak diobati dapat sembuh dengan sendirinya dalam
3-7 hari. Bila faringitis bakteri diberi antibiotik pada 1-2 hari pertama, masa

5
penyembuhan dan masa penularan akan menjadi lebih pendek. Faringitis virus
akan sembuh dalam 1 minggu, lamanya tergantung sistem kekebalan tubuh.
1. Obat antibiotik, seperti Penicillin, atau dapat digantikan dengan erythromycin,
tetrasiklin, cephalosporin selama 10 hari walaupun sign and symptoms telah
berkurang 5-7 hari.
2. Obat anti piuretik and analgesik, seperti Aspirin atau acetaminophen dan codein
sulfate.
3. Patient with dry thorat and distress cough, pemberian antittusive and inhalation.
4. Oral hygiene, mouth care, and liquid intake 2500 mL/day untuk memberikan rasa
segar, mencegah kekeringan dan pecah-pecah pada bibir klien.
5. Bila ada peradangan, intake cairan tambahan via infus dalam 24-72 jam.
6. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, intake cairan seimbang (terutama
bila demam), diit soft or liquid bila terjadi sulit menelan.
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik
biasanya tidak diperlukan. Infeksi oleh virus (misalnya: batuk-pilek, radang
tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus
akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan
tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan
membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan
infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak. Hanya untuk kasus yang
disebabkan bakteri saja antibiotik diperlukan (Merlina, 2011).
Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan
sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, giginya yang ditangani. Demikian juga
amandel dan sinusitis. Jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel,
atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, radang tenggorokannya akan
kembali lagi, berulang terus.
Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat
pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan
sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba
dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan
membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi, kalau lebih

6
dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika
ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara,
Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan
yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita
apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.
Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara
yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari
penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus
daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi
alergi Pada Anak-anak.
Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah, atau lesu karena gejala
radang tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus
selalu dengan obat, mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa
membantu menenangkan anak
1. Nyeri menelan: banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, parasetamol
untuk meredakan nyeri.
2. Demam : banyak minum, parasetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air
hangat.
3. Hidung tersumbat dan berair (meler): banyak minum hangat, anak diuap dengan
baskom air hangat, tetes hidung NaCI.
Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh
setelah 2 minggu. Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua
terhadap gejala anak. Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat;
anak tampak sulit bernapas, kebiruan pada bibir dan/atau kuku, anak tampak
gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan.

7
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan
melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi,
dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.
d. Observasi
1) Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
2) Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
3) Adanya suara serak, stridor, dan batuk
4) Perilaku: gelisah, takut
5) Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret, kesulitan
menelan.
6) Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungandengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada tenggorokan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret

8
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan

C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Intervensi Rasional


1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
2. Monitor temperature tubuh pasien
DX-1 secara teratur 2. Mengetahui perkembangan
3. Identifikasi adanya dehidrasi, suhu tubuh.
peradangan 3. Mengetahui adanya dehidrasi
4. Kolaborasi pemberian dan tingkat
antibiotik, antipiretik 4. Membantu dalam proses
penyembuhan
1. Kaji ulang tingkat nyeri 1. Agar tepat dalam memilih

DX-2 2. Ajarkan teknik relaksasi tindakan untuk mengatasi


nyeri
3. Kaji TTV
2. Meningkatkan relaksasi dan
4. Kolaborasi dalam pemberian
mengurangi nyeri
analgetik
3. Untuk mengetahui keaadaan
umum pasien

4. Untukmenguranginyeri
1. Kaji intake makanan pasien 1. Untuk mengetahui adanya

DX-3 2. Anjurkan pasien untuk makan peningkatan nafsu makan

makanan yang tinggi kalori dan2. Untuk memenuhi kebutuhan


serat nutrisi pasien

1. Identifikasi kualitas atau 1. Untuk mengetahui keadaan


DX-4 kedalaman nafas pasien. nafas pasien.

9
2. Anjurkan untuk minum air 2. Untuk mencairkan secret agar
hangat. mudah keluar.
3. Ajari pasien untuk batuk 3. Untuk melegakan saluran
efektif. nafas.
4. Kolaborasi untuk pemberian 4. Untuk mengencerkan dahak.
terapi

D. EVALUASI
1. Nyeri berkuran/hilang.
2. Pasien dapat bernafas secara efektif/lancar.
3. Kebutuhan nutrisi pesien terpenuhi

10
Daftar Pustaka

Alan L, Bisno LA, Chairman, Gerber AM, Gwaltney MJ, dkk.2001.


Diagnosis and management of Group A streptococcal pharyngitis: a practice
guideline.Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Rusmarjono, Soepardi, E.A. Dalam: Supardi, E.A., Iskandar. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Ed ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia. 2001.
Vincent, T., Mirian, Celestin,N.,Hussain,N.,Aneela. Pharyngitis.
http://www.a.f.p.org.2004;69:1469-70www.emedicine.com/med/topic735
htm.2006

11

Anda mungkin juga menyukai