Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodialisis adalah suatu proses memisahkan sisa metabolisme yang tertimbun
dalam darah dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam basa melalui
sirkulasi ekstrakorporeal dengan menggunakan ginjal buatan. Beberapa aspek yang
mempunyai hubungan erat dengan masalah keperawatan antara lain : Ginjal buatan,
Dialisat, Pengolahan Air, Akses Darah, Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan
Pasien Hemodialisa, Kompliokasi akut hemodialisa dan pengelolaannya, peranan perawat
yang bekerja di luar HD (ruang perawatan biasa)Tindakan hemodialisa dilakukan ketika
ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan normal. Pada gagal ginjal kronik maka
hemodialisa bisa dilakukan seumur hidup bila tidak melakukan operasi transplantasi ginjal.
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah besar di Indonesia. Prevalensi
PGK di Indonesia dilaporkan sebanyak 12,5% dari populasi dewasa. Diperkirakan saat ini
terdapat sekitar 80.000 pasien yang memerlukan pengobatan pengganti ginjal di Indonesia.
Sedangkan tindakan hemodialisis di Indonesia baru mendekati angka 15.000 orang pada
tahun 2010.Sehingga jumlah pasien yang belum terlayani sangatlah besar.Pada usia anak,
belum ada data nasional mengenai angka kejadian PGK maupun jumlah pasien yang
memperoleh pengobatan pengganti ginjal. Data lokal di Jakarta (tahun 1991-1995)
menyebutkan angka kejadian PGK pada anak sebesar 4,9% dari 668 penderita penyakit
ginjal yang dirawat inap, dan 2,6% dari 865 penderita penyakit ginjal yang berobat jalan.
Belum semua anak yang terindikasi memperoleh pengobatan pengganti ginjal, dapat
menjalani dialisis atau transplantasi ginjal akibat keterbatasan fasilitas dan sumber dana.
Sementara studi epidemiologi di Jepang melaporkan angka kesintasan yang cukup besar
yaitu 77%, jika dialisis atau transplantasi ginjal dapat dilakukan pada anak yang
mengalami gagal ginjal terminal (GGT). Terapi definitif pada kasus GGT adalah
transplantasi ginjal, namun pelaksanaan transplantasi tersebut memerlukan kesiapan
orangtua baik secara psikologis maupun finansial. Oleh sebab itu upaya pengadaan

1
pelayanan hemodialisis pada anak mutlak diperlukan, untuk memberikan angka kesintasan
yang baik bagi anak dengan GGT, sementara menanti kesiapan tindakan transplantasi
ginjal.Melihat besarnya jumlah tindakan dan kecenderungan peningkatan jumlah pasien
yang memerlukan dialisis, maka sangatlah penting bagi dokter untuk memperhatikan
kualitas pelayanan dengan cara menerapkan manajemen dan penatalaksanaan terpadu yang
dibantu oleh tenaga medik dan paramedik lainnya.

B. Tujuan
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan sistem buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
f. Memperbaiki status kesehatan pasien.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah
yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan
AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur
yang dilakukan HD dapat dibedakanmenjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/regular (Daurgirdas et al., 2007).

B. Tujuan
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan sistem buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
f. Memperbaiki status kesehatan pasien.

C. Proses Hemodialisa
Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu:
a. Difusi
Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi. Melalui cara
bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang berkonsentrasi
lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari elektrolit yang penting dengan
konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan
mengatur rendaman dialisat secara tepat.

3
b. Osmosis
Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air dapat diatur
dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi
(tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).
c. Ultrafiltrasi
Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang biasa
disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini.
Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi
pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan hingga mencapai isovolemia
(keseimbangan cairan).

D. Indikasi dan Kontraindikasi Hemodialisa


1. Indikasi
a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara
sampai fungsi ginjal kembali pulih.
b. Pasien dengan penurunan LFG yang diikuti gejala uremik, asidosis dll
c. Indikasi Biokimia
- BUN > 100 mg/dl
- Kreatinin > 10 mg/dl
- Hiperkalemia
- Asidosis metabolic tak dapat diatasi
f. Indikasi Klinis
- Anoreksia, nausea, muntah
- Ensepalopati uremikum
- Edema paru, refraktur dieresis
- Perikarditis uremikum
- Perdarahan uremik

4
2.Kontra indikasi
akses vaskuler sulit, hemodinamik tidak stabil dan gangguan kekentalan darah. penyakit
alzheimer, dan enselofati (PERNEFRI, 2003).

