Anda di halaman 1dari 17

PEMAHAMAN TENTANG TEORI KONSELING PSIKOANALISA MULAI DARI

DEFINISI, ASPEK, CIRI, TUJUAN, TAHAPAN, DAN JENIS MASALAH YANG


SESUAI SERTA TEKNIK DALAM KONSELING INDIVIDU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Konseling Individual
Dosen Pengampu : Raudah Zaimah D., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Teja Laksana (2285180001)
2. Windy Aulya Aprilianti (2285180002)
3. Tasya Nabella Permata P (2285180003)
4. Nunik Afrianti (2285180005)
5. Milenia Rosita (2285180008)
6. Gagah Gilang Purnama (2285180016)
7. Syifa Anggita Rosadelphia (2285180028)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Pemahaman
Secara Umum Tentang Konseling Individual Mulai Dari Definisi, Tahapan, Teknik, dan
Pendekatan” ini tepat pada waktunya. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisannya. Kiranya tiada
lain karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman kami yang kurang luas dan mendalam. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya penulis harapkan, sebagai masukan
yang berharga demi kemajuan kami di masa mendatang.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca mengenai
pendidikan. Akhirnya kami berharap semoga tugas ini ada nilai manfaat dalam setiap lembar dan
katanya, khususnya bagi diri kami sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Serang, 31 Agustus 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... .1


1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3


2.1. Definisi Konseling Psikoanalisa .................................................................................. 3
2.2. Aspek Konseling Psikoanalisa ..................................................................................... 4
2.3. Ciri-ciri Teori Konseling Psikoanalisa ........................................................................ 8
2.4. Tujuan dari Konseling Individu ................................................................................... 8
2.5. Tahapan Dari Teori Konseling Psikoanalisa ..................................... .......................... 9
2.6. Masalah Yang Ssesuai Dengan Teori Konseling Psikoanalisa ................................... 10
2.7. Teknik Dari Konseling Individu …………… ............................................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12


3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja
memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan
ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog.
Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin digunakan semua secara
sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu
merupakan salah-satu cara konselor atau psikolog dalam melakukan proses pendekatan
terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah yang dihadapi, dan berbagai hal
lainnya yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara teori untuk kemudian
dipraktekkan di lapangan.
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak
pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving yang akan
diberikan seorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya. Beberapa
pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis, eksistensial-humanitis,
client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan pendekatan
eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan diuraikan tentang pendekatan psikoanalisis
secara lebih mendetail.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori konseling psikoanalisa ?
2. Bagaimana aspek konseling psikoanalisa?
3. Bagaimana ciri-ciri teori konseling psikoanalisa?
4. Bagaimana tujuan dari teori konseling psikoanalisa?
5. Bagaimana tahapan dari teori konseling psikoanalisa.?
6. Apa saja jenis masalah yang sesuai dengan teori konseling psikoanalisa?
7. Apa saja teknik dalam konseling individu?

1
1.3.Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui apa itu teori konseling psikoanalisa.
2. Untuk Mengetahui apa saja aspek dalam konseling psikoanalisa.
3. Untuk Mengetahui bagaimana ciri-ciri teori konseling psikoanalisa.
4. Untuk Mengetahui tujuan dari konseling psikoanalisa.
5. Untuk Mengetahui apa saja tahapan dari teori konseling psikoanalisa.
6. Untuk Mengetahui apa saja jenis masalah yang sesuai dengan teori konseling
psikoanalisa.
7. Untuk Mengetahui apa saja teknik dari konseling individu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Konseling Psikoanalisa


