Anda di halaman 1dari 10

~ KETEKNIKAN PERTANIAN

KAJIAN SIFAT FISIK LAHAN GAMBUT DALAM HUBUNGAN


DENGAN DRAINASE UNTUK LAHAN PERTANIAN
Nora H. Pandjaitan i dan Soedodo Hardjoamidjojoi )(

pertumbuhan tanaman (Andriesse,


PENDAHULUAN 1988), serta harus dilakukan secara
sangat berhati-hati. Saluran drainase
Kajian tentang tanah gam but
(pembuang) harus terpisah dari
banyak di lakukan dalam rangka
saluran pemberi dan merupakan
usaha pengembangan lahan gam but
suatu pasangan yang harus selalu
sebagai lahan pertanian. Penelitian
berdampingan.
yang mendasar tentang gambut,
Drainase yang berlebihan dapat
khususnya sifat gambut tropika di
menye~abkan gam but menjadi kering
Indonesia masih sangat terbatas.
dan tldak mampu menyerap air
Pengetahuan tentang sifat gambut
~embali, . karena adanya sifat kering
tropika sangat penting karena selain
tldak bahk (irreversible drying) pada
sifatnya yang sangat khusus, data
bahan gambut. Andriesse (1988)
tersebut diperlukan apabila ingin
~enyatak~ bahwa proses kering
mengembangkan lahan gambut
tIdak bahk dapat di hubungkan
sebagai laban pertanian.
dengan kerapatan lindak tanah (bulk
L~han gam but sebenarnya cukup
de~si~). Kering tidak balik dapat
potenslal untuk di jadikan laban
telJadl pada gam but dengan kerapata,n
perta~ian; dengan syarat adanya
lindak yang rendah, sedangkan
perbalkan yang cukup intensif untuk
~amb.ut den~an kerapatan lindak yang
men~u~ah kondisi alamiahnya
tmggl relatIf mudah menyerap air
meOJadl bentuk lahan pertanian yang
kembali. .
menguntungkan. Penguasaan serta
Beberapa teori dikembangkan
pengelolaan air merupakan kunci
dalam menerangkan proses kering
keberhasilan program pengembangan
tidak balik. Coulter (1957, dalam
daerah rawa, khususnya rawa gam but.
Andriesse, 1988) menyatakan bahwa
Dalam proyek-proyek pengembangan
adanya sifat hidrophobik bahan
lahan gam but perencanaan, penge-
gam but kering mengandung mantel
lolaan dan pengembangan sumber-
resin (resinous coating) diduga
daya air selama ini belum banyak
menghalangi penyerapan air. Akan
mendapat perhatian. Hal yang
tetapi teori ini diragukan, karena dari
mendasar dalam pengelolaan laban
penelitian Driessen dan Rochimah
rawa gambut adalah sistem drainase.
(1977) pada tanah gambut Indonesia
Drainase diperlukan dengan tetap
tidak ditemukan adanya mantel resin
menjaga muka airtanah pada batas
tersebut. Lucas (1982)' menyatakan
yang optimum, untuk mendukung

I Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Jurusan Teknik Pertanian FATETA-IPB

87
Vol. 13, No.3, Desember 1999

bahwa asam dari gam but yang PENGERTIAN, PEMBENTUKAN,


mengalami humifikasi menunjukkan DAN KLASIFlKASI GAMBUT
sifat resisten terhadap pembasahan
Tanah gambut adalah tanah yang
kembali gambut yang dikeringkan,
secara dominan tersusun dari sisa-sisa
karena adanya gugus karboksil dan
jaringan tumbuhan (Subagyo et al.,
hidroksil phenol at disamping kan-
1996). Tanah gam but terbentuk
dungan lignin yang tinggi. Tscapek et
karena laju penumpukan bahan
al. (1972) menyatakan bahwa gugus
organik jauh lebih besar dar~pada
radikal (CH2, CH3) bersifat hidro-
proses dekomposisinya, ~ehmg~a
phobik sehingga dapat rIlenolak air
bahan organik berakumulasl makl~
(water repellent).
tebal sampai suatu saat mengalaml
Teori-teori diatas berhubungan
keseimbangan dengan lingkungan
dengan sifat-sifat senyawa hum.i~
sekitarnya (Bell, 1992).
yang merupakan hasil dekomposl~1
Secara umum, gambut terbentuk
dari bahan gambut, serta mungkm
di dataran rawa, berupa aluvium yang
dlpat diduga bahwa setiap. fraksi
diendapkan pada suatu kawasan yang
senyawa humik akan memperhhatkan
lingkungannya bersifat salin. atau
perbedaan pengaruhnya terhadap sifat
payau, yang biasanya berada dl laut
hidrophobik bahan gam but, karena
dangkal. Bahan induk ini kaya akan
komposisi kimia fraksi-fraksi da,,~
sulfur karena bercampur pada
senyawa humik sangat bervanasl.
'keadaan salin atau payau, baik yang
Stevenson (1994) menyatakan bahwa
berasal dari bahan mineralnya
tiap-tiap fraksi senyawa humik (asam
maupun dari bahan organiknya.
humik, fulvik, dan lain-lain) tersusun
Adanya proses kimia, fisika, serta
dat,am suatu seri molekul yang
biologis menyebabkan tanah-~~h
mem'punyai ukuran berbeda, serta
yang terbentuk mengandung pmt:
kecil kemungkinan memiliki konfi-
Kandungan pirit ini berbahaYll, bagl
gurasi struktur' atau urutan gugus
tanaman apabila teroksidasi, tetapi
reaktif yang sama.
tidak berbahaya dalam keadaan
, Hal yang penting untuk diketahui
reduksi, yaitu berada di bawah muka
juga untuk menjelaskan proses kering
air.
tidak balik adalah pada tingkat
, Tanah gambut dapat terbentuk di
kandungan air berapa proses kering
daerah rawa pasang surut maupun di
tidak balik tersebut dapat terjadi.
daerah pedalaman yang tidak
Proses 'ini merupakan proses fisik
dipengaruhi oleh air pasang surut. ~i
gambut yang lemah dalam kemam-
. daerah rawa yang selalu tergenang air
puannya menyerap air kembali,
proses penimbunan bahan organik
'sehingga merupakan fungsi dari kadar
lebih cepat daripadaproses dekom-
air yang terkandung dalam bahan
posisinya, karena itu terjadi
gam but. ,
akumulasi bahan organik., Rawa-rawa
di Indonesia terbentu~ sekitar .5000
,tahun yang lalu. Saat itu terjadi
transgresi air laut (muka air laut naik)
akibat mencaimya es di kutub,

88
8'Jeti., KETEKNIKAN PERTAN IAN

sehingga pada saat regresi (muka air b. mengandung 12% atau lebih
taut turun) banyak daerah-daerah C-organik jika fraksi mineralnya
sekitar pantai Sumatera, Kalimantan, tidak mengandung liat;
serta Irian Jaya tergenang menjadi e. jika kandungan liatnya antara 0-
rawa (Hardjowigeno, 1996). Pem- 60%, maka kandungan C-organik
bentukan tanah gam but di beberapa terdapat antara 12-18%.
daerah di Sumatera dan Kalimantan Andriesse (1988) memberikan
terjadi antara 2000-6830 tahun yang sistem klasifikasi tanah gambut yang
lalu. di dasarkan pada enam karakterisitik
Klasifikasi lahan rawa sehu- dasar, yaitu:
bungan dengan kondisi hidro-topo- a. topografi dan geomorfologi:
grafinya dilakukan sebagai berikut berhubungan dengan aspek land-
(sesuai Petunjuk Teknis Evaluasi scape, sehingga dikenal adanya
Lahan, (Puslittanak, 1993): gambut low moor (dataran
- katagori A: lahan dapat diairi rendah), transitional moor (daerah
melalui air pasang, baik pada transisi), dan high moor ( dataran
waktu pasang besar (spring tid e) tinggi); "
maupun pasang rendah (neap b. vegetasi permukaan: sering
tide), pada Musim Hujan (MH) dihubungkan pad a keperluan
maupun Musim Kering (MK); manajemen, terutama pada saat
- katagori B: lahan dapat diairi "reklamasi lahan yang menyangkut
selama pasang besar saja dan biaya pembukaan lahan gambut;
berlangsung antara 6-8 kali e. vegetasi asli yang membentUk
dalam satu tahun; gam but: dihubungkan dengan
- katagori C: lahan tidak dapat bahan gam but yang berasal. dari
diairi seeara reguler melalui air JeOls vegetasi tertentu yang
pasang, namum air tanah dapat membentuknya, sehingga dikenal
dikendalikan pada kondisi muka adanya gam but yang berasal dari
air tanah atau pada zona lumut (moss peat), rumput-
perakaran; rumputan (saw-grass peat),
- katagori D: lahan tidak dapat tanaman dari famili Cyperaeeae
diairi melalui air pasang, dan air (Cyperaceae peat), dan tanaman
tanah sering berada jauh dibawah hutan (forest atau woody peat);
zona perakaran (> 70 em dibawah d. sifat kimia gambut: dihubungkan
permukaan tanah. dengan pengaruhnya pada
Tanah gam but menurut definisi karakteristik kimia lingkungannya,
dari Sistem Klasifikasi Tanah dalam terutama menyangkut tingkat
Taksonomi Tanah, di klasifikasikan kesuburan gambut, sehingga
kedalam Ordo Histosol (histos, tissue dikenal istilah eutrophic (kesubur-
= jaringan) yang mempunyai sifat- an tinggi), mesotrophic (kesuburan
sifat sebagai berikut (Soil Survey sedan g), dan oligotrophic (kesu-
Staff, 1994): buran rendah);
a. mengandung 18% atau lebih C- e. sifat fisik gam but: dihubungkan
organik jika fraksi mineralnya dengan tingkat dekomposisi bahan
mengandung 60% atau lebih Hat; gam but, seperti "tingkat 'fibrik

