Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pada Motor Diesel salah satu system terpenting adalah system aliran Bahan Bakar.
Sistem bahan bakar adalah proses mengalirnya bahan bakar dari dalam tangki
hingga masuk ke dalam system. Oleh karena itu perlunya pemahaman tentang jalur
aliran bahan bakar tersebut dan cara kerja dari komponen yang ada. Pada Sistem
bahan bakar juga terdapat beberapa komponen-komponen penting yang menunjang
kelancaran aliran bahan bakar. Apabila terdapat masalah pada sistemnya maka
dapat mengganggu kerja dari mesin, maka penting juga untuk dapat menganalisis,
memperbaiki dan melakukan pengujian terhadap proses kerja dari masing-masing
komponen sistem bahan bakar motor diesel tadi.

B. Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Melakukan overhoul engine sesuai dengan prosedur.


2. Melakukan pemeriksaan, mengidentifikasi gangguan dan menyimpulkan hasil
pengukuran dari keadaan komponen engine.
3. Merakit dan menghidupkan kembali engine sesuai dengan prosedur.
4. Memahami prinsip kerja komponen-komponen engine.
5. Menerapkan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam praktek.

C. Manfaat

Di dalam kegiatan praktek motor diesel manfaat yang bisa kami dapatkan adalah
sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui tentang system kerja bahan bakar motor diesel.


2. Dapat Mengetahui perbedaan motor diesel dengan motor bensin.
3. Mengetahui dan memahami nama nama komponen pada motor diesel
4. Mengetahui dan memahami tentang cara kerja pada motor diesel
5. Mengetahui dan memahami fungsi dari komponen komponen motor diesel

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Sejarah motor diesel

Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam; lebih spesifik lagi, sebuah
mesin pemicu kompresi, dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang
dikompresi, dan bukan oleh alat berenergi lain (seperti busi).

Gambar Rudolf Diesel

Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang menerima paten
pada 23 Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk dapat digunakan
dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu bara. Dia
mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia) tahun 1900
dengan menggunakan minyak kacang (lihat biodiesel). Kemudian diperbaiki dan
disempurnakan oleh Charles F. Kettering.

2. Prinsip kerja motor diesel

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam
(internal combustion engine) Prinsip kerja motor diesel adalah merubah energi
kimia menjadi energi mekanis. Energi kimia di dapatkan melalui proses reaksi kimia
(pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di dalam silinder
(ruang bakar). Pembakaran pada mesin Diesel terjadi karena kenaikan temperatur
campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai
temperatur nyala.
Pada motor diesel ruang bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung pada
penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua torak/. Pada
umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu torak.

Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakan dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat
bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi
gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft).Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol
juga diubah menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.

Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan menjadi dua,
yaitu motor diesel yang menggunakan sistim airless injection (solid injection) yang
dianalisa dengan siklus dual dan motor diesel yang menggunakan sistim air injection
yang dianalisa dengan siklus diesel (sedangkan motor bensin dianalisa dengan siklus
otto).

3. Langkah kerja motor diesel

Berikut urutan langkah kerja dari mesin diesel:

1. Periode pemasukan = 18` = 180` = 48` = 246`

2. Pemampatan (Kompresi ) = Semua katup trtutup

3. Expansi = Semua katup tertutup

4. Pembuangan = 46` = 180` = 18` = 246`

1. Langkah Masuk

Pada saat langah pemasukan, piston bergerak dari TMA ke TMB. Dengan
bergeraknya piston maka akan menghisap udara luar. Adapun katup yang membuka
adalah katup masuk dan katup buang tertutup.
2. Langkah Kompresi

Setelah piston mengadakan atau pemasukan maka piston akan bergerak dari TMB ke
TMA, gerakan ini dimaksudkan agar udara yang ada di ruang bakar segera
dikompresikan atau dipampatkan. Adapun katup masuk dan katup buang dalam
keadaan tertutut dengan demikian udara tidak akan keluar.

3. Langkah Tenaga atau Pembakaran

Pada saat langkah kompresi maka langkah piston TMA bahan bakar yang berada
dalam nozel disemprotkan dalam ruang bakar berupa kabut , maka dengan
sendirinya akan terjadi pembakaran. Dari proses ini lah akan terdorong piston dari
TMA ke TMB sedang katup masuk dan buang masih dalam keadaan tertutup.

4. Langkah Buang

Setelah langkah terakhir maka piston akan bergerak dari TMB ke TMA, dengan
gerakan piston ini maka akan mendorong gas hasil pembkaran pada saat langkah
tenaga, pada saat ini katup buang membuka sedang katup masuk akan tertutup.

5. Waktu Injeksi

Injeksi dimulai pada saat piston dalam keadaan 62` sebelum TMA dan langkah
diakhiri 18` sesudah TMA. Diantara 60` sebelum TMA dan sesudah TMA digunakan
injector untuk injeksi kan bahan bakar didalam ruang bakar itu sendiri.

4. Jenis-jenis mesin diesel

1. Mesin diesel Silinder satu garis.

jenis mesin diesel Ini merupakan pengeturan yang paling sederhana, dengan semua
silinder sejajar, satu garis (inline) seperti dalam gambar 1-2 . Konstruksi ini biasa
digunakan untuk mesin diesel yang mempunyai silinder sampai delapan. Mesin
diesel satu baris biasanya mempunyai silinder vertikal. Tetapi mesin diese ldengan
silinder horisontal digunakan untuk bus. Mesin diesel seperti ini pada dasarnya
adalah mesin vertikal yang direbahkan pada sisinya untuk mengurangi beratnya.

2. Mesin diesel Pengaturan –V


Kalau jenis mesin diesel mempunyai lebih dari delapan silinder, sulit untuk
membuat poros engkol dan rangka yang tegar dengan pengaturan satu garis.
Pengaturan –V (gambar 1-3 a) dengan dua batang engkol yang dipasangkan pada
pena engkol masing-masing, memungkinkan panjang mesin dipotong setengahnya
jhingga lebih tegar, dengan poros engkol lebih kaku. Iini merupakan pengaturan
yang paling umum untuk mesin diesel dengan derlapan sampai enambelas silinder.
Silinder yang terletak pada satu bidang disebut sebuah bank; sudut a antara dua
bank bervariasidari 30 sampai 120 derajat, sudut yang paling umum adalah antara
40 dan 70 derajat.

3. Mesin diesel Radial

jenis mesin diesel radial Mempunyai silinder yang semuanya terletakpada satu
bidang dengan garis tengahnya berada pada sudut yang sama dan hanya ada satu
engkol untuk tempat memasangkan semua batang engkol. Mesin jenis mesin diesel
ini dibangun dengan lima, tujuh, sembilan dan sebelas silinder.

4. Mesin diesel Datar.

Pengaturan jenis mesin diesel semacam ini digunakan untuk bus dan truk.

