Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas XI SMA Negeri 2 Meranti pada tahun pelajaran 2018/2019

yang terdiri dari 5 kelas dan berjumlah 158 orang.

1. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple

random sampling yang artinya bahwa setiap kelas berhak menjadi

sampel penelitian yang dilakukan secara acak untuk menentukan

sampel sebanyak satu kelas. Dalam populasi yang tersebar dalam 5

kelas, dipilih satu kelas yang akan menjadi sampel yaitu kelas XI

MIA1 dengan jumlah 32 orang.

B. Uji Coba Instrumen Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2019 sampai 14

Juni 2018. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan sesuai

RPP dengan rincian dua kali untuk kegiatan pembelajaran dan satu

pertemuan untuk uji tes atau post-test. Alokasi waktu untuk masing-

masing pertemuan adalah 2 × 45 menit.


Sebelum tes digunakan untuk menganalisis data yang diperlukan,

soal tes yang sudah disusun terlebih dahulu diuji cobakan untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda

soal tersebut.

1. Validitas Butir Tes

Salah satu ciri tes yang baik adalah apabila tes itu dapat tepat

mengukur apa yang hendak di ukur atau istilahnya valid. Perhitungan

validitas tes untuk memperoleh koefisien validitas setiap butir soal

seperti yang disajikan pada (lampiran 11). Pengujian validitas ini

menggunakan rumus produck moment person, yaitu segabai berikut:

𝑵 ∑ 𝑿𝒀 − (∑ 𝑿) (∑ 𝒀)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑵 ∑ 𝑿𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 } {𝑵 ∑ 𝒀𝟐 − (∑ 𝒀)𝟐 }

Pada penelitian ini, peneliti memiliki dua tujuan yang ingin

dicapai yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika.

Perhitungan validitas tes untuk memperoleh validitas setiap dapat

dihitung sebagai contoh soal nomor 1 didapat rhitung = 1,096 dan rtabel

= 1,69 pada taraf signifikan α = 0,05 maka diperoleh rhitung ≥ rtabel

atau 1,096 ≥ 1,69 sehingga soal nomor 1 tergolong tidak valid dan

soal selanjutnya dikerjakan dengan cara yang sama sehingga

validitas dari tes dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Perhitungan Validitas Butir Tes

No. Soal rhitung rtabel Keterangan


1 1,096 1,69 Tidak Valid
2 1,290 1,69 Tidak Valid
No. Soal rhitung rtabel Keterangan
3 5,712 1,69 Valid
4 3,509 1,69 Valid
5 4,516 1,69 Valid
6 2,689 1,69 Valid
7 0,951 1,69 Tidak Valid
8 2,756 1,69 Valid
9 2,908 1,69 Valid
10 1,672 1,69 Tidak Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 10 soal yang akan

diujicobakan terdapat 6 soal yang valid dan 4 soal yang tidak valid,

yang akan dijadikan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.

2. Reliabilitas Tes

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes

adalah dengan menggunakan rumus Alpha r 


n 
1
 i 2 

n  1  i 2 

.Perhitungan koefisien reliabilitas soal pada (lampiran12).

Perhitungan koefisien reliabilitas tes memberikan hasil 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,

390. Untuk α = 5%, dengan n = 32 𝛼 = 0,05 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 kritik product

moment berdasarkan tabel product moment diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,349.

Jika dibandingkan nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,390 dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 diperoleh

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (0,390) ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,349) maka dapat disimpulkan bahwa tes

tersebut reliabel.
3. Tingkat Kesukaran Tes

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran (lampiran 13).