E. Frekwensi Hemodialiasa
Sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 2 - 3 x/mgg, setiap HD berlangsung ±
4 jam.
Program dialisis dikatakan berhasil, jika :
a. Pasien mencapai BB kering.
b. Pasien makan dengan diit normal.
c. Kadar Hb ≥ 10 g/dl.
d. Tekanan darah normal.

F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah
gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau
penarikan cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang
menjalani HD reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan darahnya justru
meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau intradialytic hypertension
(HID) (Agarwal dan Light, 2010). Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi
akut dan komplikasikronik (Daurgirdas et al., 2007).

2.2.1 Komplikasi akut


Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung.
Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit kepala,
sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et al., 2007; Bieber
dan Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan
hemodinamik, baik hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang
jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade jantung,

5
perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara, neutropenia, aktivasi
komplemen, hipoksemia (Daurgirdaset al., 2007).

Tabel 2.3 Komplikasi Akut Hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)


Komplikasi Penyebab

Hipotensi Penarikan cairan yang berlebihan, terapi


antihipertensi,
infark jantung, tamponade, reaksi anafilaksis
Hipertensi Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat
Reaksi Alergi Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi, lateks
Aritmia Gangguan elektrolit, perpindahan cairan
yang terlalu cepat, obat antiaritmia yang terdialisis
Kram Otot Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
Emboli Udara Udara memasuki sirkuit darah
Dialysis disequilibirium Perpindahan osmosis antara intrasel dan ekstrasel
menyebabkan sel menjadi bengkak, edema serebral.
Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu cepat

Masalah pada dialisat / kualitas air


Chlorine Hemolisis oleh karena menurunnya kolom charcoal
Kontaminasi Fluoride Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop, tetanus,
gejala
neurologi, aritmia
Kontaminasi bakteri / endotoksin Demam, mengigil, hipotensi oleh karena kontaminasi
daridialisat maupun sirkuti air

6
2.2.2. Komplikasi kronik
Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik.
Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. (Bieber
dan Himmelfarb, 013).

Tabel 2.4 Komplikasi kronik hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)


Penyakit jantung
Malnutrisi
Hipertensi / volume excess
Anemia
Renal osteodystrophy
Neurophaty
Disfungsi reproduksi
Komplikasi pada akses
Gangguan perdarahan
Infeksi
Amiloidosis
Acquired cystic kidney disease

7
BAB III
TATA LAKSANA

A. Konsep Pelayanan Hemodialisis di RSU Premagan


1. Melakukan secara komprehensif
2. Pelayanan yang dilakukan sesuai standar
3. Peralatan yang tersedia sudah memenuhi ketentuan
4. Semua tindakan yang dilakukan terdokumentasi dengan baik
5. Adanya sistem monitor dan evaluasi

B. Prosedur Pelayanan Hemodialisis di RSU Prenagana Batubulan :


1. Tindakan inisiasi hemodialisis (HD pertama) akan dilakukan setelah melalui
pemeriksaan/konsultasi dengan Konsultan Ginjal Hipertensi atau Konsultan
Nefrologi Anak atau Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Dokter SpPD) yang telah
bersertifikat HD.
2. Setelah itu dilakukan skrining infeksi: HBsAg, AntiHCV, AntiHIV.
3. Tindakan HD pertama kali pada dewasa maupun anak memerlukan waktu kurang
lebih 1-3 jam.
4. Setiap tindakan hemodialisis rutin pada dewasa dan anak terdiri dari:
- Persiapan pelaksanaan hemodialisis: 30 menit
- Pelaksanaan hemodialisis: 5 jam
- Evaluasi pasca hemodialisis: 30 menit
Sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis rutin di RSU Premagana
diperlukan waktu mulai dari persiapan sampai dengan waktu pasca
hemodialisis minimal 6 jam.
5. Setiap pasien HD rutin wajib dilakukan pemantauan hemodinamik minimal setiap
1 jam oleh perawat.
6. Pasien dengan kondisi yang tidak stabil akan dilakukan monitoring yang lebih
ketat.

8
7. Petugas pemberi pelayanan HD harus memberikan pelayanan sesuai standar
profesi dan memperhatikan hak pasien termasuk membuat informed consent.

