Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi, Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi

terjadinya perubahan-perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan,

khususnya aspek ekonomi. Dengan terbukanya pasar global, maka para pelaku

usaha dituntut untuk melakukan evaluasi kinerja untuk memenuhi kualitas produk

maupun jasa yang diinginkan oleh pasar (konsumen). Saat ini tantangan yang

dihadapi oleh para pelaku usaha adalah bagaimana selalu mendapatkan cara

terbaik untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar dari para pesaing.

Oleh karena itu, setiap pelaku usaha harus bisa meracik dan menyusun suatu

strategi yang mampu membuat usaha tersebut bertahan dalam persaingan ketat

yang terjadi saat ini.

Melihat dari kenyataan dunia bisnis sekarang yang terus berkembang, maka

tuntutan akan barang atau jasa semakin beragam dan terus-menerus berubah

sesuai perkembangan zaman. Di dalam hidupnya manusia tidak terlepas dari

berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kebutuhan dasar sampai pada tingkat

kebutuhan yang lebih tinggi. Salah satu kebutuhan manusia adalah tampil

percaya diri, nyaman dan gaya. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi ketika

seseorang memangkas atau memotong rambut.

Selain perempuan, kebanyakan pria zaman sekarang juga sangat peduli

dengan penampilannya. Salah satu pendukung penampilan kaum adam adalah

bagian rambut. Dilansir dari salah satu media online, pada tahun 2015 angka
2

pencarian untuk gaya rambut pria berada lebih tinggi 6% dibanding wanita. Pada

hasil laporan yang dikeluarkan google disebut bahwa saat ini lebih banyak pria

yang peduli terhadap perubahan penampilan mereka agar tercipta sebuah kesan

yang mereka inginkan. Adanya bermacam-macam gaya rambut membuat pria

kini menjadi lebih banyak mencari tahu tentang gaya rambut yang mereka

inginkan dan bagaimana menciptakannya. Fenomena tersebut membuat

kebutuhan akan jasa pangkas rambut khusus pria juga cenderung meningkat

akhir-akhir ini. umumnya jasa pangkas rambut khusus pria selama ini dianggap

konservatif, kaku dan ketinggalan zaman. Hal inilah yang membuat belakangan

banyak bermunculan barbershop. Pada prinsipnya, barbershop tidak jauh

berbeda dengan pangkas rambut pada umumnya. Karakteristik barbershop dapat

dilihat dari terdapatnya lampu ulir berwarna merah, biru dan putih yang berputar,

para barber (tukang cukur) yang siap melayani serta kursi berkaki satu yang

digunakan untuk pelayanan memangkas rambut. Barbershop sendiri adalah

bisnis yang bergerak di bidang jasa, dimana menurut Kotler & Keller (2009 : 36)

jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak

kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan sesuatu. Barbershop ditengarai menawarkan sesuatu yang jarang

ditawarkan pangkas rambut pada umumnya. Mulai dari hal treatment yang

ditawarkan seperti menjaga sterilisasi alat, free drink, pijat dengan batu hangat

serta konsultasi, sampai urusan model rambut yang lebih up to date seperti clean

cut, rockabilly, jar head serta new wave cut.

Keberadaan barbershop sendiri diketahui sudah ada sejak berabad-abad lalu

di dunia terutama di Eropa. Kata “barber” berasal dari bahasa latin “barba” yang

artinya janggut. Pada hakikatnya jasa tersebut merupakan pemenuhan


3

kebutuhan bersolek bagi kaum pria yang tetap mengedepankan unsur

maskulinitasnya. Di Indonesia sendiri beberapa tahun terakhir ini terdapat

fenomena mewabahnya barbershop yang ditandai dengan menjamurnya usaha

tersebut di kota-kota besar yang juga diikuti oleh kota-kota di daerah tanpa

terkecuali juga di Samarinda. saat ini jasa pangkas rambut yang menggunakan

nama dan konsep barbershop terkesan bercitra masa kini, berjiwa muda dan

memberikan layanan yang lebih baik daripada pangkas rambut pada umumnya.

Semakin bermunculannya barbershop di Samarinda juga dapat dikatakan

sebagai salah satu bentuk upaya yang dilakukan para pelaku usaha yang

berkecimpung di industri pangkas rambut agar membentuk identitas produk yang

kuat melalui persaingan merek. Seperti Rock and Cut Berbershop, Bujang

Barbershop, Pria Barbershop dan Bejo Barbershop yang senada memberi nama

belakang “barbershop” untuk merek masing-masing agar menciptakan identitas

pangkas rambut yang lebih modern dari pangkas rambut pada umumnya. Merek

adalah sebuah nama, istilah, tanda atau simbol atau rancangan, atau kombinasi

dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa

penjual untuk membedakan barang atau jasa pesaing (Kotler & Keller, 2007 :

332). Merek dapat memberi nilai tambah pada nilai yang ditawarkan oleh produk

kepada pelanggannya yang dinyatakan sebagai merek yang memiliki ekuitas

merek (Aaker, 2009). Menurut Aaker (2009) ekiutas merek adalah seperangkat

aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan

simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

barang atau jasa kepada perusahaan. Ekuitas merek dapat dikelompokkan

dalam empat kategori yaitu : Kesadaran merek (brand awareness), persepsi


4

kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas

merek (brand Loyalty) (Durianto et al, 2004).

Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan pelaku

usaha dalam mendongkrak angka produk barang atau jasanya, perilaku

konsumen menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam usaha

pemasaran sebuah produk. Dalam konsep pemasaran, salah satu cara untuk

mencapai tujuan perusahaan adalah dengan mengetahui apa kebutuhan dan

keinginan konsumen sehinga produk mampu diserap oleh pasar (Kotler &

Amstrong, 2001).

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari empat kategori ekuitas merek

yaitu : Kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived

quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brand Loyalty)

terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa pangkas rambut barbershop

yang ada di Samarinda. Ruang Lingkup data penelitian ini adalah mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman yang terletak di jalan Tanah Grogot

No.1 Kampus UNMUL Gunung Kelua Samarinda.

Berdasarkan Uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik dan berkeinginan

untuk meniliti “Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Konsumen

Menggunakan Jasa Pangkas Rambut Barbershop di Samarinda (Studi

Kasus Pada Mahasiswa FEKON UNMUL)”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Penulis Mengemukakan rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

adalah :

1. Apakah kesadaran merek berpengaruh positif secara signifikan terhadap

keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop ?

2. Apakah persepsi kualitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap

keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop ?

3. Apakah asosiasi merek berpengaruh positif secara signifikan terhadap

keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop ?

4. Apakah loyalitas merek berpengaruh positif secara signifikan terhadap

keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menguji apakah kesadaran merek berpengaruh positif secara

signifikan terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop.

2. Untuk Menguji Apakah persepsi kualitas berpengaruh positif secara

signifikan terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop.

3. Untuk Menguji asosiasi merek berpengaruh positif secara signifikan

terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.


6

4. Untuk Menguji loyalitas merek berpengaruh positif secara signifikan

terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Penelian dilakukan agar menambah wawasan dan pengalaman dalam

menerapkan teori-teori yang telah diterima di bangku kuliah.

2. Bagi Bidang Keilmuan Pemasaran

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengujian teori yang

berkaitan dengam manajemen pemasaran, khususnya tentang pengaruh

ekuitas merek terhadap keputusan konsumen.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu faktor penting dalam suatu siklus yang bermula

dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasar harus dapat menafsirkan,

mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk,

menetapkan harga, mempromosikan produk secara efektif, mendistribusikan

produk serta mengkombinasikan dengan data pasar seperti konsumen, jumlah

dan keseluruhan konsumen. Pemasar telah didefinisikan dalam banyak acara

dan dikemukakan oleh beberapa ahli pemasaran.

Pengertian pemaran menurut Lamb, et al (2001:6), pemasaran adalah suatu

proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi

sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu

memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Sedangkan pengertian menurut Kotler, Amstrong (2003:7) mendefinisikan

pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan

pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran mencakup segala

proses untuk memperoleh apa yang diinginkan individu dan organisasi melalui

pertukaran dan penciptaan barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan

dan keinginan individu serta organisasi. Selain itu, dalam pemasaran diperlukan

suatu cara untuk mengatur proses pertukaran yaitu Manajemen Pemasaran.


8

Manajemen Pemasaran menurut Tjiptono (2002:16), adalah proses

perencanaan dan pelaksaan konsepsi penentuan harga, promosi dan distribusi

barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok

sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi.

Sedangkan menurut Saladin (2003:3) pengertian manajemen pemasaran

adalah analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang

dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran

yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai

tujuan-tujuan organisasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

pemasaran adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks dan kuat yang

memerlukan perhatian dari pimpinan perusahaan atau organisasi agar tujuan

organisasi perusahaan dapat tercapai.

2.2 Merek

Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda atau simbol atau rancangan, atau

kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau

jasa penjual untuk membedakan barang atau jasa pesaing (Kotler dan Keller,

2007). Sedangkan menurut Handayani (2010) merek adalah aset yang

menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan

menghargai kualitas.

Dari dua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa merek dapat dimulai

dengan memilih nama, logo, simbol yang bertujuan untuk membedakan sebuah
9

produk dengan produk pesaing melalui keunikan serta sesuatu yang dapat

menambah nilai suatu produk dibenak pelanggan.

2.3 Ekuitas Merek

Menurut Rangkuty (2002:39), Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan

liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang

mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang

atau jasa kepada perusahaan atau kepada pelanggan perusahaan.

Ekuitas merek berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan

kualitas, asosiasi merek yang kuat, dan aset-aset lainnya seperti paten, dan

merek dagang. Jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli

karena karakteristik produk, harga, kenyamanan, dan dengan sedikit

mempedulikan merek, kemungkinan ekuitas merek rendah. Sedangkan jika para

pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapan pada para

pesaing yang ditawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga

dan kepraktisan, maka merek tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi (Astuti

dan Cahyadi, 2007:146).

