Paper Fermentasi Media Padat
Paper Fermentasi Media Padat
PARALEL 01
KELOMPOK 02
DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.Yuliaty Shafan Nur.,MS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2018
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun penulis sebagai tugas dari mata kuliah
Teknologi Penanganan Pengolahan Pakan, yang berjudul “Teknik Fermentasi
Media Padat”. Melalui penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami lebih dalam tentang teknik fermentasi media padat.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr.Ir.Yuliaty Shafan Nur.,MS
selaku salah satu dosen mata kuliah Teknologi Penanganan Pengolahan Pakan
yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya dan
terselesaikannya tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Penanganan Pengolahan Pakan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. ....................................................................................................... 8
Gambar 2. ....................................................................................................... 10
Gambar 3. ....................................................................................................... 11
Gambar 4. ....................................................................................................... 13
vi
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Penulisan
2
BAB II. ISI
Fermentasi berasal dari kata latin “fervere” yang berarti mendidih yang
menunjukkan adanya aktivitas pada ekstrak buah-buahan atau larutan malt biji-
bijian. Kelihatan seperti mendidih karena terbentuknya gelembung-gelembung
CO2 akibat dari proses katabolisme secara anaerobik dari gula yang ada dalam
ekstrak (Sa’adah et al, 2010). Sejarah fermentasi sudah sangat tua. Proses
fermentasi yang digunakan dalam pembuatan minuman seperti bir dan anggur
diperkirakan telah dimulai pada tahun 7000 SM. Fermentasi kemudian juga
digunakan untuk membuat berbagai produk susu seperti dadih dan keju. Ilmu
yang mempelajari fermentasi dikenal sebagai zymology. Louis Pasteur adalah
zymologist pertama yang dikenal melakukan penelitian tentang ragi dan proses
fermentasi.
3
Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:
Secara umum fermentasi dibagi dua, yaitu Fermentasi Cair (liquid state
fermentation, LSF) dan Fermentasi Kering atau Media Padat (solid state
fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
(Satiawiharja, 1992) atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut
atau tersuspensi sebagai partikel ‐ partikel dalam fase cair. Fermentasi media
padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak
terlarut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas
(Dharma, 1992). Dalam fermentasi tradisional baik fermentasi medium cair
maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi cair meliputi fermentasi
minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan kefir. Fermentasi
media padat seperti fermentasi tape, oncom, kecap, tape dan silase.
4
Substrat yang paling banyak digunakan dalam fermentasi substrat padat
adalah biji-bijian serealia, kacang-kacangan, sekam gandum, bahan yang
mengandung linoselulosa (seperti kayu dan jerami), dan berbagai bahan lain yang
berasal dari tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu berupa molekul
primer, tak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi murah, mudah diperoleh dan
merupakan sumber hara yang tinggi.
5
6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah.
Jerami padi merupakan produk samping tanaman padi yang tersedia dalam
jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan produk samping pertanian
6
lainnya dan terdapat hampir di setiap daerah di Indonesia. Ketersediaan jerami
padi dalam jumlah yang cukup melimpah ini merupakan peluang besar untuk
dimanfaatkan sebagai pakan dan sumber energi bagi ternak ruminansia. Namun,
pemanfaatan jerami padi sebagai pakan memiliki faktor pembatas, yaitu tingginya
serat kasar dan rendahnya kandungan nitrogen (Weimer et al, 2003). Serat kasar
yang tinggi menghalangi proses hidrolisis oleh enzim mikroba di dalam rumen,
sehingga menurunkan tingkat kecernaan (Tang et al, 2008). Nilai kecernaan bahan
kering jerami padi hanya mencapai 35-37% dan kandungan protein kasarnya
hanya sekitar 3-4%, padahal temak uminansia membutuhkan bahan hijauan pakan
dengan nilai kecernaan minimal 50-55% dan kandungan protein kasar sekitar 8%
(Thalib A. et al, 2000). Oleh karena itu, kualitas jerami padi perlu ditingkatkan
agar pemanfaatannya sebagai pakan dapat menjadi lebih baik. Salah satu
pendekatan adalah dengan perlakuan fermentasi menggunakan probion. Wina
(2005) menyatakan bahwa proses fermentasi jerami padi dengan probion dinilai
lebih murah, memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan lebih mudah
untuk diterapkan di tingkat petani dibandingkan dengan proses pengolahan
lainnya.
Probion merupakan produk campuran berbagai macam mikroba yang
dibuat melalui proses inkubasi anaerob isi rumen dengan tambahan mineral dan
bahan organik yang dibutuhkan mikroba (Haryanto, 2000). Mikroba yang terdapat
dalam probion diharapkan dapat menghasilkan enzim yang mampu merombak dan
merenggangkan ikatan lignosellulosa dan ignohemisellulosa, sehinga jerami padi
menjadi lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. Teratasinya faktor-faktor
pembatas di atas, diharapkan jerami padi hasil fermentasi akan mampu memenuhi
kebutuhan ternak terhadap hijauan sebagai sumber serat.
Proses pembuatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan probion
yaitu dengan pembuatan jerami padi fermentasi dengan sistem terbuka. Proses
fermentasi terbuka dilakukan pada tempat terlindung dari hujan dan sinar matahari
lansung. Bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 ton jerami
fermentasi dengan menggunakan probion adalah: 1 ton jerami padi segar, probion
(probiotik) 2,5 kg, urea 2,5 kg, dan air secukupnya. Proses pembuatan dibagi dua
tahap, yaitu tahap fermentatif dan pengeringan serta penyimpanan. Pada tahap
7
pertama, jerami padi yang baru dipanen dari sawah dikumpulkan pada tempat
yang telah disediakan, dan diharapkan masih mempunyai kandungan air 60%.
Jerami padi segar yang akan dibuat menjadi jerami padi fermentasi ditimbun
dengan ketebalan 20 cm kemudian ditaburi dengan Probion dan urea. Tumpukan
jerami tersebut dapat dilakukan hingga ketinggian 3 meter. Setelah pencampuran
dilakukan secara merata, kemudian didiamkan selama 21 hari agar proses
fermentatif dapat berlangsung dengan baik. Tahap kedua adalah proses
pengeringan dan penyimpanan jerami padi fermentasi. Pengeringan dilakukan
dibawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan
pada tempat yang terlindung. Setelah proses pengeringan ini, maka jerami padi
fermentasi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.
8
2. Fermentasi dedak padi
9
Proses pembuatan dedak padi fermentasi dengan cairan rumen adalah
Dedak padi yang telah dibeli disterilisasi dan dilakukan penambahan cairan rumen
untuk melakukan fermentasi dengan perbandingan 300 ml cairan rumen dengan
1kg dedak padi dan didiamkan disuhu ruang selama 72 jam.
Tabel 2. Perbandingan Nilai Nutrisi Dedak Padi dengan Fermentasi Dedak Padi
Dedak padi
No parameter Non fermentasi Fermentasi dengan
(%) cairan rumen (%)
1 Protein 12,94 18,24
2 Lemak kasar 6,37 6,65
3 Serat Kasar 10,58 10,78
4 Abu 6,95 9,25
Sumber: Hasil analisis proksimat di Fakultas MIPA UHO (2015)
3. Fermentasi onggok
10
pakan yang mengalami proses fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang
lebih baik dibandingkan dengan bahan asalnya. Hal ini disebabkan adanya
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kapang. Kapang yang digunakan dalam
fermentasi adalah Rhizopus spp.yang mempunyai aktivitas protease dan lipase
yang kuat di samping menghasilkan enzim amilase dan zat antibiotik terhadap
bakteri-bakteri penyebab toksin selama proses fermentasi (Winarno, 1980).
Irawati (2002) menyatakan pengolahan onggok dengan cara fermentasi
dapat meningkatkan kandungan protein kasar Onggok Fermentasi (OF) yaitu
5,17%. Hasil penelitian Erlina (1993) menunjukkan pemakaian onggok yang
difermentasi dengan kapang Rhizopus sp.dalam ransum ayam broiler dapat
dipakai sampai level 20%, dimana konsumsi ransum, pertambahan berat badan
dan konversi ransum sama dengan ransum yang tidak memiliki onggok
fermentasi.
11
Tabel 3. Perbandingan Nilai Nutrisi Onggok Non Fermentasi dengan Fermentasi
Onggok di Laboratorium dan Fermentasi Onggok di Lapangan
Onggok
4. Silase
12
Cara pembuatan silase yaitu:
1. Potong rumput hijau tersebut dengan ukuran 5-10 cm dengan
menggunakan parang atau dengan mesin chopper. Potongan rumput yang
kecil tujuannya agar rumput yang dimasukkan dalam silo dalam keadaan
rapat dan padat sehingga tidak ada ruang untuk oksigen dan air yang
masuk
2. Campurkan bahan pakan tersebuk hingga menjadi satu campuran
3. Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo dan sekaligus
dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara.
4. Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo sekaligus dipadatkan
sehingga tidak ada rongga udara.
5. Bahan pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk
menjaga kemungkinan terjadi penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang
kosong antara tutup silo dan permukaan pakan paling atas.
6. Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan lembaran plastik, dan
ditutup rapat, dan diberi pemberat seperti batu bata, kantong plastik yang
diisi dengan tanah.
13
Tabel 4. Perbandingan nilai nutrisi rumput gajah dengan Silase
Rumput gajah
No parameter
Non fermentasi (%) Fermentasi (%)
1 Protein 6,7 9,2
2 Lemak kasar 3,8 10,1
3 Bahan kering 20,0 22,1
4 Abu 73,0 52,2
Sumber: Balai Tengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan (2011)
14
BAB III. KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2005. Degradasi Zat Makanan Dalam Rumen Dari Bahan Makanan
Berkadar Serat Kasar Tinggi Yang Diamoniasi Urea. Jurnal Peternakan
Vol. 2 nomor 1. Fakultas Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Kampus II Raja Ali Haji. Pekanbaru.
Danar, N.D. 2010. Kualitas Daging Ayam Boiler yang Mendapatkan Tepung
Bawang Putih dan Tepung Temulawak dalam Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Hal 81-87. Vol 15. No. 2
Munira, S., Nafiu, L.O., Tasse, A.M. 2016. Performans Ayam Kampung Super
Pada Pakan Yang Disubtitusi Dedak Padi Fermentasi Dengan Fermentor
Berbeda. Kandungan Nutrisi Fermentasi Dedak Padi. Universitas Halu
Uleo. Bau-Bau
vii
Sa’adah Z, Noviana I.S, Abdullah. 2010. Produksi Enzim Selulase Oleh
Aspergillus niger Menggunakan Substrat Jerami dengan Sistem
Fermentasi Padat. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
viii
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN DARI HASIL PRESENTASI
Ragi tape yang digunakan adalah ragi tape untuk membuat tape
singkong. Ragi jenis ini sangat mudah sekali ditemui di pasaran.
vii
Tujuan dari fermentasi dengan ragi tape ini adalah untuk mengetahui
perubahan kandungan protein kasar dan serat kasar dari dedak padi setelah di
fermentasi.
Bagaimana hasilnya?
Hasil dari riset ini hanya menitikberatkan pada kandungan protein
kasar dan serat kasar. Secara sederhana, hasilnya akan saya berikan pada
tabel di bawah ini:
Dedak padi tidak Dedak padi difermentasi dengan ragi tape (%)
Nutrisi
difermentasi (%)
2 gram 4 gram 6 gram 8 gram
Protein
9,55 10,56 11,05 12,12 15,17
Kasar
Serat
13,60 16,04 16,71 17,39 18,61
Kasar
Nilai dari kandungan nutrisi di atas adalah dalam persen berat kering.
viii
2. Fermentasi dedak padi dengan EM-4
Kali ini penelitian dilakukan oleh akademisi dari salah satu universitas
negeri Makassar. Risetnya tentang fermentasi dedak padi dengan starter EM-4.
ix
3. Fermentasi dedak padi dengan Aspergillus ficuum
Mikroba yang satu ini cukup sulit ditemui di pasaran. Berbeda dengan
aspergillus niger yang sudah banyak menjualnya secara online. Sepertinya,
ketersediaannya terbatas dan hanya di kalangan akademik yang memilikinya.
Misalnya di laboratorium biologi perguruan – perguruan tinggi. Padahal,
pengaruh fermentasi dedak padi dengan mikroba ini hasilnya lumayan bagus.
Dedak padi ditambah dengan air sebanyak 50% . Kemudian diaduk sampai
tercampur merata.
Setelah itu, dedak padi dikukus selama 45 menit. 45 menit ini dihitung
sejak air mulai mendidih.
Selesai di kukus, dedak padi didinginkan.
Setelah dingin, dedak padi ditambah dengan inokulum aspergillus ficuum
sebanyak 0,5 %.
Inokulum Aspergillus ficuum maksudnya adalah starter sudah dalam
kondisi aktif dan bakteri siap digunakan.
Kalau dedak padinya 1 kg, maka mikrobanya sebanyak 5 gram. Dedak
padi 2 kg, mikrobanya 10 gram dan seterusnya.
x
Dedak padi setelah
Dedak padi sebelum
Nutrisi difermentasi dengan
difermentasi
Aspergillus ficuum
Energi Metabolis
2470 2338
(kkal/kg)
Protein Kasar (%) 12,65 15,18
Serat Kasar (%) 9,17 12,23
Lemak Kasar (%) 16,32 12,69
BETN (%) 38,91 38,22
ABU (%) 11,08 12,34
Fosfor (%) 2,24 2,47
Cara fermentasi yang satu ini sama dengan cara di atas. Yaitu pada
ferementasi dengan Aspergillus ficuum. Hanya saja, mikroba Aspergillus
ficuum -nya diganti dengan Saccharomyces spp.
Dedak padi dikukus selama 45 menit. Lama waktu dihitung sejak air
kukusan mendidih, kemudian didinginkan.
Setelah dingin, selanjutnya ditambahkan kultur Saccharomyces spp
terpilih sebanyak 0,20% dari berat dedak padi yang akan difermentasi.
xi
Setelah itu disemprot dengan larutan gula 4% sambil diaduk secara merata.
Selanjutnya dedak padi tersebut dimasukkan kedalam kantung polyetilene
(kantong plastik) yang telah dilubangi dibeberapa tempat.
Tujuannya untuk mendapatkan kondisi aerob, selanjutnya diinkubasi pada
suhu ruang selama 3 hari, selama inkubasi substrat dikondisikan pada
ketebalan 2 cm.
Setelah masa inkubasi selesai, produk dikeringkan selama 24 jam pada
suhu kamar, setelah kering kemudian digemburkan kembali dan siap
dicampurkan dengan bahan pakan lainnya.
Hasil fermentasi pada bagian ini tidak berbeda jauh dengan cara di
atas. Hanya saja nilai proteinnya lebih kecil daripada metode yang
menggunakan Aspergillus ficuum. Hasilnya secara singkat bisa dilihat pada
tabel di bawah ini.
xii
Dijawab oleh Resi Gustina
Dari ke empat fermentasi tersebut sama sama memiliki nilai gizi dan
nutrisi yang tinggi, karena tujuan dari fermentasi tersebut adalah untuk
meningkatkan nilai gizi dari suatu pakan dan meningkatkan palatabilitas
ternak, kecuali silase yang dilakukan dengan tujuan pengawetan.
Dari tabel diatas yang kami simpulkan dari hasil materi kami dapat
disimpulkan bahwa proses fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi
pakan.
xiii
Referensi jawaban no 2
Irianingrum, Retno. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yang
Disimpan dalam Keadaan Anaerob. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Bogor.
Wibawa A.A.P., Wirawan I W., dan Partama I.B.G. Peningkatan Nilai Nutrisi
Dedak Padi Sebagai Pakan Itik Melalui Biofermentasi dengan Khamir.
MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 18 Nomor 1 Tahun 2015.
xiv