C. Alur Pasien dalam Pelayanan Hemodialisis di RSU Premagana :


Pasien hemodialisis dapat berasal dari:
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap (termasuk ruang rawat intensif)
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rujukan dari Rumah Sakit/Institusi Kesehatan lainnya
Kegiatan selanjutnya adalah:
1. Pemeriksaan/penilaian/asesmen
2. Hemodialisis
3. Bisa dikembalikan ke tempat semula/Dokter pengirim
4. Diberikan discharge planning setiap akhir sesi dialisis

D. Persyaratan Minimal Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai


OBAT
No. Nama Obat Satuan Kekuatan
1 Adrenalin HCL Ampul 1 mg
2 Dexamethason Flacon 10 mg
3 Dopamine Ampul 50 mg dan 200 mg
4 Dobutamin Ampul 250 mg
5 KCl 1 Meq/ml Flacon 25 ml
6 Heparin 5.000 IU Vial 5.000 IU/ml
7 Protamin Sulfat Ampul 50 mg/ml
8 Bikarbonat Natrikus 8,4% Flacon 25 ml dan 100 ml
9 Anti Histamin Ampul
10 Clonidin Ampul 0,15 mg
11 Dextrose 40% Flacon 25 ml

9
12 Diazepam Ampul 10 mg
13 Lidocain HCl 2% Ampul 20 mg/ml
14 NaCl 0,9% Kolf 500 ml
15 Dextrose 5% dan 10% Kolf 500 ml
16 Nicardipin Ampul 10 mg, 20 mg
17 Nitrogliserin Ampul 5 ml, 10 ml
18 Nifedipin Tablet 5 mg
19 Captopril Tablet 12,5 mg
20 Isosorbid Dinitrate Tablet 5 mg
21 Paracetamol Tablet 500 mg
22 H2O2 Larutan 3%
23 Iodine Povidone Larutan 10%
24 Antiseptic (Salvon, Larutan
Hibiscrub, dll)
25 Alkohol 70% Larutan

ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI


No. Nama Alat Kesehatan
1 Hollow fiber berbagai ukuran
2 Blood line
3 Jarum dialisis
4 Disposable syringe
5 Kassa steril
6 Blood set
7 Masker disposable
8 Sarung tangan steril
9 Apron disposable

10
10 Plester
11 Oksigen tabung
12 Havox/Sunclin (untuk desinfektan mesin sesuai dengan petunjuk
pabrik)
13 Campuran Perasetic acid dan H2O2 (untuk dialiser proses ulang)

E. Bangunan dan Prasarana


1. Unit hemodialisis mempunyai bangunan dan prasarana yang sekurang-kurangnya
terdiri dari:
a. Ruangan hemodialisis:
- Ruangan hemodialisis di RSU Premagana mempunyai kapasitas untuk 11
mesin hemodialisis.
- Rasio mesin hemodialisis dengan luas ruangan sekurang-kurangnya sebesar
5:8 m2.
b. Ruangan isolasi untuk pasien Hepatitis B. Tidak diwajibkan untuk
menyediakan ruangan isolasi khusus untuk kasus infeksi lain seperti TB, avian
influenza, dan-lain-lain.
c. Ruangan pemeriksaan/konsultasi
d. Ruangan dokter
e. Ruangan perawat (nurse station)
f. Ruangan reuse
g. Ruangan pengolahan air (water treatment)
h. Ruangan sterilisasi alat
i. Ruangan penyimpanan obat
j. Ruangan pimpinan
k. Ruangan administrasi
l. Ruangan pendaftaran/penerimaan pasien dan rekam medik
m. Ruang penunjang non medik yang sekurang-kurangnya terdiri dari pantry,
gudang peralatan, tempat cuci.

11
n. Ruang tunggu keluarga pasien
o. Toilet yang masing-masing terdiri dari toilet untuk petugas, toilet untuk pasien,
dan toilet untuk penunggu pasien.
p. Spoelhok
2. Seluruh ruangan sudah memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan,
ventilasi, penerangan, dan mempunyai sistem keselamatan kerja dan kebakaran.
3. Mesin hemodialisis yang digunakan dalam pelayanan dikalibrasi secara berkala
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih (water treatment) yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
5. Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah sesuai
peraturan yang berlaku (septic tank besar/rujukan limbah padat infeksius).
6. Sudah memiliki fasilitas akses internet agar dapat mengirim laporan berkala ke
manajemen rumah sakit dan PERNEFRI Pusat (Indonesian Renal Registry).

