Anda di halaman 1dari 15

WEBINAR 1 Coastal Proccesses and Sediment Transport

Proses Pantai
Merupakan interaksi antara fenomena alam (angin, gelombang dan arus) yang terjadi di laut
yang mempengaruhi keadaan daratan , khususnya area pantai.

Secara alamiah morfologi pantai berubah sangat aktif karena pengaruh gelombang dan arus.
Perubahan morfologi ini disebabkan oleh transportasi sedimen di sepanjang garis pantai.
Perubahan morfologi pantai ini sering menyebabkan permasalahan antara 1 aktifitas dengan
aktifitas yang lainnya karena saling terkait satu sama lainnya. Semua interferensi aktifitas
manusia menyebabkan reaksi

Gelombang
Wind waves adalah gelombang yang tercipta di area dekat pantai, disebabkan oleh angin
yang berhembus diarea dekat pantai.

Swell waves adalah gelombang yang tercipta di laut dalam dan bergerak ke arah pantai
karena angin ataupun karena energinya sendiri.

Infra-gravity wavesadalah gelombang yang tercipta karena gelombang pecah.

Proses Terjadinya Gelombang


Angin menyebabkan gangguan pada permukaan air sehingga muka air bergerak, lalu gerakan
muka air ini akan semakin membesar jika angin yang berhembus secara terus menerus,
selanjutnya gelombang akan bergerak karena hembusan angin atau karena energinya sendiri.
Ketika mencapai lau dangkal, energi gelombang akan “merasakan” dasar laut, ini
menyebabkan gelombang semakin tinggi dan pada satu titik gelombang akan pecah dan
energi potensial gelombang berubah menjadi energi kinetik. Pecahnya gelombang inilah yang
meyebabkan perpindahan dan transportasi sedimen di area pantai.
Transformasi Gelombang

1. Refraksi adalah peristiwa perubahan arah gelombang yang bergerak ke arah pantai
dari kedalaman air yang dalam menuju kedalaman air yang dangkal. Karena adanya
perubahan kedalaman perairan, peristiwa refraksi gelombang juga mengakibatkan
perubahan kecepatan gelombang yang biasanya disertai juga dengan perubahan
panjang gelombang
2. Difraksi gelombang terjadi ketika puncak gelombang berputar terhadap ujung penghalang dan
bergerak ke daerah yang terlindungi oleh penghalang, misal breakwater, pulau, tanjung dan
sebagainya. Ketika me
3. Gelombang air dapat mengalami refleksi oleh penghalang alami maupun buatan manusia. Refleksi
pada gelombang laut sama halnya yang terjadi pada refleksi cahaya pada cermin datar, dimana sudut
datang sama dengan sudut pantul gelombang. Refleksi dan transmisi gelombang akan
bergantung dari karakterisitik gelombang berkaitan seperti kemiringan gelombang dan kedalaman
relatif (d/L) pada struktur. Besar energi refleksi gelombang bergantung pada energi yang
dihasilkan selama gelombang pecah.
4. Gelombang Pecah
Gelombang pecah tergantung kepada kelandaian/kecuraman pantai, kedalaman
perairan, tinggi gelombang dan perioda gelombang. Berdasarkan hal tersebut makan
gelombang pecah terbagi atas beberapa jenis sbb:
a) Spilling, terjadi dimana gelombang sudah pecah sebelum tiba di depan pantai
Gelombang ini lebih sering terjadi, dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali,
oleh karena itu reaksinya lebih lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk
berselancar.
b) Plunging, Gelombang ini sering timbul dari empasan pada periode yang lama dari
suatu gelombang yang besar, dan biasanya terjadi pada dasar pantai yang hampir
lebih miring di bandingkan pada tipe Spilling. Umumnya gelombang ini tidak terjadi
lama dan juga tidak baik untuk berselancar. Bahkan tipe empasan ini mampu
menimbulkan kehancuran yang cukup hebat.
c) Surging, adalah tipe empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai.
Gelombangnya lebih lemah saat mencapai pantai dengan dasar yang lebih curam
dan kemudian gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai.
d) Collapsing, merupakan gelombang yang pecah setengah dari biasanya. Saat
pecah gelombang tersebut tidak naik kedarat, terdapat buih dan terjadi pada pantai
yang sangat curam.

