Anda di halaman 1dari 31

PT153.

TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGOLAHAN PAKAN


PROGRAM STUDI PAYAKUMBUH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DEDAK PADI

PARALEL 01
KELOMPOK 02

RESI GUSTINA Bp, 1610621020


APRILIA PUTRI YERDA Bp, 1610622001

INDRI PUSPITA KUMALA S. Bp, 1610622002


RINDANG NADILA Bp, 1610622003
EXSAL GUSWANDI Bp, 1610622004
CHELSYA FITRIA Bp, 1610622005
ERIK FERNANDO Bp, 1610622007
FEDRIO WANDA Bp, 1610622012
PUTRI RAHMA SARI Bp, 1610622018

DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.Yuliaty Shafan Nur.,MS

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2018
ABSTRAK

Proses fermentasi merupakan proses anaerob sehingga perlu dihindarkan


tindakan yang mengakibatkan proses masuknya udara. Dalam suatu proses
fermentasi hal yang sangat penting adalah media fermentasi. Terdapat 2 media
fermentasi yaitu fermentasi media padat dan fermentasi media cair. Fermentasi
media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak
larut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Pada
paper ini hal yang berhubungan dengan proses fermentasi media padat, yaitu (i)
pengertian fermentasi, (ii) jenis fermentasi, (iii) fermentasi media padat, dengan
bagian pengertian fermentasi media padat, faktor yang mempengarufi fermentasi
media padat, kelebihan fermentasi media padat, kekurangen fermentasi media
padat, dan contoh produk pakan hasil fermentasi.
Kata kunci : fermentasi media padat

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun penulis sebagai tugas dari mata kuliah
Teknologi Penanganan Pengolahan Pakan, yang berjudul “Teknik Fermentasi
Media Padat”. Melalui penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami lebih dalam tentang teknik fermentasi media padat.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr.Ir.Yuliaty Shafan Nur.,MS
selaku salah satu dosen mata kuliah Teknologi Penanganan Pengolahan Pakan
yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya dan
terselesaikannya tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Penanganan Pengolahan Pakan.

Payakumbuh, 26 Agustus 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II. ISI ....................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Fermentasi ......................................................................... 3


2.2. Jenis Fermentasi .................................................................................. 4
2.3. Fermentasi Media Padat ...................................................................... 4
2.3.1. Pengertian Fermentasi Media padat .................................................. 4
2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi Media Padat ..................... 5
2.3.3. Keuntungan Fermentasi Media Padat ............................................... 5
2.3.4. Kerugian Fermentasi Media Padat .................................................... 6
2.3.5. Contoh Produk Pakan Hasil Fermentasi ........................................... 6

BAB III. KESIMPULAN ................................................................................. 15

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 15


3.2. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... vii

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fermentasi jerami padi ...................................................................... 8

Tabel 2. Fermentasi dedak padi ...................................................................... 10

Tabel 3. Fermentasi onggok ............................................................................ 12

Tabel 4. Fermentasi hijauan ............................................................................ 14

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. ....................................................................................................... 8

Gambar 2. ....................................................................................................... 10

Gambar 3. ....................................................................................................... 11

Gambar 4. ....................................................................................................... 13

vi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi penanganan pengolahan pakan merupakan dasar teknologi


untuk mengolah bahan pakan ataupun limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dari bahan pakan atau
limbah yang akan dijadikan sebagai pakan ternak. Terdapat salah satu cara
penanganan pengolahan pakan yaitu fermentasi.

Proses fermentasi merupakan proses anaerob sehingga perlu dihindarkan


tindakan yang mengakibatkan proses masuknya udara. Dalam suatu proses
fermentasi hal yang sangat penting adalah media fermentasi. Terdapat 2 media
fermentasi yaitu fermentasi media padat dan fermentasi media cair. Fermentasi
media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak
larut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas.
Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan air sebagai
fase kontinyu dari sistem pertumbuhan sel yang bersangkutan atau substrat baik
sumber karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel
dalam fase cair.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlum pembelajaran mengenai


teknik fermentasi media padat

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada tugas teknologi penanganan pengolahan


pakan adalah

1. Apa yang dimaksud dengan fermentasi


2. Apa saja jenis fermentasi menurut medianya
3. Apa yang dimaksud fermentasi media padat

1
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat pada tugas teknologi penanganan pengolahan


pakan adalah

1. Mengetahui apa itu fermentasi


2. Mengetahui jenis- jenis fermentasi menurut medianya
3. Mengetahui tentang fermentasi media padat

2
BAB II. ISI

2.1. Pengertian fermentasi

Fermentasi berasal dari kata latin “fervere” yang berarti mendidih yang
menunjukkan adanya aktivitas pada ekstrak buah-buahan atau larutan malt biji-
bijian. Kelihatan seperti mendidih karena terbentuknya gelembung-gelembung
CO2 akibat dari proses katabolisme secara anaerobik dari gula yang ada dalam
ekstrak (Sa’adah et al, 2010). Sejarah fermentasi sudah sangat tua. Proses
fermentasi yang digunakan dalam pembuatan minuman seperti bir dan anggur
diperkirakan telah dimulai pada tahun 7000 SM. Fermentasi kemudian juga
digunakan untuk membuat berbagai produk susu seperti dadih dan keju. Ilmu
yang mempelajari fermentasi dikenal sebagai zymology. Louis Pasteur adalah
zymologist pertama yang dikenal melakukan penelitian tentang ragi dan proses
fermentasi.

Fermentasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi


dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba
(Satiawihardja, 1992). fermentasi juga diartikan sebagai produksi energi di dalam
sel berupa respirasi yang terjadi dalam kondisi anaerob (tanpa melibatkan
oksigen). Secara sederhana, fermentasi adalah proses penguraian zat kompleks
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Secara prinsip, sekarang ini pengertian
fermentasi telah berkembang,yaitu seluruh perombakan senyawa organik yang
dilakukan mikroorganisme yang melibatkan enzim yang dihasilkannya, atau
dengan kata lain fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan
organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai
biokatalis. Fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah
bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.

Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah


serta berfungsi dalam pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk
menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan
makanan.

3
Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:

1. Mikroba sebagai inokulum


2. Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
3. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi
mikroba.

2.2. Jenis fermentasi

Secara umum fermentasi dibagi dua, yaitu Fermentasi Cair (liquid state
fermentation, LSF) dan Fermentasi Kering atau Media Padat (solid state
fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
(Satiawiharja, 1992) atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut
atau tersuspensi sebagai partikel ‐ partikel dalam fase cair. Fermentasi media
padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak
terlarut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas
(Dharma, 1992). Dalam fermentasi tradisional baik fermentasi medium cair
maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi cair meliputi fermentasi
minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan kefir. Fermentasi
media padat seperti fermentasi tape, oncom, kecap, tape dan silase.

2.3. Fermentasi media padat

2.3.1. Pengertian fermentasi media padat

Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung


dalam substrat tidak terlarut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak
mengalir bebas. Produk dari fermentasi media padat misalnya oncom, kecap, dan
tape (Dharma, 1992). Fermentasi media (substrat) padat mempunyai kandungan
nutrien per volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volume dapat lebih besar.

4
Substrat yang paling banyak digunakan dalam fermentasi substrat padat
adalah biji-bijian serealia, kacang-kacangan, sekam gandum, bahan yang
mengandung linoselulosa (seperti kayu dan jerami), dan berbagai bahan lain yang
berasal dari tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu berupa molekul
primer, tak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi murah, mudah diperoleh dan
merupakan sumber hara yang tinggi.

2.3.2. Faktor yang mempengaruhi fermentasi media padat

Adapun faktor yang mempengaruhi fermentasi media padat diantaranya:


(Dharma, 1992)
1. Kadar air : kadar optimum tergantung pada substrat, organisme, dan tipe
produk akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air
yang tinggi akan mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas,
difusi oksigen, volume gas, tetapi meningkatkan resiko kontaminasi
dengan bakteri.
2. Temperatur : temperatur berpengaruh pada laju reaksi biokimia selama
proses fermentasi
3. Pertukaran gas : pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat
mempengaruhi proses fermentasi.

2.3.3. Keuntungan fermentasi media padat

Fermentasi pakan, yang merupakan salah satu cara fermentasi padat,


memiliki keuntungan yang dapat disebutkan berikut ini (Dharma, 1992) :
1. Medium yang digunakan relative sederhana
2. Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relative kecil, karena
air yang digunakan sedikit.
3. Inokulum dapat disiapkan secara sederhana.
4. Kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat
alaminya.
5. Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap
partikel substrat.

5
6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah.

2.3.4. Kerugian fermentasi media padat

Kerugian dari fermentasi media padat adalah :


1. Fermentasi dengan pengadukan atau rotasi memerlukan tenaga dan energi
yang tinggi.
2. Penambahan air pada awal fermentasi meningkatkan risiko kontaminasi.
3. Kebutuhan inokulum spora diperlukan dalam jumlah besar.
4. Beberapa substrat dari produk pertanian memerlukan perlakuan awal
sebelum pemrosesan, missal pemecahan permukaan padatan.

2.3.5. Contoh produk pakan hasil fermentasi

Proses fermentasi limbah pertanian yang dijadikan pakan ternak umumnya


dilakukan dengan fermentasi media padat, seperti jerami padi, dedak, silase, dan
onggok. Ini dikarenakan fermentasi media padat dinilai lebih baik, karena volume
proses fermentasi lebih rendah dibandingkan fermentasi media cair yang
mengandung kadar air lebih tinggi. Pemanenan pada fermentasi media padat lebih
sederhana, karena tak perlu memisahkan sel mikroorganisme dengan sisa
substrat/media, sedangkan pada fermentasi media cair dibutuhkan pemisahan sel
dengan sentrifugasi atau filtrasi. Pemisahan sel tentunya akan meningkatkan biaya
produksi. Sisa substrat/media pada proses fermentasi substrat padat tetap
mempunyai nilai gizi sebagai bahan pakan, karena mengandung molekul polimer
substrat yang lebih sederhana atau lebih mudah tercerna dan mengandung enzim
hidrolisis (Stephanie dan Purwadaria, 2013).