F. Persyaratan Minimal Peralatan


Peralatan hemodialisa di RSU Premagana meliputi:
1. Memiliki11 mesin hemodialisis yang siap pakai dan jenis mesin hemodialisis
tersebut sudah terdaftar di Departemen Kesehatan.
2. Memiliki tempat tidur/kursi untuk tempat pasien yang sedang menjalani
hemodialisis.
3. Memiliki peralatan medik standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat
badan, dan sebagainya dengan jumlah sesuai kebutuhan.
4. Sudah ada peralatan resusitasi kardiopulmoner yang sekurang-kurangnya terdiri
dari ambu viva, defibrillator, suction, endotracheal tube.
5. Peralatan reuse dialiser manual atau otomatik.
6. Peralatan pengolahan air sehingga air untuk dialisis memenuhi standar
Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI).
7. Peralatan sterilisasi alat medis.

12
8. Generalor listrik berkapasitas sekurang-kurangnya sebesar kebutuhan untuk
menjalankan mesin hemodialisis yang ada.
9. Peralatan pemadam kebakaran.
10. Peralatan komunikasi eksternal (telepon dan fax).
11. Peralatan untuk kegiatan perkantoran.
12. Peralatan untuk mengelola limbah dan sampah.
13. Perlengkapan dan peralatan lain sesuai kebutuhan.

G. Patient Safety
1. Pengendalian Infeksi
Unit dialisis di RSU Premagana menyediakan dan memonitor kesehatan
lingkungan untuk meminimalkan transmisi agen infeksius didalam dan antar unit
serta rumah sakit di sekitarnya atau kawasan publik lainnya.
Pencegahan transmisi infeksi diantara pasien hemodialisis meliputi:
a) Pengendalian infeksi di unit hemodialisis sendiri meliputi
- Pengendalian infeksi ditujukan untuk mencegah transmisi virus bloodborne
dan bakteri patogenik lainnya diantara pasien.
- Pemeriksaan serologik rutin untuk infeksi virus Hepatitis B.
- Vaksinasi Hepatitis B.
- Isolasi pasien dengan hasil HBsAg positif.
b) Surveilans untuk mencari infeksi dan efek samping lainnya.
c) Pelatihan dan edukasi pengendalian infeksi.
2. Kualitas Air dan Dialisat
Kondisi ini mengacu pada standar Association for the Advancement of Medical
Instrumentation (AAMI).
Kemurnian air di RSU Premaganakadar maksimum kontaminan kimiawi yang
ada dalam air yang dipakai untuk persiapan dialisat dan konsentrat bubuk di
fasilitas dialisis dan untuk memproses ulang dialiser disajikan pada tabel dibawah
ini.

13
Pihak supplierwater treatment system merekomendasikan suatu sistem yang
mampu memenuhi standar tersebut pada saat instalasi diberikan analisis air.
Setelah instalasi water treatment, penyimpanan dan sistem distribusi, user
bertanggung jawab untuk monitoring kontinyu kadar kontaminan kimiawi di dalam
air dan harus memenuhi standar AAMI. Pemeriksaan kontaminan kimiawi
dilakukan setiap enam bulan.
Bakteriologi air. Air yang dipakai untuk persiapan dialisat atau konsentrat
bubuk di fasilitas dialisis dan untuk memproses ulang dialiser memiliki kadar
bakteri (total viable microbial count) kurang dari 200 CFU/ml dan kadar
endotoksin kurang dari 2 EU/ml.