Sediment Transport
Jenis transport sedimen
Berdasarkan jenis gerak sedimen
1. Bed load transport
Sedimen berpindah dan bergerak di dasar perairan
2. Suspended load transport
Sedimen berpindah bersama dengan air
Berdasarkan arah arus

1. Longshore Transport
Bergerak disepanjang pantai, terjadi dalam jangka waktu yang lama (musiman)

Gelombang yang berasal dari arah tenggara, ini akan meyebabkan arus yang
disebabkan oleh gelombang, arus ini akan membawa sedimen ke arah utara.

Sedangkan gelombang dari arah timur laut akan meyebabkan arus yang disebabkan
oleh gelombang, arus ini akan membawa sedimen ke arah selatan.

Karena gelombang dominan dari arah tenggara, maka semiden yang bererak ke arah
utara lebih banyak dibanding sedimen yang ke arah selatan. Hal ini bisa menyebabkan
area utara memiliki sedimen yang lebih banyak dibanding area selatan.
2. Cross – shore transport
Bergerak tegak lurus garis pantai, terjadi dalam jangka waktu pendek (badai, topan
dll)

Cross shore transport sangat berpengaruh dalam perubahan profil melintang pantai,
kelandaian atau kecuraman pantai dipengaruhi oleh hal ini.
WEBINAR 2 Shoreline Protection Against Erosion
Seawall

Sangat efektif untuk menjaga bentuk profil pantai akibat dari cross shore sediment transport,
sehingga garis pantai tidak semakin mundur.

Revetment

Digunakan untuk erosi di kaki tanggul tanah, Tidak bisa memproteksi banjir, Longshore
sediment transport tetap terjadi didepan revetment
Groin
Bekerja dengan cara menahan longshore sediment transport sehingga terjadi akumulasi
sedimen di updrift area (arah datangnya sedimen/arah arus) dan menyebabkan erosi di
downdrift area.
Paralel Breakwater
Menjaga sedimen dengan cara memerangkap sedimen ketika terjadi croos-shore transport
sedimen sehingga terbentuk daratan baru dibelakang breakwater

Nourishment
Berfungsi untuk mengisi kembali pasir yang hilang, metode ini bisa dibilang dengan
“mengorbankan” pasir karena seiring dengan waktu pasir akan tetap hilang karena longshore
sediment transport, sehingga harus dilakukan pengisian ualng pair di masa yang akan datang.
Hal ini berbeda dengan pantai buatan yang didesain untuk tetap stabil (sediment balance)
WEBINAR 3 Design Principles for Coastal Development
Desain Pantai Buatan
Hal yang harus diperhatikan

 Kualitas pasir yang akan digunakan


 Kualitas air di area tersebut
 Kemudahan akses, baik selama konstruksi maupun setelah konstruksi
 Lebar pantai yang optimum sehingga pasir pantai buatan tidak hilang karena sedimen
transport
 Keamanan untuk berenang dan aktifitas wisata
 Keberadaan gundukan pasie, flora dan fauna disekitar pantai
 Bentuk plan dan profile pantai harus stabil,
 Struktur pengaman untuk menjaga pasir tetap berada di area pantai

1. Contoh Cara Menjaga Bentuk Plan

Hal penting yang harus dimiliki untuk menjaga bentuk garis pantai adalah pengetahuan
tentang budget sedimen. Hal ini bisa didapat dari hasil pemodelan, berdasarkan sudut arah
datangnya gelombang terhadap garis pantai, bisa diprediksi bagian pantai yang mengalami
kehilangan pasir.
2. Contoh Cara Menjaga Bentuk Profil Pantai

Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh cross-shore sedimet transport. Jadi secara
alamiah bentuk profil pantai akan berubah tergantung musim (musim gelombang besar,
musim gelombang kecil). Hal ini tidak akan menjadi permasalahan. Tapi jika terjadi gelombang
sangat besar, karena badai atau lainnya, sedimen berpotensi besar terbawa ke laut lepas
sehingga sedimen tidak bisa kembali ke pantai. Untuk menjaga profil bentuk pantai jika terjadi
badai, maka bisa dilakukan penambahan pasir didasar perairan dengan membentuk
gundukan (duke) sehingga ketika terjadi badai maka pasir yang terbawa ke laut lepas adalah
pasir gundukan ini.

Beach Rehabilitation
1. Studi Kasus: Amager Beach, Copenhagen
Lokasi rencana (site) terlindungi karena perairan yang dangkal dan terlindung dari
pulau didepannya
Karena lokasinya yang terjaga ini, maka gelombangnya rendah. Pantai yang jarang
terpapar gelombang akan memiliki karakteristik yang berlumpur. Hal ini tidak menarik
untuk pariwisata sehingga perlu dibuat Artificial Beach.
Prinsip utama dalam perencanaan pantai buatan adalah:
Pantai dibuat lebih maju ke arah laut agar lebih terekspos dan sering terpapar
gelombang sehingga meningkatkan kualitas pasir.
Orientasi posisi pantai dibuat tegak lurus terhadap arah datangnya gelombang, yaitu
dari tenggara dan timur laut sehingga posis pantai memiliki 2 orientasi yang berbeda.
Struktur headland berfungsi untuk menjaga pasir tetap berada di area pantai buatan.
Area antara pantai eksisting dengan pantai rencana akan dijadikan laguna, ini untuk
memperkecil volume pasir yang dibutuhkan untuk konstruksi pantai buatan serta
laguna bisa digunakan sebagai area rekreasi.
Satu hal penting untuk pengembangan area ini adalah adanya channel yang memiliki
arus yang kuat. Karena adanya arus sejajar pantai yang kuat, maka laguna memiliki
“flushing” alami untuk menjaga kualitas air yang berada di laguna selalu terjaga
dengan baik

2. Studi Kasus: San Stefano, Alexandria


Lokasi rencana (site) tidak memiliki area daratan, gelombang langsung menerpa jalan
seperti yang terlihat pada gambar diatas.
Untuk itu diambil desain berdasarkan pantai alami yang ada yaitu Sao Martinho do
Porto, Portugal seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Prinsip desainnya adalah bentuk teluk yang diproteksi oleh struktur (breakwater) yang
melingkari mulai dari kedua sisi pantai hingga ke arah laut lepas dengan bukaan kecil.
Bukaan kecil ini berfungsi untuk mendifraksi gelombang sehingga gelombang besar
yang masuk lewat celah ini akan teredam sehingga gelombang yang mencapai pantai
kecil tapi tetap bisa membuat pantai terpapar gelombang yang baik untuk menjaga
pasir pantai.

Desain of Ports Layout


1. Single Main Breakwater

Bentuk breakwater didesain untuk memproteksi pelabuhan dari gelombang utama dan
bentuk streamline untuk mengakomodasi arus sejajar pantai. Tapi desain ini
menyebabkan timbulnya turbulensi di pintu masuk pelabuhan (alur pelayaran). Hal ini
akan menyebabkan sedimentasi menumpuk di area masuk sehingga akan
mempercepat pendangkalan.

2. Double Breakwater
Untuk mengatasi, maka dibangun breakwater kedua sehingga arus sejajar pantai tidak
menyebabkan turbulensi di area masuk. Konstruksi breakwater dibuat streamline
sehingga arus sejajar pantai bisa bergerak secara alami.

Meminimalisir Pengaruh Proses Pantai terhadap Pelabuhan


 Bentuk layout konstruksi breakwater dibuat se streamline mungkin sehingga
bisa meminimalisir pengaruh arus sejajar pantai.
 Pintu masuk ke area pelabuhan dibuat sempit sehingga pengaruh gelombang
dan arus tidak mempengaruhi keadaan di area kolam pelabuhan
 Breakwater dibangun tersambung dengan pantai sehingga area kolam
pelabuhan terlindungi.
 Mempertahankan kedalaman navigasi dengan cara dredging dan pemindahan
pasir.