Pada soal nomor 1 terdapat jumlah kelompok atas = 65, kelompok

bawah = 59, skor tertinggi = 10, dan skor terendah = 2, sehingga

diperoleh taraf tingkat kesukaran 71,75% dan termasuk pada

klasifikasi soal yang sedang. Tingkat kesukaran setiap butir tes dapat

dikerjakan dengan cara yang sama sehingga tingkat kesukaran dari

tes ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba Instrumen

Post-test Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Item  KA  KB  KA   KB N1*S TK Keterangan


1. 65 59 124 172,8 71,76% Sedang
2. 69 58 127 172,8 73,50% Sedang
3. 48 18 66 172,8 38,19% Sedang
4. 59 39 98 172,8 56,71% Sedang
5. 40 26 66 172,8 38,19% Sedang
6. 40 25 65 172,8 37,62% Sedang
7. 44 37 81 172,8 46,88% Sedang
8. 38 25 63 172,8 36,46% Sedang
9. 41 27 68 172,8 39,35% Sedang
10. 38 30 68 172,8 39,35% Sedang
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa soal yang

diuji cobakan tergolong sedang maka soal ini sudah baik digunakan.

4. Daya Pembeda Butir Tes

Perhitungan daya pembeda butir tes (lampiran 14) diperoleh

DPhitung = 0,786 dan DPtabel dapat dilihat dengan menggunakan table

distribusi t dengan taraf α = 5% dengan (dk) = (10 – 1) + (10 – 1) =


9 + 9 = 18 maka diperoleh DPtabel = 1,73. Oleh karena DPhitung ≥ DP

table maka butir soal nomor 1 dikatakan tidak signifikan. Selanjutnya

dikerjakan dengan cara yang sama sehingga daya pembeda tiap

butir ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Daya Pembeda Tiap Butir Tes

X X
No. 2 2 Daya
MA MB 1 2 N1(N1-1) Keterangan
Soal Beda
1. 7,222 6,555 21,556 30,222 90 0,786 Tidak Signifikan
2. 7,666 6,444 4 24,111 90 1,956 Signifikan
3. 5,333 2 10 0 90 8,944 Signifikan
4. 6,556 4,333 26,222 70 90 1,922 Signifikan
5. 4,444 2,889 18,222 12,889 90 2,366 Signifikan
6. 4,444 2,778 4,222 14,111 90 3,303 Signifikan
7. 4,889 4,111 18,889 14,444 90 1,143 Tidak Signifikan
8. 4,222 2,778 7,556 21 90 2,294 Signifikan
9. 4,556 3 6,222 24 90 2,401 Signifikan
10. 4,222 3,333 11,556 9,333 90 1,650 Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh 10 daya pembeda

yang signifikan. Daya pembeda yang signifikan akan diambil

sebagai butir tes sehingga tes penelitian adalah signifikan. Dari

koefisien validitas butir tes, reliabilitas butir tes, tingkat kesukaran

setiap butir tes dan daya pembeda butir tes. Disimpulkan untuk

mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika peserta

didik yang memenuhi syarat untuk pengambilan data adalah soal

nomor 2,3,4,5,6,8 dan 9 karena valid, sedangkan soal nomor 1,7

dan 10 tidak valid sehingga tidak dapat digunakan.


C. Hasil Analisis Data

1. Data Nilai Observasi pada Model Pendekatan Matematika

Realistik (PMR)

Hasil pengamatan pada kelas sampel terhadap pembelajaran

dengan model pendekatan matematika realistik (PMR) diperoleh

nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 95, nilai rata-rata 76,71 dan

simpangan baku 10,744. Data nilai observasi dengan model

pendekatan matematika realistik (PMR) kelas sampel dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Model Pendekatan Matematika

Realistik (PMR)

No. X Fi Rata-rata
1. 55 1
2. 60 2
3 65 4
4. 70 5
5. 75 5 76,71
6. 80 4
7. 85 5
8. 90 4
9 95 2
Keterangan:

X : Nilai Observasi

Fi : Frekuensi Nilai
2. Data Hasil Penelitian Pada Post-test Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika

Hasil pemberian post-test pada kelas sampel diperoleh nilai

terendah 54 dan nilai tertinggi 100, dan nilai rata-rata 83,78 dan

simpangan baku 10,357. Data nilai post-test kelas sampel dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Data Hasil Post-test Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika

No. Y Fi Rata-rata
1. 54 1
2. 65 1
3 73 4
4. 76 2
5. 78 2
6. 80 3
7. 83 3 83,78
8. 85 1
9. 88 4
10. 90 2
11. 93 6
12. 98 1
13. 100 2
Keterangan:

Y : Nilai Post-test

Fi : Frekuensi Nilai

Setelah data hasil observasi dan data post-test diperoleh maka

dilakukan analisis data untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok

tersebut.Untuk mengetahui apakah perbedaan hasil data observasi dan


data post-test signifikan atau tidak dengan menggunakan analisis

statistik. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

3. Uji Normalitas Model Pendekatan Matematika Realistik (PMR)

Dari hasil perhitungan 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (lampiran19) diperoleh

harga𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,072 dengan menggunakan tabel uji lilliefors untuk n =

32 dan taraf nyata 𝛼 = 0,05, maka harga 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,157. Selanjutnya

harga 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dibandingkan dengan harga 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ternyata

𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 0,072 <0,157, karena 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0

diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Peserta Didik

Untuk menentukan data normal atau tidak normal digunakan

dengan ujistatistik dengan aturan liliefors. Formulasi hipotesisnya

adalah:

H0: data berdistribusi normal

Ha : data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0 apabila Lhitung< Ltabel

Terima Ha apabila Lhitung≥ Ltabel


Dari hasil perhitungan 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (pada lampiran20) diperoleh

untuk data Post-test(Y) diperoleh harga 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,093. Untuk

0,886
menghitung Ltabel pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 32 yaitu =
√32

0,886
= 0,157 . Dengan membandingkan 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,083 terhadap
5,657

𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,157 ternyata 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 0,093 <0,157, karena

𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan

bahwa data Post-test terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika berdistribusi normal.

D. Hasil Analisis Regresi

1. Persamaan Regresi

Persamaan regresi sedehana bertujuan untuk mempelajari hubungan

atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.Dari data

hasil penelitian diperoleh nilai a = 0,544 dan nilai b = 0,749

̂ = 0,544
sehingga didapat persamaan regresi sebagai berikut: 𝒀

+ 0,749 𝑿 (lampiran 21). Pada persamaan tersebut koefisien arah

regresi linear b = 0,749 bertanda positif artinya kedua variabel

mempunyai hubungan linier yang positif.

2. Menghitung Jumlah Kuadrat

Untuk menguji kelinieran dan keberartian regresi, dilakukan

dengan uji regresi sederhana Y dan X seperti dalam lampiran. Dari

perhitungan analisis varians (lampiran 22) disusun tabel ANAVA

seperti dibawah ini.


Tabel 4.6 Hasil Perhitungan ANAVA Pada Kemampuan

Pemecahan Masalah MatematikaPeserta Didik

Sumber
Dk Jumlah Kuadrat (JK) RK dan RT Fhitung Ftabel
Varians

Total 32 ∑𝒚𝟐𝒊 ∑𝒚𝟐𝒊 - -


Regresi
1 JKrega=𝟐𝟐𝟕𝟏𝟑𝟖
(α) 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒈
𝑭𝟏 =
Regresi 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒈 =𝟑𝟓𝟗𝟕, 𝟕𝟒𝟏 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒔
1 JKreg(b|a)=𝟑𝟓𝟗𝟕, 𝟕𝟒𝟏
(b|a) 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒔 =𝟏𝟒, 𝟏𝟒𝟐 = 254,401 4,17
30 JKres =𝟒𝟐𝟒, 𝟐𝟓𝟗
Residu
11–
Tuna 𝑺𝟐𝑻𝑪
2=9 JK(TC)= −174768 𝑺𝟐𝑻𝑪 =−1702,921 𝑭𝟐 = 2,37
Cocok
𝑺𝟐𝑬 = 750,026 𝑺𝟐𝑬
32 – JK(E) = 15750,55
Kekeliruan = −𝟐, 𝟐𝟕𝟏
11= 21

3. Uji Kelinieran Regresi

H0 : Ada kelinieran regresi antara model pembelajaran

cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement Divisions

(STAD) dengan kemampuan pemecahan masalah

matematikapeserta didik.