14
Direktur operasional bertanggung jawab untuk menjamin supplier agar dapat
memenuhi persyaratan tersebut pada saat instalasi dilakukan baik pada water
treatment system, penyimpanan dan distribusi.
Pemeriksaan bakteri dan endotoksin wajib dilakukan satu bulan sekali.
Bakteriologi dialisat ultrapure. Dialisatultrapure harus mengandung total
viable microbial count kurang dari 0.1 CFU/ml dan kadar endotoksin kurang dari
0.03 EU/ml.
User bertanggung jawab untuk monitoring bakteriologi dialisat setelah
instalasi.
Prasarana: Fasilitas dialisis mengembangkan rencana cadangan apabila sistem
pemurnian air dan distribusinya mengalami kegagalan.
Sistem pemurnian air: Sistem pemurnian air yang ada terdiri dari 3 bagian
dasar: bagian pre-treatment (sediment filter, cartridge filter, softener, dan carbon
adsorption bed), proses pemurnian primer (reverse osmosis) dan deionisasi dan
ultrafiltrasi.
Lingkungan: Sistem pemurnian air dan penyimpanannya dilokasikan di area
yang aman yang mudah diakses untuk user. Lokasi yang dipilih sudah
mempertimbangkan ruang untuk meminimalkan panjang dan kompleksitas sistem
distribusi. Akses ke sistem pemurnian air harus dibatasi hanya untuk staf yang
bertanggung jawab untuk monitoring dan pemeliharaan sistem.
Penyimpanan air dan distribusinya: Sistem penyimpanan air dan distribusinya
sudah dirancang khusus untuk memudahkan kontrol bakterial, termasuk
pengukuran untuk mencegah kolonisasi bakteri dan memudahkan proses desinfeksi
rutin.
Bagian dasar tangki penyimpanan air berbentuk kerucut atau mangkuk dan
mengalir dari titik terendah dari dasar.
Sistem distribusi air berbentuk loop kontinyu dan dirancang untuk
meminimalkan proliferasi bakteri dan pembentukan biofilm. Sistem distribusi air

15
dibuat dari bahan yang tidak menambah unsur kimia seperti aluminium, tembaga,
timah dan seng atau kontaminan bakteri pada air yang telah dimurnikan.

3. Dialiser Pakai Ulang (reuse)


Persyaratan:
- Tidak dilakukan pada pasien VHB (+) dan HIV (+)
- Reuse hanya untuk dipakai pada pasien yang sama.
- Dialiser harus diberikan label.
- Kualifikasi personil: Personil yang melakukan reuse harus mendapatkan
pendidikan yang adekuat, pelatihan atau pengalaman untuk dapat memahami
dan melakukan prosedur.
- Dokter di fasilitas dialisis wajib memberikan kursus pelatihan untuk melakukan
proses dialiser pakai ulang.
- Semua pasien harus diberikan informed consent mengenai pemakaian dialiser
proses ulang.
- Peralatan yang dipakai untuk reuse harus dirancang, dibuat dan diuji untuk
melakukan proses yang dikehendaki.
- Personil yang melakukan reuse wajib mengenakan sarung tangan dan apron
saat menangani dialiser selama inisiasi dan terminasi dialisis dan selama
prosedur reprosesing.
- Alat yang di-reuse, menunggu untuk di-reuse, atau sudah di-reuse sebaiknya
disimpan untuk meminimalkan kerusakan maupun kontaminasi.
- Pengukuran performa dialiser menggunakan total cell volume (TCV).
Diharapkan dapat mencapai TCV minimal 80% dari TCV awal.
- Pemeriksaan integritas membran seperti tes kebocoran tekanan udara sebaiknya
dilakukan diantara pemakaian.
- Prosedur reuse hanya dilakukan sampai maksimal 7 kali pada satu dialiser yang
sama.

16
4. Lingkungan Fisik
- Fasilitas dialisis dirancang, dibangun, dilengkapi dan dipelihara untuk
menyediakan lingkungan yang aman, fungsional dan nyaman untuk pasien, staf
dan masyarakat.
- Fasilitasdialisisharus menerapkanproses dan proseduruntuk mengelola
kedaruratan medisdan nonmedisyang mungkinmengancam kesehatanatau
keselamatanpasien,staf,atau masyarakat.Kedaruratan yang dimaksud meliputi,
namuntidak terbatas pada,kebakaran, kegagalan peralatan ataudaya,terkait
perawatan, gangguan pasokan air, danbencana alam yang sering terjadidi
wilayah geografissetempat.

H. Sistem Pembiayaan Yang Ada di RSU Premagana Batubulan


1. Sumber:
- Biaya sendiri (out of pocket)
- Jaminan: PT Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Gakin, SKTM
- Perusahaan
- Lain-lain
2. Pola tarif terdiri dari:
- Konsultasi dokter
- Tindakan:
a. Jasa medik
b. Jasa rumah sakit
c. Bahan dan alat
I. Pengendalian Limbah
Mengikuti pengendalian limbah di RSU Premagana Batubulan.

J. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

17
- Pelaksanaan kewaspadaan universal (universal precaution) yang ketat (pasien,
staf, penggunaan alat medik/non medik) merupakan kunci utama dalam
pencegahan transmisi.
- Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada patient safety.
- Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B
(VHB), tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV.
- Pemakaian dialiser proses ulang pada kasus infeksi hanya diperkenankan pada
pasien pengidap VHC, akan tetapi dilarang pada pengidap VHB dan HIV.