3. Studi Kasus
Hvide Sande, West Coast of denmark
Lokasi berada di inlet pasang surut dan terekspos oleh gelombang North Sea

Kondisi pelabuhan sebelum dilakukan optimalisasi adalah sebagai berikut:


Pada arah utara (kiri gambar) dilakukan pemanjangan breakwater (400 m) pada tahun
1963, hal ini untuk mengatasi sedimentasi yang terjadi di pintu masuk pelabuhan.
Setelah beberapa puluh tahun, terjadi akumulasi sedimen di utara sepanjang 3,5 km.
Sediment transport yang terjadi mencapai 80.000 m3/tahun yang akan menyebabkan
makin majunya garis pantai sebesar 3 m/tahun. Sedangkan di rea yang berlawanan,
sisi selatan (kanan gambar) terjadi erosi yang mengharuskan dilakukan nourishment
sebesar 300.000 m3/tahun sepanjang 2,4 km ke arah selatan.
Kedalaman perairan di pintu masuk pelabuhan adalah -2,5 m sedangkan kedalaman
yang diperlukan untuk navigasi adalah -4,5 m sehingga perlu dilakukan maintenance
dredging 170.000 m3/tahun.

Maka dari kondisi diatas perlu dilakukan optimalisasi sebagai berikut:


Analisa perilaku sediment transport yang membentuk bar (badan pasir disepanjang
pantai) di area tersebut, pada kasus ini banyak data yang bisa digunakan karena telah
banyak studi yang dilakukan dari 1957-2008. Hal yang dianalisa adalah pembentukan
bar di area dekat garis pantai, perpindahan sediment dari laut lepas ke area surf zone
(area antara gelombang pecah dengan garis pantai) serta degenerasi dibatas luar
nearshore.

Dari hasil ekstraksi data yang sudah ada, maka dapat diperoleh bentuk profil pantai
sepanjang waktu (garis tipis). Hasil ini dibandingkan dengan hasil pengukuran (garis
tebal).
Pada tahun 1992, terbentuk bar didekat garis pantai, dan pada tahun 1994, 1996, bar
berpindah ke laut lepas. Disaat itu juga terbentuk bar kedua di dekat garis pantai. Dari
tahun 1998, 2000, 2002 bar yang ada di laut lepas berpindah lagi ke arah pantai, dan
pada tahun 2004, 2006, bar sepenuhnya berada di dekat garis pantai.
Dari kedua hal tersebut bisa diliat karakteristik dari area tersebut dan bisa diprediksi
terbentuknya bar sehingga perencanaan untuk maintanance dredging bisa dilakukan
dengan lebih baik.

Selanjutnya dilakukan pemodelan sedimentasi untuk optimalisasi layout pelabuhan.


Maka dari itu pertama dilakukan kalibrasi untuk pemodelan. Kalibrasi dilakukan
dengan menganalisis pergerakan sedimen selama badai, data – data yang diperlukan
adalah batimetri sebelum terjadinya badai, data gelombang selama badai serta data
pendukung lainnya termasuk data – data untuk menganalisa bar behavior seperti yang
telah disebutkan sebelumnya.
Kemudian hasil pemodelan dibandingkan dengan hasil pengukuran batimetri setelah
badai terjadi. Jika hasil kalibrasi bagus, maka pemodelan bisa digunakan selanjutnya
untuk optimalisasi layout pelabuhan.
4. Layout Usulan

 Dilakukan penambahan panjang breakwater eksisting sepanjang 70 m


 Breakwater baru di arah selatan sepanjang 750 m
 Capital dredging sepanjang pantai menuju utara sejauh 1.600 m dengan
volume dredging 1,2 juta m3.

Anda mungkin juga menyukai