Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang

diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa.

Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2005).

Fraktu adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin

taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya patahan

lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut

fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus

keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cendrung untuk mengalami

kontaminasi dan infeksi (A,Graham,A & Louis, S, 2005).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan jaringan lunak

disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap

(Price, A dan L. Wilson, 2005)

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di

pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan decade ini

(2005-2010) menjadi dekade tulangdan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah

karena kecelakaan lalulintas. Kecelakaan lalulintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut

WHO, juga menyebabkan kematian ±1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar

korbannya adalah remaja atau dewasa muda.

Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan

mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat yang meningkat otomatis terjadi


peningkatan penggunaan alat transportasi / kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat

yang tinggal di perkotaan. Sehingga menambah “ kesemerautan “ arus lalulintas. Arus

lalulintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecendrungan terjadinya kecelakaan

kendaraan bermotor.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS) oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Depkes RI tahun 2008 - 2010 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang

disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda

tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang

(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770

orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236

orang (1,7%). (Depkes RI, 2008 - 2010).

Dari jenis-jenis fraktur yang sering terjadi adalah fraktur femur, fraktur femur

mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur

femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki

dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan

olahraga, pekerjaan atau kecelakaan (Masjoer, A, 2005).

Penderita fraktur dengan tingkat pendidikan rendah cendrung menunjukan adanya

respon cemas yang berlebihan mengingat keterbatasan mereka dalam memahami proses

penyembuhan dari kondisi fraktur yang dialaminya tetapi sebagian besar penelitian tidak

menunjukan adanya korelasi kuat antara tingkat pendidikan dengan kecemasan penderita

fraktur. Respon cemas yang terjadi pada penderita fraktur sangat berkaitan sekali dengan

mekanisme koping yang dimilikinya, mekasnisme koping yang baik akan membentuk respon

psikologis yang baik, respon psikologis yang baik yang berperan dalam menunjang proses

kesembuhan (Depkes RI, 2008).


Penyebab dari fraktur femur terbagi menjadi dua bagian yaitu fraktur fisiologis dan

patologis. Fraktur fisiologis ini terjadi akibat kecelakaan, olahraga, benturan benda dan

trauma. Kejadian ini banyak ditemukan pada dewasa muda terutama pada laki-laki umur 45

tahun kebawah sedangkan fraktur patologis terjadi pada daerah tulang yang lemah oleh

karena tumor, osteoporosis, osteomielitis,osteomalasia dan rakhitis. Kejadian ini banyak

ditemukan pada orang tua terutama perempuan umur 60 tahun keatas (Rasjad,C, 2007).

1.2 TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah menyelesaikan blok ini mahasiswa mampu untuk memberikan Pengkajian
logi dan diagnose keperawatan.
2. Tujuan Instruksional Khusus(TIK)
a. Mampu menjelaskan anatomi, fisiologi system musculoskeletal
b. Mampu menjelaskan patofisiologi system musculoskeletal (kasus – kasus yang
serting terjadi pada berbagai tingkat usia di daerah, nasional, regional, dan
internasional)
c. Mampu menjelaskan jenis – jenis latihan
d. Mampu menjelaskan ambulasi/transport pasien
e. Mampu merumuskan masalah keperawatan gangguan aktivitas / latihan
f. Mampu mendokumentasikan berrbagai kasus system musculoskeletal
g. Mampu melakukan system layanan kesehatan dengan memanfaatkan asuransi
kesehatan pada masyarakat tidak mampu

Anda mungkin juga menyukai