K. Pencatatan dan Pelaporan


- Dalam rekam medik dicatat diagnosis medik (berdasarkan ICD X dan ICD 9 CM)
untuk pelaporan ke manajemen RS.
- Mengirim laporan ke Indonesian Renal Registry PERNEFRI secara berkala tiap
bulan.

A. Evaluasi dan Pengendalian Mutu


Kegiatan evaluasi terdiri dari:
a. Evaluasi internal: dinilai dari SDM, sarana dan prasarana hemodialisis.
Sumber daya manusia
- Unit dialisis bertanggungjawab untuk menjamin adanya proses
penyempurnaan berkesinambungan dan menetapkan prioritas strategi
untuk menilai kualitas dan perbaikan.
- Program peningkatan kualitas harus mewakili semua disiplin yang
terlibat dalam perawatan pasien HD, termasuk dokter, perawat, ahli gizi
dan staf administrasi.
Sarana dan prasarana hemodialisis

18
- Pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang hemodialisis merupakan
tanggung jawab unit hemodialisis bersama-sama dengan provider dan
pimpinan rumah sakit.
b. Evaluasi eksternal: dinilai dari kegiatan hemodialisis (jumlah pasien, adekuasi
hemodialisis, morbiditas dan mortalitas, tarif hemodialisis yang dimonitor oleh
Dinkes).
- Unit hemodialisis melakukan monitoring kontinyu terhadap proses yang
berkaitan dengan pelaksanaan dialisis seperti Kt/V, standar reuse, dan
sebagainya.
- Harus dipertimbangkan untuk penyediaan sumber daya manusia dan
pelatihan untuk mendukung penilaian outcome klinis selain kematian
meliputi angka rawat inap, kualitas hidup, kepuasan pasien, dan angka
transplantasi ginjal.

19
20
BAB IV
PENUTUP

Panduan Hemodialisa ini agar dijadikan acuan bagi seluruh petugas di Rumah
Sakit Umum Premagana dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama menjalani perawatan atau
pengobatan di Rumah Sakit Umum Premagana.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arsip Rekam Medik. 2015. Prevalensi Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa RawatJalan di
RSUD Kabupaten Sukoharjo.

Arliza, M. 2006. Prosedur dan Teknik Operasional Hemodialisa. Edisi pertama.


Yogyakarta: Tugu Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Supardi, Suhardjono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:


Bumi Aksara.

Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien denganGangguan


Sistem Metabolisme. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta :
EGC.

Budiarto dan Anggraeni, 2002. Pengantar Epidemiologi, Edisi 2. Jakarta. EGC.

Cahyaningsih, Niken. 2011. Hemodialisis : Panduan Praktis Perawatan Gagal

Ginjal. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi (diterjemahkan oleh NkheBudhi


subekti). Jakarta : EGC

22
PANDUANASUHAN PASIEN DIALISIS

RUMAH SAKIT UMUM PREEMAGANA


BATUBULAN
TAHUN 2018

23
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang hanya denga
rahmat, bimbingan dan karunia-Nya, Panduan asuhan pasien dialisis di Rumah Sakit
Umum Premagana telah berhasil kami susun.
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi
darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan
mesin hemodialisis. Tujuan dari disusunnya Panduan asuhan pasien dialisis ini adalah
adanya keseragaman bagi setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Premagana
dalam penangananasuhan pasien dialisis.
Saran dan kritik itu selalu diharapkan dan semoga panduan ini selalu menjadi
pegangan bagi setiap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Premagana dalam
melakukanasuhan pasien dialisis.

Batubulan 1 November 2018

Tim penyusun

ii
24
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………… i


Kata pengantar ……………………………………………………………………… ii
Daftar isi …………………………………………………………………………… iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 1
B. Tujuan…………………………………………………………….… 1
BAB II RUANG LINGKUP
A. Definisi ………………………………………...………………...…. 2
B. Tujuan…………………………………………….............…………. 2
C. Proses Hemodialisa ………………………………………………… 2
D. Indikasi …………………………………………………………....... 2
E. Frekwensi……………………………………………........………… 3
F. Komplikasi……………………………………………......………… 3
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………………….. 6
BAB IV PENUTUP ……………………………………………................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

25

iii
26

Anda mungkin juga menyukai