89
Vol. 13, No.3, Desember 1999

(kandungan bahan organ ik > 2/3), Andriesse (1988) menyebutkan


hemik (kandungan bah an organik beberapa hal yang penting untuk
113 - 2/3), dan saprik (kandungan dibahas dalam mempelajari sifat
bahan organik < 113); fisika tanah gam but, yaitu antara lain:
f. proses genesis gam but: dihubung- retensi air (water retention),
kan dengan iklim yang mem- ketersediaan air (water availability),
pengaruhi pembentukan dan konduktivitas hidrolik (hydraulic
perkembangan gam but, sehingga conductivity), kapasitas menahan air
dikenal istilah gam but daerah (water holding capacity), kerapatan
tropika (tropical peat), dan lindak (bulk density), porositas
gambut daerah sedang (temperate (porosity), kering tak balik
peat). (irreversible drying), serta sifat basah
Identifikasi gam but di lapang, dan kering.
khususnya di Indonesia, dibedakan
A. Retensi Air
berdasarkan ketebalan gambutnya
yaitu: Gambut mempunyat daya
- tanah bergambut; ketebalan menahan air yang sangat besar,
gam but < 50 em; dimana dalam kondisi jenuh
gambut dangkal; ketebalan gambut kandungan air gambut dapat
51-100 ern; meneapai 4,5-30% berat kering
gam but sedang; ketebalan gam but gam but. Oleh karena itu, di daerah
101-200 em; pasang SUlut dimana terdapat kubah
gambut..agak dalam; ketebalan gambut (peat dome), akan merupakan
gambut 201-300 em; dan reservoir yang sangat efisien
gam but dalam; ketebalan gambut (Subagyo et al., 1996). Berdasar
> 300 em. tingkat dekomposisi bahan gam but,
maka gam but fibrik mempunyai
SIFAT FISIK TANAH GAMBUT
kandungan air sebesar 850-3000%
Sifat fisik gam but sangat penting setiap bahan kering oven, gambut
didalam usaha reklamasi dan penge- hemik sebesar 450-850%, dan gam but
lo1aan air pada tanah gam but. Kajian saprik sebesar kurang dari 450%.
sifat fisik gambut sangat berhubungan Dyal (1960, dalam Andriesse,
dengan aspek mekanika tanah (soil 1988) menggambarkan sifat tetensi
mechanic), keteknikantanah (soil air tanah gam but sesuai tingkat
engineering), serta konservasi gam but dekomposisinya serta pada tegangan
(peat conservation). Masalah penu- yang berbeda seperti terlihat pada
runan muka tanah (soil subsidence), Tabell.
pengeringan bahan gam but, dan erosi
(khususnya erosi air) merupakan
eontoh b~tapa pentingnya usaha
mempelajari sifat fisik tanah gam but
terutama pengelolaan air, agar
pengusahaan lahan gambut sebagai
lahan pertanian dapat lestari.