Menurut Durianto et al (2004:4) Ekuitas merek dapat dikelompokkan dalam

empat kategori yaitu :

1. Kesadaran merek (brand awareness)

2. persepsi kualitas (perceived quality)

3. asosiasi merek (brand association)

4. loyalitas merek (brand Loyalty)


10

2.3.1 Kesadaran Merek

Menurut Simamora (2001:74), kesadaran merek untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk

tertentu. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001:54), kesadaran merek

merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat

kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

Kesadaran merek dalam ekuitas merek tergantung pada sejauh mana

tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek (Rangkuty, 2002:40).

Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah

sebagai berikut :

1. Unaware Of Brand (tidak menyadari merek)

Unaware Of Brand adalah tingkat paling rendah dalam piramida

kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu

merek tertentu.

2. Brand Recognition (pengenalan merek)

Brand Recognition adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana

pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan

kembali lewat bantuan.

3. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek)

Brand Recall adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan.

4. Top Of Mind (puncak pikiran)

Top Of Mind adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen

atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata
11

lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang

ada dalam benak konsumen.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek

adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat

kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu.

Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting bagi

perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung

terhadap ekuitas merek. Menurut Kim & Kim dalam Hutami (2011:17) dimensi

untuk mengukur kesadaran merek antara lain :

1. Top of mind brand, yaitu merek yang paling diingat.

2. Unaided brand recall, yaitu dapat menyebutkan merek tanpa diberi

contoh.

3. Recognized brand dan unrecognized brand dalam aided recall, yaitu

mampu memberitahukan merek yang diketahui maupun yang tidak

diketahui saat diberikan pilihan merek-merek.

2.3.2 Persepsi Kualitas

Simamora (2001:78) menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah persepsi

pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain. Sedangkan

menurut Durianto dkk (2001:96), persepsi kualitas merupakan persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau

jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.


12

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas

merupakan persepsi dari pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan harapan

pelanggannya. Persepsi kualitas mencerminkan perasaan pelanggan secara

menyeluruh mengenai suatu merek. Untuk memahami persepsi kualitas suatu

merek diperlukan pengukuran terhadap dimensi yang terkait dengan karakteritik

produk.

Karena persepsi kualitas merupakan persepsi dari pelanggan maka persepsi

kualitas tidak dapat ditentukan secara subyektif. Persepsi pelanggan akan

melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki

kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap suatu

produk atau jasa. Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam

membangun suatu merek, dalam banyak konteks persepsi kualitas sebuah

merek dapat menjadi alasan yang penting pembelian serta merek mana yang

akan dipertimbangkan pelanggan yang pada gilirannya akan mempengaruhi

pelanggan dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli. Secara umum

menurut Durianto dkk (2001:101), persepsi kualitas dapat menghasilkan nilai-nilai

berikut:

1. Alasan untuk membeli

Keterbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan pembelian

konsumen sangat dipengaruhi oleh persepsi kualitas suatu merek yang

ada di benak konsumen, sehingga sering kali alasan keputusan

pembeliannya hanya didasarkan kepada persepsi kualitas dari merek

yang akan dibelinya.


13

2. Diferensisasi atau posisi

Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi

persepsi kualitas, yaitu apakah merek tersebut super optimum, optimum,

bernilai, atau ekonomis. Juga, berkenaan dengan persepsi kualitas,

apakah merek tersebut terbaik atau sekedar kompetitif terhadap merek-

merek lain.

3. Harga optimum

Keuntungan persepsi kualitas memberikan pilihan-pilihan dalam

penetapan harga optimum (price premium). Harga optimum bisa

meningkatkan laba dan/atau memberi sumber daya untuk reinvestasi

pada merek tersebut. Berbagai sumber daya ini digunakan untuk

membangun merek, seperti menguatkan kesadaran atau asosiasi atau

mutu produk.

Persepsi kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi

pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk. Persepsi kualitas ini akan

membentuk persepsi kualitas secara keseluruhan terhadap suatu produk di

benak konsumen. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk dengan

persepsi kualitas yang lebih baik. Mengacu kepada pendapat Durianto (2004:98)

dimensi persepsi kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu :

1. Kinerja, yaitu seberapa baik suatu produk melakukan fungsinya.

2. Pelayanan, yaitu mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan

produk tersebut.

3. Ketahanan, yaitu mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan, yaitu konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk

dari satu pembelian ke satu pembelian berikutnya.


14

5. Karakteristik Produk, yaitu bagian-bagian tambahan dari produk (feature).

Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting

ketika dua merek terlihat sama

6. Kesesuaian dengan spesifikasi, yaitu merupakan pandangan mengenai

kualitas proses manufaktur dalam arti tidak ada cacat produk sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

7. Hasil, mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam

dimensi sebelumnya.

Adapun peneliti melihat dan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat dan

untuk membatasi penelitian, maka dipilihlah indikator untuk mengukur persepsi

kualitas sebagai berikut :

1. Kinerja

2. Karakteristik Produk

3. Hasil

2.3.3 Asosiasi Merek

Menurut Rangkuty (2002:43), asosiasi merek adalah segala hal yang

berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Simamora (2001:82),

menyatakan bahwa asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan tentang

merek dalam ingatan. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001:69), asosiasi

merek merupakan segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait

dengan ingatannya mengenai suatu merek.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asosiasi merek

merupakan segala hal atau kesan yang ada dibenak seseorang yang berkaitan
15

dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait merek

akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen

dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu merek atau dengan seringnya

penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya, ditambah lagi jika

kaitan tersebut didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Sebuah

merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk

yang bermakna.

Menurut Durianto dkk (2001:70) asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu

merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut:

1. Atribut produk (product attributes)

Atribut produk yang paling banyak digunakan dalam strategi positioning

adalah mengasosiasikan suatu obyek dengan salah satu atau beberapa

atribut atau karakteristik produk yang bermakna dan saling mendukung,

sehingga asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan

untuk pembelian suatu produk.

2. Atribut tak berwujud (intangibles attributes)

Atribut tak berwujud merupakan atribut umumm seperti halnya persepsi

kualitas, kemajuan teknologi, inovasi, atau kesan nilai yang

mengikhtisarkan serangkaian atribut yang obyektif.

3. Manfaat bagi pelanggan (customers benefits)

Terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi pelanggan,

yaitu : (a) manfaat rasional, adalah manfaat yang berkaitan erat dengan

suatu atribut produk dari produk yang dapat menjadi bagian dari proses

pengambilan keputusan yang rasional; (b) manfaat psikologis, sering kali

merupakan konsekuensi ekstrim dalam proses pembentukan sikap,


16

berkaitan dengan penasaran yang ditimbulkan ketika membeli atau

menggunakan merek tersebut.

4. Harga relative (relative price)

Harga relative merupakan evaluasi terhadap suatu merek di sebagian

kelas produk yang diawali dengan penentuan posisi merek tersebut

dalam satu atau dua dari tingkat harga.

5. Penggunaan (application)

Pendekatan penggunaan dilakukan dengan mengasosiasikan merek

dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

6. Pengguna/pelanggan (user/customer)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan

sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.

7. Orang terkenal/khalayak (celebrity/person)

Suatu pendekatan dengan mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan

sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang

terkenal ke merek tersebut.

8. Gaya hidup/kepribadian (lifestyle/personality)

Sebuah merek bisa diilhami oleh para pelaggan merek tersebut dengan

aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas produk (product class)

Beberapa merek perlu membuat keputusan positioning yang menentukan

dan melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk.

10. Para pesaing (competitors)

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan

mengungguli pesaing.
17

11. Negara/wilayah goegrafis (country/ geografis area)

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat, asalkan negara itu

mempunyai hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan

kemampuan. Asosiasi negara bisa menjadi komplek dan penting apabila

negara berusaha mengembangkan strategi global.

Adapun peneliti melihat dan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat dan

untuk membatasi penelitian, maka dipilihlah indikator untuk mengukur asosiasi

merek sebagai berikut :

1. Atribut produk (product attributes)

2. Atribut tak berwujud (intangibles attributes)

3. Manfaat bagi pelanggan (customers benefits)

2.3.4 Loyalitas Merek

Menurut Rangkuty (2002:60), loyalitas merek adalah satu ukuran kesetiaan

konsumen terhadap suatu merek. Definisi lain loyalitas merek adalah komitmen

pelanggan terhadap suatu merek dan pemasok, berdasarkan sikap yang sangat

positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten (Umar, 2005:16).

Menurut Astuti (2007:148) loyalitas merek dan pengalaman menggunakan

sebuah merek tidak terjadi tanpa melalui tindakan pembelian suatu produk

barang atau jasa tertentu. Hal ini membuat loyalitas merek dengan elemen

ekuitas merek lainnya berbeda, dimana pelanggan memiliki kesadaran merek,

persepsi kualitas dan asosiasi merek tanpa terlebih dahulu membeli dan

menggunakan merek.
18

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek

merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada

sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin

tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika

pada merek tersebut dihadapi adanya perubahan, baik menyangkut harga

maupun atribut lainnya. Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan

pelanggan kepada sebuah merek (Durianto,dkk, 2001:126).

Loyalitas merek memiliki beberapa tingkatan dimana masing-masing

tingkatannya menunjukan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus

aset yang dapat dimanfaatkan. Menurut Durianto dkk (2001), Tingkatan loyalitas

merek adalah sebagai berikut :

1. Switcher (Berpindah-pindah)

Adalah tingkatan loyalitas paling dasar. Semakin sering pembelian

konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain

mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap

memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan kecil dalam

keputusan pembelian. Ciri yang paling tampak dari jenis pelanggan ini

adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah dan

banyak konsumen lain yang membeli merek tersebut.

2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)

Adalah pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam

mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya

untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika

peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Jadi,

pembeli ini dalam membeli suatu merek karena alasan kebiasaan.


19

3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang dikonsumsi.

Namun pembeli ini dapat saja berpindah merek dengan menanggung

biaya peralihan (switching cost), seperti waktu, biaya, atau resiko yang

timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik minat

pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus

ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat sebagai

kompensasi.

4. Likes The Brand (Menyukai merek)

Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek

tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian

pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas

yang tingggi. Dan mereka menganggap merek sebagai sahabat.

5. Committed Buyer (Pembeli yang berkomiten)

Adalah kategori pembeli yang setia. Pembeli ini mempunyai kebanggaan

dalam menggunakan suatu merek. Ciri yang tampak pada kategori ini

adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan/mempromosikan

merek yang digunakannya kepada orang lain.

Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat

menjadi aset strategis bagi perusahaan. Menurut Durianto dkk (2001:21) berikut

adalah nilai yang dapat diberikan kepada perusahaan ketika dapat mengelola

dan memanfaatkan loyalitas merek dengan benar :

1. Mengurangi biaya pemasaran

Biaya pemasaran untuk mempertahankan pelanggan akan lebih murah

dibandingkan dengan biaya pemasaran untuk mendapatkan pelanggan


20

baru. Jadi, biaya pemasaran akan semakin kecil jika loyalitas merek

meningkat.

2. Meningkatkan perdagangan

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan

peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara

pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu

merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Menarik minat pelanggan baru

Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan

perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek

tersebut dan biasanya akan merekomendasikan/mempromosikan merek

yang ia pakai kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik

konsumen baru.

4. Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan

Bila pesaing mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang

loyal akan memberikan waktu bagi perusahaan untuk merespon pesaing

dengan memperbarui produknya.

Menurut (Kotler & Keller) dalam Jintu et al (2013:4) untuk megukur loyalitas

pelanggan indikatornya adalah melalui : (1) repeat purchase, yaitu kesetiaan

konsumen terhadap pembelian produk; (2) retention, yaitu ketahanan konsumen

terhadap pengaruh negative mengenai perusahaan; (3) referalls, mereferensikan

secara total eksistensi perusahaan kepada orang lain.


21

2.4 Konsep Perilaku Konsumen

Semuel (2004:8) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku

yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan,

pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat

memuaskan kebutuhan konsumen. Sementara perilaku konsumen itu sendiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

2.4.1 Faktor Sosial

1. Group

Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil

dimana orang tersebut berada dan mempunyai pengaruh langsung yang

disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi

primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan

secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang

sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat

dagang). (Kotler et al, 2003:203).

2. Family Influence

Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian,

pengaruh suami, istri, dan anak dalam memiliki peran yang cukup besar

dalam menentukan keputusan pembelian produk dan servis yang

berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar

dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler et al,

2003:204).
22

3. Roles and Status

Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk

dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran

membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang

diberikan oleh masyarakat (Kotler and Amstrong, 2006:135).

2.4.2 Faktor Personal

1. Economic Situation

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan terhdap

keputusan pembelian produk, contohnya rolex diposisikan konsumen

kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah.

Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk

dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler and

Amstrong, 2006:137).

2. Lifestyle

Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas,

ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari

kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja

mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler and Amstrong, 2006:138).

3. Personality and Self Concept

Personality adalah karakteristik unik dari keadaan psikologi seseorang

yang mengacu kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap

lingkungan seseorang, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka

bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler and

Amstrong, 2006:140).
23

4. Occupation

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli.

Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering

yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari

full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan

siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat

(Kotler et al, 2003:207).

2.4.3 Faktor Psychological

1. Motivation

Motivasi (dorongan) adalah keadaan diri seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai

suatu tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

perilakun konsumen dimulai dengan adanya motif/motifasi (Kotler et al,

2003:214).

2. Perception

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan

menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang

berarti dari dunia. Seseorang dapat membentuk berbagai macam

persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler et al,

2003:215).

3. Learning

Pembelajaran adalah perubahan perilaku seseorang oleh karena

pengalaman. Pembelajaran ini terjadi melalui interaksi dorongan,

rangsangan, pertanda, respond an penguatan. Pemasar perlu memahami

proses pembelajaran konsumen dan dapat menciptakan permintaan


24

akan produk yang ditawarkan, melalui penciptaan mendorong

pembelajaran seseorang. Percobaan pada produk tertentu juga

merupakan media agar pembelajaran terjadi. Sehingga jika konsumen

memiliki pengalaman yang menarik tentang suatu poduk, maka dimasa

yang akan datang mereka akan membeli produk tersebut (Suharno,

2013:69)

4. Beliefs and attitude

Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai

sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman

(Kotler and Amstrong, 2006). Sedangkan attitudes adalah evaluasi

perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten

dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler and Amstrong, 2006).

2.4.4 Faktor Cultural

Culture (kebudayaan) adalah nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan

perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya

. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku

yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan.

(Kotler et al, 2003:201).

2.5 Keputusan Pembelian

Menurut Semuel (2004:547) keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua

atau lebih alternatif pilihan yang ada, artinya bahwa syarat seseorang dapat

membuat keputusan haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan

untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan

keputusan tersebut itu dilakukan.


25

Proses keputusan pembelian melewati lima tahapan proses keputusan

pembelian (Suharno, 2013:72), yaitu:

1. Pengenalan Kebutuhan

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi Alternatif

4. Keputusan Pembelian

5. Perilaku pasca Pembelian

1. Pengenalan Kebutuhan

Merupakan tahap pertama proses keputusan pembeli, dimana konsumen

menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan adalah proses

yang terjadi pada saat konsumen menyadari adanya perbedaan antara keadaaan

yang ada pada mereka dengan kondisi ideal yang mereka inginkan. Munculnya

kebutuhan seringkali terjadi secara spontan atau pada saat kebutuhan disadari.

Pemasar perlu menyadari bagaimana kebutuhan muncul dan melakukan langkah

kreatif agar kebutuhan muncul. Promosi yang efektif, sering menjadi cara untuk

memunculkan kebutuhan, baik melalui iklan, brosur, atau mengembangkan

media suasana agar kebutuhan konsumen disadari dan muncul. Pengembangan

media suasana di mal atau sebelumnya atau pusat perbelanjaan sering

menimbulkan pembelian spontan, tanpa perencanaan sebelumnya. Orang yang

sebelumnya tidak menyadari kebutuhan dan tidak berencana membeli, menjadi

tiba-tiba membeli.
26

2. Pencarian Informasi

Informasi adalah hal utama yang akan digunakan konsumen dalam

mengambil keoutusan membeli atau tidak membeli suatu produk. Pencarian

informasi merupakan tahap proses keputusan membeli dimana konsumen

mencari informasi sebanyak-banyaknya. Konsumen mungkin hanya

memperbesar perhatian terhadap suatu infformasi yang ditemui saja atau

melakukan pencarian informasi secara aktif ke beberapa sumber informasi.

Sumber informasi yang sering digunakan oleh konsumen adalah iklan di media

cetak, radio, televisi, brosur atau sumber lain yang tersedia. Mereka juga mencari

informasi dari teman atau orang-orang yang dianggap mengetahui, atau bahkan

dari penjual produk yang diinginkan.

3. Evaluasi Alternatif

Merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok

pilihan. Dalam tahapan ini pembeli telah memiliki beberapa pilihan, dan

membandingkan diantara pilihan tersebut dengan kriteria yang ditentukan secara

pribadi. Kriteria perbandingan menyangkut manfaat yang diperoleh dari masing-

masing pilihan. Misalnya : kesesuaian ukuran, keawetan, fungsi, gengsi,

kemudahan perawatan, harga pasca pembelian, kualitas, dan warna.

4. Keputusan Pembelian

Adalah tahap dimana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan

pembelian produk, serta mengkonsumsinya. Pembelian sendiri secara fisik bisa

dilakukan oleh konsumen, namun juga bisa oleh orang lain. Pembelian jasa
27

biasanya dilakukan oleh konsumen sendiri, sedangkan pembelian barang kadang

dilakukan oleh orang lain. Dalam tahap ini, konsumen melakukan konsumsi

produk yang dibelinya dan mulai bisa membandingkan dengan harapan yang

sebelumnya dimiliki. Pada saat ini pula konsumen akan merasakan kepuasan

atau ketidakpuasan.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Tahap ini merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen mengambil

tindakan selajutnya setelah pembelian dan konsumsi dilakukan dan berdasarkan

kepuasan dan ketidakpuasan yang mereka rasakan. Konsumen yang puas

biasanay akan melakukan pembelian ulang, mereka menceritakan kepada orang

lain tentang manfaat produk yang dibelinya, dan kadang merekomendasikan

kepada orang lain produk yang dibelinya. Sedangkan konsumen yang kecewa,

mereka akan melakukan komplain, atau berpindah ke produk lain, atau bahkan

menceritakan kepada orang lain hal buruk dari produk yang dibelinya.

Menurut Kotler (2007:234) indikator untuk mengukur keputusan pembelian,

antara lain :

1. Pengenalan Kebutuhan

2. Pencarian Informasi

3. Mengevaluasi alternatif

4. Keputusan pembelian

5. Perilaku pasca pembelian


28

2.6 Hubungan Antar Variabel

2.6.1 Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian

kesadaran merek untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu

merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Simamora, 2001).

Menurut Durianto et al (2001), kesadaran merek merupakan kesanggupan

seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek

sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu,.

Berdasar defnisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek adalah

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu. Kesadaran

merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting bagi perusahaan karena

kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek.

Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah maka dapat dipastikan

bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah. Dalam penilitan yang dilakukan oleh

Jintu, Rodhiyah dan Wijayanto (2013) menyatakan bahwa keadaran merek

berpengaruh positif dan sifnifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan

Sudarsono dan Kurniawati (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

kesadaran merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Oleh

karena itu dapat diidentifikasikan, bahwa semakin tinggi kesadaran konsumen

terhadap merek, maka dapat mempengaruhi keputusannya untuk menggunakan

atau melakukan pembelian suatu merek.

H1 : Diduga Kesadaran Merek (X1) berpengaruh positif secara signifikan

terhadap Keputusan Pembelian (Y).


29

2.6.2 Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian

Persepsi kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi

pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk. Persepsi kualitas ini akan

membentuk persepsi kualitas secara keseluruhan terhadap suatu produk di

benak konsumen. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk dengan

persepsi kualitas yang lebih baik. Dalam penelitian oleh Astry (2014) menyatakan

bahwa Persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap Keputusan pembelian.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Jintu et al (2013) menyatakan

bahwa persepsi kualitas mempunyai pengaruf positif secara signifikan terhadap

keputusan pembelian. Oleh karena itu dapat diidentifikasikan, bahwa suatu

produk yang semakin berkualitas, maka dapat mempengaruhi keputusan

konsumen untuk menggunakan atau melakukan pembelian suatu merek.

H2 : Diduga Persepsi Kualitas (X2) berpengaruh positif secara signifikan terhadap

keputusan pembelian (Y).

2.6.3 Asosiasi merek Terhadap Keputusan Pembelian

Jintu et al (2013) dalam penelitiannya menyatakan asosiasi merek

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil

penelitian ini memperlihatkan kemampuan asosiasi merek terhadap keputusan

pembelian sebesar 49% sedangkan sisanya 51% dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Alzamendy

(2011), yaitu asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian. Oleh karena itu dapat diidentifikasikan, bahwa semakin

tinggi asosiasi (penghargaan) konsumen terhadap merek, maka dapat


30

mempengaruhi keputusannya untuk menggunakan atau melakukan pembelian

suatu merek.

H3 : Diduga Asosiasi Merek (X3) berpengaruh positif secara signifikan terhadap

Keputusan Pemeblian (Y)

2.6.4 Loyalitas merek Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian yang telah dilakukan Sudarsono dan Kurniawati (2013)

menyatakan bahwa loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian. Serta dalam penelitian yang dilakukan Jintu, Rodhiyah dan Wiyanto

(2013) menyatakan bahwa loyalitas merek berpengaruh positif secara signifikan

terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan

kemampuan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian sebesar 92%

sedangkan sisanya 8% dipengaruhi faktor lain. Oleh karena itu dapat

diidentifikasikan, bahwa konsumen yang loyal, cenderung menggunakan produk

tersebut.

H4 : Diduga Loyalitas Merek (X4) berpengaruh positif secara signifikan terhadap

Keputusan Pembelian (Y)


31

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Alat Temuan

Analisis Penelitian

1. Euis Daeng Jintu, Pengaruh Elemen- -Kesadaran Merek Regresi Hasil Penelitian

dkk (2013) Elemen Ekuitas -Asosiasi Merek Linier menunjukan

Merek Terhadap -Persepsi Kualitas Berganda bawwa secara

Keputusan Pembelian -Loyalitas Merek parsial kesadaran

Mobil Toyota Kijang -Keputusan Pembelian merek, asosiasi

Innova pada merek, persepsi

PT.Nasmoco Pemuda kualitas, dan

Semarang loyalitas merek

berpengaruh

positif terhadap

keputusan

pembelian.

2. Deby Susanti Elemen Ekutias -Kesadaran Merek Regresi Hasil penelitian

Sudarsono & Dyah Merek Dalam -Persepsi Kualitas Linier menunjukkan

Kurniawati (2013) Keputusan Pembelian -Asosiassi Merek Berganda bahwa ekuitas

Laptop -Loyalitas Merek merek yang terdiri

-Keputusan Pembelian dari kesadaran

merek, persepsi

kualitas, asosiasi

merek, dan

loyalitas merek

berpengaruh

signifikan

terhadap

keputusan
32

pembelian secara

parsial maupun

secara simultan.

3. Choiry Astri (2014) Analisis Pengaruh -Kesadaran Merek Regresi Hasil Penelitian

Ekuitas Merek -Asosiasi Merek Linier menunjukan

Terhadap Keputusan -Persepsi Kualitas Berganda bahwa kesadaran

Pembelian -Loyalitas Merek merek, asosiasi

-Keputusan Pembelian merek, persepsi

kualitas, dan

loyalitas merek

secara parsial

berpengaruh

signifikan

terhadap

keputusan

pembelian.

4. Aulia Chitra Pratiwi, Pengaruh Ekuitas -Loyalitas Merek Regresi Hasil penelitian

dkk (2013) Merek Terhadap -Kesadaran Merek Linier menyatakan

Keputusan Pembelian -Kesan Kualitas Berganda bahwa variabel-

Parfum AXE (Survei -Asosiasi Merek variabel Ekuitas

Pada Pria Pengguna -Aset-Aset Hak Milik Merek

Parfum Axe di Kota Merek Yang Lain yaitu, Kesadaran

Malang) -Keputusan Pembelian Merek, Asosiasi

Merek Kesan

Kualitas, Loyalitas

Merek dan Aset

Kepemilikan

Lain mempunyai

pengaruh yang

signifikan secara
33

bersama-sama

terhadap Struktur

Keputusan

Pembelian.

5. Imroatul Khasanah Analisis Pengaruh -Kesadaran Merek Regresi Variabel Asosiasi

(2013) Ekuitas Merek -Persepsi Kualitas Linier merek memiliki

Terhadap Keputusan -Asosiasi Merek Berganda pengaruh paling

Pembelian Mie Instan -Keputusan Pembelian besar terhadap

Sedaap di Semarang keputusan

pembelian oleh

konsumen

diantara variabel

bebas lainnya

yang diteliti.

Kesadaran merek

merupakan salah

satu faktor yang

dapat

mendoronng

konsumen untuk

melakukan

pembelian produk

mie instan

Sedaap. Persepsi

terhadap kualitas

merupakan salah

satu faktor yang

dapat mendorong

konsumen untuk

melakukan

pembelian produk
34

mie instan

Sedaap

6. Arianis Chan (2010) Pengaruh Ekuitas Kesadaran Merek Structural Hasil pengujian

Merek Terhadap -Asosiasi Merek Equation hipotesis

Proses Keputusan -Persepsi Kualitas Modelling menunjukkan

Pembelian Konsumen -Loyalitas Merek bahwa ekuitas

: Studi Kasus Bank -Keputusan Pembelian merek Bank

Muamalat Indonesia Muamalat

Cabang Bandung) Indonesia

pengaruh positif

dan signifikan

terhadap proses

keputusan

pembelian

konsumen.

Pengaruh positif

tersebut dapat

diartikan bahwa

semakin

baik kondisi

ekuitas merek

Bank Muamalat

Indonesia, maka

akan

memperbesar

keputusan

konsumen untuk

menjadi nasabah

pada Bank

tersebut
35

2.8 Kerangka Pikir Teoritis

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian yang terdahulu, maka

dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam

gambar berikut:

Kesadaran Merek

(X1)
H1+

Persepsi Merek
H2+
(X2) H1 Keputusan

H3+ Pembelian (Y)


Asosiasi Merek H1

(X3)
H4+
H1

Loyalitas Merek

(X4)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

3.1.1 Definisi Operasional

Untuk menjelaskan apa saja indikator-indikator yang digunakan dalam

penelitian ini, maka penulis mencoba menerangkan konsep yang telah dijelaskan

secara operasional, maka dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Kesadaran Merek (X1)

Dalam penelitian ini kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang

calon konsumen untuk mengenali, mengingat kembali merek “barbershop”

sebagai bagian dari suatu kategori jasa pangkas rambut untuk pria. Adapun

indikator untuk mengukur kesadaran merek tersebut antara lain :

a. Top of mind brand, barbershop adalah hal pertama yang muncul di benak

konsumen ketika berbicara tentang kebutuhan akan jasa pangkas

rambut.

b. Unaided brand recall, konsumen dapat mengingat barbershop kembali

ketika membutuhkan jasa pangkas rambut tanpa bantuan orang lain.

c. Recognized brand dan unrecognized brand dalam aided recall, Ketika

diberikan pilihan, konsumen dapat membedakan antara barbershop

dengan jasa pangkas rambut pada umumnya.


37

2. Persepsi Kualitas (X2)

Persepsi kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat

konsumen terhadap kualitas atau keunggulan barbershop ditinjau dari fungsinya

secara relatif dengan jasa pangkas rambut pria lainnya. Indikator persepsi

kualitas dibagi pada penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Kinerja, yaitu seberapa baik para barber (pemangkas rambut) dalam hal

memangkas rambut.

b. Karakteristik Produk, yaitu konsumen menyadari ketika menggunakan

jasa pangkas rambut barbershop ada feature pembeda yang didapat.

Seperti, suasana tempat yang lebih nyaman dan gaya rambut yang lebih

modern.

c. Hasil, mengarah kepada perasaan puas atau tidaknya konsumen ketika

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop yang melibatkan dua

dimensi sebelumnya.

3. Asosiasi Merek (X3)

Sedangkan asosiasi merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

hal yang berkaitan tentang merek barbershop itu sendiri dalam ingatan calon

konsumen yang akan memangkas rambutnya. Asosiasi yang terkait dengan

merek tersebut umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut:

a. Atribut produk (product attributes), jasa pangkas rambut barbershop

menciptakan image tertentu dibenak konsumen.


38

b. Atribut tak berwujud (intangibles attributes), Konsumen menyakini jasa

pangkas rambut barbershop menawarkan inovasi-inovasi terbaru

daripada jasa pangkas rambut pada umumnya.

c. Manfaat bagi pelanggan (customers benefits), konsumen merasa lebih

percaya diri ketika menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.

4. Loyalitas Merek (X4)

Loyalitas merek pada penelitian ini adalah satu ukuran kesetiaan konsumen

atau komitmen pelanggan terhadap merek barbershop tersebut, berdasarkan

sikap yang sangat positif dan tercermin dalam penggunaan kembali yang

konsisten. Untuk megukur loyalitas pelanggan indikatornya adalah melalui :

a. Repeat Purchase, konsumen rutin menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop ketika membutuhkan jasa tersebut.

b. Retention, konsumen tidak terpengaruh terhadap tanggapan negatif

tentang jasa pangkas rambut barbershop.

c. Referalls, konsumen merekomendasikan kepada orang-orang terdekat

untuk menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.

5. Keputusan Pembelian (Y)

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan keputusan pembelian adalah

konsumen memilih menggunakan jasa barbershop dari beberapa alternatif

pilihan jasa pangkas rambut lainnya yang mengarah kepada bagaimana proses

dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Indikator untuk mengukur

keputusan pembelian, antara lain :


39

a. Pengenalan kebutuhan, yaitu konsumen menggunakan jasa pangkas

rambut barbershop karena sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen.

b. Pencarian informasi, yaitu informasi yang mudah didapat mengenai

barbershop membuat konsumen yakin untuk menggunakan jasa pangkas

rambut barbershop.

c. Mengevaluasi alternatif, barbershop menawarkan sesuatu yang berbeda

dari jasa pangkas rambut pada umumnya.

d. Keputusan pembelian, konsumen menetapkan pilihan untuk

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.

e. Perilaku pasca pembelian, konsumen merasakan manfaat yang didapat

ketika menggunakan jasa pangkas rambut barbershop dan menjadikan

pertimbangan dengan jasa pangkas rambut pria pada umumnya.

