Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“Mengidentifikasi Masalah Keperawatan Pada Pasien dengan

“AIDS“

Dosen Pengampu: Rahmawati Shoufiah ,S.ST.M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. Nur Lelly Azizah P07220117065


2. Nur Rachmi S P07220117066
3. Ratu Alkhar S P P07220117068

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI
D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2017/2018

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah KMB ( Keperawatan Medikal Bedah ), yang telah
memberikan tugas dan membimbing kami.Penulis membuat makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah KMB II ( Keperawatan Medikal Bedah ), yang
berjudul “Mengidentifikasi masalah Keperawatan pada pasien dengan AIDS ”.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka Kami
berharap kritik dan saran dari pembaca . Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.

Balikpapan, 10 Juli 2019

Kelompok

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................2
BAB I .........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN .....................................................................................................................3
A. Latar Belakang .............................................................................................................3
B. Tujuan ..........................................................................................................................4
C. Sistematika Penulisan ..................................................................................................4
BAB II ........................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................5
A. Definisi .........................................................................................................................9
BAB III ....................................................................................................................................26
PENUTUP ................................................................................................................................26
B. Kesimpulan ................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................27

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat
laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar- benar bisa
disembuhkan

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan


kulit dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai
negara di dunia.

Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS


telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun
1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemic paling
menghancurkan pada sejarah. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif
HIV/AIDS sampai 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen
PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah
kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879

3
AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan karena
di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan Indis, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia

B. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Review Anatomi dan Fisiologi Sistem immune


2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar ( Definisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostic )
3. Untuk Mengetahui Pengkajian pasien dengan AIDS
4. Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan pasien dengan AIDS
5. Untuk Mengetahui Perencanaan pasien dengan AIDS
6. Untuk Mengetahui Konsep Evaluasi pasien dengan AIDS

C. Sistematika Penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut ;
1. Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan
dan sistematika penulisan
2. Bab II : Pembahasan terdiri dari Review Anatomi dan Fisiologi Sistem
Pernapasan, Konsep Dasar ( Definisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostic ), Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan dan Konsep Evaluasi.
3. Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Review Anatomi dan Fisiologi Sistem

Pengertian sistem imun


Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan
manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau
serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem
kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul
lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor. (Wikipedia.com)
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh
luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing
lain dalam tubuh. Jika system
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan
flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Letak sistem imun

5
Fungsi dari Sistem Imun

o Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum
tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih
(termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan
tubuh juga terdapat di tempat lain.
o Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum
lepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk
mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai toleransi diri.
o Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang
perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae,
selangkangan dan para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah
bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
o Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)
Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan
limpa, jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran
pencernaan, saluran pernafasan dan saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan

a) non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik


disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan
non spesifik tubuh
kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya,
serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear)
dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi


mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh
sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya
seperti sel makrofag dan komplemen.
Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik
disebut juga respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik
(Imunitas Humoral dan Selular)

6
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan
dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat
lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan
IgE.
Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap
antigen yangdiperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan
komponen system imun lainnya.

Antibodi (Immunoglobulin)

Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah


glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-
B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen
tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian Immunglobulin
Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah
antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis
(en:mucosal immune). IgA banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh
(liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretoryIgA)
dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan
mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi
fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan
pengikatan mikroba.

Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah


sebuah monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD
ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga,
tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan
dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya
sekitar 0,2%.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE)
adalah jenis antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE
memiliki peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe

7
1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit
(helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola
hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu sepertiPlasmodium
falciparum, dan artropoda.
Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah
antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan
, yang saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua
fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan
terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio
serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari
bergantung pada sub-tipe.
Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM,
macroglobulin) adalah antibodi dasar yang berada pada plasma B.
Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan antibodi dengan ukuran paling
besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan teredar segera
setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary
immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk
monomeris dari IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan
reseptor sel-B. IgM adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu
pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan berkembang secara
fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yang
menggerakkan lintasan komplemen klasik.

8
2. Konsep Dasar ( Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,
Pemeriksaan Diagnostic )

A. Definisi
HIV adalah infeksi virus yang secara progesif menghancurkan sel-sel darah putih
infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh
secara progesif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (
terutama pada orang dewasa ). (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 295)

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sekumpulan gejala atau


penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV(Humman immunodeficiency virus ) yang termasuk family retroviridae.
AIDS merupakan Tahap akhir dari infeksi HIV. (sudoyo Aru ,dkk 2009)
.

B. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di sebut HIV
dari kelompok virus yang di kenal retrovirus yang disebut lymphadenopathy
associated virus (LAV) atau human T-cell leukemia virus (HTL-III yang juga
disebut human T-cell lymphotropic virus (retrovirus).retrovirus mengubah
asamrebonokleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah
masuk kedalam sel pejamu.penularan virus ditularkan melalui:

1. Hubungan seksual (anal,oral,vaginal)yang tidak terlindungi (tanpa


kondom) dengan oral yang telah terinfeksi HIV
2. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan , saat
melahirkan atau melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p.
10)

9
C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi HumanImmunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. HumanImmunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel
lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, denganbagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalamrespon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkanreproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon
imun sel killer penjamu,dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materigenetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
stranded DNA. DNA ini akan disatukankedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus
dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enziminilah yang membuat sel T4 helper
tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehinggakeberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIVyang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang
asing,mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
sitotoksit, memproduksilimfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untukmenginvasi dan menyebabkan
penyakit yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikutiberkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yangterinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelahinfeksi.Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik
)muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virusberproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlahsel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker ataudimensia AIDS

1
0
Dalam tubuh partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga
satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan
tetap terinfeksi.Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian perkembangan
masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien
AIDS setelah 10 gtahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang
terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal.
Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis,
sesuai dengan perusakan sisitem kekebalan tubuh yang juga bertahap.(Setiati,
2014, p. 889)

1
1
Defisit Nutrisi
njBersihan jalan
nafas tidak H Hipovolemia
efektif

1
2
D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006) fase klinik HIV dibagi menjadi 4

Tanpa gejala : fase klinik 1

Ringan : fase klinik2

Lanjut : fase klinik 3

Parah : fase klinik 4

Fase klinik HIV

1. Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar /pembulu limfe ) menetap dan
menyeluruh

2. Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%)tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan atas
(sinusitis,tonsilitis, otitis media, pharyngitis) herpes zoster ,infeksi sudut bbibir,
ulkus mulut berulag.

3. Fase klinik 3
Penurunan BB (10%) tanpa sebab . kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam
menetap (intermiten atau tetap >1 bulan ). Kondidiasis
oral meneteap.TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat
misalnya : pneunomia, empyema(nanah di rongga tubuh terutama pleura, apses
pada otot sklet, infeksi sendi atau tulang ), miningitis , bakteremia, gangguan

1
3
inflamasi berat pada pelvik, acute nekrotizin ulcerative stomatitis,gingivitis atau
periodontitis anemia yang penyebabnya tidak di ketahui.

4. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis pneunomia
(pneunomia karena pneumokitis karinil ), pneunomia bakteri berulang, infeksi
harpes simplex kronik(orolabial, genetalatau anorektal >1 bulan)oesopageal
kandidiyasis , TBC ekstrapulmonal , citomegaloverus , tokso plasma di SSP , HIV
enceppalopati , miningitis , infektion progesife multi fokal , limpoma , infacife ,
carvical carsinoma ,leukoncephalopathy.(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)

E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menguji HIV. Tes ini, meliputi tes
ELISA, latex agglutination dan western blot. Penilaian elisa dan latex
agglutination digunakan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak,
bila dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain
adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen p24 (polymerase chain
reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes
antibody( biasanya digunakanpada bayi lahir dengan ibu HIV. (Jauhar & Bararah,
2013, p. 299)

F. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas beberapa jenis yaitu:

1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simpomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik dapat di gunakan anti biotik
kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV ( anti retroviral )

1
4
ARV dapat di berikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup.Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat dilihat pada
label berikut :

WHO 2009 Amerik Serikat


Untuk Negara berkembang DHHS 2009

Stadium IV(AIDS) tanpa Riwayat diagnosis AIDS


memandang CD4
Stadium III HIV- ssociated nefropathy/HIV AN

TB paru Asimptomatik, CD4<350

Pnemonia berulang Ibu Hamil

Pedoman terapi ARV ( Gulick RM)

a. Jangan gunakan obat tunggal atau dua obat


b. Selalu gunakan minimal kombinasi tiga ARV yang di sebut HAART (
Highly Acitive Anti Retroviral Teraphy )
c. Kombinasi ARV lini pertama pasien naive ( belum pernah pakai ARV
sebelumnya ) yang di anjurkan : 2 NRT (nucleoside atau nucleotide
reserve transciptase inhibitor ) + 1 NNRTI (non nucleoside atau nucleotide
reserve transciptase inhibitor )
d. Di indonesia regimen pengobatan yang di pakai adalah
- Lini pertama : AZT + 3 TC + EFV atau NVP.
- Alternatif d4T + 3TC + EFV atau NVP, AZT atau d4T + 3TC + 1 PI
(LPV/r)
- AZT (azidotimidin ), EFV (efavirenz), d4T (stavudine), 3TC
(lamuvudine)
- NVP (nelfinafir ), LPV /r (lopinafir/ritonafir) (Nurarif & Kusuma,
2015, hal. 14)

Perlengkapan pencegahan
1. Sarung tangan
Harus memakai sarung tangan bila kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh dan kontak langsung dengan kulit yang tidak utuh atau
membran mukosa.

1
5
2. Apron plastik
Harus dipakai untuk mencegah terkenanya darah atau cairan tubuh

3. Alat peilndung mata


Kaca mata pelindung atau visor untuk menghindari percikan darah atau
cairan tubuh ke konjungtiva.

4. Masker
Dipakai untuk melindungi mulut dan hidung

5. Luka kulit
Luka atau abrasi kulit tangan dan lengan bawah harus ditutupi dengan
pembalut lengan air.

6. cuci tangan atau penggunaan antiseptik


harus segera di lakukan dengan memakai air dan sabun setelah kontak
dengan cairan tubuh walaupun memakai sarung tangan.(Setiati, 2014, p.
916)

G. Konsep Dasar keperawatan


Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas
seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan
(meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan
karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-obatan IV

1
6
dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani transfuse darah
berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, sulit tidur,merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat
miksi, diare intermitten, terus-menerus yang disertai/tanpa kram
abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada
bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak
mampu mengingat sesuatu, konsentrasi menurun, tidak merasakan
perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan
menurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada
kaki, nyeri dada pleuritis, nafas pendek, sering batuk berulang, sering
demam berulang, berkeringat malam, takut mengungkapkan pada orang
lain dan takut ditolak lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya
libido dan terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat- obatan terlarang.

Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan istirahat :
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan
pernafasan.
b. Sirkulasi :
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi
perifer, pucat/sianosis, capillary refill time meningkat.

1
7
c. Integritas ego :
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku
marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal
menepati janji atau banyak janji.
d. Eliminasi :
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen,
lesi/abses rektal/perianal,feses encer dan/tanpa disertai mukus atau
darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.
e. Makanan/cairan :
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan
kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi
pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna;
kurangnya kebersihan gigi
f. Higiene
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai
dimensia, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon melambat. Ide paranoid, ansietas berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul refleks tidak normal, menurunnya
kekuatan otot, gaya berjalan ataksia. Tremor pada motorik kasar/halus,
menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang Hemoragi retina dan
eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan :
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan
gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan :
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas
adventisius, batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif,
sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum).

1
8
j. Keamanan :
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi memar
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.Rektum luka, luka-luka perianal
atau abses. Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada
dua/lebih area tubuh (leher, ketiak, paha) Penurunan kekuatan umum,
tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas :
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
l. Interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak
terorganisasi

Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Gangguan pertukaran Gas b.d perubahan membrane alveolus-
kapiler
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Diare b.d proses infeksi
5. Hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif
6. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
7. Hipertermi b.d proses penyakit ( mis.infeksi , kanker )

Perencanaan

1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan


- Kriteria Hasil
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai tinggi badan
- Mampu mengidenfikasi kebutuhan nutrsi
- Tidak ada tanda- tanda malnutrisi

1
9
INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji kemampuan untuk mengunyah dan Lesi mulut, tenggorokan dan
menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.
Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.
Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam
memungkinakan sarankan makanan dari rencana memberi perasaan control
rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi lingkungan dan mungkin
sering berupa makanan padat nutrisi, tidak meningkatkan pemasukan.
bersifat asam dan juga minuman dengan Memenuhi kebutuhan akan
pilihan yang disukai pasien. Dorong makanan nonistitusional mungkin
konsumsi makanan berkalori tinggi yang juga meningkatkan pemasukan.
dapat merangsang nafsu makan
Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa sakit pada mulut atau
atau muntah. Hindari menghidangkan ketakutan akan mengiritasi lesi
makanan yang panas dan yang susah untuk pada mulut mungkin akan
ditelan menyebabakan pasien enggan
untuk makan. Tindakan ini akan
berguna untuk meningkatakan
pemasukan makanan.
Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan
misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, fungsi organ, dan mengidentifikasi
protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.

2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif

Hasil yang diharapkan :

- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal,
HT normal
- Tekanan darah, nadi , suhu tubuh dalam batas normal

2
0
- Tidak ada tanda- tanda dehidrasi , elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yan berlebihan

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL


Pantau pemasukan oral dan pemasukan Mempertahankan keseimbangan cairan,
cairan sedikitnya 2.500 ml/hari. mengurangi rasa haus dan
melembabkan membrane mukosa.
Buat cairan mudah diberikan pada Meningkatkan pemasukan cairan
pasien; gunakan cairan yang mudah tertentu mungkin terlalu menimbulkan
ditoleransi oleh pasien dan yang nyeri untuk dikomsumsi karena lesi
menggantikan elektrolit yang pada mulut.
dibutuhkan, misalnya Gatorade.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan Indicator tidak langsung dari status
rasa haus. cairan.
Hilangakan makanan yang potensial Mungkin dapat mengurangi diare
menyebabkan diare, yakni yang pedas,
berkadar lemak tinggi, kacang, kubis,
susu. Mengatur kecepatan atau
konsentrasi makanan yang diberikan
berselang jika dibutuhkan
berikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan keenceran
ddifenoksilat (lomotil), loperamid feses, mungkin mengurangi kejang
Imodium, paregoric. usus dan peristaltis.

3. Diagnose keperawatan :
Intoleransi aktovitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Kriteria Hasil
- Melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
dalam tingkat kemampuannya.
- Tanda- tanda vital dalam batas normal
- Sirkulasi status baik

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


Rencanakan perawatan untuk
Periode istirahat yang sering sangat yang
menyediakan fase istirahat. Atur
dibutuhkan dalam memperbaiki atau
aktifitas pada waktu pasien sangat
menghemat energi. Perencanaan akan
berenergi membuat pasien menjadi aktif saat energy
lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki
perasaan sehat dan control diri.
Dorong pasien untuk melakukan Memungkinkan penghematan energy,
apapun yang mungkin, misalnya peningkatan stamina, dan mengijinkan
perawatan diri, duduk dikursi, pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan
berjalan, pergi makan kepenatan dan rasa frustasi.

2
1
Pantau respon psikologis terhadap Toleransi bervariasi tergantung pada status
aktifitas, misal perubahan TD, proses penyakit, status nutrisi,
frekuensi pernafasan atau jantung keseimbangan cairan, dan tipe penyakit.
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas
yang membantu pasien mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot

4. Diare b.d proses infeksi


Kriteria Hasil :
- Feses berbentuk , BAB sehari sekali – tiga kali
- Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
- Tidak mengalami diare
- Mempertahankan turgor kulit

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


Kaji kosistensi dan frekuensi feses dan Mendeteksi adanya darah dalam feses
adanya darah
Auskultasi bunyi usus Hipermotiliti umumnya dengan Diare
Mengurangi motilitas usus yang
Atur agen antimotilitas dan psilium pelan,memperburuk perforasi pada
(Metamucil sesuai order intestinal
Berikan oinment A dan D, Vaselin atau Untuk menghilangkan distensi
zine oside

5. Gangguan pertukaran Gas b.d perubahan membrane alveolus- kapiler


Tujuan
- Gangguan pertukaran gas berkurang
- Status pernafasan : pertukaran gas tidak akan terganggu
- Status pernafasan : ventilasi tidak akan terganggu
kriteria hasil :
- mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
- memelihara kebersihan paru - paru dan bebas dari tanda - tanda distress
pernafasan
- mendemonstrasikan betuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnue (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- tanda - tanda vital dalam rentang normal

2
2
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Manajemen jalan nafas Memfasilitasi kepatenan jalan nafas
Terapi oksigen Memberikan oksigen dan memantau
efektivitasnya
Bantuan ventilasi Meningkatkan pola pernafasan spontan
yang optimal dalam memaksimalkan
pertukaran O2 dan CO2 di paru
Pantau TTV Mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskuler , pernafasan dan suhu
tubuh untuk menentukan dan mencegah
komplikasi

6. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan


Tujuan dan kriteria hasil
NOC
 respiratory status : ventilation
 respiratory status : airway patency

kriteria hasil :
 mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
 menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
 saturasi oksigen dalam batas normal

Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan Auskultasi Suara nafas Mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan
manifestainya pada suara nafas.

Berikan posisi kepala lebih tinggi penurunan diafragma dapat membantu

2
3
dari posisi badan dan kaki ekspansi paru lebih maximal.

Latih dan anjurkan klien untuk batuk merupakan mekanisme alamiah untuk
Batuk efektif mengeluarkan benda asing darisaluran nafas
dengan baik dan benar
Ubah posisi klien sesering Posisi klien yang tetap secara terus menerus
mungkin tiap 2 jam dapat mengakibatkan akumulasi sekretdan
cairan pada lobus yang berada di bagian
bawah.

Lakukan suction bila perlu peningkatan mucus/lendir di saluran nafas


dapat menyumbat jalan nafas
Monitor tanda –tanda vital peningkatan frekwensi nafas
mengindikasikan tingkat keparahan
Lakukan kolaborasi pemberian kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh
O2 dapat dibantu dengan tambahan oksigenyang
diberikan
Berikan obat ekspektoran, pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah
broncodilator, mukolitik dan keluar akan
pemeriksaan penunjang mempermudahklien bernafas, deteksi sejauh
mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan
pemeriksaan penunjang

7. Hipertermia b.d proses penyakit ( mis.infeksi , kanker )


Kritera hasil :
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Nadi dan RR dalam rentang normal

Intervensi (NIC)

Aktivitas Keperawatan

1. Pantau aktivitas kejang


2. Pantau hidrasi ( misalnya, turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)
3. Pantau tekanan darah,denyut nadi, dan frekuensi pernapasan

2
4
4. Kaji ketetapan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu
lingkungan

Penyuluhan untuk pasien/ keluarga


1. Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia misalnya( sengatn panas,dan keletihan
akibat panas)
2. Regulasi suhu (NIC) ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan, jika perlu

Aktivitas kolaboratif
1. Regulasi suhu (NIC) berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras
dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika
perlu(Wilkinson, 2011, p. 390)

2
5
BAB III

PENUTUP

H. Kesimpulan

1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah (
transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.

2
6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36355563/Asuhan_Keperawatan_HIV_AIDS

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-hiv-
aids.html#.XSa9knGq3v8

https://husnunnisaabbas.wordpress.com/2015/03/22/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-hiv-aids/
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
hiv-aids/
https://www.google.co.id/search?safe=strict&biw=1215&bih=560&tbm=isch&sa=1&ei=
HiZFXYGfAb7Bz7sP8fmr0AU&q=pathway+Aids+&oq=pathway+Aids+&gs_l=img.3..35i39j
0i30j0i8i30.602299.606947..607722...0.0..0.145.2636.0j21......0....1..gws-wiz-
img.wqpFzOxRTCI&ved=0ahUKEwiBpv6GhubjAhW-
4HMBHfH8CloQ4dUDCAY&uact=5#imgrc=CZ70Zb0pPxR-xM:
https://www.academia.edu/36355563/Asuhan_Keperawatan_HIV_AIDS

2
7

Anda mungkin juga menyukai