1. Fermentasi jerami padi

Jerami padi merupakan produk samping tanaman padi yang tersedia dalam
jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan produk samping pertanian

6
lainnya dan terdapat hampir di setiap daerah di Indonesia. Ketersediaan jerami
padi dalam jumlah yang cukup melimpah ini merupakan peluang besar untuk
dimanfaatkan sebagai pakan dan sumber energi bagi ternak ruminansia. Namun,
pemanfaatan jerami padi sebagai pakan memiliki faktor pembatas, yaitu tingginya
serat kasar dan rendahnya kandungan nitrogen (Weimer et al, 2003). Serat kasar
yang tinggi menghalangi proses hidrolisis oleh enzim mikroba di dalam rumen,
sehingga menurunkan tingkat kecernaan (Tang et al, 2008). Nilai kecernaan bahan
kering jerami padi hanya mencapai 35-37% dan kandungan protein kasarnya
hanya sekitar 3-4%, padahal temak uminansia membutuhkan bahan hijauan pakan
dengan nilai kecernaan minimal 50-55% dan kandungan protein kasar sekitar 8%
(Thalib A. et al, 2000). Oleh karena itu, kualitas jerami padi perlu ditingkatkan
agar pemanfaatannya sebagai pakan dapat menjadi lebih baik. Salah satu
pendekatan adalah dengan perlakuan fermentasi menggunakan probion. Wina
(2005) menyatakan bahwa proses fermentasi jerami padi dengan probion dinilai
lebih murah, memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan lebih mudah
untuk diterapkan di tingkat petani dibandingkan dengan proses pengolahan
lainnya.
Probion merupakan produk campuran berbagai macam mikroba yang
dibuat melalui proses inkubasi anaerob isi rumen dengan tambahan mineral dan
bahan organik yang dibutuhkan mikroba (Haryanto, 2000). Mikroba yang terdapat
dalam probion diharapkan dapat menghasilkan enzim yang mampu merombak dan
merenggangkan ikatan lignosellulosa dan ignohemisellulosa, sehinga jerami padi
menjadi lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. Teratasinya faktor-faktor
pembatas di atas, diharapkan jerami padi hasil fermentasi akan mampu memenuhi
kebutuhan ternak terhadap hijauan sebagai sumber serat.
Proses pembuatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan probion
yaitu dengan pembuatan jerami padi fermentasi dengan sistem terbuka. Proses
fermentasi terbuka dilakukan pada tempat terlindung dari hujan dan sinar matahari
lansung. Bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 ton jerami
fermentasi dengan menggunakan probion adalah: 1 ton jerami padi segar, probion
(probiotik) 2,5 kg, urea 2,5 kg, dan air secukupnya. Proses pembuatan dibagi dua
tahap, yaitu tahap fermentatif dan pengeringan serta penyimpanan. Pada tahap

7
pertama, jerami padi yang baru dipanen dari sawah dikumpulkan pada tempat
yang telah disediakan, dan diharapkan masih mempunyai kandungan air 60%.
Jerami padi segar yang akan dibuat menjadi jerami padi fermentasi ditimbun
dengan ketebalan 20 cm kemudian ditaburi dengan Probion dan urea. Tumpukan
jerami tersebut dapat dilakukan hingga ketinggian 3 meter. Setelah pencampuran
dilakukan secara merata, kemudian didiamkan selama 21 hari agar proses
fermentatif dapat berlangsung dengan baik. Tahap kedua adalah proses
pengeringan dan penyimpanan jerami padi fermentasi. Pengeringan dilakukan
dibawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan
pada tempat yang terlindung. Setelah proses pengeringan ini, maka jerami padi
fermentasi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.

Gambar 1. Fermentasi Jerami Padi


Sumber: Maria Ulfa Aulia (2015)

Tabel 1. Perbandingan Nilai Nutrisi Jerami padi dengan Fermentasi Jerami


Padi
Jerami padi
No parameter
Non fermentasi (%) Fermentasi (%)
1 BK 91,9 91,32
2 Protein Kasar 5,36 6,78
3 Lemak Kasar 0,91 0,66
4 Abu 21,51 24,68
Sumber: Pusat Penelitian Pertanian Pasar Minggu Jakarta Selatan, 2014