Tabel 3.1 Variabel dan Dimensi Penelitian

Variabel Dimensi Jumlah Contoh Letak

Item Pertanyaan Pertanyaan

Kesadaran 1. Top of mind 3 Anda Poin no.1-3


brand
Merek (X1) 2. Unaided brand mengingat (skala likert 1-
recall
3. Recognized barbershop 5)
brand dan
unrecognized pertama kali
brand dalam
aided recall ketika Anda

membutuhkan

jasa pangkas

rambut
40

Persepsi 1. Kinerja 3 Kinerja para


2. Karakteristik Poin no.4-6
Kualitas (X2) Produk barber yang
3. Hasil (skala likert 1-
handal untuk
5)
pelanggan

barbershop

Asosiasi 1. Atribut produk 3 Barbershop


2. Atribut tak Poin no. 7-9
Merek (X3) berwujud meiliki image
3. Manfaat bagi (skala likert 1-
pelanggan sebagai
5)
tempat jasa

pangkas

rambut yang

modern

Loyalitas 1. Repeat Purchase 3 Anda selalu


2. Retention Poin no. 10-
Merek (X4) 3. Referalls pergi ke
12 (skala
barbershop
likert 1-5)
ketika

membutuhkan

jasa pangkas

rambut

Keputusan 1. Pengenalan 5 Anda


Kebutuhan Poin no13-17
Pembelian (Y) 2. Pencarian menggunakan
informasi (skala likert 1-
3. Mengevaluasi jasa pangkas
alternatif 5)
4. Keputusan rambut
pembelian
5. Perilaku pasca barbershop
pembelian
karena sesua
41

dengan

kebutuhan

dan keinginan

Anda

3.1.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah atribut/sifat/nilai dari orang/obyek/kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya . Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu

variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel independen (bebas), menurut Sugiyono (2011:39), merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek

dan loyalitas merek.

2. Variabel dependen (terikat) menurut Sugiyono (2011:39), merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan

pembelian.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel diperlukan dalam sebuah penelitian untuk

mengumpulkan data dari variabel yang diteliti. Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan


42

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:148). Ditetapkannya populasi dalam

setiap penelitian bertujuan agar dapat menentukan besarnya sampel yang

diambil dari populasi dan membatasi daerah generalisasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki – laki Fakultas

Ekonomi Universitas Mulawarman yang masih aktif (angkatan 2009 – 2015)

sejumlah 6484 orang.

Tabel 3.2 Jumlah Mahasiswa S1 FEKON UNMUL Angkatan 2009 - 2015

NO JURUSAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 TOTAL


1 AKUTANSI PAGI 65 93 195 223 303 293 270 1442
2 AKUTANSI PEMERINTAHAN 29 68 95 60 37 88 377
3 AKUTANSI SORE 99 140 192 138 87 656
4 EKONOMI PEMBANGUNAN 48 35 71 83 222 185 190 834
5 EKONOMI ISLAM 4 33 68 41 83 46 275
MANAJEMEN KEUANGAN
6 DAN PEMASARAN 35 64 55 95 80 123 452
7 MANAJEMEN PAGI 79 82 204 212 301 268 285 1431
8 PPKD 23 39 73 105 37 34 311
PROGRAM MANAJEMEN
9 EKSTENSI & IESP EKSTENSI 106 125 176 165 134 706
TOTAL 484 650 1094 1149 1242 1074 791 6484
Sumber : Akademik Fakultas Ekonomi UNMUL

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus

Slovin (Prasetyo 2005:137), sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + Ne2

Keterangan:

n = ukuran sampel
43

N =ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan.

6484 6484
𝑛= 2
= = 98.48 = 99 sampel
1 + 6484 (0,1) 65.84

Berdasarkan rumus dan perhitungan tersebut yang menghasilkan sampel

minimal sebanyak 99 responden.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013:223). Pada penelitian ini, data

primer diperoleh menggunakan metode survey terstruktur (struktur

kuesioner/angket) dengan pertanyaan tertutup yang diberikan kepada

responden. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan dari hipotesis. Data primer dari penelitian ini

merupakan hasil tanggapan dan respon dari para responden.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

(Sugiyono, 2013:223). Selain itu data juga didapatkan dengan melakukan


44

studi perpustakaan melalui literatur, jurnal, serta situs internet yang dapat

memberikan informasi yang sesuai dengan masalah penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket

atau kuesioner.

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

reponden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:230).

Skala (alat ukur) yang digunakan dalan penelitian ini adalah skala Likert.

Menurut Ghozali (2009), skala Likert adalah skala yang berisi 5 tingkat preferensi

jawaban dengan pilihan sebagai berikut :

1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju

3 = ragu-ragu

4 = setuju

5 = sangat setuju

Skor item favorable bergerak dari 5 sampai 1, sedangkan skor item

unfavorable bergerak dari 1 sampai 5.


45

3.5 Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji

hipotesis pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda. Perhitungan

dilakukan menggunakan program SPSS.

3.5.1 Uji Instrumen

3.5.1.1 Uji Validitas

Menurut Priyatno (2014:51) analisis data diawali dengan uji validitas.

Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukan kesesuaian alat ukur tersebut

yaitu item-item pertanyaan dalam kuesioner dengan apa yang ingin diukur. Uji

validitas bertujuan untuk memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan

memiliki nilai korelasi.

Uji signifikansi juga dapat dilakukan dengan membandingkan hasil r hitung

dengan r table dimana df=n-2 dengan sig 10%. Jika r tabel < r hitung maka valid.

Uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑵𝒉
𝒏(∑𝑵 𝑵
𝒊=𝟏 𝑿𝒊 𝒀𝒊 ) − (∑𝒊=𝟏 𝑿𝒊 ∑𝒊=𝟏 𝒀𝒊 )
𝑟=
𝟐 𝟐
√[𝑵 ∑𝑵 𝟐 𝑵 𝑵 𝟐 𝑵
𝒊=𝟏 𝑿𝒊 − (∑𝒊=𝟏 𝑿𝒊 ) ] [𝑵 ∑𝒊=𝟏 𝒀𝒊 − (∑𝒊=𝟏 𝒀𝒊 ) ]

Keterangan:

r = koefisien korelasi product moment

X= skor tiap pertanyaan/ item

Y = skor total
46

N = jumlah responden

Pada uji validitas, variabel dinyatakan valid apabila nilai r hitung < r tabel.

Dengan demikian semua variabel dapat dinyatakan valid, karena msing-masing

variabel yang diuji memiliki koefisien korelasi (r hitung) lebih besar dari r tabel.

3.5.1.2 Uji Reliabilitas

Menurut Priyatno (2014:64) reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa

besar suatu alat ukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Besarnya tingkat

reliabilitas ditujukan oleh koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas. Metode yang

sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan (seperti

skala likert 1-5) adalah cronbach alpha dimana item yang diteliti adalah item yang

valid saja. Koefisien cronbach alpha yang lebih dari 0,60 menunjukan keadaan

(reliabilitas) instrumen. Rumus cronbach alpha adalah sebagai berikut:

𝑘 ∑𝜎𝑏2
𝑟11 = [ ] [1 − 2 ]
𝑘−1 𝑣𝑡
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑𝜎𝑏2 = jumlah varian butir/item

𝑣𝑡2 = varian total

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki apakah data yang dikumpulkan

mengikuti dugaan mengikuti distribusi normal atau tidak. Normalitas data

merupakan hal yang penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka
47

data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Cara untuk mengetahui

normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk

suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang memberikan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2009).

3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Cara untuk mengetahui ada/tidaknya heteroskedatisitas adalah dengan

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dan residualnya. Deteksi

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada/tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot antara variabel terikat dan residualnya dimana sumbunya

adalah Y yang telah diprediksi, sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis adalah :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, menyebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika telah ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan

dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


48

3.5.2.3 Uji Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai

tolerance dan varian inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance

mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan

oleh variabel bebas lainnya, maka nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai

VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang

tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance> 0,10/sama dengan

nilai VIF < 10 berarti tidak ada multikolonearitas antar variabel bebas dalam

model regresi (Ghozali, 2009).

3.5.3 Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda merupakan teknik statistika yang dapat digunakan untuk

menganalisis hubungan antara variabel dependen (tergantung) dan variabel

independen (prediktor). Tujuan dari analisis regresi berganda adalah untuk

mengetahui signifikansi pengaruh variabel prediktor terhadap variabel dependen,

sehingga dapat memuat prediksi yang tepat (Pramesti, 2014:113).

Model persamaan linier dari regresi berganda adalah begai berikut:

𝑦 =∝ +𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑥𝑘 + 𝑒. . ..

Dengan y adalah variabel dependen dengan k variabel prediktor 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑘

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian
49

𝛼 = Konstanta

𝑋1 = Kesadaran Merek

𝑋2 = Persepsi Kualitas

𝑋3 = Asosiasi Merek

𝑋4 = Loyalitas Merek

𝛽1 = Koefisien regresi untuk variabel Kesadaran Merek

𝛽2 = Koefisien regresi untuk variabel Persepsi Kualitas

𝛽3 = Koefisien regresi untuk variabel Asosiasi Merek

𝛽4 = Koefisien regresi untuk variabel Loyalitas Merek

𝑒 = Kasalahan residu (error)

3.5.4 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini.

3.5.4.1 Uji t (Uji Parsial)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t

tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung (Imam

Ghozali, 2009). Nilai t hitung dapat dilihat pada hasil regresi dan nilai t tabel

didapat melalui sig. a = 0,05 dengan df = n – k.

𝑏1
𝑡=
𝑆𝑏1
50

Dimana :

𝑏1 = Nilai koefisien variabel independen (variabel X)

𝑆𝑏1 = Nilai standard error dari variabel independen (variabel X)

Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel dukungan sosial secara

parsial/individu mempunyai pengaruh terhadap burnout pada perawat.

Apabila hasil pengujian menunjukkan :

a. t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada

pengaruh secara parsial.

b. t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya ada pengaruh

secara parsial. Maka dapat dinyatakan bahwa suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen.

3.5.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R^2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai R^2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-

variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).

Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

𝑆𝑆𝑅
𝑅2 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆
51

Keterangan:

𝑅2 = koefisien derterminasi

SSR = Sum of Squares Regression (jumlah Kuadrat Regresi)

Total SS = Total Sum of Squares (Jumlah)


52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Gambaran Umum Barbershop

Barbershop adalah bisnis yang bergerak di bidang jasa pangkas rambut.

Keberadaan barbershop sendiri ditengarai sudah ada sejak berabad-abad lalu di

dunia terutama di Eropa. Kata “barber” berasal dari bahasa latin “barba” yang

artinya janggut. Pada hakikatnya jasa tersebut merupakan pemenuhan

kebutuhan bersolek bagi kaum pria yang tetap mengedepankan unsur

maskulinitasnya.

Pada prinsipnya, barbershop tidak jauh berbeda dengan pangkas rambut

pada umumnya. Karakteristik barbershop dapat dilihat dari terdapatnya lampu ulir

berwarna merah, biru dan putih yang berputar, para barber (tukang cukur) yang

siap melayani, kursi berkaki satu yang digunakan untuk pelayanan memangkas

rambut serta konsep ruang yang lebih modern dan eksklusif.

4.1.2 Gambaran Umum Responden

Jumlah responden yang dianalisis pada penelitian ini adalah 99 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner dengan

pertanyaan tertutup. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah

mahasiswa FEKON UNMUL angkatan 2009-2015 yang menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop dengan frekuensi menggunakan jasa tersebut lebih

dari satu kali.


53

4.1.3 Deskriptif Variabel Penelitian

Adapun jawaban responden yang diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan mengenai jasa pangkas rambut barbershop sebagai berikut :

1. Variabel Kesadaran Merek (X1)

a. Top Of Mind Brand

Tabel 4.1 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Top Of Mind Brand

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 24 24%
SETUJU 4 52 52%
RAGU-RAGU 3 14 14%
TIDAK SETUJU 2 8 9%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 1 1%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 52 responden menjawab setuju

bahwa barbershop adalah merek yang popular. Sedangkan sebanyak 24

responden menjawab sangat setuju, 14 responden menjawab ragu-ragu, 8

responden menjawab tidak setuju, serta 1 responden menjawab sangat tidak

setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden setuju jasa

pangkas rambut barbershop adalah merek yang populer.

b. Unaided Brand Recall

Tabel 4.2 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Unaided Brand Recall

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 17 17%
SETUJU 4 50 51%
RAGU-RAGU 3 19 19%
TIDAK SETUJU 2 12 12%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 1 1%
TOTAL 99 100%
Suber : Data Primer
54

Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 50 responden menjawab setuju

barbershop ialah merek yang pertama kali terbesit ketika membutuhkan jasa

pangkas rambut. Sedangkan sebanyak 19 responden menjawab ragu-ragu, 17

responden menjawab sangat setuju, 12 responden menjawab tidak setuju, serta

1 responden menjawab sangat tidak setuju. hal ini menerangkan bahwa

responden setuju barbershop adalah merek yang pertama kali terbesit didalam

benak responden ketika membutuhkan jasa pangkas rambut.

c. Reconignized Brand Dan Unreconigzed Brand Dalam Aided Recall

Tabel 4.3 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Reconignized Brand


Dan Unreconigzed Brand Dalam Aided Recall

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 26 26%
SETUJU 4 56 57%
RAGU-RAGU 3 9 9%
TIDAK SETUJU 2 7 7%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 1 1%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 56 responden atau sebesar

57% dari total keseluruhan menjawab setuju bahwa barbershop lebih modern

daripada jasa pangkas rambut pada umumnya. Sedangkan sebanyak 26

responden menjawab sangat setuju, 9 responden menjawab ragu-ragu, 7

responden menjawab tidak setuju, dan hanya 1 responden yang menjawab

sangat tidak setuju. hal ini menerangkan bahwa responden setuju barbershop

adalah merek yang lebih modern dibanding pangkas jasa pangkas rambut pada

umumnya.
55

2. Variabel Persepsi Kualitas (X2)

a. Kinerja

Tabel 4.4 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kinerja

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 13 13%
SETUJU 4 47 48%
RAGU-RAGU 3 28 28%
TIDAK SETUJU 2 11 11%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 47 Responden menjawab

setuju keahlian para barber di barbershop lebih handal daripada jasa pangkas

rambut pada umumnya. Sedangkan 28 responden menjawab ragu-ragu, 13

responden menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab tidak setuju dan

tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa responden setuju barber (tukang cukur) di barbershop

lebih handal daripada jasa pangkas rambut pada umumnya.

b. Katakteristik Produk

Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Karakteristik Produk

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 22 22%
SETUJU 4 63 64%
RAGU-RAGU 3 10 10%
TIDAK SETUJU 2 3 3%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 1 1%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui 63 responden atau sebesar 64% dari

total keseluruhan responden menjawab setuju karakteristik model rambut yang

dihasilkan barbershop lebih up to date dibandingkan jasa pangkas rambut pada

umumnya. Sedangkan 22 responden menjawab sangat setuju, 10 responden


56

menjawab ragu-ragu, 3 responden menjawab tidak setuju, serta 1 responden

menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

responden setuju karakteristik model rambut yang dihasilkan barbershop lebih up

to date dibandingkan jasa pangkas rambut pada umumnya.

c. Hasil

Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Hasil

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 15 15%
SETUJU 4 59 60%
RAGU-RAGU 3 19 19%
TIDAK SETUJU 2 6 6%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 59 responden menjawab setuju

puas dengan kinerja dan karakteristik produk barbershop. Sedangkan 19

responden menjawab ragu-ragu, 15 responden menjawab sangat setuju, 6

responden menjawab tidak setuju, serta tidak ada responden yang menjawab

sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden

setuju puas dengan kinerja dan krakteristik produk yang ada di barbershop.

3. Variabel Asosiasi Merek (X3)

a. Atribut Produk

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Atribut Produk

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 30 30%
SETUJU 4 58 59%
RAGU-RAGU 3 8 8%
TIDAK SETUJU 2 3 3%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer
57

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 58 responden menjawab setuju

ketika memotong rambut di Barbershop identik dengan gaya anak muda zaman

sekarang. Sedangkan 30 responden menjawab sangat setuju, 8 r.esponden

menjawab ragu-ragu, 3 responden menjawab tidak setuju, serta tidak ada

responden yang menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa responden setuju memotong rambut di barbershop identik

dengan gaya anak muda zaman sekarang.

b. Atribut Tak Berwujud

Tabel 4.8 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Atribut Tak Berwujud

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 14 14%
SETUJU 4 56 57%
RAGU-RAGU 3 26 26%
TIDAK SETUJU 2 3 3%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 56 responden menjawab setuju

barbershop menawarkan perawatan pria yang komplit dibanding jasa pangkas

rambut pada umumnya. Sedangkan 26 responden menjawab ragu-ragu, 14

responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab tidak setujum serta

tidak ada responden menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat

disimpulkan responden setuju barbershop menawarkan perawatan pria yang

komplit dibanding jasa pangkas rambut pada umumnya.


58

c. Manfaat Bagi Pelanggan

Tabel 4.9 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Manfaat Bagi


Pelanggan

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 13 13%
SETUJU 4 56 57%
RAGU-RAGU 3 22 22%
TIDAK SETUJU 2 7 7%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 1 1%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 56 responden menjawab setuju

lebih percaya diri ketika menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.

Sedangkan 22 responedn menjawab ragu-ragu, 13 responden menjawab sangat

setuju, 7 responden menjawab tidak setuju, dan hanya 1 responden yang

menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden

setuju merasa lebih percaya diri ketika menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop.

4. Variabel Loyalitas Merek (X4)

a. Repeat Purchase

Tabel 4.10 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Repeat Purchase

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 4 4%
SETUJU 4 59 60%
RAGU-RAGU 3 20 20%
TIDAK SETUJU 2 14 14%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 2 2%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 59 responden menjawab setuju

rutin menggunakan jasa pangkas rambut barbershop. Sedangkan 20 responden

menjawab ragu-ragu, 4 responden menjawab sangat setuju, 14 responden


59

menjawab tidak setuju, dan hanya 2 responden yang menjawab sangat tidak

setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden setuju rutin

menggunakan jasa pangkas rambu barbershop.

b. Retention

Tabel 4.11 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Retention

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 15 15%
SETUJU 4 61 62%
RAGU-RAGU 3 19 19%
TIDAK SETUJU 2 4 4%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 61 responden menjawab setuju

puas menggunakan jasa pangkas rambut barbershop. Sedangkan 19 responden

menjawab ragu-ragu, 15 responden menjawab sangat setuju, 4 responden

menjawab tidak setuju, dan tidakresponden yang menjawab sangat tidak setuju.

dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden setuju merasa puas

menggunakan jasa pangkas rambu barbershop.

c. Referalls

Tabel 4.12 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Referalls

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 8 8%
SETUJU 4 62 63%
RAGU-RAGU 3 18 18%
TIDAK SETUJU 2 11 11%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 62 responden menjawab setuju

merekomendasikan kepada orang-orang terdekat jasa pangkas rambut

barbershop. Sedangkan 18 responden menjawab ragu-ragu, 8 responden


60

menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab tidak setuju, dan tidak ada

responden yang menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat

disimpulkan responden setuju merekomendasikan kepada orang-orang terdekat

untuk menggunakan jasa pangkas rambu barbershop.

5. Varabel Keputusan Pembelian (Y)

a. Pengenalan Kebutuhan

Tabel 4.13 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kebutuhan

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 12 12%
SETUJU 4 64 65%
RAGU-RAGU 3 18 18%
TIDAK SETUJU 2 5 5%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 64 responden menjawab setuju

barbershop sesuai kebutuhan dan keinginan dalam hal memangkas rambut.