5. Unit Mesin diesel Jamak.

Berat tiap daya kuda, yang disebut berat mesin diesel spesifik, makin besar dengan
makin bertambahnya ukuran mesin diesel , lubang dan langkah mesin diesel. Untuk
mendapatkan mesin dengan keluaran daya sangat tinggi tanpa menambah berat
spesifiknya, maka dua dan empat mesin lengkap, yang memiliki enam atau delapan
silinder masing-masing dikombinasikan dalam satu kesatuan dengan
menghubungkan tiap mesin diesel kepada poros penggerak utama s (gb1- 4a dan b)
dengan bantuan kopling dan rantai rol atau kopling dan roda gigi.

6. Mesin diesel torak berlawanan

Mesin diesel derngan dua torak tiap silinder yang menggerakkan doa poros
engkol digunakan dalam kapal dan ketreta rel. Disainya menunjukan banyak
keuntungan dari pembakaran bahan bakar, menyeimbangkan masa ulak-alik,
pemeliharaan mesin dan mudah dicapai.
5. Nama komponen dan cara kerja pada mesin diesel

1. Fuel Tank

Tangki bahan bakar (fuel tank) berfungsi untuk menyimpan bahan bakar, terbuat
dari plat baja tipis yang bagian dalamnya dilapisi anti karat. Dalam tangki bahan
bakar terdapat fuel sender gauge yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah bahan
bakar yang ada dalam tangki dan juga separator yang berfungsi sebagai damper bila
kendaraan berjalan atau berhenti secara tiba-tiba atau bila berjalan di jalan yang
tidak rata. Fuel inlet ditempatkan 2-3 mm dari bagian dasar tangki, ini dimaksudkan
untuk mencegah ikut t

Bagian – bagian fuel tank

1. tutup tanki

tutup tanki ini di lengkapi dengan lubang pernapasan yang berfungsi untuk
mencegah kevakuman dan tekanan yang berlebihan di dalam tanki, pada lobang
pengisian biasanya dilengkapi strainer yang berfungsi menyaring kotoran yang
terbawa oleh bahan bakar.

2. drain valve

adalah lubang untuk menguras tanki atau untuk mengeluarkan kotoran/ air yang
mengendap pada tanki.

3. Stand pipe

Adalah pipa hisap transfer pump yang ujungnya diletakkan kurang lebih 5m di atas
dasar tanki agar endapan kotoran/air tidak masuk ke dalam sistem.

4. Buffle

Adalah penyekat yang berfungsi untuk menjaga permukaan bahan bakar pada stand
pipe selalu stanby pada saat mesin beroperasi pada nedan yang bergelombang.
2. Water Separator

Adalah komponen yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang kasar/air agar
tidak ikut terbawa bahan bakar ke dalam sistem, dengan tujuan melindungi Transfer
Pump dari partikel kasar/melindungi komponen dari kemungkinan karat.

Elemen filter ini terbuat dari strainer/kawat- kawat halus yang bisa di bersihkan,
sedangkan untuk water separatornya digunakan hanya untuk sekali pakai.

Gambar water separator

Pompa Injeksi ( Fuel Injection Pump )

Adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mendistribusikan bahan bakar


dengan tekanan tinggi kedalam masing- masing silinder melalui injektor sesuai
jumlah yang di butuhkan dan waktu yang tepat serta urutan pembakaran . pompa
injeksi masih dibedakan lagi menjadi dua model, yaitu:

a. Pompa injeksi tipe inline

Pompa injeksi inline banyak digunakan pada mesin diesel yang bertenaga besar
karena pompa injeksi mempunyai kelebihan yaitu tiap satu pompa melayani satu
silinder, elemen pompa yang terdiri dari satu silinder dan plunger keduanya sangat
presisi sehingga celah antara plunger dengan silinder sekitar 1/1000 mm, ketelitian
ini sangat baik untuk mencegah terjadinya kebocoran saat injeksi walaupun pada
putaran rendah, sebuah alur diagonal yang disebut alur pengontrol adalah bagian
dari plunger yang di potong pada bagian atas. Alur ini berhubungan dengan bagian
atas plunger oleh sebuah lubang

Gambar pompa injeksi inline

Elemen Pompa Injeksi Inline ( Injection Pump Element )


a) Plunger

Jenis Plunger menurut tpenya digolongkan atas :

1. Jenis tipe normal

2. Jenis tipe Counter

Kedua tipe plunger ini sama pekerjaannya hanya berbeda caranya.

Silinder mempunyai 2 buah lubang :

1. Lubang pintu pemasukan ( Inlet port )

2. Lubang pintu simpangan/ pembocoran ( Spill Port )

b) Rack/Sleeve

Adalah komponen yang fungsinya menentukan jumlah konsumsi fuel yang akan
diinjeksikan ke dalam silinder, sesuai dengan gerakan:

 Rack : bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menentukan posisi plunger saat
dilakukan perubahan konsumsi fuel yang akan diinjeksikan
 Sleeve : Bergerak naik dan turun untuk menentukan posisi plunger
saat diperlukan perubahan konsumsi fuel yang akan diinjeksikan

B. pompa injeksi tipe Rotary

Pompa injeksi rotary dirancang menggunakan plunger tipe tunggal untuk


mengatur banyaknya bahan bakar yang di injeksikan dengan tepat dan pemberian
bahan bakar ke setiap silinder mesin sesuai dengan urutan penginjeksiannya.
Kelebihan pompa injeksi rotary sendiri antara lain yaitu:

a. Kompak dan ringan karena hanya 4,5 kg dan komponennya hanya sedikit
jumlahnya

b. Mampu digunakan untuk mesin diesel putaran tinggi


c. Seragam dalam jumlah penginjeksian bahan bakar

d. Mudah dalam menghidupkan mesin & memiliki putaran idle yang stabil

e. Mudah dalam penyetelan jumlah bahan bakar yang di injeksikan

f. Dilengkapi dengan solenoid penghenti bahan bakar

g. Konstruksinya dirancang sedemikian rupa sehingga jika terjadi mesin berputar


balik pompa tidak akan memberikan bahan bakar ke silinder

3. Solenoid

Dalam menghentikan semua jenis motor diesel diperlukan suatu metode


penghentian penyaluran bahan bakar pada injektor, yang berarti akan menghentikan
motor. Pada kebanyakan motor diesel kendaraan kecil hal tersebut dilakukan dengan
cara menggunakan sebuah selenoid listrik yang dikontrol oleh saklar pengapian dan
jika selenoid pada posisi bekerja maka tidak ada aliran bahan bakar yang masuk ke
plunger pump sehingga tidak ada bahan bakar yang diinjeksikan.

 Cara kerja

Pada saat kunci kontak on, arus mengalir kekumparan solenoid, medan magnet yang
ditimbulkan menarik inti besi kedalam kumparan, katup membuka, dengan
demikian solar mengalir masuk keruang tekanan tinggi ® mesin siap dihidupkan.

Pada saat kunci off, medan magnet hilang, pegas mendorong inti besi keluar ® katup
menutup.bahan bakar, solar terhenti, Ü motor mati.