8
2. Fermentasi dedak padi

Di Indonesia tersedia banyak alternatif bahan pakan hasil samping industri


pertanian yang dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas daging unggas, seperti
dedak padi (Danar, 2010). Dedak padi (rice bran) merupakan sisa dari
penggilingan padi yang dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak
dengan kandungan serat kasar berkisar 6-27 %, ketersediaannya di Indonesia
menurut Badan Pusat Statistik bahwa produksi padi nasional tahun 2009 mencapai
63 juta ton berpotensi menghasilkan dedak padi sebanyak 5 juta ton. Masalah
utama dalam pemberian pakan dari hasil samping penggilingan padi yaitu dedak
padi sebagai pakan ternak adalah rendahnya kandungan protein kasar dan
tingginya kandungan serat kasar (Ali, 2005). Cara untuk meningkatkan nilai
nutrisi dan kecernaan dedak padi serta aman penggunaannya adalah dengan cara
biologis yaitu dengan teknik fermentasi. Peningkatan yang terjadi pada dedak padi
fermentasi adalah meningkatnya kandungan protein dedak padi.
Menurut (Sukaryana, 2011), Proses fermentasi dapat meminimalkan
pengaruh antinutrisi dan meningkatkan kecernaan bahan pakan dengan kandungan
serat kasar tinggi yang ada pada dedak padi. Metode fermentasi yang dapat
digunakan untuk menurunkan serat kasar pada dedak adalah fermentasi dengan
menggunakan cairan rumen. Cairan rumen memiliki berbagai macam enzim yang
dihasilkan mikroorganisme yang dapat meminimalkan pengaruh serat kasar.
Pemanfaatan dedak padi dapat dimaksimalkan dalam pakan ayam pedaging
dengan menggunakan cairan rumen. Cairan rumen berasal dari bolus yang
disaring. Produk ini merupakan limbah dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
yang prospektif untuk mencemari lingkungan. Nutrisi cairan rumen tidak berbeda
jauh dengan bolus namun kandungan serat kasarnya dapat dikatakan sangat kecil.
Penggunaan cairan rumen sebagai starter bertujuan untuk meningkatkan jumlah
bakteri tertentu yang diperlukan agar proses fermentasi dapat berjalan dengan
cepat (Pujaningsih, 2004).

9
Proses pembuatan dedak padi fermentasi dengan cairan rumen adalah
Dedak padi yang telah dibeli disterilisasi dan dilakukan penambahan cairan rumen
untuk melakukan fermentasi dengan perbandingan 300 ml cairan rumen dengan
1kg dedak padi dan didiamkan disuhu ruang selama 72 jam.

Gambar 2. Fermentasi dedak padi


Sumber: Lukito, 2016

Tabel 2. Perbandingan Nilai Nutrisi Dedak Padi dengan Fermentasi Dedak Padi
Dedak padi
No parameter Non fermentasi Fermentasi dengan
(%) cairan rumen (%)
1 Protein 12,94 18,24
2 Lemak kasar 6,37 6,65
3 Serat Kasar 10,58 10,78
4 Abu 6,95 9,25
Sumber: Hasil analisis proksimat di Fakultas MIPA UHO (2015)

3. Fermentasi onggok

Onggok merupakan salah satu limbah padat industri tapioka yang


mengandung kadar protein kasar dan lemak kasar rendah sedangkan kadar
karbohidratnya tinggi. Untuk meningkatkan kandungan gizi onggok terutama
protein kasar perlu dilakukan pengolahan melalui teknologi fermentasi. Bahan

10
pakan yang mengalami proses fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang
lebih baik dibandingkan dengan bahan asalnya. Hal ini disebabkan adanya
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kapang. Kapang yang digunakan dalam
fermentasi adalah Rhizopus spp.yang mempunyai aktivitas protease dan lipase
yang kuat di samping menghasilkan enzim amilase dan zat antibiotik terhadap
bakteri-bakteri penyebab toksin selama proses fermentasi (Winarno, 1980).
Irawati (2002) menyatakan pengolahan onggok dengan cara fermentasi
dapat meningkatkan kandungan protein kasar Onggok Fermentasi (OF) yaitu
5,17%. Hasil penelitian Erlina (1993) menunjukkan pemakaian onggok yang
difermentasi dengan kapang Rhizopus sp.dalam ransum ayam broiler dapat
dipakai sampai level 20%, dimana konsumsi ransum, pertambahan berat badan
dan konversi ransum sama dengan ransum yang tidak memiliki onggok
fermentasi.

Gambar 3. Fermentasi onggok


Sumber: Sukajaya Farm, 2013

11
Tabel 3. Perbandingan Nilai Nutrisi Onggok Non Fermentasi dengan Fermentasi
Onggok di Laboratorium dan Fermentasi Onggok di Lapangan
Onggok

No parameter Non fermentasi Fermentasi di Fermentasi di


(%) laboratorium (%) lapang(%)

1 Protein 1,85 18,40 14,74


2 Kalsium 0,20 0,28 0,26
3 Fosfor 0,16 0,24 0,22
4 Abu 2,12 2,60 2,24
Sumber: Supriyati et al (2003)

4. Silase

Silase adalah proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi


anaerob dengan pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yaitu
asam -asam organik antara lain laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi
karbohidrat terlarut oleh bakteri sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
derajat keasaman (pH). Turunnya nilai pH, maka pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk akan terhambat (Stefani et al, 2010). Silase merupakan pakan hijauan
ternak yang diawetkan yang disimpan dalam kantong plastik yang kedap udara
atau sila, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara
atau anaerob.
Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk
asam susu, yaitu Lactis acidi dan Streptococcus yang hidup secara anaerob
dengan derajat keasaman 4 (pH 4).
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan silase adalah rumput
gajah atau hijauan lain sebagai bahan utama pembuatan silase, molasses 3% dari
bahan silase, dedak halus 5% dari bahan silase, menir 3,5% dari bahan silase,
onggok 3% dari bahan silase, dan silo atau kantong plastic sebagai wadah
pembuatan silase.