Sigmund Frued dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Kota Moravia. Lahir
dari keluarga kelas menengah Yahudi. Frued adalah anak sulung dari istri ke dua
Ayahnya. Pada saat Frued dihalirkan Ayahnya berusia 40 tahun, Ibunya berusia 20
tahun. Perlakuan ayahnya sangat kasar, dan otoriter. Pada saat kecil dia memusuhi dan
membenci ayahnya sementara ibunya bersofat lembut, menarik, melindungi, dan
mencintai. Frued merasa bergairah secara sexual terhadap Ibunya. Sehingga munculah
teori tentang konsep Oedipus Complex sebagai bagian terpadu pada kecilnya. Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa Teori Frued lahirnya dari refleksi dari pengalaman masa
kecilnya (Syamsu, 2016:104).
Frued mempunyai tujuh saudara, lima perempuan dan dua lai-laki. Ernest
Jones (1963 menulis bahwa ibu Freud merasa bangga dan suka cita dengan kelahiran
anak pertamanya. Selanjutnya dia menuturkan, bahwa pada saat Freud berusia antara
2 dan 2 setengah tahun, libido seksualnya telah terangsang pada saat melihat ibunya
telanjang (Syamsu, 2016:104).
Freud soaring pemuda yang mau bekerja keras, senang membaca dan belajar,
serta menunjukan kemampuan intelektual yang cukup brilian. Selama 7 tahun berturut-
turut dia menjadi bintang kelas, menduduki ranking pertama di kelasnya. dalam bidang
Bahasa, dia menguasai berbagai Bahasa yaitu Jerman, Ibrani, Latin, Perancis, Iggris,
Itali, dan Spanyol. Sejak usia 8 tahun dia sudah senang membaca karya-karya
Shakespeare dalam Bahasa inggris (Syamsu, 2016:104).
Pada tahun 1873, Freud masuk Fakultas Kedokteran Universitas Wina, dan
pada tahun 1881 dia lulus sebagai dokter dengan yudisium excellent. Freud adalah
soerang ahli neurologi,ketika dia mulai berpraktek medis di wina sampai akhir abad
19. Seperti halnya para ahli neurologi lainnya pada masa itu, dia sering membantu
orang-orang yang mengalami masalah-masalah nervous, seperti : rasa takut yang
irrasional,obsesi,dan rasa cemas (Syamsu, 2016:104).

3
Dalam membantu penyembuhan maslah-masalah gangguan mental (mental
disorders) tersebut, dia mengembangkan prosuder yang inovatif yang dinamai
psikoanalisis. Struktur kepribadian Frued berpendapat bahwa kepribadian terdiri atas
Id, Ego, Superego. Id merupakan komponen biologis, Ego komponen psikologis, dan
Superego komponen social. (Syamsu, 2016:104).
Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis
dengan cara-cara fisik. Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru
tentang manusia, di mana ketidak sadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis
ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian
menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya dibidang praktis. Dari hasil
penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
(Lumongga, 2011:140-141).
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang
muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
dan perilaku neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis. Pada
kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi, penelitian
dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya
Freud menggunakan teknik hipnotis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini
ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien. (Lumongga, 2011:140-141).
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free
association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan
ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi
tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien.
Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis
mimpi. (Lumongga, 2011:140-141)

2.2. Aspek Konseling Psikoanalisa


Secara garis besar Psikoanalisis membahas kepribadian dari tiga aspek, yaitu
struktur, dinamika, dan perkembangan.
a. Struktur kepribadian

4
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki itga tingkat
kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga
unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama,
tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol,
2005).
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari
3 unsur, `yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi,
prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. (Awisol, 2005).
1) Das Es
Das Es (the Id) adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang
didalamnya terdapat naluri-naluri, yang merupakan factor bawaan. Das Es merupakan
aspek biologis dari kepribadian, yang fungsinya adalah mempertahankan konstansi,
maksudnya membawa organisme dari keadaan tidak menye-nangkan, karena munculnya
kebutuhan-kebutuhan, ke keadaan seperti semula, yaitu menyengkan (Awisol, 2005).
Oleh karena itu dinayatkan oleh Freud bahwa prinsip bekerjanya das Es adalah
pleasure principle. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, das Es memiliki
perlengkapan dua macam proses. Proses yang pertama yaitu tindakan-tindakan refleks
dan proses primer, adalah suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme
kerjanya otomatis dan segera. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu dengan
membentuk bayangan dari objek tertentu yang bisa mengurangi ketegangan (Awisol,
2005).
2) Das Ich
Das Ich atau the Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang
terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas. Dengan das Es, individu
diarahkan pada kenyataan. Adapun proses yang ada pada das Ich adalah proses sekunder
(secondary process). Dengan proses sekundernya tersebut das Ich memformulasikan
rencana bagi bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau

5
tidak. Dengan demikian, das Ich bagi individu bukan hanya bertindak sebagai penunjuk
kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan atau reality tester dan
dalam memainkan peranannya, das Ich melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu
fungsi intelektual (Koeswara, 1991 : 34).
3) Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian,
yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud
das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan,
berpengaruh atau berarti bagi individu. Aspek kkepribadian ini memiliki fungsi :
a. Sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk
aktivitas yang dapoat diterima masyarakat
b. Mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
c. Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi de-ngan conscientia
atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui
internalisasi dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan
contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak (Koeswara, 1991 : 34).
b. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis di-distri-
busikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan
bahwa enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang
dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji untuk
aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut
enerji psikis.
Freud menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es
saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan
oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich. Menurut Freud, mekanisme pertahanan
ego (ego defence mecha-nism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah
kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan

6
das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat
dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46).
Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme
yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang
menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).
1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk mere-dakan kecemasan dengan
cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam
ketidak sadaran.
2) Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau
meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das
Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima,
dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
3) Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan
kecemasan kepada orang lain.
4) Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menim-bulkan kecemasan
kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5) Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutar-balikkan kenyataan, dalam
hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk
akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet
orange technique.
6) Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki
dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.
7) Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai
dengan tingkat perkembangannya.

c. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh
kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan
adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya
frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu
dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.

7
2.3. Ciri-ciri Teori Konseling Psikoanalisa
Dalam konseling, Konseli dilatih bagaimana dorongan- dorongan agresif dan
seksual, bagaimana mengarahkan keinginan dan bukan diarahkan oleh keinginan. Ciri-
ciri Teknik Konseling Freud:
a. Dilaksanakan dalam suasana Santai: melalui penataan ruang, warna dinding,
pencahayaan, dan lain- lain sehingga pasien betul- betul merasa nyaman dan betah
berada di ruang tersebut. Dengan suasana yang santai Freud berharap konflik yang
telah ada di alam tidak sadar akan mudah muncul ke alam sadar.
b. Konseli diberi kebebasan: Konseli dibebaskan untuk bicara apa saja, termasuk
menangis, menjerit, mengumpat, dan lain- lain. Jika Konseli mengalami bloking
atau kebuntuan Freud berusaha membantu sehingga terjadilah asosiasi antara apa
yang ada dalam alam tak sadar dengan apa yang berikan oleh konselor.
c. Waktu pelaksanaan: Pertemuan Konseling, pertemuan antara Konseli dan konselor
dalam konseling, biasanya dilakukan 4 atau 5 kali seminggu (1 sampai 2 jam
pertemuan), selama 2 sampai 3 tahun.

2.4. Tujuan dari Konseling Individu


Tujuan utama psikoanalisis adalah membangun kembali kepribadian melalui
pemecahan konflik intrasikis. Secar akhusus, konseling bertujuan untuk
 menjadikan ketidak sadaran menjadi sadar,
 memprkuat fungsi ego, agar tingkah laku itu lebih di dasarkan kepada
pertimbangan rasional, bukan atas dorongan insting dan
 mengalihkan super ego dari hukuman berdasarkan standar moral kepada
standar yg lebih manusiawi psikoanalisis bertujuan juga untuk membentuk
suatu aliansi atau persekutuan Antara analisis dengan ego konseli .
 Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang
mekanisme penyesuaian dirinya.(Syamsu,2016:120)

8
2.5. Tahapan Dari Teori Konseling Psikoanalisa
Arlow dalam Nystul, 2011 Corey, 2009: Fal 2004
1. The Opening Phase
Pada fase ini kurang lebih 3-6 bulan, konseor membangun hubungan
terapeutik dan memperoleh pemahaman tentang konflikonflik ketidaksadaran
klien. Disini konselor dank lien bertemu sebentar dan tatap muka secara
langsung untuk memberikan arahan kepada klien kapan dan seberapa banyak
klien berbicara. Menurut Frued masalah klien yang dapat dibantu melalui
psikoanalisis adalah yang mengalami neurosis, bukan yang mengalami masalah
yang ekstrim dalam hal infuls narcistik yang berlebihan, ketidakjujuran,
psikopat, atau berbohong patologis
2. The Development Tranference
Transferensi perasaan klien terhaadap konselor merupakan proses pengalihan
perasaan, dan fantasi klien terhadap orangtua dimasa lalu. Tranferensi
merupakan proses interaktif Antara klien dengan konselor. Tranferensi terjadi,
ketika klient menghidupkan kembali konflik-konflik masa lalunya yang terkait
dengan perasaan cinta, seksualitas, permusuhan, kecemasan, kemarahan atau
kebencian, atau perasaan dendam, kemudian membuat semuanya itu, kemasa
sekarang serta mengkaitkan nya ekpada konselor. Melalui transference
merupakan landasan dalam proses psikoanalitik, memiliki pemahaman tentang
bagaimana pengalaman dan hubungan masa lalu melahirkan masalah pada
hubungan masa sekarang.
3. Working Through
Pada fase ini merupakan proses analisis ketidaksadaran yang bersumber dimasa
kecil, tercapai melalui pengalaman interpretasi dan ekspolrasi bentuk-bentuk
yang menghasilkan perubahan perasaan, sehingga klient dalam membuat
pilihan baru

9
4. The Resolution of Tranference
Pada fase akhisr ini ketika konselor dan klient sepakat bahwa mereka telah
mencapai tujuan terapeutik bagi klient, dan transference telah terpecahkan,
masa pertemuan konseling dapat diakhiri.

2.6. Masalah Yang Sesuai Dengan Teori Konseling Psikoanalisa


Jenis masalah dalam konseling psikoanalisis terbagi dalam dua segi, yaitu
kerja klinis dan kerja akademis. Kerja klinis dijalankan pada pasien yang mengalami
masalah-masalah psikis seperti phobia, kegelisahan, obsesi, halusinasi dan sebagainya.
Sedangkan kerja akademik bertujuan untuk mempelajari kehidupan mental pada
umumnya seperti stud-studi pustaka dan ilmu social. Dibawah ini contoh kasus
masalah yang bisa diselesaikan melalui konseling psikoanalisa.
Gangguan psikis, dipandang dari Psikoanalisis, disebabkan oleh : (1)
pengalaman masa lalu, terutama masa kanak-kanak, (2) dorongan ketaksadaran, dan
(3) rasa cemas. Ketiga hal ini mempengaruhi struktur kepribadian seseorang. Oleh
karena itu, terapi Psikoanalisis pada hakekatnya bertujuan untuk merekonstruksi
struktur kepribadian individu sehingga tercipta keseimbangan antara id, ego, dan super
ego. Pengalaman traumatik masa lalu yang terpendam pada alam tak sadar dapat
dimunculkan ke dalam alam sadar sehingga tidak menimbulkan kecemasan. Karena
super ego dapat menjalankan fungsinya. Konsep ini pada hakekatnya berasal dari
pandangan Freud tentang symptom neurotik yang diakibatkankarena adanya
ketegangan yang tidak tersalurkan yang berkaitan dengan memori masa lalu. Untuk itu
memori masa lalu , terutama masa kecil, perlu dan menduiduki tempat penting dalam
pendekatan ini.
Pada Psikoanalisis klasik, terapi dilakukan dimana klien bersandar pada
bangku atau berbaring pada balai-balai dan analist (istilah yang biasa digunakan
Psikoanalisis untuk ganti terapist, atau konselor) berada di sampingnya. Agar klien
dapat mengungkap seluruh pengalamannya, analist menggunakan hipnotis. Tapi cara
ini telah ditinggalkan Freud sendiri dan menggantinya dengan asosiasi bebas. Klien
diajak menceritakan tentang pikiran, perasaaan, persepsi, atau pengalamannya di masa

10
kecil, walau terkadang tidak relevan, tidak tepat, atau tidak logis dengan masalahnya
sekarang.
Dalam pendekatan ini.klien lebih banyak melibatkan diri untuk bercerita dan
mengungkapkan segenap yang terlintas dalam pikirannya kepada analist, termasuk
menceritakan mimpi-mimpi yang dialaminya. Sementara analist lebih cenderung pasif,
atau membiarkan diri anonim, Istilah Corey (1988). Hal ini dilakukan tentu setelah
terbinanya hubungan dan klien ada kemauan untuk sembuh. Tugas dari analist bukan
hanya mendengar saja, akan tetapi menafsirkan ungkapan klien, memperhatikan
isyarat-isyarat khusus atau penolakan klien, memperhatikan kesenjangan atau
ketidakcocokan dalam keseluruhan cerita klien, membandingkan dan menganalisis
kepribadian klien dengan teori, dan menyampaikan tafsiran atau kesimpulan analisis
tentang cerita klien pada waktu yang tepat.
Bila penafsiran tersebut diterima klien, cerita dilanjutkan lagi, dan mungkin
klien bagi analist mengajak klien menceritakan mimpi-mimpinya, dan analist
menafsirkan symbol konflik dan mimpi tersebut. Begitulah seterusnya, hingga
terbentuk transferensi positif klien pada analist. Bila penilaian analist transferensi
tersebut telah terbina, konseling dapat dihentikan karena klien akan datang kembali.
Dengan cara demikian, pengalaman klien yang semula tidak disadarinya dapat
dimunculkan ke alam sadarnya dan pada gilirannya memfungsikan id, ego, dan super
ego secara serasi dan seimbang.

2.7. Teknik Dari Konseling Individu


Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi
bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi :
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien
untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak
klien, baik yang menyenangkan maupun tidak. Asosiasi ini untuk memudahkan
konselor terhadap dinamika psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat
membimbing klien menyadari pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan

11
membuat hubungan-hubungan kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa
lampau (Latipun, 2011).
2. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap
mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan,
dorongan, keinginan yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi.
Interpretasi mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi
yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya
(Latipun, 2011).
3. Analisis Tranferensi
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa
lalunya dalam hubungannya orang-orang berpengaruh kepada terapis di saat
konseling. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan
dan sebagainya yang selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran
konselor sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor melakukan analisis
pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang menghambat perkembangan
kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat mengatasi
problem yang dihadapi hingga saat ini (Latipun, 2011).
4. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak
berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasan.
Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor
membantu klien mengenali alasan-alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya
dimulai dari hal-hal yang sangat tampak untuk menghindari penolakan atas interpretasi
konselor (Latipun, 2011).

12
BAB III
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Psikoanalisis merupakan teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud


dalam menganalisis psikologis manusia. Menurutnya, tingkah laku manusia justru
didominasi oleh alam bawah sadar yang berisi id, ego, dan super ego. Beberapa karya
besar Freud yang banyak mendapat kritik dan tanggapan dari para ahli, yaitu teori
mimpi dan teori tentang seksualitas.
Dalam pendidikan, konsep psikoanalisis juga diaplikasikan ke dalamnya.
Artinya, Pendidikan juga perlu mempertimbangkan konsep-konsep psikoanalisis
dalam mengembangkan dan mendidik siswanya. Salah satunya dengan memperhatikan
konsep dari psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki keinginan dan kebutuhan dasar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit Universitas Muhammadyah


Malang.

Boeree, C.G. 2005. Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern
(Alih BahasaAbdul Qodir Shaleh). Yogyakarta: Primasophie.

Cloninger, S. C. 2004. Theories of Personality : Understanding Person. New Jersey:


Upper Suddle River.

Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco Latipun, Psikologi


Konseling. Jakarta: Kencana.

Yusuf , Syamsu. 2016. Konseling Individual. Bandung: PT Refika Aditama.

Zainal Aqib. 2013. Konseling Kesehatan Mental. Bandung: CV Yrama Widya.

14

Anda mungkin juga menyukai