Delivery valve

Delivery valve adalah katup yang berfungsi memberikan tekanan tinggi bahan bakar
ke injector melalui pipa tekanan tinggi dan mencegah aliran balik bahan bakar dari
pipa bertekanan tinggi ke barrel. Bahan bakar yang terkompresikan oleh tekanan
tinggi oleh plunger mendorong delivery valve ke atas dan bahan bakar menyembur
keluar. Segera setelah bahan bakar terkompresikan dengan sempurna, delivery valve
akan kembali ke posisi semula karena dorongan dari valve spring untuk menutup
lubang bahan bakar (fuel Passage), dengan demikian dapat mencegah kembalinya
bahan bakar

Delivery valve bergerak turun sampai permukaan valve seat ditahan dengan kuat.
Selama langkah ini bahan bakar ditarik kembali ke injection pipe, seketika itu juga
menurunkan residual pressure antara delivery valve dan nozzle. Penarikan tersebut
memperbaiki akhir peninjeksian dan sekaligus mencegah menetesnya bahan bakar
setelah penginjeksian.

Mechanic pengatur Kecepatan ( Mechanical Governor )

Fungsi Governor adalah :

1. Mengatur putaran engine agar konstan

2. Merubah putaran engine sesuai dengan power yang dinginkan

3. Mengatur respon engine

Fungsi dari governor adalah mengatur secara otomatis pemberian bahan bakar
sesuai dengan beban mesin. Mnurut mekanismenya governor dapat dibagi menjadi 2
yaitu jenis pneumatic dan sentrifugal dan menurut fungsinya dapat dibedakan
antara jenis kecepatan dan jenis semua kecepatan. Jumlah bahan bakar yang
disemprotkan diatur menurut posisi control rack yang diatur oleh governor

Seperti yang ditunjukan pada gambar, governor terdapat dua ruangan yang dibatasi
diafragma, Ruang A dihubungan oleh selang venture yang menghadap ke saringan
udara dan ruangan B dihubungkan ke Intake manifold atau venturi tambahan. Salah
satu ujung diafragma berkaitan dengan Control rack dan selalu ditahan oleh pegas
utama ke arah penyemprotan yang banyak. Bila mesin sudah bekerja diafragma
bergerak akibat perbedaan tekanan pada saringan udara dan venture tambahan dan
pengontrolan bahan bakar diperoleh dari keseimbangan antara diafragma dan pegas
utama

Bagian-Bagian dari Governor :

 Drive Gear
Adalah komponen yang dapat mendeteksi/mengetahui putaran engine

 Flyweight

Adalah komponen yang berfungsi merubah gaya putar engine menjadi gaya translasi

 Governor Spring

Adalah spring yang berfungsi membalance atau mengimbangi gaya translasi


flyweight sehingga didapatkan posisi posisi tertentu yang stabil sesuai dengan
putaran engine

 Lever

Adalah bagian yang di yang dihubungkan secara mekanis dengan pedal throttle
untuk mengatur speed ( menambah/mengurangi ) putaran/power engine

 Output Linkage

Adalah bagian yang dihubungkan dengan mekanisme perubahan jumlah konsumsi


fuel pada injection pump

Governor yang terpasang pada pompa injeksi digunakan untuk mengatur kecepatan
mesin. Kecepatan mesin ini sebanding dengan mengalirnya bahan bakar ke dalam
silinder ruang bakar

Pada governor mekanik, pengaturan injeksi bahan bakarnya sesuai dengan kerja
governor yang bekerja berdasarkan gaya sentrifugal. Plunger dari pompa injeksi
berputar oleh gerakan dari batang gerigi pengatur bahan bakar ( Control Rod ),
dengan demikian mengatur jumlah bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder.

Control Rod dihubungkan ke governor melalui floating lever. Bila putaran mesin
naik, batang gerigi pengatur bahan bakar bergerak mengurangi jumlah bahan bakar
yang di injeksikan. Bila putaran mesin turun, batang gerigi pengatur bahan bakar (
Control Rod ) bergerak menambah bahan bakar yang di injeksikan. Dengan
demikian governor adalah suatu mekanisme untuk lever ratio dari floating lever.
Jika mesin berputar idling, gaya sentrifugal dari bobot Flyweight adalah kecil. Jika
gaya sentrifugal ini tidak cukup besar untuk mengatasi tahanan dari batang gerigi
pengatur bahan bakar ( control Rod ) mesin dapat mati.

Cara Kerja Governor Sentrifugal Jenis RQ

a). Posisi start

Batang pengatur ditekan lebih dari maksimum (posisi start), Plunyer diputar
maksimum, langkah efektif paling besar . Dengan demikian volume penyemprotan
menjadi paling banyak. Bobot sentrifugal membuka karena pedal gas pada posisi
maksimum.

b). Posisi putaran idle

Setelah mesin hidup pedal gas dilepas, batang pengatur kembali ke posisi putaran
idle.
Plunyer diputar sedikit, volume penyemprotan juga sedikit. Bobot sentrifugal
membuka tergantung pada putaran mesin. Putaran mesin naik, bobot sentrifugal
membuka dan volume injeksi diperkecil. Putaran mesin turun, bobot sentrifugal
menutup dan volume injeksi diperbesar.

c). Posisi putaran menengah

Pada putaran menengah posisi batang pengatur hanya ditentukan oleh sopir. Pedal
gas sedikit ditekan, putaran mesin naik diatas putaran idle, bobot sentrifugal
membuka bebas dari pegas pengatur putaran idle dan terletak pada pegas putaran
maksimum. Dengan demikian pada posisi putaran menengah governor tidak
bekerja.

d). Pembatasan putaran maksimum

Batang pengatur pada posisi maksimum, putaran mesin juga maksimum. Bobot
sentrifugal membuka sesuai dengan putaran maksimum. Apabila putaran mesin
lebih tinggi dari putaran maksimum, bobot sentrifugal membuka penuh maka
batang pengatur tertarik ke arah stop sedikit dengan demikian governor dapat
membatasi putaran maksimum.
e). Pegas pengatur governor jenis RQ

Pada governor jenis RQ pegas pengatur dipasang menjadi satu dengan bobot
sentrifugal Pegas pengatur terdiri dari 3 buah pegas yang berfungsi untuk mengatur
putaran idle dan putaran maks. Pada putaran idle, pengaturan dilakukan oleh pegas
bagian luar (pegas idle). Bobot sentrifugal membuka tergantung dari putaran idle
dan dapat membuka tergantung dari putaran idle dan dapat membuka maksimum =
6 mm

Pada pembatasan putaran maksimum, diatur oleh semua peges pengatur bobot
sentrifugal membuka maksimum = 5 mm dari posisi gambar B ( lihat gambar)

B. Governor Sentrifugal Jenis RSV

Governor sentrifugal jenis RSV adalah satu governor yang dapat meregulasi setiap
putaran mesin (putaran idle sampai putaran maksimum). Huruf V (verstell) berarti
penyetel/pemindah.Pada governor sentrifugal jenis RSV hanya terdapat satu pegas
tarik sebagai pengatur yang terpasang diluar bobot sentrifugal.