12
Cara pembuatan silase yaitu:
1. Potong rumput hijau tersebut dengan ukuran 5-10 cm dengan
menggunakan parang atau dengan mesin chopper. Potongan rumput yang
kecil tujuannya agar rumput yang dimasukkan dalam silo dalam keadaan
rapat dan padat sehingga tidak ada ruang untuk oksigen dan air yang
masuk
2. Campurkan bahan pakan tersebuk hingga menjadi satu campuran
3. Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo dan sekaligus
dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara.
4. Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo sekaligus dipadatkan
sehingga tidak ada rongga udara.
5. Bahan pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk
menjaga kemungkinan terjadi penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang
kosong antara tutup silo dan permukaan pakan paling atas.
6. Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan lembaran plastik, dan
ditutup rapat, dan diberi pemberat seperti batu bata, kantong plastik yang
diisi dengan tanah.

Gambar 4. Fermentasi hijauan (Silase)


Sumber: Danis Andiano, 2016

13
Tabel 4. Perbandingan nilai nutrisi rumput gajah dengan Silase
Rumput gajah
No parameter
Non fermentasi (%) Fermentasi (%)
1 Protein 6,7 9,2
2 Lemak kasar 3,8 10,1
3 Bahan kering 20,0 22,1
4 Abu 73,0 52,2
Sumber: Balai Tengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan (2011)

14
BAB III. KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah


bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. Secara umum fermentasi
dibagi dua, yaitu Fermentasi Cair (liquid state fermentation, LSF) dan Fermentasi
Kering atau Media Padat (solid state fermentation, SSF). Fermentasi media padat
merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak terlarut,
namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas.

Keuntungan fermentasi media padat adalah Medium yang digunakan


relative sederhana, ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relative
kecil, karena air yang digunakan sedikit, inokulum dapat disiapkan secara
sederhana, kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat
alaminya, aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap
partikel substrat, dan produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah.
Kerugian fermentasi media padat adalah fermentasi dengan pengadukan atau
rotasi memerlukan tenaga dan energi yang tinggi, penambahan air pada awal
fermentasi meningkatkan risiko kontaminasi, kebutuhan inokulum spora
diperlukan dalam jumlah besar, daneberapa substrat dari produk pertanian
memerlukan perlakuan awal sebelum pemrosesan, missal pemecahan permukaan
padatan. Proses fermentasi limbah pertanian yang dijadikan pakan ternak
umumnya dilakukan dengan fermentasi media padat, seperti jerami padi, dedak,
silase, dan onggok.

3.2. Saran

Di dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh


karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kelengkapan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. 2005. Degradasi Zat Makanan Dalam Rumen Dari Bahan Makanan
Berkadar Serat Kasar Tinggi Yang Diamoniasi Urea. Jurnal Peternakan
Vol. 2 nomor 1. Fakultas Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Kampus II Raja Ali Haji. Pekanbaru.

Andiano, D. 2016. Pengeetian dan Tujuan Pembuatan Silase.


http://akademiternak.blogspot.com/2016/06/pengertian-dan-tujuan-
pembuatan-silase.html. Gambar Fermentasi Silase. (Diakses pada 26
Agustus 2018)

Aulia, M.U. 2015. Fermentasi Daun kering Sebagai Pakan Ternak.


http://blog.unnes.ac.id/mariaulfaaulia/2015/11/10/konservasi-fermentasi-
daun-kering-sebagai-pakan-ternak/. Gambar fermentasi silase (Diakses
pada 26 Agustus 2018)

Danar, N.D. 2010. Kualitas Daging Ayam Boiler yang Mendapatkan Tepung
Bawang Putih dan Tepung Temulawak dalam Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Hal 81-87. Vol 15. No. 2

Erlina. 1993. Pemakaian Onggok Fermentasi dalam Ransum Ayam Broiler.


Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang

Farm Sukajaya. 2013. Onggok Singkok sebagai Alternatif Pakan Ayam


Kampung Kita. Gambar fermentasi Onggok. Lampung

Haryanto, B. 2000. Penggunaan probiotik dalam pakan untuk meningkatkan


kualitas karkas dan daging domba. JITV. 5: 224-228.
Lukito. 2016. Tujuan Fermentasi Pakan Ternak.
https://www.rumahmesin.com/fermentasi-pakan-ternak/. Gambar
fermentasi dedak padi. (Diakses pada 26 Agustus 2018)

Munira, S., Nafiu, L.O., Tasse, A.M. 2016. Performans Ayam Kampung Super
Pada Pakan Yang Disubtitusi Dedak Padi Fermentasi Dengan Fermentor
Berbeda. Kandungan Nutrisi Fermentasi Dedak Padi. Universitas Halu
Uleo. Bau-Bau

Pujaningsih. R. I. 2004. Aktivitas Enzim Fitase Dalam Upaya Peningkatan


Ketersediaan Fosfor Pada Fermentasi Dedak Padi Dengan Cairan Rumen.
J.Indon.Trop. Anim. Agric. 29 (2). Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.

Pusat Penelitian Pertanian Pasar Minggu Jakarta Selatan. 2014. Kandungan


Nutrisi Fermentasi Jerami Padi.

vii
Sa’adah Z, Noviana I.S, Abdullah. 2010. Produksi Enzim Selulase Oleh
Aspergillus niger Menggunakan Substrat Jerami dengan Sistem
Fermentasi Padat. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Satiawihardja. 1992. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan: Fermentasi.


http://satiawihardjajajo66.files.wordpress.com/2008/03/6fermentasi.pdf.(D
iakses pada 25 Agustus 2018)

Stephanie dan purwadaria. 2013. Fermentasi substrat padat kulit singkong


sebagai bahan pakan ternak unggas.

Tang,S.X., G.O.Tayo, Z.L.Tan, Z.H.Sun, L.X.Shen, C.S.Zhou, W.J.Xiao,


G.P.Ren, X.F.Han and S.B. Hen. 2008. Effects of yeast cultureand
fibrolytic enzyme supplementation on in vitro fermentation characteristics
of low-quality cereal straws. J. Anim. Sci. 86: 1164-1172.

Thalib,A., J.Bestari, Y.Widiawati, H.Hamid dan D. Suherman. 2000. Pengaruh


perlakuan silase jerami padi dengan mikroba rumen kerbau terhadap daya
cerna dan ekosistem rumen sapi. JITV 5: 1-6

Sukaryana Y., U. Atmomarsono, V. D. Yunianto, E. Supriyatna. 2011.


Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk
fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP,
1(3): 167-172.

Supriyati, D., Zainuddin., I P. Kompiang, P. Soekamto dan D. Abdurachman.


2003. Peningkatan Mutu Onggok Melalui Fermentasi Dan
Pemanfataannya Sebagai Bahan Baku Pakan Ayam Kampung. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor dan Garut.

Weimer, P.J., D.R.Mertens, E.Ponnampalam, B.F. Severinand B.E. Dale. 2003.


FIBEX-treated rice traw as a feed ingredient for lactating dairy cows.
Anim. Feed Sci. Technol. 103: 41–50

Wina, E. 2005. Teknologi pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan untuk


meningkatkan produktifitas ternak ruminansia di Indonesia. Wartazoa. 15:
173-186

viii
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN DARI HASIL PRESENTASI

1. Pertanyaan dari M.Fiqi Hermanto ( Kelompok 1 )


Dari 4 contoh proses fermentasi media padat, mana yang lebih efisien
diberikan pada ternak?

Dijawab oleh Aprilia Putri Yerda


Dari 4 contoh pakan hasil fermentasi media padat, semuanya efisien
diberikan kepada ternak karena pakan tersebut difermentasi tujuannya
untuk meningkatkan kandungan nutrisinya dan untuk silase itu tujuannya
untuk pengawetan, dan dari proses pembuatannya juga tidak sulit dan
pakannya-pun merupakan pakan yang mudah didapatkan dan ada juga dari
hasil limbah pertanian yang mudah didapatkan disekitar kita. Pakan atau
limbah pertanian yang digunakan untuk fermentasi tujuannya juga untuk
memperpanjang waktu simpannya tanpa mengurangi kandungan
nutrisinya. Pemberian kepada ternak tergantung dari kebutuhan ternak,
misalnya pada silase atau jerami padi itu diberikan kepada ruminansia
yang bisa untuk pertumbuhannya.

2. Pertanyaan dari Wike Heriani Putri ( Kelompok 3 )


Apa ada cairan lain yang digunakan untuk membuat fermentasi dedak padi
?

Dijawab oleh Putri Rahma Sari


Cairan lain atau bahan lain/ starter yang digunakan untuk membuat
fermentasi dedak padi ada ragi tape, EM4, Aspergillus ficuum dan
Saccharomyces spp

1. Fermentasi dedak padi dengan ragi tape

Ragi tape yang digunakan adalah ragi tape untuk membuat tape
singkong. Ragi jenis ini sangat mudah sekali ditemui di pasaran.

vii
Tujuan dari fermentasi dengan ragi tape ini adalah untuk mengetahui
perubahan kandungan protein kasar dan serat kasar dari dedak padi setelah di
fermentasi.

Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:

 Sediakan sejumlah dedak padi, misalnya sebanyak 100 gram.


 Kemudian campur dedak padi dengan air panas sebanyak 10 ml. Aduk
sampai rata.
 Setelah tercampur dengan merata, dinginkan sampai benar – benar dingin.
 Setelah itu, tambahkan ragi tape dan dicampur sampai merata.
 Kemudian wadahi dan tutup rapat selama semalam atau sekitar 12 jam.

Berapa jumlah raginya?


Untuk mengetahui jumlah terbaik dari ragi, peneliti melakukan
variasi terhadap jumlah raginya. Variasi jumlahnya adalah 2%, 4%, 6%
dan 8%. Jadi, kalau dedak padinya 100 gram, maka jumlah ragi tapenya
berturut – turut adalah sebanyak 2 gram, 4 gram, 6 gram dan 8 gram.

Bagaimana hasilnya?
Hasil dari riset ini hanya menitikberatkan pada kandungan protein
kasar dan serat kasar. Secara sederhana, hasilnya akan saya berikan pada
tabel di bawah ini:

Dedak padi tidak Dedak padi difermentasi dengan ragi tape (%)
Nutrisi
difermentasi (%)
2 gram 4 gram 6 gram 8 gram
Protein
9,55 10,56 11,05 12,12 15,17
Kasar
Serat
13,60 16,04 16,71 17,39 18,61
Kasar

Nilai dari kandungan nutrisi di atas adalah dalam persen berat kering.

viii
2. Fermentasi dedak padi dengan EM-4

Kali ini penelitian dilakukan oleh akademisi dari salah satu universitas
negeri Makassar. Risetnya tentang fermentasi dedak padi dengan starter EM-4.

Langkah – langkah fermentasi dedak padi dengan EM-4 adalah sebagai


berikut.

 Pertama – tama, kita aktifkan terlebih dahulu EM-4 nya. Caranya, 10 ml


EM-4 + 10 ml tetes tebu + 1 liter air bersih.
 Kalau tetes tebu tidak punya, bisa diganti dengan 1 sendok makan gula
pasir.
 Campur dan aduk ketiganya sampai terlarut. Setelah itu, diamkan selama
12 jam. Supaya bakteri dalam EM-4 sudah aktif dan siap digunakan.
 EM-4 yang sudah aktif kemudian disemprotkan ke dedak padi sampai
merata.
 Dedak padi kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat selama 3,
5 atau 7 hari.

Secara singkat hasilnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Dedak padi tidak Dedak padi fermentasi dengan EM4 (%)


Nutrisi
difermentasi (%)
3 hari 5 hari 7 hari
Air 10,61 13,91 15,59 16,74
Protein 9,96 10 10,24 10,36
Lemak 5,96 5,75 6,45 6,82
BETN 37,32 33,85 32,57 32,75
Serat
30,39 33,46 33,54 32,72
Kasar

ix
3. Fermentasi dedak padi dengan Aspergillus ficuum

Mikroba yang satu ini cukup sulit ditemui di pasaran. Berbeda dengan
aspergillus niger yang sudah banyak menjualnya secara online. Sepertinya,
ketersediaannya terbatas dan hanya di kalangan akademik yang memilikinya.
Misalnya di laboratorium biologi perguruan – perguruan tinggi. Padahal,
pengaruh fermentasi dedak padi dengan mikroba ini hasilnya lumayan bagus.

Langkah – langkah untuk fermentasi dedak padi dengan mikroba ini.

 Dedak padi ditambah dengan air sebanyak 50% . Kemudian diaduk sampai
tercampur merata.
 Setelah itu, dedak padi dikukus selama 45 menit. 45 menit ini dihitung
sejak air mulai mendidih.
 Selesai di kukus, dedak padi didinginkan.
 Setelah dingin, dedak padi ditambah dengan inokulum aspergillus ficuum
sebanyak 0,5 %.
 Inokulum Aspergillus ficuum maksudnya adalah starter sudah dalam
kondisi aktif dan bakteri siap digunakan.
 Kalau dedak padinya 1 kg, maka mikrobanya sebanyak 5 gram. Dedak
padi 2 kg, mikrobanya 10 gram dan seterusnya.

Fermentasi dedak padi dengan mikroba ini berlangsung secara aerob.


Jadi, setelah dedak padi dicampur dengan starter, dedak ditempatkan dalam
plastik yang dilubangi. Lebih efisien kalau dedaknya dibuat tipis mendatar
dengan ketebalan sekitar 2 cm. Lama fermentasi adalah 3 hari pada suhu
ruang. Setelah fermentasi selesai, dedak padi dikeringkan pada suhu 50oC
selama 24 jam. Lepas itu, digiling dan digunakan sebagai pakan.

Setelah difermentasi dengan mikroba Aspergillus ficuum, dedak padi


mengalami perubahan kandungan nutrisi yang cukup lumayan. Secara singkat
hasilnya akan saya berikan pada tabel di bawah ini.

x
Dedak padi setelah
Dedak padi sebelum
Nutrisi difermentasi dengan
difermentasi
Aspergillus ficuum
Energi Metabolis
2470 2338
(kkal/kg)
Protein Kasar (%) 12,65 15,18
Serat Kasar (%) 9,17 12,23
Lemak Kasar (%) 16,32 12,69
BETN (%) 38,91 38,22
ABU (%) 11,08 12,34
Fosfor (%) 2,24 2,47

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa fermentasi dedak padi


dengan Aspergillus ficuum dapat memberikan perubahan pada kandungan
nutrisi. Protein kasarnya naik. Kenaikan protein ini sebagian besar karena
jumlah mikroba itu sendiri.Lemak kasar turun. Ini karena selama
berkembang, mikroba butuh ikatan karbohidrat. Karbo ini diambil dari
lemak dan serat kasar. Serat kasarnya naik. Kenaikan serat kasar ini karena
adanya senyawa ikatan karbon pada dinding sel mikroba. Jadi, serat kasar
ini bukan berasal dari dedak padinya melainkan serat kasar tambahan dari
mikroba aspergillus ficuum itu sendiri.

4. Fermentasi dedak padi dengan Saccharomyces spp

Cara fermentasi yang satu ini sama dengan cara di atas. Yaitu pada
ferementasi dengan Aspergillus ficuum. Hanya saja, mikroba Aspergillus
ficuum -nya diganti dengan Saccharomyces spp.

Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:

 Dedak padi dikukus selama 45 menit. Lama waktu dihitung sejak air
kukusan mendidih, kemudian didinginkan.
 Setelah dingin, selanjutnya ditambahkan kultur Saccharomyces spp
terpilih sebanyak 0,20% dari berat dedak padi yang akan difermentasi.

xi
 Setelah itu disemprot dengan larutan gula 4% sambil diaduk secara merata.
 Selanjutnya dedak padi tersebut dimasukkan kedalam kantung polyetilene
(kantong plastik) yang telah dilubangi dibeberapa tempat.
 Tujuannya untuk mendapatkan kondisi aerob, selanjutnya diinkubasi pada
suhu ruang selama 3 hari, selama inkubasi substrat dikondisikan pada
ketebalan 2 cm.
 Setelah masa inkubasi selesai, produk dikeringkan selama 24 jam pada
suhu kamar, setelah kering kemudian digemburkan kembali dan siap
dicampurkan dengan bahan pakan lainnya.

Hasil fermentasi pada bagian ini tidak berbeda jauh dengan cara di
atas. Hanya saja nilai proteinnya lebih kecil daripada metode yang
menggunakan Aspergillus ficuum. Hasilnya secara singkat bisa dilihat pada
tabel di bawah ini.

Dedak padi setelah


Dedak padi sebelum
Nutrisi difermentasi dengan
difermentasi
Saccharomyces spp
Bahan Kering (%) 88,97 88,62
Bahan Organik (%) 89,85 90,39
Protein Kasar (%) 10,93 13,01
Serat Kasar (%) 15,07 17,15
Gross Energy
3275,37 3312,05
(kkal/kg)

3. Pertanyaan dari Erlin Oktavia Ningsih ( Kelompok 4 )


Dari 4 contoh proses fermentasi media padat tersebut mana yang lebih
tinggi nilai gizi dan kandungan nutrisinya ?

xii
Dijawab oleh Resi Gustina
Dari ke empat fermentasi tersebut sama sama memiliki nilai gizi dan
nutrisi yang tinggi, karena tujuan dari fermentasi tersebut adalah untuk
meningkatkan nilai gizi dari suatu pakan dan meningkatkan palatabilitas
ternak, kecuali silase yang dilakukan dengan tujuan pengawetan.

Bahan pakan Sebelum difermentasi Sesudah difermentasi


Dedak padi 12,94 18,24
Jerami padi 5,36 6,70
Onggok 1,85 14,74

Dari tabel diatas yang kami simpulkan dari hasil materi kami dapat
disimpulkan bahwa proses fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi
pakan.

4. Pertanyaan dari Amr Hamzah Busya ( Kelompok 5 )


Apa itu inokulum spora ?

Dijawab oleh Exsal Guswandi


Inokulum berupa spora aseksual
Inokulum kedalam substrat atau media fermentasi.adalah bahan padat atau
cair yang mengandung mikroba/spora/enzim yang ditambahkan

xiii
Referensi jawaban no 2

Muhamad Nur Hidayat, Amriana Hifizah, Khaerani Kiramang, Astati.


REKAYASA KOMPOSISI KIMIA DEDAK PADI DAN APLIKASINYA
SEBAGAI RANSUM AYAM BURAS. Faculty of Science and Technology
Universitas Islam Negeri Alaudin, Makassar.

Pratiwi, widayati dkk. 2011. Program Kreatifitas Mahasiswa. Fermentasi Tepung


Dedak Menggunakan Ragi Tape Saccharomyces cerevisiae untuk
Meningkatkan Nutrisi Pakan Ikan. IPB. Bogor.

Irianingrum, Retno. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yang
Disimpan dalam Keadaan Anaerob. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Bogor.

Wibawa A.A.P., Wirawan I W., dan Partama I.B.G. Peningkatan Nilai Nutrisi
Dedak Padi Sebagai Pakan Itik Melalui Biofermentasi dengan Khamir.
MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 18 Nomor 1 Tahun 2015.

xiv

Anda mungkin juga menyukai