Sedangkan 18 responden menjawab ragu-ragu, 12 responden menjawab sangat

setuju, 5 responden menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang

menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden

setuju barbershop sesuai kebutuhan dan keinginan dalam hal memangkas

rambut.
61

b.Pencarian Informasi

Tabel 4.14 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Pencarian Informasi

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 12 12%
SETUJU 4 67 68%
RAGU-RAGU 3 9 9%
TIDAK SETUJU 2 11 11%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 67 responden menjawab setuju

untuk melakukan pencarian informasi tentang barbershop. Sedangkan 12

responden menjawab sangat setuju, 9 responden menjawab ragu-ragu, 11

responden menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang menjawab

sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden setuju

untuk melakukan pencarian informasi tentang barbershop.

c. Mengevaluasi Alternatif

Tabel 4.15 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Mengevaluasi


Alternatif

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 16 16%
SETUJU 4 58 59%
RAGU-RAGU 3 23 23%
TIDAK SETUJU 2 2 2%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 58 responden menjawab setuju

barbershop menawarkan sesuatu yang berbeda dari jasa pangkas rambut pada

umumnya. Sedangkan 23 responden menjawab ragu-ragu, 16 responden

menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab tidak setuju, dan tidak ada

responden yang menjawab sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat
62

disimpulkan responden setuju barbershop menawarkan sesuatu yang berbeda

dari jasa pangkas rambut pada umumnya.

d. Keputusan Pembelian

Tabel 4.16 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Keputusan Pembelian

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 13 13%
SETUJU 4 71 72%
RAGU-RAGU 3 12 12%
TIDAK SETUJU 2 3 3%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 71 responden menjawab setuju

untuk menggunakan jasa pangkas rambut barbershop. Sedangkan 13 responden

menjawab sangat setuju, 12 responden menjawab ragu-ragu, 3 responden

menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden setuju untuk

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Tabel 4.17 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Pasca


Pembelian

TINGKAT KEPUTUSAN SCORE FREKUENSI PERSENTASE


SANGAT SETUJU 5 17 17%
SETUJU 4 58 59%
RAGU-RAGU 3 19 19%
TIDAK SETUJU 2 5 5%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 0 0%
TOTAL 99 100%
Sumber : Data Primer
63

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 58 responden menjawab setuju

mendapatkan manfaat setelah menggunakan jasa barbershop. Sedangkan 19

responden menjawab ragu-ragu, 17 responden menjawab sangat setuju, 5

responden menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang menjawab

sangat tidak setuju. dari uraian tersebut dapat disimpulkan responden setuju

mendapatkan manfaat setelah menggunakan jasa barbershop.

4.2 Analisis dan Hasil Pembahasan Pengujian Hipotesis

4.2.1 Pengujian Validitas dan Realibilitas

4.2.1.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuisioner.

Kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner tersebut. Tingkat validitas

dapat diukur dengan cara membandingkan nilai rhitung dengan rtabel dengan

ketentuan derajat bebas (db) = n-k, dimana n adalah jumlah yang digunakan dan

k adalah jumlah variabel independennya. Ringkasan hasil pengujian validitas

selengkapnya dapat dilihat dari table berikut ini :

Tabel 4.18 Hasil Pengujian Validitas

No Indikator Korelasi R tabel Keterangan

1 Kesadaran Merek

Indikator 1 0,493 0,1663 Valid

Indikator 2 0,529 0,1663 Valid

Indikator 3 0,640 0,1663 Valid


64

2 Persepsi Kualitas

Indikator 1 0,695 0,1663 Valid

Indikator 2 0,762 0,1663 Valid

Indikator 3 0,544 0,1663 Valid

3 Asosiasi Merek

Indikator 1 0,388 0,1663 Valid

Indikator 2 0,468 0,1663 Valid

Indikator 3 0,676 0,1663 Valid

4 Loyalitas Merek

Indikator 1 0,531 0,1663 Valid

Indikator 2 0,592 0,1663 Valid

Indikator 3 0,478 0,1663 Valid

5 Keputusan Pembelian

Indikator 1 0,628 0,1663 Valid

Indikator 2 0,391 0,1663 Valid

Indikator 3 0,538 0,1663 Valid

Indikator 4 0,602 0,1663 Valid

Indikator 5 0,636 0,1663 Valid

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel hasil uji validitas diatas diperoleh nilai corrected item-total

correlation seluruh pertanyaan lebih besar dari nilar R tabel (0,1663) dengan

derajat bebas (db= N-2 = 99-2 = 97) dan taraf signifikansi 10%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan telah valid.


65

4.2.1.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu alat ukur

mengukur dengan stabil dan konsisten. Besarnya tingkat reliabilitas ditujukan

oleh koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas. Metode yang sering digunakan

dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan (seperti skala likert 1-5) adalah

cronbach alpha dimana item yang diteliti adalah item yang valid saja. Koefisien

cronbach alpha yang lebih dari 0,60 menunjukan keadaan (reliabilitas) instrumen.

Semakin nilai cronbach alpha mendekati 1 maka semakin baik tingkat reliable

suatu kuisioner.

Tabel 4.19 Hasil Pengujian Validitas

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.897 .903 17

Berdasarkan tabel hasil uji Reliabilitas diperoleh nilai cronbach alpha sebesar

0,897. Sehingga dapat disimpulkan tingkat reliable pada kuisioner yang

digunakan dalam penelitian ini baik.


66

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki apakah data yang dikumpulkan

mengikuti dugaan mengikuti distribusi normal atau tidak. Normalitas data

merupakan hal yang penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka

data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Cara untuk mengetahui

normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk

suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang memberikan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot


67

Berdasarkan gambar grafik normal probability plot diatas dapat dilihat plotting

data mengikuti garis lurus diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa distribusi

data pada penelitian ini adalah normal.

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara untuk

mengetahui ada/tidaknya heteroskedatisitas adalah dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel terikat dan residualnya. Deteksi heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada/tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara variabel terikat dan residualnya dimana sumbunya adalah Y yang telah

diprediksi, sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-

studentized. Dasar analisis adalah :

c. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, menyebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

d. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan

dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


68

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Berdasarkan gambar grafik scatterplot diatas dapat dilihat tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka nol pada

sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2.2.3 Uji Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai

tolerance dan varian inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance

mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan

oleh variabel bebas lainnya, maka nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai

VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang

tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance> 0,10/sama dengan
69

nilai VIF < 10 berarti tidak ada multikolonearitas antar variabel bebas dalam

model regresi.

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Multikolonieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 5.435 1.309 4.154 .000

KESADARAN -.029 .124 -.024 -.237 .813 .449 2.228


MEREK

PERSEPSI .425 .140 .312 3.041 .003 .445 2.249


1
KUALITAS

ASOSIASI MEREK .528 .148 .344 3.570 .001 .503 1.986

LOYALITAS .289 .130 .225 2.219 .029 .453 2.205


MEREK

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Berdasarkan tabel hasil uji multikolonieritas nilai a keempat variabel > 0,10

dan nilai VIF keempat variabel < 10. Maka dapat disimpulkan tidak ada

multikolonieritas.

4.2.3 Analisis Hasil Penelitian

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara

kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek terhadap

keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda (studi

kasus pada mahasiswa FEKON UNMUL) menggunakan bantuan komputerisasi

program spss 21.


70

4.2.3.1 Uji Parsial (uji t)

Tabel 4.21 Hasil Uji Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.435 1.309 4.154 .000

KESADARAN -.029 .124 -.024 -.237 .813


MEREK

1 PERSEPSI .425 .140 .312 3.041 .003


KUALITAS

ASOSIASI MEREK .528 .148 .344 3.570 .001

LOYALITAS MEREK .289 .130 .225 2.219 .029

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri

dari kesadaran merek (X1), Persepsi Kualitas (X2), Asosiasi Merek (X3), Loyalitas

Merek (X4) secara individu atau parsial berpengaruh terhadap variabel terikat

yaitu keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di kota

Samarinda, dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,1 atau 10% dan db=n-k-

1=99-4-1=94 maka diperolehnilai ttabel 1,66123. Dari pengolahan data diperoleh

nilai thitung masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut :

1. Kesadaran Merek (X1)


Pada variabel kesadaran merek (X1) diketahui thitung (-0,237) < ttabel
(1,66123) sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas
rambut barbershop.
2. Persepsi Kualitas (X2)
Pada variabel persepsi kualitas (X2) diketahui thitung (3,041) > ttabel
(1,66123) sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas
71

berpengaruh positif secara signifikan terhadap keputusan menggunakan


jasa pangkas rambut barbershop.
3. Asosiasi Merek
Pada variabel Asosiasi Merek (X3) diketahui thitung (3,570) > ttabel
(1,66123) sehingga dapat disimpulkan bahwa Asosiasi Merek berpengaruh
positif secara signifikan terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas
rambut barbershop.
4. Loyalitas Merek
Pada variabel Loyalitas Merek (X4) diketahui thitung (2,219) > ttabel
(1,66123) sehingga dapat disimpulkan bahwa Loyalitas Merek
berpengaruh positif secara signifikan terhadap keputusan menggunakan
jasa pangkas rambut barbershop.
5. Konstanta
Pada konstanta diketahui thitung (4,154) > ttabel (1,66123) sehingga dapat
disimpulkan bahwa dimasukkan dalam model regresi.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) dari keempat variabel yang terdiri dari

Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas, Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek dapat

dilihat bahwa variabel yang berpengaruh terhadap keputusan menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop di samarinda adalah Persepsi Kualitas, Asosiasi

Merek dan Loyalitas Merek. Sehingga persamaan regresi berganda yang

diperoleh yaitu :

Y = 5,435 ∝ - 0,029 𝑥1 + 0,425 𝑥2 + 0,528 𝑥3 + 0,289 𝑥4

Berdasarkan persamaan linier berganda di atas diketahui bahwa :

1. Apabila variabel kesadaran merek (X1) meningkat sebesar 1 satuan,

maka akan bertolak belakang dengan menurunnya keputusan konsumen

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda sebesar -

0,029
72

2. Apabila variabel persepsi kualitas (X2) meningkat sebesar 1 satuan, maka

akan berbanding lurus pula dengan meningkatnya keputusan

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda (Y)

sebesar 0,425.

3. Apabila variabel Asosiasi Merek (X3) meningkat sebesar 1 satuan, maka

akan berbanding lurus pula dengan meningkatnya keputusan

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda (Y)

sebesar 0,528.

4. Apabila variabel Loyalitas Merek (X4) meningkat sebesar 1 satuan, maka

akan berbanding lurus pula dengan meningkatnya keputusan

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda (Y)

sebesar 0,289.