1. Cara kerja governor sentrifugal jenis RSV

a. Posisi start

Pada saat mesin belum hidup, batang pengatur selalu pada posisi start karena
tarikan dari pegas start.Dengan demikian mesin dapat lebih mudah dihidupkan
walaupun tuas penyetel pada posisi idle.

b. Posisi idle

Tuas penyetel pada posisi putaran idle. Pegas pengatur tertarik sedikit bobot
sentrifugal membuka tergantung putaran idle dan kekuatan pegas pengatur. Putaran
mesin naik, bobot sentrifugal membuka, volume injeksi diperkecil. Putaran mesin
turun, bobot sentrifugal menutup volume injeksi diperbesarSupaya putaran idle
dapat stabil, maka untuk meregulasi putaran dipasang pegas tambahan untuk
putaran idle.

c. Regulasi pada putaran menengah


Tuas penyetel pada posisi putaran menengah, pegas pengatur tertarik kuat, batang
pengatur bergerak kearah maksimum, bobot sentrifugal masih sedikit terbuka.
Dengan demikian volume injeksi menjadi besar / banyak, putaran mesin naik. Bobot
sentrifugal membuka. Apabila gaya sentrifugal lebih besar dari kekuatan pegas.
Dengan demikian pengatur tertarik kearah volume injeksi yang kecil / sedikit sampai
terjadi keseimbangan antara gaya sentrifugal dengan kekuatan pegas pengatur.

d. Posisi putaran maksimum dan pembatasan

Tuas penyetel pada posisi maksimum pegas pengatur tertarik penuh. Volume injeksi
banyak putaran mesin tinggi dan bobot sentrifugal membuka. Putaran maksimum
dapat tercapai apabila gaya sentrifugal sebanding dengan kekuatan pegas pengatur.
Putaran mesin bertambah naik bobot sentrifugal membuka tambah kuat batang
pengatur tertarik kearah stop / sedikit.

4. Injektor

Adalah komponen yang bertugas untuk mengkabutkan bahan bakar ke dalam ruang
silinder sesuai waktu yang di yang tepat agar terjadi pembakaran yang sempurna.

Gambar injektor

Pembukaan injector ada berbagai macam cara antara lain menggunakan tekanan
bahan bakar solar yang tinggi, menggunakan solenoid, dan menggunakan cam.
Tetapi yang banyak digunakan pada motor diesel pada umumnya menggunakan
tekanan solar yang tinggi karena lebih sederhana dan lebih mudah.

Cara kerja injector:

Bahan bakar dari pompa tekanan tinggi masuk ke injector, karena penampung
injector berbebtuk kerucut sehingga ada tekanan ke atas dari bahan bakar untuk
melawan tekanan dari pegas, bila pegasnya kalah maka bahan bakar akan
menyembur lewat celah yang ada dan berupa kabut karena tekanannya tinggi. Ini
berlangsung selama tekanan bahan bakar melebihi tekanan pegas.
Pompa Pengalir

Pompa pengalir kerja tunggal

a) Langkah antara

Cara kerja :

Penumbuk rol ditekan kebawah oleh eksentrik, volume dibawah torak menjadi kecil,
katup tekan membuka Solar mengalir keruang diatas torak karena, volume diatas
torak menjadi lebih besar Pada langkah ini tidak terjadi pengisapan dan penekanan
solar

b) Langkah isap dan tekan

Cara kerja :

Eksentrik tidak menekan penumbuk rol, torak ditekan keatas oleh pegas, Volume
dibawah torak menjadi besar katup hisap membuka Solar dihisap dari tangki lewat
saringan kasa, volume diatas torak menjadi lebih kecil, katup tekan menutup, solar
ditekan kesaringan halus

Pompa pengalir kerja ganda

a) Langkah melawan pegas

Cara kerja :

Penumbuk rol ditekan oleh eksentrik Volume dibawah torak menjadi lebih kecil,
solar mengalir keluar melalui KT1 volume diatas torak menjadi lebih besar Solar
mengalir melalui KI2 kedalam ruang atas torak.

b) Langkah pengembali

Cara kerja :

Torak bergerak keatas karena tekanan pegas, volume diatas torak menjadi lebih
kecil, solar mengalir keluar melalui KT2 volume dibawah torak menjadi lebih besar,
solar mengalir dari tangki melalui KI1 keruang dibawah torak Pompa ini digunakan
untuk motor Diesel besar

Pompa pengalir sistem membran

Cara kerja :

Tuas ditekan oleh eksentrik. Membran turun kebawah, Volume diatas membran
menjadi besar, katup hisap membuka, solar masuk keruang diatas membran

Langkah tekan

Cara kerja :

Membran bergerak keatas karena tekanan pegas volume diatas membran menjadi
kecil, katup tekan akan membuka, solar ditekan keluar melalui katup tekan

5. Turbocharger

Motor Bakar Dengan Turbocharger

Sebuah motor 4 langkah dikatakan turbocharger apabila tekanan isapnya lebih tinggi
daripada tekanan atmosfer sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan jalan memaksa
udara atmosfer masuk ke dalam silinder selamalangkah isap, dengan pompa udara
yang disebut turbocharger.

Turbocharger memanfaatkan energy yang terkandung dalam gas buang untuk


menggerakkan kompresor sehingga lebih efektif menaikkan mean effective pressure
(mep) dibandingkan dengan metode supercharger, tanpa perlu menaikkan
kecepatan mesin, jumlah maupun langkah silinder, maupun kecepatan rata-rata
piston.

Tekanan efektif rata-rata (mep) mesin diesel menggunakan turbocharger mencapai


sekitar 160 – 230 psi dengan penambahan daya sekitar 75% – 100 % dibandingkan
mesin diesel tanpa turbocharger. Persyaratan utama turbocharger terletak pada
ketahanan dinding silinder dalam menerima gaya tekan yang meningkat dalam
silinder. Dan perbandingan berat dan daya yang dulunya 10 : 1 sekarang dapat
mencapai 6 : 1.
Untuk mencapai daya output optimum maka efisiensi volumetris dan laju
pembilasan gas bekas harus ditingkatkan. Untuk mencapai keadaan ini maka
kompresi rasio harus dikurangi sedikit dan perubahan katup overlap. Secara
keseluruhan, semua turbocharger memiliki tiga sistem dasar yaitu turbin,
kompressor dan assembling bantalan.

Perbedan-perbedaan yang ada adalah pada variasi peningkatan tekanan dan debit
udara yang dimasukkan dalam ruang silinder. Rumah turbin, desain roda turbin dan
konstruksi yang berbentuk volute ataupun nozzle sangat menentukan kecepatan
aliran gas yang akan menggerakkan poros kompressor. Ketika mesin mulai
digerakkan maka gas buang akan memasuki rumah turbin yang berbentuk volute
dengan variasi ruang yang semakin kecil

dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kecepatan gas yang sangat tinggi ini akan
digunakan untuk memutar turbin, yang kemudian keluar melalui pipa buang ke
atmosfir.