90
~ KETEKNlKAN PERTANIAN

- jenis bahan gam but;


Tabel 1. Sifat retensi air tanah gam but
- tingkat dekomposisi; dan
berdasar tingkat dekomposisi pada
- kerapatan lindak.
berbagai tegangan
Supraptohardjo dan Driessen
(1976) menyatakan bahwa konduk:
Retensi Tingkat Dekomposisi Bahan tivitas hidrolik pada tanah gam but dl
Organik
air (%) Indonesia sangat cepat pada arah
Fibrik Hemik Saprik horisontal, tetapi sangat lambat pada
arah vertikal. Hal ini disebabkan
1/10 bar 570 193 163
karena adanya air bawah tanah yang
113 bar 378 150 144 menghambat gerakan air vertikal.
15 bar 67 84 100 Secara umum dapat disimpulkan
bahwa gambut pada tingkat dekom-
B. Ketersediaan Air posisi fibrik mempunyai konduk-
tivitas hidrolik yang san gat cepat,
Informasi tentang jumlah air
sebaliknya pada gambut yang telah
yang di retensi oleh tanah sangat
terdekomposisi sempurna, pergerakan
penting bagi pengelolaan. usaha
airnya sangat lambat dengan
pertanian. Secara umum, aIr ~ang
menurunnya ruang pori bahan gambut
diretensi tanah yang dapat dlper-
serta besarnya retensi air pad a bahan
gunakan untuk tanaman (air terse.dia
saprik (Andriesse, 1988)..
bagi tanaman) adalah antara kapasltas
lapang (field capacity) pada pF 2,2 D. Kapasitas Menahan Air
(0,33 bar) dengan titik layu permanen
Jumlah air yang ditahan tanah
(permanent wilting point) pada pF 4,2
merupakan fungsi dari tinggi . air
(15 bar). Untuk tujuan pengelolaan,
tanah. Kapasitas menahan air dari
ada perbedaan antara tanah mineral
tanah gam but dapat dinyatakan dalam
dengan tanah organik (Andriesse,
be rat air per satuan berat kering
1988), yaitu:
bahan. Kapasitas menahan air tanah
- volume bahan padatan tanah pada
gambut berbeda-beda, tergantun~
tanah organik sangat kecil diban-
tingkat dekomposisinya. Berat aIr
dingkan pada tanah mineral;
yang ditahan bahan fibrik sekitar dua
- pada tekanan yang rendah, tana~
kali lebih banyak daripada yang
organik mempunyai jumlah retensl
ditahan bahan saprik. Tabel 2 mem-
air yang besar dibanding tanah
perlihatkan kandungan air pada
mineral.
berbagai satuan untuk beberapa
C. Kooduktivitas Hidrolik tingkat dekomposisi dan jenis bahan
gam but (Lucas, 1982).
Dalam mempelajari drainase
tanah, sangat penting untuk me: E. Kerapatan Liodak
ngetahui laju pergerakan air melalUl
Kerapatan lindak (bulk density)
tanah. Konduktivitas hidrolik tanah
merupakan suatu sifat penting, karena
gambut dipengaruhi berbagai faktor
banyak sifat-sifat fisika lainnya
(Boelter, 1974 dalam Andriesse,
berhubungan dengan kerapatan
1988), antara lain:
lindak. Tanah gam but mempunyai

91
Vol. 13, No.3, Desember 1999

Tabel 2. Berat kering dan kandungan air pad a berbagai satuan untuk
beberapa tingkat dekomposisi dan jenis bahan gam but yang jenuh.
Satuan Sphagnum Fibrik Reed-sedge Humu
reed-sedge terdekomposisi
Berat gambut (gil) 88 160 240 3
Kandungan air (gil) 930 890 835 7
Total berat (gil) 1018 1050 1075 11
Kandungan air (% berat 91 85 78
basah)
Kandungan air (% berat 970 554 346 2
kering)