Ha : Tidak adakelinier regresi antara model pembelajaran

cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement

Divisions (STAD) dengan kemampuan pemecahan masalah

matematikapeserta didik.

Dengan Kriteria Pengujian:

Terima H0, jika Fhitung < Ftabel(1-α);(1,n-2).

Terima Ha , jika Fhitung≥Ftabel(1-α);(1,n-2).


Untuk kelinearan regresi diperoleh data dari (Lampiran 23)

bahwa:

𝑆 2 𝑇𝐶 73,208
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = = = 1,913 selanjutnya dikonsultasikan pada
𝑆2𝐸 38,271

Ftabel. Jika α = 5%, maka dk pembilang 9 dan dk penyebut 21, dari

daftar distribusi F didapat F0.95(9,21)= 2,37. Dengan demikian karena

Fhitung< Ftabel atau 1,913< 2.37 , maka H0 diterima. Sehingga ada

kelinieran regresi antara model pembelajaran cooperatif learning

tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan

kemampuan pemecahan masalah matematikapeserta didik.

4. Uji Keberartian Regresi

H0 :Ada keberartianyang berarti antara model pembelajaran

cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement

Divisions (STAD) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika peserta didik.

Ha : Tidak ada keberartian yang berarti antara model

pembelajaran cooperatif learning tipe StudentTeams

Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika peserta didik.

Dengan kriteria pengujian:

H0 : diterima apabila Fhitung≥F (1-α);(1,n-2).

Ha : diterima apabila Fhitung< F (1-α);(1,n-2).


2
𝑆𝑟𝑒𝑔
Dari perhitungan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2 yang didapat maka,
𝑆𝑟𝑒𝑠

diperoleh Fhitung = 254,401 selanjutnya dikonsultasikan pada Ftabel.

Jika α = 5%, maka dk pembilang 1 dan dk penyebut 30, dari daftar

distribusi F didapat F0.95(1.30) = 4,17. Dengan demikian karena

Fhitung≥ Ftabel atau 254,401 ≥ 4,17 maka H0 diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwaada keberartian yang berarti antara model

pembelajaran cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement

Divisions (STAD) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika peserta didik.

Berdasarkan hasil analisis uji kelinieran regresi dan uji

keberartian regresi, disimpulkan ada pengaruh yang berarti antara

penggunaan model pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika peserta didik.

5. Uji Koefisien Korelasi

Uji koefisien kolerasi digunakan untuk mengetahui hubungan

antara model pembelajaran pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD) (X) terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika(Y) dengan

menggunakan rumus product moment. Dari hasil perhitungan

(lampiran 25) diperoleh rhitung = 0,946 artinya ada hubungan yang

sangat kuat/tinggiantara model pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan


pemecahan masalah matematika peserta didik. Jika dibandingkan

dengan tabel angka product moment pada taraf signifikansi 0.05 dan

N = 32 diperoleh rtabel = 0.349. Karena rhitung≥rtabelatau 0.946≥ 0.349.

6. Uji Keberartian Koefisien Korelasi

Berdasarkan perhitungan uji keberartian korelasi diperoleh:

H0 : Tidak ada hubungan yang kuat dan berarti antara model

pembelajaran cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement

Divisions (STAD)terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika peserta didik.

Ha : Ada hubungan yang kuat dan berarti antara model pembelajaran

cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement Divisions

(STAD) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

peserta didik.

Terima H0, jika thitung < ttabel

Terima Ha , jika thitung≥ ttabel

Dalam perhitungan uji signifikan keberartian koefisien

korelasi dengan perhitungan uji t (lampiran 26) diperoleh hasil harga

nilai thitung = 15,99 dengan dk = n – 2 taraf signifikansi 𝛼 = 5 %


1 1
dilihat dari 𝑡 = 1 − 𝛼 =1− (0,05) = 0,975 maka dapat dilihat
2 2

dari tabel distribusi t diperoleh ttabel = 2,04. Ternyata harga thitung lebih

besar dari harga ttabel yaitu 15,99 ≥ 2,04. Dalam hal ini H0 ditolak dan

𝐻𝑎 diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat

dan berarti antara pembelajaran cooperatif learning tipe


StudentTeams Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika peserta didik.

7. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X

terhadap variabel Y digunakan koefisien determinasi, melalui

perhitungan yang terdapat (pada lampiran 27) diperoleh koefisien

determinasi (𝑟 2 ) = 0,8940 atau sebesar 89,40% artinya kontribusi

model cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement Divisions

(STAD) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

peserta didik pada materi ajar operasi aljabar sebesar 89,40% dan

selebihnya adalah faktor lain.

E. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang dilakukan di SMP

Negeri 2 Binjai dengan populasi seluruh kelas VII SMP dan cara

pengambilan sample dengan simple random sampling terpilih kelas VII-

1 yang menjadi sample kelas eksperimen. Penelitian dilakukan 3

pertemuan dengan rincian 2 kali pertemuan sesuai RPP dan 1 kali

pertemuan post-test. Pada saat pertemuan pertama (RPP 1) melakukan

treatment (perlakuan) menggunakan model pembelajaran cooperatif

learning tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) aspek yang

muncul dalam proses belajar memicu peserta didik menjadi bersemangat

dan fokus perhatian belajar. Peserta didik bersemangat pada saat


mendengarkan informasi pembelajaran membentuk kelompok,

berdiskusi dan berpresentasi. Pada saat peneliti mengarahkan untuk

membentuk kelompok, peserta didik langsung bergerak cepat duduk di

kelompok yang sudah ditentukan.

Selanjutnya peneliti memberi LAS-1 yang akan didiskusikan

oleh setiap kelompok. Terlihat pada saat proses belajar mengajar bahwa

peserta didik saling membantu teman sekelompoknya yang tidak

mengerti, saling berdiskusi menjawab lembar aktivitas yang diberikan

oleh peneliti. Waktu ke waktu berjalan perwakilan kelompok bertanya

kepada peneliti ketika tidak mengerti setelah berdiskusi dengan teman

sekelompoknya, jadi terlihat bahwa ada rasa peduli peserta didik dalam

belajar, ada keingintahuan peserta didik dalam belajar yang berlangsung.

Setelah itu peneliti memberi arahan agar segera diselesaikan

untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Perwakilan kelompok

menjelaskan dan mngerjakan di papan tulis hasil dari diskusi

kelompoknya masing-masing. Kelompok lain menanggapi dan bertanya

kepada kelompok yang berpresentasi dari jawaban yang dikerjakan ada

yang mengatakan perkaliannya kurang tepat, hasilnya salah dan ada juga

yang setuju dengan jawaban kelompok yang berpresentasi. Setelah

selesai membahas LAS bersama, peneliti memberi nilai dan menentukan

skor yang tertinggi kepada setiap kelompok. Kepada kelompok yang

mendapat skor tertinggi mendapatkan penghargaan (reward) yaitu coklat

yang sudah disediakan peneliti. Semua peserta didik merasa


bersemangat dan tidak bosan dalam proses belajar mengajar yang

berlangsung.

Dengan demikian aspek yang muncul pada saat proses belajar

mengajar berlangsung menggunakan pembelajaran cooperatif learning

tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) ialah peneliti

menyampaikan informasi, peserta didik diinstruksikan membentuk

kelompok, berdiskusi, berpresentasi, mengevaluasi hasil kerja, dan

memberi reward(penghargaan) kepada peserta didik yang mendapatkan

skor tertinggi. Pada saat proses belajar mengajar peneliti menilai setiap

peserta didik dengan observasi yang telah disediakan, dan peneliti

dibantu oleh teman yang juga meneliti di sekolah tersebut menilai

aktivitas dari kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan

aspek/langkah-langkah dari model pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD). Begitu juga pertemuan

kedua yang dilakukkan peneliti.

Pada pertemuan ketiga peneliti memberi post-test kepada peserta

didik untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika

peserta didik setelah melakukan treatment (perlakuan) yang

menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD) sehingga didapat data

observasi peserta didik (variabel X) dan data post-test mengukur

kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik (variabel Y)

yang telah di ujiankan.


Dari hasil pengamatan yang sesuai dengan indikator model

pembelajaran cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement

Divisions (STAD) didapat nilai terbanyak berada pada langkah ke 4, dan

ada 3 langkah yang mendapatkan nilai sama yaitu pada langkah 2, 5 dan

6. Sehingga diperoleh hasil analisis data observasi peserta didik dengan

rata-rata sebesar 76,28 dengan nilai terendah 46 dan nilai tertinggi 96.

Dari nilai rata-rata terlihat pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD) cukup baik digunakan

untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika. Beberapa

langkah-langkah terlaksana dengan baik dan sangat membantu peserta

didik dalam belajar karena peserta didik merasa bersemangat, aktif dan

mau belajar matematika. Model pembelajaran cooperatif learning tipe

StudentTeams Achievement Divisions (STAD) bisa digunakkan untuk

materi lain.

Dari hasil post-test kebanyakan peserta didik menjawab dengan

benar pada soal nomor 1, 2, dan 3. Karena peserta didik telah mengikuti

proses belajar mengajar yang baik sehingga membantu menjawab soal

berupa cerita untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah

matematika peserta didik. Sehingga model pembelajaran cooperatif

learning tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) cocok

digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah matematika peserta

didik maka, diperoleh hasil analisis data post-test peserta didikdengan

rata-rata sebesar 84,25 dengan nilai terendah 64 dan nilai tertinggi 100
artinya soal cerita yang mengukur kemampuan pemecahan masalah

matematika membantu peserta didik dalam belajar matematika.

Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi diperoleh

persamaan regresi liniernya sebagai ̂ =


berikut: 𝒀 28,821 +

0,727Xdengan nilai a = 28,821 dan nilai koefisien liniernya b = 0,727

bertanda positif artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier yang

positif. Dari hasil perhitungan uji kelinieran regresi diperoleh Fhitung<

Ftabel atau −2,271< 2.37 maka model pembelajaran cooperatif learning

tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) mempunyai

kelinieran regresi terhadap kemampuan pemecahan masalah. Pada uji

keberartian regresi pada kemampuan pemecahan masalah

matematikadiperoleh Fhitung ≥ Ftabel atau 254,401 ≥ 4,17 maka ada

keberartian yang berarti antara model pembelajaran cooperatif learning

tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi rhitung = 0,946

artinya ada hubungan yang sangat kuat/tinggiantara model pembelajaran

cooperatif learning tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD)

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.

Pada uji keberartian koefisien korelasi regresi diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 15,99 ≥ 1,70, maka ada hubungan yang kuat dan berarti

antaramodel pembelajaran cooperatif learning tipe StudentTeams


Achievement Divisions (STAD) terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika peserta didik .

Kemudian hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh (𝑟 2 )

= 0,8940 atau 89,40% yang artinya kemampuan pemecahan masalah

matematika dipengaruhi oleh indikator model pembelajaran cooperatif

learning tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) dan sebesar

10,60% dipengaruhi faktor lain.

Dari hasil pembahasan tersebut maka hipotesis dalam penelitian

ini diterima, bahwa “Ada pengaruh model pembelajaran cooperatif

learning tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi operasi aljabar

di kelas VII SMP Negeri 2 Binjai T.P. 2017/2018”.

Anda mungkin juga menyukai