Akibat perputaran turbin maka compressor juga akan ikut berputar dan
menyebabkan terjadinya tekanan vakum pada sisi hisap compressor. Akibatnya
tekanan atmosfer akan memaksa udara ke dalam saluran hisap compressor pada
kecepatan relative tinggi. Udara ini kemudia memasuki diffuser dan mengalami
penekanan lagi pada rumah compressor dan

dikeluarkan melalui sisi tekan ke ruang silinder.

Cara pengoperasian turbocharger

1. Turbocharger dua tingkat

Jenis ini digunakan untuk meningkatkan batas torsi mesin dan tekanan efektif rata-
rata (mep). Beberapa jenis mesin V dan inline menggunakan dua atau empat
turbocharger dan aftercooler (masing-masing satu untuk pipa manifold buang).

Cara kerja:

Udara mengalir dari saringan udara ke rumah kompressor tingkat pertama (low
pressure turbocharger), kemudian keluar dari kompressor tingkat pertama dan
masuk kompressor tingkat kedua. Setelah udara ditekan pada kompressor tingkat
dua maka udara keluar melewati aftercooler menuju pipa hisap silinder. Pada
keadaan ini temperatur udara

dikurangi sampai 223°F (1060° C) dan tekanan berkisar 204,5 kpa.

Gas buang hasil pembakaran memasuki pipa manifold tipe pulsa yang kemudian
memasuki rumah turbin tingkat dua. Gas buang kemudian meninggalkan turbin
tingkat dua dan memasuki turbin tingkat pertama yang akan menggerakkan roda
turbin dengan sisa-sisa energi yang terkandung dalam gas buang. Kemudian gas ini
dibuang melalui pipa saluran buang ke atmosfer. Dengan metode ini diperkirakan
diperoleh daya tambahan sebesar 75 HP dan torsinya meningkat sampai putaran 700
rpm.

2. Turbocharger majemuk

Berdasarkan uji coba eksperimental, maka dengan metode ini efisiensi total mesin
diesel dapat mencapai 46,5%. Sistem yang mencakup roda turbin dan porosnya
dihubungkan ke sebuah kopling fluida. Kemudian turbin ini dihubungkan dengan
roda gigi reduksi dan poros outputnya dihubungkan dengan crankshaft.

Cara kerja:

Gas buang menggerakkan roda turbin yang selanjutnya akan menggerakkan kopling
fluida yang akan menyebabkan turbin ikut berputar. Perputaran turbin akan
menggerakkan ruda gigi reduksi yang akan membantu pergerakan crankshaft. Gas
buang yang meninggalkan

rumah turbin diarahkan ke turbocharger yang akan menggerakkan turbin dan


kompressor didalamnya. Akibat pergerakan kompressor maka udara atmosfer akan
ditarik ke dalam kompressor dan ditekan melalui aftercooler masuk ke dalam ruang
silinder sehingga suhunya senantiasa konstan

1. Komponen Utama Turbocharger

1. Turbin

Roda turbin yang memulai proses keseluruhan kompresi udara ke silinder, turbin
turbocharger dapat dibuat dari aluminium atau keramik, dewasa ini penggunaan
keramik lebih diutamakan karena ringan dan tahan panas, semakin ringan turbin
akan menghasilkan putaran yang lebih cepat dan mencegah turbo lag. Turbo lag
adalah jeda saat mesin tidak merespon tekanan udara yang dihasilkan turbocharger,
biasanya terjadi saat mesin masih pada putaran rendah.

Roda turbin dapat berputar antara 80.000 – 150.000 rpm, untuk itu diperlukan
pelimasan yang sangat baik untuk mencegah kerusakan pada turbin. Turbin
dihubungkan dengan batang turbin (turbine shaft). Bantalan dan sambungan yang
sesuai antara turbin dan batang turbin sangat dibutuhkan karena mereka bekerja
pada putaran yang sangat tinggi.

2. Kompressor

Saat kompressor berputar, menghisap udara sekitar ke dalam air inlet yang letaknya
berlawanan dengan turbin untuk mendapatkan udara dingin. Kompressor
meningkatkan tekanan udara 6 – 8 psi. Pada tekanan permukaan laut, kepadatan
udara 14,7 psi. Sehingga kompressor dapat meningkat hingga 50%.

1. Komponen Pundukung Turbocharger

1. Blow off valve

Blow off valve merupakan komponen yang dapat mencegah kebocoran tekanan
udara (boost) terlalu awal saat meningkatkan tekanan udara yang biasanya terjadi
saat pergantian roda gigi transmisi. Banyak faktor untuk menggunakan blow off
valve bergantung pada dimana blow off valve tersebut dipasang, kapasitas dan
ukuran turbocharger dan daya mesin yang dihasilkan pada tiap kendaraan.

2. Wastegates

Salah satu komponen penting dari turbocharger penyetelan turbocharger untuk


mendapatkan hasil yang maksimal perlu diperhatikanpenggunaan wastegates yang
sesuai. Penggunaan wastegates dengan kapasitas terlalu kecil mengakibatkan
kenaikan tekanan udara (boost) berlangsung lambat dan penggunaan wastegates
dengan kapasitas terlalu besar dapat meningkatkan boost lag dan menurunkan
performamesin. Wastegates dapat disetel sesuai dengan kemampuan turbocharger.

3. Relief Valve
Relief valve dapat digunakan sebagai komponen pengaman tekanan udara ganda
(secondary boost safety device). Dengan menyetel baut dapat mengontrol titik
pembuangan tekanan udara (dari 0,8 kg/mm2 hingga 2,0 kg/mm2). Melindungi
intake manifold dan mesin dari tekanan udara tiba-tiba dan overboosting.

4. Tachometer

menampilkan putaran mesin per menit sebagai indikator untuk pengemudi. Dengan
memperhatikan kecepatan putaran mesin, pengemudi dapat segera mematikan
mesin saat mesin bekerja berlebihan. Tachometer juga dapat meyakinkan bahwa
turbocharger dan mesin

bekerja dengan selaras.

5. Boost Gauge

Menunjukkan besarnya tekanan udara yang dihasilkan turbocharger dalam psi atau
bar. Selama turbocharger dan mesin bekerja bersama-sama, besarnya tekanan udara
yang masuk ke dalam mesin sangat perlu diperhatikan, besarnya harus selalu tetap
dalam kapasitas yang di ijinkan (jangan sampai melebihi batas spesifikasi atau
overboost).

