Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Alhamdulillah Hirabbil Alamin..

Segala puji bagi Allah SWT., Sang Maha Pencipta dan Pengatur alam semesta. Berkat
ridho dan rahmatNya, kami akhirnya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA)” tepat pada batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing bidang mata kuliah
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Lingkungan, Ibu Juwita Suma, M. Kes yang
telah mengarahkan dan membimbing demi terselesaikannya makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
memberikan referensi dalam penyusunan makalah ini.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami,
yang menyebabkan masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam pembahasan materi
yang ada. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritikan dan saran yang positif serta
membangun dari seluruh pembaca, agar makalah kami dapat mendatangkan manfaat di masa
yang akan datang.

Gorontalo, 23 Agustus 2019

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 4
D. Manfaat Penulisan 4

BAB II: Tinjauan Pustaka

A. Definisi ISPA 5
B. Etiologi ISPA 5
C. Epidemiologi ISPA 7
D. Manifestasi Klinis ISPA 8
E. Pencegahan dan Pengendalian Lingkungan ISPA 9
F. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan 11

BAB III: Penutup

A. Kesimpulan 12
B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi
infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas
meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan
infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis,
bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik
dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas
atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena
dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai mikroorganisme,
namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi saluran napas dapat
terjadi sepanjang tahun, meskipun beberapa infeksi lebih mudah terjadi pada musim
hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi saluran napas antara lain
faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri
maupun publik, serta rendahnya gizi. Faktor lingkungan meliputi belum terpenuhinya
sanitasi dasar seperti air bersih, jamban, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman
sehat hingga pencemaran air dan udara.Perilaku masyarakat yang kurang baik
tercermin dari belum terbiasanya cuci tangan, membuang sampah dan meludah di
sembarang tempat. Kesadaran untuk mengisolasi diri dengan cara menutup mulut dan
hidung pada saat bersin ataupun menggunakan masker pada saat mengalami flu
supaya tidak menulari orang lain masih rendah.
Pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi ini menjadi penting di samping
karena penyebarannya sangat luas yaitu melanda bayi, anak-anak dan dewasa,
komplikasinya yang membahayakan serta menyebabkan
hilangnya hari kerja ataupun hari sekolah, bahkan berakibat kematian (khususnya
pneumonia).

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)?
b. Bagaimana etiologi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)?
c. Bagaimana epidemiologi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)?
d. Apa saja manifestasi klinis yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)?
e. Apa saja pencegahan dan pengendalian lingkungan yang dapat dilakukan pada
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)?
f. Apa saja pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan?

3|Page
C. Tujuan
a. Menjelaskan tentang pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
b. Menjelaskan tentang etiologi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA).
c. Mengetahui epidemiologi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
d. Mengetahui manifestasi klinis yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA).
e. Mengetahui pencegahan dan pengendalian lingkugan yang dapat dilakukan pada
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
f. Mengetahui pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan.

D. Manfaat Penulisan
a. Untuk memberikan informasi berupa pengetahuan kepada pembaca dan
masyarakat mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ( ISPA).
b. Untuk memberikan informasi tentang pencegahan dan pengendalian lingkungan
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

4|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ISPA
Menurut Kapita Selekta Kedokteran (2014) Infeksi Saluran Pernafasan Akut
sering disebut juga dengan Infeksi Respiratori Akut (IRA). Infeksi respiratori akut ini
terdiri dari infeksi respiratori atas akut (IRAA) dan infeksi respiratori bawah akut
(IRBA). Disebut akut, jika infeksi berlangsung hingga 14 hari. Penyakit pada ISPA
yang sering terjadi selain episode batuk-pilek adalah pneumonia, penyakit ini
merupakan pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan
gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003). Jadi disimpulkan
bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah
satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang
biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang
lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu
melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun
minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari,
sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.
Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis,
Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi
kesehatan (Depkes RI, 2002).
Menurut KEMENKES RI (2012) faktor risiko dari terjadinya ISPA terutama
di Indonesia bisa dilihat dari beberapa wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi
kebakaran hutan dan telah mengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada

5|Page
musim kemarau. Asap dari kebakaran hutan dapat menimbulkan penyakit ISPA dan
memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita pneumonia khususnya Balita.
Disamping itu asap rumah tangga yang masih menggunakan kayu bakar juga menjadi
salah satu faktor resiko pneumonia. Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi rumah
kurang baik dan dapur menyatu dengan ruang keluarga atau kamar. Status gizi
seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi, demikian juga
sebaliknya. Balita merupakan kelompok rentan terhadap berbagai masalah kesehatan
sehingga apabila kekurangan gizi maka akan sangat mudah terserang infeksi salah
satunya pneumonia. Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009):
a. Faktor demografi:
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki lakilah
yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah
tangga yang memasak sambil menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan
semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang
akan masuk ke dalam tubuh.
2) Faktor rumah
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2
(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan

6|Page
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit).
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam
ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya
dapat merusak mata.
3) Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003) :
 Cerobong asap
 Kebiasaan merokok
4) Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom
dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan,
individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga
dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah
yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara,
keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA
di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit
ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena
keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik maka
penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi
sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.

C. Epidemiologi ISPA
Insidensi ISPA menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju.
(DEPKES RI, 2011).
Infeksi saluran pernafasan bagian atas merupakan infeksi primer yang angka
kejadiannya cukup tinggi terutama episode batuk-pilek, setiap anak diperkirakan akan
mengalami 3-6 epsiode ISPA, terutama batuk-pilek setiap tahunnya. ISPA juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas sekitar 40%-
60% dan rumah sakit sekitar 15%-30% (DEPKES RI, 2008).
Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena
pneumonia dari 9 juta total kematian Balita. Bahkan karena besarnya kematian
pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau the
forgotten pandemic. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga

7|Page
pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten killer of
children (UNICEF WHO, 2006).

D. Manifestasi Klinis
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur
fungsi siliare (Muttaqin, 2008). Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain
demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),
photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas),
dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia
(kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat
pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak
diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak
yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 39º C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.

8|Page
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.

E. Pencegahan dan Pengendalian Lingkungan ISPA


Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat
bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini
melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol
(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni
droplet, nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari
tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran
antara bibit penyakit).

Pada era timbulnya ancaman berbagai macam penyakit menular, hendaknya


jangan mengabaikan pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas

9|Page
pelayanan kesehatan (FPK) untuk mencegah kejadian luar biasa. Pola penyebaran
ISPA yang utama adalah melalui droplet* yang keluar dari hidung/mulut penderita
saat batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak (termasuk
kontaminasi tangan oleh sekret saluran pernapasan, hidung, dan mulut) dan melalui
udara dengan jarak dekat saat dilakukan tindakan yang berhubungan dengan saluran
napas.

Karena banyak gejala ISPA yang tidak spesifik dan tes diagnosis cepat tidak
selalu tersedia, maka etiologi kadang sering tidak diketahui dengan segera. Dengan
demikian, FPK menghadapi tantangan untuk memberikan pelayanan kepada pasien
ISPA dengan etiologi dan pola penularan yang diketahui atau pun tidak diketahui.
Penting bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang tepat saat menangani pasien ISPA untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya penyebaran infeksi kepada diri sendiri, petugas kesehatan yang lain, pasien
maupun pengunjung.

Beberapa ISPA dapat menyebabkan KLB dengan angka mortalitas dan


morbiditas yang tinggi, sehingga menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan
masyarakat dan menjadi masalah internasional. Langkah-langkah perlindungan
lainnya diindikasikan untuk ISPA yang berpotensi menjadi KLB seperti SARS, flu
burung pada manusia, atau patogen lain yang belum diketahui pola penyebarannya.

Hal terpenting dari pencegahan dan pengendalian infeksi ini adalah


perlindungan terhadap mukosa mulut dan hidung, dan kebersihan tangan. Bila ada
risiko cipratan pada muka, mukosa mata juga harus dilindungi. Pengawasan
administrasi, yang meliputi deteksi dini, isolasi, pelaporan, dan pembentukan struktur
organisasi pencegahan dan pengendalian infeksi, merupakan komponen kunci untuk
mencegah penyebaran patogen yang dapat menjadi ancaman kesehatan masyarakat.
Pengendalian lingkungan, seperti ventilasi yang baik, penempatan pasien dengan
benar, pembersihan lingkungan secara memadai dapat membantu.

10 | P a g e
F. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan
Pengawasan administrasi, pengendalian sumber, pengendalian lingkungan dan
teknis, serta penggunaan APD sesuai Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
Transmisi merupakan strategi kunci dari pengendalian dan pencegahn infeksi ISPA di
fasilitas kesehatan.
a. Pengawasan administrasi
Struktur organisasi pencegahan dan pengendalian infeksi (komite
pencegahan dan pengendalian infeksi, tim pencegahan dan pengendalian
infeksi yang terlatih) dan kebijakan-kebijakan (misalnya: pedoman).
Tersedianya staf dan suplai yang memadai, pelatihan petugas kesehatan,
penyuluhan pasien dan pengunjung.
b. Pengendalian sumber: kebersihan pernapasan dan etika batuk.
Petugas kesehatan, pasien, dan keluarga harus menutup mulut dan
hidung saat batuk, bersin, dan membersihkan tangan.
c. Pengendalian lingkungan dan teknik.
Jaga jarak minimal 1 meter antarpasien. Jaga ventilasi dengan baik,
antara lain dengan ventilasi alami (misalnya: jendela terbuka) atau dengan
ventilasi mekanik. Bersihkan secara rutin permukaan yang sering disentuh
dan bersihkan segera saat tampak kotor.
d. Penggunaan APD sesuai Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
Transmisi.
Perlindungan dasar yang dibutuhkan saat menangani pasien dengan
ISPA adalah:
 Membersihkan tangan dengan sabun dan air atau pembersih
tangan berbasis alkohol.
 Masker bedah.
 Menggunakan pelindung wajah bila ada risiko terkena percikan
pada wajah. Gunakan (1) masker bedah dan kacamata
pelindung atau (2) pelindung wajah.
Bagi pasien suspek ISPA yang dapat menular melalui kontak,
tambahkan:
 Gaun pelindung bersih, nonsteril, dan berlengan panjang.
 Sarung tangan bersih harus sampai ujung lengan gaun
pelindung. Untuk beberapa tindakan (seperti bronkoskopi,
intubasi, aspirasi saluran napas), sarung tangan perlu steril.

Gunakan respirator tertentu untuk:

 Prosedur pertolongan jalan napas yang berhubungan dengan


peningkatan risiko penularan (contohnya aspirasi dari saluran
napas, intubasi, resusitasi, bronkoskopi, autopsi).
 Semua interaksi dengan pasien suspek ISPA dengan kuman
baru yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

11 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang
berlangsung tidak lebih dari 14 hari. ISPA disebabkan oleh virus, bakteri maupun
riketsia. Bakteri-bakteri yang paling sering terlibat adalah Streptococcus grup A,
Pneumococcus-pneumococcus, H.influenza yang terutama dijumpai pada anak-anak
kecil. Penatalaksanaan infeksi saluran pernafasan akan berhasil dengan baik apabila
diagnosis penyakit ditegakkan lebih dalam sehingga pengobatan dapat diberikan
sebelum penyakit berkembang lebih lanjut. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut
perlu mendapat perhatian, demikian pula dengan penggunaan antibiotika untuk
pengobatannya, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa antibiotik sering
diberikan pada pasien. Pemberian antibiotik yang tidak memenuhi dosis regimen
dapat meningkatkan resistensi antibiotik. Jika resistensi antibiotik tidak terdeteksi dan
tetap bersifat patogen maka akan terjadi penyakit yang merupakan ulangan dan
menjadi sulit disembuhkan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada
anak antara lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara
adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit
ISPA.
5. Ventilasi rumah cukup.
6. Membiasakan memakai masker saat berkendara agar terhindar dari
polusi.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya dan
dapat di pertanggungjawabkan.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL).,


2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran pernapasan Akut. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
2. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization). Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi
Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2008. WHO.
3. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. 2008.Jakarta: Salemba Medika.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai