OLEH :
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2017
0
PENEGAKAN
HAK ASASI
MANUSIA DI
INDONESIA
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang
senantiasa melimpahkan taufik, rahmat, dan hidayah-Nya. Sehingga kelompok
dapat menyusun Makalah Hak Asasi Manusia Yang Berjudul “PENEGAKKAN
HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA” .
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Dosen pengajar kewarganegaraan, yaitu
bapak Dr. Mardenis, S.H., M.Si. juga untuk meningkatkan pengetahuan terhadap
materi yang di berikan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………………………….2
Daftar Isi……………………………………………………………………………..3
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….....……….22
3.2 Saran………………………………………………………………........………22
3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………….23
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membicarakan hak asasi manusia (HAM), HAM adalah salah satu isu penting
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. HAM sebagai
gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir secara tiba tiba. Namun
melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Hakikat
Hak Asasi Manusia itu sendiri merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum.
1. Pengertian HAM
2. Macam-macam HAM
5
1.3 Tujuan Permasalahan
Tujuan penegakan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia adalah :
6
BAB II
PEMBAHASAN
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”
1. Cabot dan Kahl (1967) : HAM adalah suatu sosiologi yang konkret
karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan
pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan
menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup
kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.
3. John Locke : Hak Asasi Manusia adalah Hak yang dibawa semenjak lahir
yang secara kodrat melekat pada setiap manusia dan tidak dapat di ganggu
gugat
7
1. Thomas Hobbes berpendapat bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia
adalah Hak Hidup.
2. Franz Magnis Suseno membedakan HAM kedalam 4 macam
1) Hak-Hak Asasi Negarif atau Liberal
(Hak hidup, keutuhan jasmani, kebebasan bergerak, kebebasan memilih jodoh,
perlindungan atas hak milik, hak untuk mengurus rumah tangga sendiri,
kebebasan beragama, kebebasan mengikuti suara hati, hak untuk tidak ditahan
semena-mena, kebebasan berserikat dan berserikat, kebebasan untuk berpikir,
dll)
8
berkumpul, hak memilih dan dipilih, hak untuk menghubungi pemerintah dan
badan-badan pemerintah umum. Hal ini diatur dalam pasal 18-21.
d. Berkenaan dengan hak ekonomi dan sosial, yaitu hak-hak dalam bidang
perburuhan, produksi dan pendidikan, hak untuk bekerja dan mendapatkan
jaminan sosial serta hak untuk memilih pekerjaan dengan bebas, untuk
mendapatkan upah yang sama atas kerja yang sama, hak untuk membentuk dan
ikut serta dalam serikat buruh, hak-hak istirahat dan bersenang-senang,
memperoleh jaminan kesehatan, pendidikan dan hak untuk ikut serta secara
bebas dalam kehidupan budaya masyarakat, ini diatur dalam pasal 22-27.
2. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945
Alinia ke-1 : Hak Merdeka
9
Alinia ke-4 : Negara melindungi segenap rakyat Indonesia,memajukan
kesejahteraan umum,mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut serta
memilihara perdamaian dunia
2) Batang Tubuh (Pasal-Pasal) UUD 1945
BAB XA ** Hak Asasi Manusia
Pasal 28A – Pasal 28J
Ket : ** (Amandemen ke-2 di sahkan 18 agustus 2000)
4. Undang-Undang
1) UU RI No. 39 Th 1999 Tentang HAM
Terdiri dari 11 Bab dan 106 Pasal
2) UU RI No. 26 Th 2000 Tentang Pengadilan HAM
Terdiri dari 10 Bab dan 51 Pasal
3) KEPPRES No 129 tentang rencana aksi nasional HAM Indonesia
4) PP No. 3 Th 1998 tentang kompensasi dan rehabilitasi terhadap korban
pelanggaran HAM.
5) PP No. 2 Th 2002 tentang tata cara perlindungan korban dan sanki dalam
pelaggaran HAM.
10
Komisi nasional HAM pada awalnya dibentuk dengan KEPPRES No. 50
Tahun 1993 pada Tanggal 17 Juni 1993 dan kemudian di kukuhkan melalui UU RI
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. KOMNAS HAM berkedudukan di Ibu Kota
Negara dengan 1 orang ketua dan 2 wakil ketua, anggotanya berjumlah 35 orang
dengan massa jabatan 5 Tahun.
Tujuan dibentuknya KOMNAS HAM menurut UU RI No. 39 Tahun 1999
Pasal 75 adalah sebagai berikut:
a). Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal HAM.
b). Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.
2. Fungsi Penyuluhan
a) Menyebarlusakan wawasan mengenai HAM kepada masyarakat Indonesia
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HAM
c) Melakukan kerjasama dengan organisasi, lembaga, atau pihak-pihak lain
3. Fungsi Pemantauan
a) Pengamatan pelaksanaan HAM dan penyusunan laporan hasi pengamatan
tersebut
b) Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap pelangaran HAM
c) Pemanggilan kepada pihak pengadu dan korban untuk di mintai keterangan
d) Pemangilan saksi untuk dimintai keterangan dan penyerahan bukti yang
dibutuhkan
e) Peninjauan di tempat kejadiandan tempat lainnya
f) Pemangilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara
tertulis dengan persetujuan ketua pengadilan
g) Melakukan pemeriksaan dengan persetujuan ketua pengadilan
h) Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan dari hasil
pemeriksaan
11
4. Fungsi Mediasi
a) Perdamaian kedua pihak
b) Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, dan
penilaian ahli
c) Pemberian saran untuk menyelesaikan melalui pengadilan
d) Penyampaian rekomendasi kepada pemerintah untuk ditindak lanjuti
e) Penyampaian rekomendasi kepada DPR RI untuk ditindak lanjuti
12
kompensasi dan/atau rehabilitasi; dan
5) menyampaikan laporan tahunan dan laporan akhir tentang pelaksanaan
tugas dan wewenang berkaitan dengan perkara yang ditanganinya, kepada
presiden dan DPR dengan tembusan kepada Mahkamah Agung.
13
telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan (Convention on the Elimination of All Form of Discrimination
Against Women,1979) dengan UU No. 7 Tahun 1984 mengenai Pengesahan
Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan. Dalam perkembangannya disusul dengan PBB mengeluarkan
Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (The
Declaration on the Elimination of Violence Against Women).
2. Mahkamah Konstitusi
14
Dalam Pasal 24C Ayat (1) dan (2) UUD 1945 dan Pasal 10 Ayat (1) UU No.
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, bahwa dengan kewenangan
sebagai The Guardian of the Constitution, MK menurut, Jimly Asshiddiqie,
menguraikan mengenai Mahkamah Konstitusi sebagai berikut:
“Dalam konteks ketatanegaraan, Mahkamah Konstitusi dikonstruksikan
sebagai pengawal konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan
konstitusional di tengah kehidupan masyarakat. Mahkamah Konstitusi bertugas
mendorong dan menjamin agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan oleh
semua komponen negara secara konsisten dan bertanggung jawab. Di tengah
kelemahan sistem konstitusi yang ada, Mahkamah Konstitusi berperan sebagai
penafsir agar spirit konstitusi selalu hidup dan mewarnai keberlangsungan
bernegara dan bermasyarakat.”
15
orang lain.Pemerintah telah melakukan upaya perlindungan HAM dengan
cara sebagai berikut
1) Memasukkan HAM ke dalam berbagai perundang-undangan nasional
sesuai yang tercantum dalam instrument nasional. Dengan demikian.
Eksistensi HAM di dalam sistem hukum, politik, maupun ketatanegaraan
Indonesia memiliki landasan hukum yang cukup kuat.
2) Meratifikasi dan mengadopsi instrumen-instrumen HAM internasional,
yang berarti perjanjian itu masuk dan berlaku sebagai hukum (positif)
nasional.
3) Memberdayakan masyarakat terhadap masalah HAM dengan mengadakan
sosialisasi sehingga HAM menjadi bagian dari setiap individu warga Negara
Indonesia
16
pelaku mengungkapkan pengakuan atas kebenaran bahwa ia telah melakukan
pelanggaran HAM terhadap korban atau keluarganya, kemudian dilakukan
perdamaian. Jadi KKR berfungsi sebagai mediator antara pelaku pelanggaran
dan korban Pius Lustrilanang memberikan kesaksian di Komnas HAM
sebagai korban penculikan aktivis.
Dalam upaya penegakan HAM peran korban dan saksi sangat menentukan,
oleh karena itu mereka perlu memperoleh jaminan keamanan.
Dalam rangka memperoleh kebenaran faktual, maka para korban dan saksi
dijamin perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan, teror dan
kekerasan dari pihak manapun. Kemudian untuk memenuhi rasa keadilan maka
bagi setiap korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat berhak memperoleh
ganti rugi oleh negara (kompensasi), ganti rugi oleh pelaku atau pihak ketiga
(restitusi), pemulihan pada kedudukan semula, seperti nama baik, jabatan,
kehormatan atau hak-hak lain (rehabilitasi.
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan
HAM, antara lain :
1. Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM;
2. Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi
serta rehabilitasi;
3. Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM;
4. Memberikan informasi kepada aparat penegak hukum dan lembaga –
lembaga HAM bila terjadi pelanggaran HAM; Bab - 3 Perlindungan dan
Penegakan Hak Asasi Manusia;
5. Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau
lewat jalan Peradilan HAM mengalami jalan buntu, demi menghapus dendam
yang berkepanjangan yang dapat menghambat kehidupan yang damai dan
harmonis dalam bermasyarakat.
17
Rendahnya kesadaran dan keberanian masyarakat untuk melaporkan
pelanggaran HAM yang terjadi baik mengenai dirinya maupun pihak lain.
Belum optimalnya kemampuan para hakim di peradilan HAM ad hoc.
Keterbatasan kemampuan pengetahuan masyarakat terhadap bentuk-bentuk
pelanggaran HAM.
Masalah hakim,ternyata tidak begitu mudah menentukan para calon hakim
ad hoc diluar hakim karir, meskipun sampai sekarang sudah begitu lantang
orang berbicara tentang pelanggaran HAM dan banyak pelatihan dan
penanaman HAM. LSM HAM pun ternyata tak banyak yang tersrdia.
Banyak tokoh-tokoh HAM yang terikat oleh tugas dilembaga lain.
Sulitnya mencari Jaksa sebagai penuntut umum sebab hanya orang yang
berpengalaman penuntut saja yang diangkut atau kata lainnya sifatnya
tertutup.
Masalah pembahasan acara peradilan yang belum tuntas, masih tersisa
pertanyaan banding dan langsung saja dari peradilan tingkat pertama
langsung ke Mahkamah Agung.
18
Asas mengatur bahwa orang yang telah dihukum oleh pengadilan HAM
tidak dapat lagi dituntut oleh pengadilan pidana biasa. Namun
keterbatasan lingkup pengadilan HAM yang haknya sebatas pada
genosida (pembantaian masal) dan kejahatan melawan kemanusiaan,
mengakibatkan ada unsur-unsur yang tidak terpenuhi.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM merupakan hak dari lahir yang wajib dihormati dan tidak dapat
diganggu gugat oleh siapapun. Berbagai upaya penegakan HAM di Indonesia
telah dilakukan, namun masih banyak pelanggaran HAM di Indonesia yang belum
terselesaikan dengan baik, banyak pihak yang masih ragu-ragu akan penegakan
hak asasi manusia di Indonesia. Keberhasilan perlindungan dan penghargaan
terhadap hak asasi manusia merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, lembaga HAM, dan kita sebagai warga masyarakat. Meskipun
terdapat lembaga yang bertugas membuat kondisi yang kondusif, namun
kesadaran dari setiap masyarakat tetap diperlukan. Lembaga-lembaga penegak
HAM di Indonesia yaitu lembaga negara penegak HAM dan lembaga peradilan
sebagai penegak HAM. Dasar hukum HAM juga terdapat di Pancasila, Undang-
Undang dan UUD 1945, TAP MPR No. XVII/MPR/1998, dan Undang-Undang.
Ada berbagai macam-macam HAM di Indonesia.
3.2 Saran
Sebelum kita ingin dihargai dan dihormati, kita harus menghargai HAM
orang lain dengan cara tidak melakukan pelanggaran HAM. Sebagai makhluk
sosial kita juga harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.
20
DAFTAR PUSTAKA
21