6. Turbo Timer

Turbin turbocharger berputar hingga 150.000 rpm, untuk itudibutuhkan pelumasan


yang sangat baik pada shaft turbin turbocharger. Jika mesin dengan turbocharger
tiba-tiba dimatikan maka turbin tidak dapat berhenti berputar dengan seketika
karena gaya sentrifugal yang dihasilkan. Jika mesin berhenti berputar, berhenti juga
sulpai oli pada poros turbin, apa jadinya jika turbin yang masih berputar 150.000
rpm bekerja tanpa pelumas. Untuk mencegah hal tersebut maka bagi pemilik
kendaraan yang dilengkapi dengan turbo hendaknya membiarkan mesin berputar
stationer selama 30 detik sebelum mesin dimatikan agar turbocharger tidak berputar
terlalu cepat. Kebanyakan pemilik kendaran enggan untuk menunggu selama 30
detik sebelum mesin dimatikan, untuk itulah dibuat turbo timer. Gunanya untuk
menyalakan mesin selama waktu yang ditentukan (30 – 60 detik) setelah kunci
kontak off untuk mencegah kerusakan akibat kurangnya pelumasan pada komponen
turbocharger.
1. Intercooler

Intercooler merupakan suatu alat yang berfungsi untuk melepas kalor. Intercooler
biasanya dipakai untuk mendinginkan udara keluaran dari supercharger atau
turbocharger. Temperatur udara keluaran turbocharger diatas 120°C, tergantung
dari tekanan (boost) yang dihasilkan maka dari itu temperatur udara yang sangat
tinggi sudah pasti memiliki kerapatan yang sangat rendah sehingga pembakaran
yang terjadi didalam silinder kekurangan oksigen sehingga menyebabkan
kemampuan unjuk kerja motor menurun. Dari sinilah muncul pemikiran untuk
membuat kerapatan udara yang masuk kedalam silinder bertambah supaya
kandungan oksigennya kaya. Maka dari itu pada motor bakar yang dilengkapi
sepercharger atau turbocharger harus disertai dengan penambahan intercooler.

Ditinjau dari pendinginannya intercooler dibagi 2 macam yaitu intercooler


berpendingin udara (air to aor intercooler) dan intercooler berpendingin air (air to
liquid intercooler)

a) Intercooler berpendingin udara (air to air intercooler)

Pendinginan intercooler umumnya menggunakan udara bebas yang mengalir


melalui fin-fin intercooler akibat mobil berjalan. Ada juga yang berpendingin udara
yang dihasilkan oleh kipas pendingin yang dihembuskan ke permukaan intercooler
sehingga angin tersebut melewati fin-fin intercooler.

Ada juga yang pendinginannya dengan media udara dan cairan (semprot air), ada
juga yang cairan saja. Penurunan temperatur keluaran intercooler dengan
pendinginan udara sekitar 15%-25%, dengan media udara dan semprotan air sekitar
20%-35%. Dan yang paling extreme yang sering dilakukan pada mobil-mobil balap
(Drag race) pendinginan intercooler dengan menyemprotkan air dingin pada
permukaan intercooler sehingga temperatur keluarannya diharapkan sekitar 24-
27°C (dari temperatur awal 120°C).

b) Intercooler berpendingin air (air to liquid intercooler)Intercooler dengan media


pendinginan cairan (air to liquid intercooler), cairan yang digunakan yaitu cairan
pendingin yang biasa dipakai untuk cairan pendingin radiator mobil (coolant).
Karena cairan pendingin mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada titik didih air
(diatas 100°C) sehingga lebih baik untuk meredam panas. Prinsip kerjanya
sederhana, cairan

pendingin disirkulasikan oleh pompa sehingga cairan pendingin bersirkulasi melalui


pipa-pipa pendingin yang sisi luarnya merupakan udara yang didinginkan.

BAB III
DISASSEMBLY DAN ASSEMBLY MOTOR DIESEL 4 JB
1
A. DATA SPESIFIKASI MOTOR

4 JB 1

Main specification :

1. Type : 4 cylinder, water cooled, OHV, direct injetion


2. Bore and stroke : 3.7 x 4.0 in. (93 mm x 102 mm)
3. Piston displacement : 169 cu. In. (2.8 liter
4. Compression ratio : 18.2 : 1
5. Dry weight : 524 lbs. (238 liter)
6. Dimensions L x W x H : 31.7 x 23.3 x 29.5 in. (805x590x750 mm)
7. Coolant capacity : 5.3 qts. (5.0 liter)
8. Lube oil capacity : 5.8 qts. (5.5 liter)
9. Engine rotation direction : counter clockwise from flywheel

Main features :

1. Altenator A.C : 12 V – 35 A
2. Voltage regulator : integral w / Alt
3. Starter : 12 V – 2.2 KW gear reduction
4. Exhaust outlet : Vertical-Up-Rear
5. Ait inlet : Vertical-Up-Rear
6. Flywheel housing : SAE #4
7. Flywheel : for 10” overcenter clutch 2 piece
8. Oil pan : centes sump-35’ inclination
9. Water outlet : Vertical
10. Fan : 15 in (380 mm) blower

B. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
A. Tool box
B. Tool stan
C. Kunci L
D. Kunci momen
E. Snap joint plier
F. Valve spring compress
G. Ring expander
H. Piston expander
I. Alat ukur:

1). Vernier caliper

2). Micrometer

3). Feeler gauge

4). Straight edge

5). Dial indicator

6). Cylinder bore gauge

7). Spring tester

8). V block

1. Kape
2. Sikat baja
3. Kuas
4. Wadah
5. Majun

2. Bahan
A. Engine stan ISUZU 4 JA 1
B. Minyak pelumas (oli) 6,3 liter
C. Gasket cair
D. Bensin (untuk mencuci komponen)

3. K-3

a. Menggunakan Helm Praktik.

b. Menggunakan Safety Shoes.

c. Menggunakan Sarung Tangan Praktik.

d. Persiapkan tempat praktek yang bersih.

e. Persiapkan alat-alat dan bahan praktek.

f. Pakailah pakaian kerja atau jas lab.

g. Simpanlah alat-alat di tempat yang terjangkau dan aman.

h. Gunakanlah alat sesuai dengan fungsinya.

i. Hubungi instruktur apabila ada masalah.

j. Hindari kebiasaan bercanda ketika praktek berlangsung.

k. Hati-hati terhadap minyak pelumas.

l. Bersihkan kembali ruangan dan tempat kerja setelah praktek selesai

4. PEMBONGKARAN
Prosedur/ Urutan Kerja

1. Langkah 1

1). Water bypass hose

2). Thermostat housing

3). Cylinder head cover

4). Injection nozzle dan bracket

5). Rocker arm shaft dan rocker arm

6). Push rod

7). Cylinder head

8). Cylinder head gasket

1. Langkah 2

9). Crankshaft damper pulley

10). Timing gear case cover

11). Water pump

12). Idler gear “B” dan shaft

13). Idler gear “A”

14). Idler gear shaft

15). Crankshaft timing gear

16). Injection pump

1. Langkah 3
17). Flywheel

18). Crank case upper bearing

19). Oil pump with oil pipe

20). Camshaft timing gear lower bearing

21). Camshaft thrust plate

22). Camshaft

23). Timing gear case

24). Cylinder body rear plate

25). Piston cooling jet

26). Connecting rod bearingcap dengan lower bearing

27). Piston and connecting rod

28). Crankshaft bearing cap

29). Crankshaft thrust bearing

30). Crankshaft

31). Crankshaft upper bearing

32). Tappet

33). Crankshaft rear oil seal

34). Cylinder body


5. PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN

1) Pengukuran cylinder head

1. Ketinggian cylinder head

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 91,95 mm – 92,05 mm

Hasil pengukuran : 92,02 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Kerataan permukaan bagian bawah