kerapatan lindak yang sangat rendah, perhitungan total porositas (%


yaitu kurang dari 0,10 gr/cc untuk volume) untuk gam but tropika.
gam but fibrik, dan 0,20 gr/cc untuk
Tabel3. Perhitungan total porositas
gam but saprik. Driessen dan
(% volume) untuk gam but tropika
Rochimah (1976) menentukan kera-
patan lindak untuk beberapa sekuen BD Fibrik Hemik Saprik
gam but dengan perbedaan kondisi (gr/cc)
wilayah di daerah Sebangau dan 0,10 92,3 92,9 93,3
Durian Rasau, Kalimantan Barat 0,15 88,5 89,3 90,0
dengan variasi antara 0,09-0,23 gricc. .0,20 84,6 85,7 86,7
F. Porositas 0,25 80,8 82,1 83,3
Porositas tanah gam but sangat G. Kering Tidak Balik
menentukan pergerakan air tanah.
Gambut fibrik mempunyai laju Kering tidak balik (irreversible
pergerakan air tanah yang tinggi drying) terjadi setelah periode intensif
karena memiliki pori yang besar. pengeringan atau drainase yang
Porositas gam but ditetapkan dengan berlebihan, clan ini merupakan sifat
rumus: yang khas dari semua jenis tanah
gambut. Lapisan permukaan tanah
Poros;tas (%) =[100 (SD- BD)J/SD gambut yang di reklamasi dan rawa
(1) gam but yang didrainase secara
Dimana: berlebihan akan menunjukkan ke-
SD = berat jenis bahan; dan lakuan kering tidak balik. Setelah
BD = kerapatan Hndak. terkena sinar matahari yang lama,
Driessen dan Rochimah (1976) bahan gam but juga akan sukar untuk
menghitung total porositas gambut di basah kern bali. Hal Inl akan
Indonesia, dengan menggunakan para- mengakibatkan cekaman (stress) bagi
meter untuk gam but, dan menyim- tanaman (Andrisse, 1988).
pulkan bahwa total porositas ditentu-
kan oleh kerapatan lindak dan berat
jenis bahan . Tabel 3 memperlihatkan

92
'C1IIdIM KETEKNIKAN PERTANIAN

TUJUAN PENGELOLAAN AIR oksidasi pirit ketika air tanah turun


jauh di bawah lapisan pirit dalam
Ada berbagai faktor yang
waktu yang cukup lama, antara lain
menentukan keberhasilan budidaya
saat musim kemarau panjang atau
pertanian di lahan raw a gambut.
akibat drainase yang berlebihan. Air
Salah satu factor terse but adalah
menjadi masam dan karatan meluas,
masalahpengelolaan air. Karak-
selain itu gulmapun meluas dan
teristik fisik lahan (hidrotopografi)
sering menutupi saluran.
dan tingkat kematangan lahan
menentukan besarnya peran tata air. a. Proses oksidasi dan pemasaman
Dalam perencanaan system jaringan
Berbagai proses berlangsung
pengairan (termasuk bangunan
dalam oksidasi pirit yang dapat
hidrolik) dikenal pengelolaan air pada
diringkas dalam beberapa reaksi
tingkat makro dan pada tingkat mikro.
berikut:
Pengelolaan air pada tingkat makro:
FeS2 + H20 + 7 0 ----)- FeS04 +
Kegiatan ini meliputi penge-
H 2S0 4 (I)
lolaan jaringan pada tingkat proyek
(project level) dan kaitannya dengan 2FeS04 +0 + H 2 S0 4 ----)- FelS04h
kondisi batas (boundary condition) + H2 0 (2)
dari muka air atau debit air di sungai Fe2 (S04) 3 + FeS2 ----)- 3 FeS04 +
2S 0)
Pengelolaan air pada tingkat mikro: 2ft + FelS04h ----)- 2FeS04 +
Kegiatan ini mencakup penge- 8H2 S0 4 (4)
lolaan air di tingkat lahan usaha tani, S + 30 + H20 ----)- 2H++ S04=
dimana pengelolaan air terkait erat (5)
dengan pengelolaan tanah (soil and Reaksi (I), (3) dan (4) adalah
water management). Pengelolaan air reaksi kimia, sedang reaksi (2) dan
pada tingkat mikro terutama untuk (5) adalah reaksi biokimia. Pada
memenuhi kebutuhan tanaman, selain reaksi (2) mikroorganisme Theobacil-
juga untuk mencegah terjadinya Ius ferroxidans berperan sebagai
penurunan muka tanah (soil katalisator reaksi, sedang pada reaksi
subsidence), perlindungan terhadap (5) Thio-oxidans mengoksidasi S
lapisan gam but mencegah teroksi- yang dihasilkan pada reaksi (3).
dasinya pirit dan untuk transportasi. Oksidasi pirit membuat tanah menjadi
sangat masam , bahkan pH tanah
PROSES OKSIDASI DAN dapat mencapai < 3,5. Pemasaman
PENCEGAHANNYA maksimum terjadi bila semua ion besi
Di lahan rawa gam but yang dioksidasi dan dihidrolisis menjadi
ditanami padi, tanaman sering ferri-hidroksida
mengalami keracunan besi di sam ping
FeS2 + (15/4) O 2 + (712) H20 ----)-
beberapa kendala lainnya. Hal ini
menyebabkan penurunan hasil padi Fe (OHh + 2S0/ + 4~
dari musim sebelumnya. HasH Setiap molekul melepas 4 ion H+,
pengamatan menunjukkan kondisi ini tetapi biasanya tidak berlangsung
disebabkan karena telah terjadinya sampai tuntas. Pembentukan jarosit

93
Vol. 13, No.3, Desember 1999

mengurangi jumlah ion H+ yang b. Pencegahan


dilepas:
Dalam keadaan anaerob, pirit itu
FeS2 + (15/4)0 2 + (7J2) H 20 + stabil. Sebaliknya dalam keadaan
(1/3)K+ ~ (1/3)KFe3(S04h(OH)4 + aerob, pirit akan mudah mengalami
(4/3)S04 =+ 3H+ oksidasi, melepaskan asam sulfat dan
hidroksida besi. Hal ini terjadi bila air
Penurunan pH akibat pirit tanah turun jauh di bawah batas atas
teroksidasi disangga oleh tanah itu lapisan pirit (misalnya karena
sendiri melalui beberapa proses, overdrained) untuk waktu yang euk'up
yaitu: (1) Pembentukan jarosit; (2) lama.
Penetralan oleh mineral hijau; (3) Sebenarnya overdrained terjadi
Reaksi pertukaran dengan kation basa bukan karena saluran drainase yang
pada kompleks jerapan; dan (4) dalam (dan lebar), tetapi karen a
Penetralan oleh bahan kapur dalam saluran tersebut tidak atau belum
tanah (misalnya kulit kerang). dilengkapi bangunan pintu air , atau
Khusus untuk zona lahan pasang pintu airnya tidak atau belum
surut payau, penetralan juga terjadi berfungsi. Saluran yang dalam akan
oleh luapan atau intrusi air laut. memperlanear penggelontoran , mem-
Tingkat keseriusan permasalahan buang bahan beraeun. Overdrained
yang berkaitan dengan kemasaman dapat dihindari dengan mengatur
tanah tidak saja tergantung pada pintu-pintu air, sehingga tinggi
jumlah pirit dan bahan penetral dalam permukaan air tanah dapat diper-
tanah, tetapi juga pada keeepatan tahankan sedemikian rupa, sehingga
mobilisasi penetral dan keeepatan lapisan pirit selalu anaerob. Dengan
proses pemasaman. demikian pirit tidak teroksidasi, dan
Pembentukan asam sulfat yang proses pemasaman tidak terjadi.
melewati daya sangga tanah meng- Dalam musim kemarau muka air
haneurkan kisi mineral liat, dan tanah mungkin turun di bawah lapisan
melepas banyak kation Ah + kedalam pirit. Untuk meneegah lapisan pirit
larutan tanah. Kation asam Ah+' Fe3+ mengalami keadaan aerob, maka
dan H+ mendesak dan menukar kation harus diusahakan agar selalu ada air
basa Cal+' Mgt dan K+ dari komplek pada saluran tersier, kuarter atau batas
jerapan. Air hujan dan drainase tidak pemilikan. Akan lebih baik lagi bila
saja meneuei asam, tetapi juga pada saluran keliling diusahakan ada
membawa serta kation-kation basa. air yang dalamnya 50 em, walaupun
Selain itu fosfat dan molibdat juga air pad a saluran hanya 10-15 em.
menjadi kurang tersedia karen a diikat Upaya ini di samping dapat meneegah
hidroksida Fe dan AI. Kegiatan teroksidasinya pirit, juga membuka
bakteri pengikat N terhambat karena kemungkinan penanaman palawija ,
suasana yang sangat masam serta pada lahan dengan tipe luapan C, di
kurang tersedianya fosfat dan musim kemarau tanpa resiko keke-
molibdat. Tanah juga menjadi miskin ringan.
hara.

94
'Ctdeti. KETEKNIKAN PERTANIAN

MASALAH DRAINASEPADA DAFTARBACAAN


LAHAN GAMBUT
Andriesse, J.P. 1988. Nature and
Seperti telah dinyatakan ter- Management of Tropical Peat
dahulu, agar lahan gam but dapat di Soil. Soil Researches Manage-
manfaatkan sebagai lahan pertanian, ment and Conservation Service.
diperlukan tindakan utama berupa FAO Land and Water Deve-
perbaikan kondisi alamiahnya, yaitu lopment Division. Rome.
dari kondisi tergenang menjadi Bell, F.G. 1992. Engineering Proper-
kondisi yang muka air tanahnya ties of Soils and Rocks. 3rd Ed.
sesuai untuk pertumbuhan tanaman Butterworth, Heinemann.
yang diusahakan. Tindakan utama ini Boelter, D.H. 1974. The Hydrologic
adalah berupa tindakan drainase. Characteristic of Undrained
Beberapa hal yang perlu diperha- Organic Soil in Lake States. In:
tikan dalam usaha drainase lahan Histosols, their characteristics,
gam but adalah: classification, and use. Ed. M.
- sifat kering tidak balik: apabila Stelly. Soil Science Society of
drainasenya berlebihan, maka akan America. Special Publication
terdjadi suatu keadaan kering tidak no.6: 33-46.
balik; gam but yang kering ini Driessen, P.M.and L.Rochimah.
sangat rentan terhadap kebakaran; 1976. Physical properties of
- kedalaman pirit: dalam tindakan Lowland Peats from Kalimantan.
drainase, perlu diperhatikan In: Peat and Podzolic Soils and
kedalaman bahan pirit yang Their Potential for Agriculture in
terkandung di dalam tanah Indonesia. Proceedings, ATA.
gambut~ apabila pmt muncul Midterm Seminar, Tugu. Oct.I3-
, diatas permukaan air, maka akan 14, 1976. Soil Research Intitute,
terjadi oksidasi dan pirit menjadi Bogor.
racun bagi tanaman; Hardjowigeno, S. 1996. Pengem-
- cekaman kurang air bagi tanaman: bangan Lahan Gambut untuk
daya kenaikan kapiler tanah Pertanian: Suatu Peluang dan
gam but sangat rendah, oleh karena Tantangan. Orasi I1miah Guru
itu dalam usaha drainase perlu Besar Tetap, Faperta IPB.
diperhatikan kedalaman perakaran Lucas, R.E. 1982. Organic Soils
tanaman yang di usahakan; apabila (Histosol): Formation, Distribu-
muka air tanah di turunkan tion, Physical, and Chemical
sampai jauh berada dibawah dan Management for Crop
daerah perakaran, maka akan Production.
terjadi akar tanaman tidak dapat Sabiham, S. 1996. Studies on Peat in
menyerap air dan akan menjadikan Coastal Plains o(Sun;tatera and
tanaman mengalami cekaman Borneo. Physiolography and
(stress) kurang air. Geomorfology of Coastal Plains.
Tonan Ajia Kenkyu (Asian
Edition). Vol.26 no.3, Dec. 1,988.

95
Vol. 13, No.3, Desember 1999

Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Pertanian. Seminar Pengem-


Taxonomy. Pocahontas, Inc. bangan Teknologi Berwawasan
Blacksburg. Virginia. Lingkungan untuk Pertanian
Stevenson, F.J.1994. Humus: Che- Lahan Gam but. Bogor, 26
mistry, Genesis, Composition, September 1996.
and Reactions. 2nd Edition. John Tschapek, M., P.Ardizzi and S.G.de
Wiley and Sons. New York. Bussetti. 1972. Wettability of
Subagyo, H., D.S. Marsoedi dan A.S. Humic Acid and Its Salts.
Karama. 1996. Prospek Pengem- Z.Pflanzenernaehr 135: 16-31
bangan Lahan Gambut untuk

96

Anda mungkin juga menyukai