Serta berdasarkan hasil uji t dari keempat variabel yang terdiri dari

Kesadaran merek, Persepsi Kualitas, Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek dapat

dilihat yang paling berpengaruh kepada keputusan menggunakan jasa pangkas

rambut barbershop adalah asosiasi merek. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai

standardized coeficients beta variabel Asosiasi Merek yaitu (0,344) serta hasil

pengujian nilai thitung > ttabel yaitu 3,570 > 1,66123 dan didukung dengan nilai

signifikansi 0,001 > 0,05


73

4.2.3.2 Koefisien Determinasi

Tabel 4.22 Hasil Analisis Pengujian

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 .748a .560 .541 1.654

a. Predictors: (Constant), LOYALITAS MEREK, ASOSIASI MEREK,


KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,560, artinya sebesar 56%

variasi yang terjadi pada keputusan menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop di kota Samarinda disebabkan oleh variabel Persepsi Kualitas,

Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek. Sisanya 44% tidak dapat dijelaskan karena

faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

4.2.4 Pembahasan

Berdasarkan uji validitas menunjukkan bahwa semua indikator yang

digunakan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai

corrected item-total correlation r hitung lebih besar dari nilai r tabel yaitu

sebesar 0,1663 dengan derajat bebas (db= N-2 = 99-2 = 97) dan taraf

signifikansi 10%. Dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa semua indikator

sebagai pengukur dari masing-masing konstruk variabel tersebut adalah valid.

uji Reliabilitas pada penelitian ini diperoleh nilai cronbach alpha sebesar

0,897. Sehingga dapat disimpulkan tingkat reliable pada kuisioner yang

digunakan dalam penelitian ini baik.


74

gambar grafik normal probability plot yang dihasilkan dalam uji normalitas

dapat memperlihatkan plotting data mengikuti garis lurus diagonal. Maka dapat

disimpulkan bahwa distribusi data pada penelitian ini adalah normal. Sedangkan

dalam uji heteroskedastisitas menghasilkan gambar grafik scatterplot yang dapat

memperlihatkan tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas

dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas. Serta Berdasarkan tabel hasil uji multikolonieritas nilai

tolerance keempat variabel > 0,10 dan nilai VIF keempat variabel < 10. Maka

dapat disimpulkan tidak ada multikolonieritas dalam penelitian ini.

Berdasarkan perhitungan dan analisis linier regresi berganda dengan

menggunakan data hasil kuesioner diperoleh hasil dari keempat variabel yang

terdiri dari Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas, Asosiasi Merek dan Loyalitas

Merek dapat dilihat bahwa variabel yang berpengaruh terhadap keputusan

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di samarinda adalah Persepsi

Kualitas, Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek. Sehingga persamaan regresi

berganda yang diperoleh yaitu :

Y = 5,435 ∝ - 0,029 𝑥1 + 0,425 𝑥2 + 0,528 𝑥3 + 0,289 𝑥4

Berdasarkan persamaan regresi linear berganda di atas dapat diperoleh

penjelasan bahwa Persepsi Kualitas, Asoisasi Merek dan Loyalitas Merek

mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop di Samarinda. Artinya jika Persepsi Kualitas,

Asoisasi Merek dan Loayalitas Merek meningkat, keputusan menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop akan meningkat pula.


75

26Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,560, artinya sebesar

56% variasi yang terjadi pada keputusan menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop di kota Samarinda disebabkan oleh variabel Persepsi Kualitas,

Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek. Sisanya 44% tidak dapat dijelaskan karena

faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

4.2.5 Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Konsumen

Hasil dalam penelitian ini ditemukan variabel Kesadaran Merek tidak

berpengaruh sigifikan terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop (H1 ditolak). Hal ini dapat diketahui ketika melihat

nilai sig variabel kesadaran merek > 0,05. Dari pengujian data, juga dapat

diartikan bahwa kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenal,

mengingat kembali barbershop ketika membutuhkan jasa pangkas rambut masih

rendah. Yang artinya hasil dalam penelitian ini bertolak belakang dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jintu, Rodhiyah dan Wijayanto (2013)

dimana hasil dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa kesadaran merek

berpengaruh positif dan sifnifikan terhadap keputusan pembelian.

4.2.6 Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Konsumen

Hasil dalam penelitian ini ditemukan variabel Keputusan Konsumen

berpengaruh positif secara sigifikan terhadap keputusan konsumen untuk

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop (H2 diterima). Hal ini dapat

diketahui ketika melihat nilai sig variabel kesadaran merek < 0,05. Dari data

diatas juga dapat membuktikan Persepsi kualitas ini akan membentuk persepsi

kualitas secara keseluruhan terhadap suatu produk di benak konsumen. Hal itu

karena konsumen akan lebih menyukai produk dengan persepsi kualitas yang
76

lebih baik. Yang artinya hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Jintu et al (2013) yang menyatakan bahwa

persepsi kualitas mempunyai pengaruf positif secara signifikan terhadap

keputusan pembelian. Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa suatu produk

yang semakin berkualitas, maka dapat mempengaruhi keputusan konsumen

untuk menggunakan atau melakukan pembelian suatu merek.

4.2.7 Pengaruh Asosiasi Merek Terhadap Keputusan Konsumen

Hasil dalam penelitian ini ditemukan variabel Asosiasi Merek berpengaruh

positif secara sigifikan terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop (H3 diterima). Hal ini dapat diketahui ketika melihat

nilai sig variabel kesadaran merek < 0,05. Dari data diatas juga dapat

membuktikan kesan-kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan

semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi atau

menggunakan suatu merek atau dengan seringnya penampakan merek tersebut

dalam strategi komunikasinya, ditambah lagi jika kaitan tersebut didukung oleh

suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Sebuah merek adalah seperangkat

asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. penelitian

ini juga sejalan dengan penelitaian yang dilakukan Jintu et al (2013) dalam

penelitiannya menyatakan asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini memperlihatkan kemampuan

asosiasi merek terhadap keputusan pembelian sebesar 49% sedangkan sisanya

51% dipengaruhi oleh faktor lain. Oleh karena itu dapat diidentifikasikan, bahwa

semakin tinggi asosiasi (penghargaan) konsumen terhadap merek, maka dapat

mempengaruhi keputusannya untuk menggunakan atau melakukan pembelian

suatu merek.
77

4.2.8 Pengaruh Loyalitas Merek Terhadap Keputusan Konsumen

Hasil dalam penelitian ini ditemukan variabel Loyalitas Merek berpengaruh

positif secara sigifikan terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop (H4 diterima). Hal ini dapat diketahui ketika melihat

nilai sig variabel kesadaran merek < 0,05. Dari data diatas juga dapat

membuktikan loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau

keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan

gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk

yang lain, terutama jika pada merek tersebut dihadapi adanya perubahan, baik

menyangkut harga maupun atribut lainnya. penelitian ini juga sejalan dengan

hasil penelitian yang telah dilakukan Sudarsono dan Kurniawati (2013)

menyatakan bahwa loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian. Serta dalam penelitian yang dilakukan Jintu, Rodhiyah dan Wiyanto

(2013) menyatakan bahwa loyalitas merek berpengaruh positif secara signifikan

terhadap keputusan pembelian. Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa

konsumen yang loyal, cenderung menggunakan produk tersebut.


78

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai

pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa

pangkas rambut barbershop di Samarinda, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Nilai yang didapatkan dari hasil regresi linear berganda hanya ada 3

variabel yang mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap

keputusan menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda

(Y). Yaitu variabel Persepsi Kualitas (X2), Asosiasi Merek (X3) dan

Loyalitas Merek (X4).

2. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,560, artinya 56% variasi yang

terjadi pada keputusan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda

disebabkan oleh variabel Persepsi Kualitas (X2), Asosiasi Merek (X3)

dan Loyalitas Merek (X4), sisanya 44% tidak dapat dijelaskan karena

disebabkan oleh pengaruh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian ini.

3. Variabel Kesadaran Merek tidak berpengaruh sigifikan terhadap

keputusan konsumen untuk menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop. Hal ini dapat diketahui ketika melihat nilai sig variabel

kesadaran merek > 0,05. Hal ini disebabkan belum memasyarakatnya

barbershop dikalangan luas.


79

4. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh berdasarkan uji t dari ke empat

variabel yang diteliti, variabel yang memberikan pengaruh dominan

terhadap keputusan pembelian adalah Asosiasi Merek (X3), hal ini

dibuktikan dengan perolehan nilai thitung > ttabel dan didukung dengan

nilai signifikansi < α serta Brand Association memiliki nilai standardized

coeficients beta paling besar diantara variabel yang lain.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah dibuat, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, Pengaruh Ekuitas Merek yang terdiri dari

variabel Kesadaran Merek tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda. Sedangkan

pada variabel Persepsi Kualitas, Asosiasi Merek dan loyalityas Merek

berpengaruh positif secara sigifikan terhadap keputusan menggunakan

jasa pangkas rambut barbershop Samarinda.

2. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Kesadaran merek tidak

berpengaruh terhadap keputusan menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop di Samarinda, sehingga disarankan kepada pelaku usaha

barbershop agar lebih mampu untuk memasyarakatkan barbershop itu

sendiri. mengingat jasa pangkas rambut barbershop adalah hal yang

cukup baru di Samarinda. Juga tetap mempertahankan Persepsi Kualitas,

Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek agar tetap berpengaruh positif

terhadap keputusan menggunakan jasa tersebut. Sehingga keempat

elemen umum dari ekuitas merek dapat terpenuhi dan memberikan kesan
80

positif kepada konsumen ketika menggunakan jasa pangkas rambut

barbershop daripada jasa pangkas rambut pada umumnya. Serta

membuat konsumen yang belum pernah menggunakan jasa pangkas

rambut barbershop tidak sungkan untuk mencoba jasa tersebut.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini juga, variabel Asosiasi Merek dalam

penelitian ini berpengaruh dominan dibandingkan dengan variabel yang

lain. Sehingga dapat disarankan agar pelaku usaha dapat meningkatkan

kinerja di dalam variabel ekuitas merek serta meningkatkan faktor lain

diluar variabel ekuitas merek untuk meningkatkan keputusan konsumen

menggunakan jasa pangkas rambut barbershop di Samarinda.

4. Bagi para peneliti selanjutnya yang akan mengkaji lebih dalam tentang

penelitian yang sama diharapkan agar hasil penelitain ini dapat menjadi

salah satu informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai