APRISA CHRYSANTINA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
fokus dunia internasional. Dengan masuknya TB sebagai salah satu indikator MDGs
(Millenium Development Goals), semakin banyak perhatian yang diberikan kepada
penyakit yang menular melalui udara ini. Indonesia merupakan salah satu negara yang
terklasifikasi dalam 22 High TB Burden Countries (negara dengan beban penyakit TB
yang tinggi) dan mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi donor dan
nirlaba internasional.
Sistem pencatatan dan pelaporan TB (P2TB) sendiri baru dimulai pada tahun
2006 dan menghadapi tantangan berupa desentralisasi. Desentralisasi menghambat arus
informasi data surveilans epidemiologi dari daerah ke pusat dan sebaliknya terutama
yang berbasis fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk menjawab tantangan tersebut, salah
satu strategi yang diambil adalah meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan
informasi yang berfokus pada pemanfaatan informasi rutin untuk pengambilan
keputusan strategis dan operasional dalam program pengendalian TB. Upaya tersebut
meliputi pengembangan pelaporan rutin berbasis web yang kemudian disebut Sistem
Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT) serta adanya integrasi surveilans TB dalam
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) yang ada di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI.
6
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT)
APRISA CHRYSANTINA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang disebut dengan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT). Sistem ini
diharapkan dapat menjawab kebutuhan untuk menangkap semua data dan informasi
terkait program TB nasional dan mengelolanya secara menyeluruh untuk dapat
memenuhi kebutuhan advokasi, perencanaan, pengawasan dan evaluasi program (Silva,
1994 cit. Cohn et al., 2005; Kementerian Kesehatan, 2011, Ali and Horikoshi, 2002).
SITT akan menjadi mekanisme andalan Subdit TB dalam pengumpulan data terkait
program TB dan dapat memberikan informasi yang terpadu dan komprehensif, termasuk
juga indikator-indikator keberhasilan program TB yang dibutuhkan untuk kebutuhan-
kebutuhan di tingkat pengambilan kebijakan.
7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT)
APRISA CHRYSANTINA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Strategi yang disarankan oleh Braa dan Hanseth (2007) untuk pengembangan
sistem informasi kesehatan di negara berkembang, adalah untuk mengimplementasikan
sistem informasi kesehatan yang dikembangkan secara kecil di satu wilayah
administratif (seperti provinsi). Kemudian dalam prosesnya, sistem informasi tersebut
disempurnakan dan kemudian dikembangkan dan diekspansi implementasinya. Strategi
ini juga digunakan oleh berbagai negara dalam implementasi sistem informasi
kesehatannya (Ali dan Horikoshi, 2002; Mengiste, 2010, Smith and Madon, 2007).
Berbeda dengan strategi yang disarankan oleh Braa dan Hanseth (2007) dan strategi
yang diterapkan di berbagai negara tersebut, SITT diimplementasikan langsung secara
luas ke 33 provinsi (tahap-tahap pengembangan dalam Gambar 1.1 akan dijelaskan
lebih lanjut di Bab 2).
Saat ini adalah saat yang krusial bagi SITT, di mana pengembangan tahap 2
yaitu pengembangan modul untuk laboratorium, SDM, logistik, dan penyedia layanan
swasta sedang dilakukan. Subdit TB memerlukan rencana induk strategis untuk
pengembangan SITT. Untuk itu diperlukan analisis situasi, analisis strategi yang tepat
8
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT)
APRISA CHRYSANTINA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Penulis sendiri saat ini terlibat langsung dalam pengembangan SITT melalui
salah satu organisasi nirlaba internasional yang memberikan bantuan teknis kepada
P2TB, sehingga diharapkan masukan atau umpan balik dapat langsung diberikan kepada
P2TB sesuai dengan temuan yang didapatkan selama maupun sesudah penelitian.
Berbagai negara terutama negara maju seperti Jepang (Ohmori, et al., 2012) dan
Perancis (Farge, et al. 2007), telah melakukan pengembangan sistem surveilans berbasis
komputer atau web untuk membantu kegiatan pelaporan dan pencatatan program TB,
bahkan sebelum WHO merilis panduan pemanfaatan teknologi informasi untuk P2TB
yang berisi tuntunan berupa daftar pertanyaan yang perlu dijawab untuk mendefinisikan
kondisi sistem P2TB yang telah ada dan sistem P2TB elektronik yang akan
dikembangkan (WHO, 2012a). Panduan pemanfaatan teknologi informasi ini
selanjutnya akan disebut panduan P2TB elektronik WHO. Panduan tersebut dibagi
dalam beberapa bagian, yaitu:
9
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT)
APRISA CHRYSANTINA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT)
APRISA CHRYSANTINA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11