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0.20 mm

Hasil pengukuran

1 0,20 mm

2 0,20 mm

3 0,03 mm

4 0,10 mm

5 0,15 mm

6 0,20 mm
Kesimpulan :

2) Pengukuran exhaust manifold

1. Penyimpangan permukaan exhaust manifold

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0,20 mm

Hasil pengukuran : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Penyimpangan permukaan dudukan exhaust manifold

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0,20 mm

Maksimal gerinda yang diperbolehkan : 0,40 mm

Hasil pengukuran : 0,05 mm

Kesimpulan : masih bagus

3) Pengukuran katup

1. Diameter luar valve stem

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar

1). Katup in : 7,946 mm – 7,961 mm


2). Katup ex: 7,921 mm – 7,936 mm

Batas

1). Katup in : 7,880 mm

2). Katup ex: 7,850 mm

 Cylinder 1

Hasil pengukuran

ü Katup in

1). 7,94 , 7,95 = 7,94 mm

2). 7,95 , 7,96 = 7,95 mm

3). 7,96 , 7,95 = 7,95 mm

Rata-rata : 7,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex

1). 7,95 , 7,93 = 7,94 mm

2). 7,92 , 7,93 = 7,92 mm

3). 7,80 , 7,83 = 7,81 mm

Rata-rata : 7,89 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 2

Hasil pengukuran
ü Katup in

1). 7,97 , 7,95 = 7,96 mm

2). 7,95 , 7,94 = 7,94 mm

3). 7,95 , 7,96 = 7,95 mm

Rata-rata : 7,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex

1). 7,92 , 7,92 = 7,92 mm

2). 7,92 , 7,92 = 7,92 mm

3). 7,91 , 7,93 = 7,92 mm

Rata-rata : 7,92 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 3

Hasil pengukuran

ü Katup in

1). 7,95 , 7,96 = 7,95 mm

2). 7,96 , 7,96 = 7,96 mm

3). 7,96 , 7,96 = 7,96 mm

Rata-rata : 7,95 mm
Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex

1). 7,95 , 7,94 = 7,94 mm

2). 7,94 , 7,95 = 7,94 mm

3). 7,95 , 7,94 = 7,94 mm

Rata-rata : 7,94 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 4

Hasil pengukuran

ü Katup in:

1). 7,94 , 7,94 = 7,94 mm

2). 7,94 , 7,94 = 7,94 mm

3). 7,99 , 7,94 = 7,96 mm

Rata-rata : 7,94 mm

Kesimpulan : masih bagus

ü Katup ex:

1). 7,92 , 7,92 = 7,92 mm

2). 7,91 , 7,91 = 7,91 mm

3). 7,93 , 7,91 = 7,92 mm


Rata-rata : 7,91 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Ketebalan valve

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 1,8 mm

Batas : 1,5 mm

 Cylinder 1

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,80 mm

üKatup ex : 1,75 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 2

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,75 mm

üKatup ex : 1,80 mm

Kesimpulan :masih bagus

 Cylinder 3

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,80 mm

üKatup ex : 1,80 mm
Kesimpulan : masih bagus

 Cylinder 4

Hasil pengukuran

üKatup in : 1,80 mm

üKatup ex : 1,75 mm

Kesimpulan : masih bagus

4) Pengukuran pegas katup

1. Pengukuran ketinggian valve spring

Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 49,7 mm

Batas : 48,2 mm

 Silinder 1

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,35 mm

üKatup ex : 49,20 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silnder 2

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,20 mm

üKatup ex : 49,40 mm
Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 3

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,35 mm

üKatup ex : 49,20 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 4

Hasil pengukuran

üKatup in : 49,35 mm

üKatup ex : 49,30 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Pengukuran kelenturan katup ketika ditekan pada panjang 39 mm

Alat ukur : spring tester

Ukuran standar : 20,9 kg

Batas : 18,1 kg

 Silinder 1

Hasil pengukuran

üKatup in : 20 kg

üKatup ex : 20,5 kg

Kesimpulan : masih bagus


 Silnder 2

Hasil pengukuran

üKatup in : 19,5 kg

üKatup ex : 20 kg

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 3

Hasil pengukuran

üKatup in : 19,5 kg

üKatup ex : 19,5 kg

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 4

Hasil pengukuran

üKatup in : 20 kg

üKatup ex : 19,5 kg

Kesimpulan : masih bagus

5) Pengukuran cylinder body

1. Pengukuran kerataan cylinder body bagian atas

Alat ukur : straight edge, feeler gauge

Ukuran standar : 0,05 mm

Batas : 0,20 mm
Hasil pengukuran :

1). 0,06 mm

2). 0,06 mm

3). 0,06 mm

4). 0,07 mm

5). 0,06 mm

6), 0,06 mm

Rata-rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

1. Pengukuran diameter lubang silinder

Alat ukur : vernier caliper, cylinder bore gauge

Ukuran standar : 93 mm

Batas : 93,08 mm

 Silinder 1

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,07 , 0,07 = 0,07 mm

2). Tengah : 0,05 , 0,08 = 0,06 mm

3). Bawah : 0,06 , 0,07 = 0,06 mm

Rata –rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus


 Silnder 2

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,05 , 0,05 = 0,05 mm

2). Tengah : 0,05 , 0,08 = 0,06 mm

3). Bawah : 0,06 , 0,07 = 0,06 mm

Rata –rata : 0,05 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 3

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,04 , 0,08 = 0,06 mm

2). Tengah : 0,04 , 0,08 = 0,06 mm

3). Bawah : 0,06 , 0,07 = 0,06 mm

Rata –rata : 0,06 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Silinder 4

Hasil pengukuran

1). Atas : 0,03 , 0,06 = 0,04 mm

2). Tengah : 0,02 , 0,06 = 0,04 mm

3). Bawah : 0,04 , 0,06 = 0,05 mm

Rata –rata : 0,06 mm


Kesimpulan : masih bagus

6) Pengukuran piston

1. Pengukuran diameter piston

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 92,995

 Piston cylinder 1

Hasil pengukuran : 92,59 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 2

Hasil pengukuran : 92,28 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 3

Hasil pengukuran : 92,58 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 4

Hasil pengukuran : 92,38 mm

Kesimpulan : masih bagus

Pengukurn diameter piston

No
Atas Tengah Bawah
Silinder
1 92 mm 92,32 mm 92,47 mm

2 92 mm 92,38 mm 92,40 mm

3 92,36 mm 92,30 mm 93,10 mm

4 92,43 mm 92,35 mm 92,38 mm

1. Pengukuran celah piston dan ring piston:

Alat ukur : feeler gauge

Ukuran standar :

1st : 0,09 mm – 0,125 mm

2nd : 0,05 mm – 0,085 mm

Ring oli : 0,03 mm – 0,07 mm

Batas : 1,5 mm

PISTON 1

1st Compression Ring 0,30 mm

2nd Compression Ring 0,13 mm

Oil Ring 0,03 mm


PISTON 2

1st Compression Ring 0,15 mm

2nd Compression Ring 0,03 mm

Oil Ring 0,03 mm

PISTON 3

1st Compression Ring 0,13 mm

2nd Compression Ring 0,10 mm

Oil Ring 0,03 mm

PISTON 4

1st Compression Ring 0,20 mm

2nd Compression Ring 0,10 mm

Oil Ring 0,03 mm

7) Pengukuran rocker arm dan rocker arm shaft

1. Pengukuran diameter dalam rocker arm


Alat ukur : vernier caliper

Ukuran standar : 19,01 mm – 19,03 mm

Batas : 19,1 mm

 Rocker arm 1

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 2

Hasil pengukuran:

1). 19,01 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,015 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 3

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm
Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 4

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 4

Hasil pengukuran:

1). 19,01 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,015 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 5

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 6
Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 7

Hasil pengukuran:

1). 19,03 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,025 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Rocker arm 8

Hasil pengukuran:

1). 19,02 mm

2). 19,02 mm

Rata-rata: 19,02 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran run out rocker ram shaft

Alat ukur : V block dan dial indicator

Batas : 0,3 mm
Hasil pengukuran : 0 (tidak ada)

Kesimpulan : masih bagus

1. Pengukuran diameter luar rocker arm shaft

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 18,98 mm – 19 mm

Batas : 18,90 mm

Hasil pengukuran : 18,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

8) Pengukuran camshaft

1. Pengukuran diameter journal

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 49,945 mm – 49,975 mm

Batas : 49,60 mm

 Jurnal 1

Hasil pengukuran:

1). 49,97 mm

2). 49,96 mm

Rata-rata: 49,965 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Jurnal 2
Hasil pengukuran:

1). 49,95 mm

2). 49,95 mm

Rata-rata: 49,95 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Jurnal 3

Hasil pengukuran:

1). 49,93 mm

2). 49,94 mm

Rata-rata: 49,935 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran tinggi cam

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 42,016 mm

Batas : 41,65 mm

 Cam 1

Hasil pengukuran: 41,90 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 2

Hasil pengukuran: 41,96 mm


Kesimpulan: masih bagus

 Cam 3

Hasil pengukuran: 41,93 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 4

Hasil pengukuran: 41,99 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 5

Hasil pengukuran: 41,88 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 6

Hasil pengukuran: 41,91 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 7

Hasil pengukuran: 41,95 mm

Kesimpulan: masih bagus

 Cam 8

Hasil pengukuran: 41,87 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran run out


Alat ukur : V blocks dan dial indicator

Ukuran standar : 0,02 mm

Batas : 0,1 mm

Hasil pengukuran : 0,05 mm

Kesimpulan : masih bagus

9) Pengukuran cranksfat

1. Pengukuran bearing spread jurnal

Alat ukur : vernier caliper

Batas : 64,5 mm

 bearing spread jurnal 1

Hasil pengukuran: 64,60 mm

Kesimpulan: masih bagus

 bearing spread jurnal 2

Hasil pengukuran: 64,60 mm

Kesimpulan: masih bagus

 bearing spread jurnal 3

Hasil pengukuran: 64,60 mm

Kesimpulan: masih bagus

 bearing spread jurnal 4

Hasil pengukuran: 64,65


Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran diameter crankshaft jurnal

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 59,921 mm – 59,928 mm

Batas : 59,91 mm

 diameter crankshaft jurnal 1

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 2

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 3

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm
2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 4

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crankshaft jurnal 5

Hasil pengukuran:

1). 59,92 mm

2). 59,92 mm

Rata-rata: 59,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

1. Pengukuran diameter crangkpin jurnal

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 52,915 mm – 52,930 mm

Batas : 52,9 mm

 diameter crangkpin jurnal 1


Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,93 mm

Rata-rata: 52,925 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 2

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,92 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 3

Hasil pengukuran:

1). 52,919 mm

2). 52,919 mm

Rata-rata: 52,919 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 4

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm
2). 52,92 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 5

Hasil pengukuran:

1). 52,925 mm

2). 52,93 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

 diameter crangkpin jurnal 6

Hasil pengukuran:

1). 52,92 mm

2). 52,92 mm

Rata-rata: 52,92 mm

Kesimpulan: masih bagus

10)Pengukuran diameter piston pin

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 30,995 mm – 31,000 mm

Batas : 30,97 mm

 Piston pin cylinder 1


Hasil pengukuran : 31 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston pin cylinder 2

Hasil pengukuran : 31 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston pin cylinder 3

Hasil pengukuran : 30,98 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Piston cylinder 4

Hasil pengukuran : 30,99 mm

Kesimpulan : masih bagus

11)Pengukuran diameter luar tappet

Alat ukur : micrometer

Ukuran standar : 12,97 mm – 12,99 mm

Batas : 12,95 mm

 Tappet 1

Hasil pengukuran : 12,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 2

Hasil pengukuran : 12,97 mm


Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 3

Hasil pengukuran : 12,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 4

Hasil pengukuran : 12,96 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 5

Hasil pengukuran : 12,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 6

Hasil pengukuran : 12,97 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 7

Hasil pengukuran : 12,95 mm

Kesimpulan : masih bagus

 Tappet 8

Hasil pengukuran : 12,95 mm

Kesimpulan : masih bagus


6. PERAKITAN

1. Langkah 1

1) Cylinder body

2) Tappet

3) Crankshaft upper bearing

4) Crankshaft

5) Crankshaft thrust bearing

6) Crankshaft bearing cap dengan lower bearing

7) Camshaft

8) Timing gear case

9) Camshaft thrust plate

10) Camshaft timing gear

11) Piston and connecting riod dengan upper bearing

12) Connecting rod bearing cap dengan lower bearing

13) Piston cooling oil pipe

14) Oil pump dengan oil pipe

15) Crankshaft rear oil seal

16) Crankcase

17) Cylinder body rear plate


18) Flywheel

1. Langkah 2

19) Crankshaft timing gear

20) Idler gear shaft

21) Idler gear “A”

22) Idler gear “B” dan shaft

23) Injection pump

24) Water pump

25) Timing gear case cover

26) Crankshaft damper pulley

1. Langkah 3

27) Cylinder head gasket

28) Cylinder head

29) Push rod

30) Rocker arm shaft dan rocker arm

31) Thermostat housing dengan thermo switch

32) Water by-pass hose

33) Injection nozzle dan bracket

34) Cylinder head cover dengan gasket


7. TEMUAN KASUS

Dari praktik yang dilaksanakan tidak ada temuan kasus yang berat, tetapi hanya
baud yang tidak ada, mur yang longgar.

Anda mungkin juga menyukai