Anda di halaman 1dari 20

SMART PARKING “KONSEP AL (ARTIFICIAL

INTELLIGENCE/KECERDASAN BUATAN)
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Urban Design”

Disusun Oleh :
Altino Bernardino (1424007)
I Made Widya Diputra (1424008)
Si Nyoman Gede Trijaya Wibisana (1424044)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas ini
yang Puji Tuhan tepat pada waktunya yang berjudul “SMART PARKING “KONSEP AL
(ARTIFICIAL INTELLIGENCE/KECERDASAN BUATAN)”. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat kepada kita semua baik untuk saat ini maupun
dimasa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu penulis harapkan demi manfaat bersama. Akhir kata, penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Malang, 07 Juli 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Parkir merupakan tempat pemberhentian kendaraan untuk sementara waktu. Pada
tempat - tempat umum seperti pusat perdagangan, perkantoran, bandara dan tempat
hiburan akan menyebabkan kebutuhan terhadap sarana ruang parkir yang memadai.
Kebutuhan akan ruang parkir merupakan hal yang penting dalam pusat kegiatan karena
dapat menimbulkan masalah seperti antrian, tundaan atau kemacetan serta akan
mengganggu terhadap kelancaran lalu lintas jika ketersediaan kapasitas jalan dan area
parkir ditempat tersebut tidak mampu menampung kendaraan yang akan parkir.
Parkir merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menata kendaraan sesuai pada
tempatnya. Tempat - tempat parkir terdapat banyak tempat antara lain, di pinggir jalan,
didalam gedung atau mall, dan di area lapangan yang sudah disediakan. Jika membahas
tentang area parkir pasti memerlukan area yang sangat luas bahkan jika area tersebut juga
termasuk area parkir mobil yang memiliki ukuran cukup besar. Permasalahan muncul
ketika dalam area gedung atau mall yang luas kita tidak tahu dimana parkiran yang kosong
atau kita bahkan tidak tahu kalau parkiran sudah penuh. Terkadang kita terlanjur
membayar parkir waktu masuk, tapi ternyata parkiran penuh dan akhirnya terpaksa harus
mencari parkiran yang yang lain
Mobil merupakan salah satu objek parkir yang perlu perhatian khusus dalam hal
parkir, karena mobil dalam ukuran lebih besar dari motor roda dua dan dimensi dalam
penempatan dalam area parkir lebih banyak memakan tempat, dalam 1 area dimensi mobil
bisa diisi antara 3 atau 4 motor. Sehingga membutuhkan penataan yang rapi dan jika parkir
mobil tidak ditata dengan baik maka area parkir yang tersedia semakin sempit dan
menyebabkan orang – orang parkir di mana mereka bisa menemukan area yang kosong
meskipun bukan area kusus parkir.
Sistem transportasi merupakan salah satu komponen atau aspek tak terpisahkan
dalam kebutuhan sistem transportasi, karena setiap perjalanan dengan kendaraan pribadi
umumnya selalu dimulai dan diakhiri di tempat parkir. Demikian pula yang terjadi di
indonesia, kebutuhan ruang parkir cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan bertambahnya jumlah yang membawa kendaraan pribadi terutama mobil, sehingga
perlu diupayakan untuk mengatur layout ruang parkir sedemikian rupa agar luasan lahan
parkir yang tersedia pada saat ini dapat dimanfaatkan secara optimal namun tanpa
mengabaikan kemudahan untuk melakukan manuver parkir dan keleluasaan dalam
membuka pintu kendaraan. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan pada prinsipnya dapat
dilakukan di badan jalan (on-street parking) dan di luar badan jalan (off-street parking).
Parkir on street sepenuhnya dikelola oleh BP (Badan Pengelola) Parkir sebagai
perpanjangan tangan dari pemerintah daerah, dengan demikian hubungan hukum yang
berlaku antara BP parkir dan konsumen parkir on street didasarkan pada hukum obyektif.
Para konsumen yang memakai tempat parkir on street ini akan membayar biaya parkir
yang disebut dengan retribusi parkir. Retribusi adalah pungutan yang dipungut oleh Negara
baik oleh pemerintah pusat atau daerah sehubungan dengan penggunaan fasilitas negara.
Dapat dikatakan pembayaran tersebut memang ditujuan semata-mata oleh si pembayar
untuk mendapatkan suatu prestasi yang tertentu dari pemerintah.
Selain parkir on street juga dikenal parkir diluar bahu jalan yaitu off street. Yang
dimaksud dengan diluar bahu jalan antara lain pada kawasan tertentu seperti pusat
perbelanjaan, bisnis maupun perkantoran yang menyediakan fasilitas parkir untuk umum.
Parkir off street dapat diselenggarakan oleh Badan Hukum maupun Warga Negara
Indonesia dengan mendapatkan izin penyelenggaraan parkir baik murni maupun
perpanjangan yang diberikan oleh gubernur (BP Parkir) dengan suatu kerja sama bagi
hasil. Pada parkir off street terdapat beberapa hubungan selain hubungan hukum antara
pengelola parkir dengan BP parkir. Pada umumnya pengelola parkir tidak memiliki areal
atau gedung sendiri melainkan menjalin kerja sama dengan pemilik atau pengelola
gedung/areal parkir tertentu.
Pada kondisi parkir dibadan jalan manuver kendaraan yang hendak memasuki atau
meninggalkan ruang parkir berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu-
lintas. Penataan dan informasi parkir yang masih manual yang masih memiliki beberapa
kelemahan sehingga memerlukan pengembangan dalam hal penyampaian informasi
terhadap konsumen parkir. Untuk mengatasi atau mengembangkan penyampaian informasi
maka menggunakan komunikasi serial sebagai jalur informasi. Menggunakan komunikasi
serial. Dalam perencanaan digunakan komunikasi serial dengan menggunakan USB to TTL
sebagai perantara antara miokrokontroller dengan PC. Penggunaan komunikasi serial
dengan kabel karena memiliki keunggulan yaitu bandwide lebih luas dari wireless, data
yang melalui kabel menuju PC tidak akan terganggu seperti jaringan wireless yang masih
bisa terganggu jika ada gelombang radio sehingga komunikasi lancar, dan dalam tingkat
keamanan relatif tinggi (karena terhubung langsung serta terpantau hubungannya).
BAB II
PENGERTIAN dan JENIS

2.1 Parkir Dalam Sistem Transportasi


Pada dasarnya sistem transportasi terbagi atas 3 elemen utama yaitu
kendaraan, prasarana lintasan dan terminal. Lalu-lintas berjalan menuju suatu tempat
tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan membutuhkan suatu tempat
pemberhentiaan. Tempat pemberhentian tersebut kemudian disebut sebagai ruang parkir.
Agar sistem transportasi kendaraan menjadi lebih efisien maka pada tempat- tempat yang
dianggap dapat membangkitkan pergerakan perjalanan harus menyediakan fasilitas
pelayanan yang memadai.
Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu baik di
badan jalan maupun dengan menggunakan sebagian dari perkerasan jalan
mengakibatkan turunnya kapasitas jalan, terhambatnya arus lalu lintas dan penggunaan
jalan menjadi tidak efektif (Pusdiklat Direktorat Jendral Perhubungan Darat: 1995,8).
Penyediaan fasilitas parkir juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali
lalu lintas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan- kawasan tertentu
dapat disediakan fasilitas parkir untuk umum yang diusahakan sebagai suatu
kegiaatan usaha yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran. Fasilitas tersebut dapat
berupa gedung parkir dan taman parkir. Penyediaan fasilitas parkir ini dapat pula
merupakan penunjang kegiatan ataupun bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pokok misalnya gedung pertokoan ataupun perkantoran.

2.2 Pengertian Dasar


Parkir adalah keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang bersifat sementara
(Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Menurut Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 73 tahun 1999 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perparkiran Daerah yang
dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak
bersifat sementara. Sedangkan tempat parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan di
lokasi tertentu baik di tepi jalan umum, gedung, pelataran atau bangunan umum,
Sedangkan pengertian parkir menurut Pignataro (1973) menjelaskan bahwa parkir adalah
memberhentikan dan menyimpan kendaraan (mobil, sepeda motor, sepeda, dan
sebagainya) untuk sementara waktu pada suatu ruang tertentu. Ruang tersebut dapat
berupa tepi jalan, garasi atau pelataran yang disediakan untuk menampung kendaraan
tersebut.

Selain Pengertian di atas beberapa ahli memberikan definisinya tentang


parkir, yaitu :

 Semua kendaraan tidak mungkin bergerak terus, pada suatu saat ia harus
berhenti untuk sementara waktu (menurunkan muatan) atau berhenti cukup
lama yang disebut parkir (warpani,1992;176).
 Jangka waktu parkir (parking duration) adalah lama parkir suatu
kendaraan untuk satu ruang parkir (Edward,1992;176)
 Parkir adalah memangkalkan / menempatkan dengan memberhentikan
kendaraan angkutan orang/barang (bermotor/tidak bermotor) pada suatu
tempat parkir dalam jangka waktu tertentu. (Peraturan Pemerintah Daerah
Kota Semarang No.11 tahun 1998, 4).
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak sutau kendaraan bermotor atau tidak
bermotor yang dapat merupakan awal dari perjalanan dengan jangka waktu tertentu
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya yang membutuhkan suatu areal sebagai
tempat pemberhentian yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun pihak lain
yang dapat berupa perorangan maupun badan usaha.

2.3 Jenis Parkir


Lalu-lintas baik yang bergerak pada suatu saat akan berhenti. Setiap
perjalanan akan sampai pada tujuan sehingga kendaraan harus diparkir. Sarana
perparkiran merupakan bagian dari sistem transportasi dalam perjalanan mencapai
tujuan karena kendaraan yang digunakan memerlukan parkir. Sarana parkir ini pada
dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi: (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998) :

1. Parkir menurut penempatannya


A. Parkir di jalan (on street parking)
Parkir di tepi jalan umum adalah jenis parkir yang penempatannya di sepanjang tepi
badan jalan dengan ataupun tidak melebarkan badan jalan itu sendiri bagi fasilitas parkir.
Parkir jenis ini sangat menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan parkir dekat
dengan tempat tujuan. Tempat parkir seperti ini dapat ditemui dikawasan pemukiman
berkepadatan cukup tinggi serta pada kawasan pusat perdagangan dan perkantoran
yang umumnya tidak siap untuk menampung pertambahan dan perkembangan jumlah
kendaraan yang parkir. Kerugian parkir jenis ini dapat mengurangi kapasitas jalur lalu
lintas yaitu badan jalan yang digunakan sebagai tempat parkir. Parkir ini terdiri dari
(Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998) :
- Parkir di daerah perumahan
- Parkir di pusat kota, tidak dikontrol (uncontrolled)
- Parkir di pusat kota, terkontrol (controlled)

B. Parkir di luar jalan (off street parking)


Untuk menghindari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di jalan maka
parkir kendaraan di jalan maka parkir di luar jalan / off street parking menjadi pilihan yang
terbaik. Terdapat dua jenis parkir di luar jalan, yaitu :
1) Pelataran parkir
Pelataran parkir di daerah pusat kota sebenarnya merupakan suatu bentuk
yang tidak ekonomis. Karena itu di pusat kota seharusnya jarang terdapat peralatan parkir
yang dibangun oleh gedung-gedung yang berkepentingan, dimana masalah keuntungan
ekonomi dari parkir bukan lagi merupakan suatu hal yang penting.
2) Gedung parkir bertingkat
Saat ini bentuk yang banyak dipakai adalah gedung parkir bertingkat, dengan
jumlah lantai yang optimal 5, serta kapasitas sekitar 500 sampai 700 mobil. Terdapat dua
alternatif biaya parkir yang akan diterima oleh pemakai kendaraan, tergantung pada pihak
pengelola parkir, missal saja pihak pemerintah setempat menerapkan biaya nominal atau
pemerintah setempat menyerahkan pada pihak operator komersial yang menggunakan
biaya struktural. Biasanya pemerintah lokal mengatasi defisit parkir di luar jalan tadi
dengan Dana Pajak (Rate Fund) atau dari surplus parkir meter.

2. Parkir menurut statusnya


A. Parkir Umum
Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah, jalan dan
lapangan yang memiliki/dikuasai dan pengelolaannya diselenggarakan oleh pemerintah
daerah. Tempat parkir umum ini menggunakan sebagian badan jalan umum yang dikuasai
atau milik pemerintah yang termasuk bagian dari tempat parkir umum ini adalah parkir
ditepi jalan umum.

B. Parkir khusus
Parkir khusus adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang tidak
dikuasai oleh pemerintah daerah yang pengelolanya diselenggarakan oleh pihak lain baik
berupa badan usaha maupun perorangan. Tempat parkir khusus ini berupa kendaraan
bermotor dengan mendapatkan ijin dari pemerintah daerah. Yang termasuk jenis ini
adalah gedung parkir, peralatan parkir, tempat parkir gratis dan garasi. Gedung parkir
adalah tempat parkir pada suatu bangunan atau bagian bangunan atau bagian
banguanan. Peralatan parkir adalah tempat parkir yang tidak memungut bayaran dari
pemilik kendaraan yang parkir di suatu lokasi. Tempat penitipan kendaraan atau garasi
adalah tempat/bangunan atau bagian bangunan milik perorangan, pemerintah daerah
atau badan hukum yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan kendaraan
bermotor dengan memungut bayaran/sewa dan dengan diselenggarakan secara tetap.
C. Parkir darurat/insidentil
Parkir darurat/insedentil adalah perparkiran di tempat-tempat umum baik yang
menggunakan lahan tanah, jalan-jalan, lapangan-lapangan milik Pemerintah Daerah
maupun swasta karena kegiatan insendentil.
D. Taman Parkir
Taman parkir adalah suatu areal bangunan perparkiran yang dilengkapi fasilitas
saran perparkiran yang pengelolanya diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
E. Gedung Parkir
Gedung parkir adalah bagunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan
yang penyelenggaraannya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga yang telah
mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.
3. Parkir Menurut Jenis Kendaraannya
Menurut jenis kendaraan yang diparkir, terdapat beberapa macam parkir yang
bertujuan mempermudah pelayanan, yaitu :
a. Parkir untuk kendaraan roda dua tidak bermesin (sepeda).
b. Parkir untuk becak, andong dan dokar.
c. Parkir untuk kendaraan roda dua bermesin (sepeda motor).
d. Parkir untuk kendaraan roda tiga, empat atau lebih dan bermesin (bemo,
mobil, truk dan lain-lain).
4. Parkir Menurut Tujuannya
a. Parkir penumpang yaitu parkir untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
b. Parkir barang yaitu parkir untuk bongkar/muat barang.
Keduanya sengaja dipisahkan agar satu sama lain masing-masing kegiatan tidak
saling menunggu.
5. Parkir menurut jenis pemilikan dan pengoperasiannya
Menurut jenis kepemilikan dan pengoperasian parkir dapat digolongkan menjadi :
a. Parkir milik dan yang mengoperasikan Pemerintah Daerah.
b. Parkir milik Pemerintah Daerah dan yang mengoperasiakan adalah swasta.
c. Parkir milik dan yang mengoperasiakan swasta.

BAB III
STANDAR dan METODE
Bagian terpenting dari sistim transportasi komunitas modern salah satunya adalah
pengembangan perparkiran/ Apabila peren#anaan perparkiran mengalami kegagalan
dampaknya adalah timbulnya kemacetan didalam Sekolah dan kesulitan mentari tempat
parkir. Secara umum parkir terdiri dari 2 jenis parkir yaitu parkir di badan jalan & on-street
parking dan parkir di luar badan jalan & off – street parking.
Lalu lintas yang bergerak, suatu saa akan berhenti baik untuk sementara maupun
berhenti dalam waktu yang cukup lama, yang tentunya akan memerlukan tempat untuk
memarkir kendaraannya. Jelas penyediaan tempat parkir sangat dibutuhkan dalam sistem
lalu lintas. Adapun pengertian parkir diantaranya adalah tempat pemberhentian beberapa
saat (Poerwadarminta, 1976).
Dalam perencanaan parkir salah satu aspeknya adalah prakiraan kebutuhan
parkir/Kebutuhan parkir suatu bangunan dapat diperkirakan berdasarkan aktivitas lahannya
atauluas lahan yang dipergunakan di Indonesia hubungan parkir dengan tata guna lahan
yang salah satunya dikeluarkan Departemen Perhubungan.

3.1 Standar Fasilitas Parkir


Standar fasilitas parkir adalah suatu pedoman untuk menentukan suatu ukuran
petak parkir (stall) menurut berbagai bentuk penyediaannya. Penggunaan standar fasilitas
parkir diperlukan karena tidak terdapatnya marka dari petak parkir pada daerah studi.
Sehingga untuk menentukan jumlah petak parkir yang terdapat pada daerah studi
didasarkan pada standar ini.

Tabel 3.1
Standar Satuan Ruang Parkir (SRP)

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir


(m2)
a. Mobil Penumpang untuk Golongan I 2,30 x 5,00
b. Mobil Penumpang untuk Golongan II 2,50 x 5,00
c. Mobil Penumpang untuk Golongan III 3,00 x 5,00
d. Bus/Truk 3,40 x 12,50
e. Sepeda Motor 0,75 x 2,00
Sumber: Dir. Jen. Perhub Darat (1996)

Standar kebutuhan parkir adalah suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk
jumlah kebutuhan parkir kendaraan berdasarkan fasilitas dan fungsi dari tataguna lahan.
Kebutuhan parkir untuk setiap tata guna lahan berbeda-beda, begitu pula untuk setiap
negara bahkan daerah mempunyai standar yang berbedabeda. Oleh sebab itu diperlukan
penelitian untuk menentukan standar kebutuhan sendiri yang nantinya dapat dipakai
dalam perencanaan fasilitas parkir menurut fungsi tata guna lahan yang diteliti. Luas areal
parkir berdasarkan ratio luas lantai dan penggunaan bangunan. Masing-masing tempat
kegiatan seperti tempat perbelanjaan, dan lain-lain, memerlukan ruang parkir yang
berbedabeda sesuai dengan kegiatannya dapat dilihat pada tabel 3.2..

Tabel 3.2
Luas Areal Parkir Berdasarkan Ratio Luas Lantai
dan Penggunaan Bangunan
Kawasan Peruntukan Luas Lahan Parkir
Kawasan tempat kerja, usaha, ilmu ¼ dari luas lantai bangunan
pengetahuan, seni budaya, Daerah
perdagangan dan jasa.
Kawasan industri berat dan ringan 1/8 dari lantai bangunan
Bangunan pasar Sama dengan luas lantai
pasar
Hotel, Losmen, Penginapan dan 1 kamar 1 petak parkir
sejenisnya.

Adapun undang – undang yang mengatur tentang perparkiran salah satunya


adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang dimana pasal 43 dan pasal 44 berisi tentang;
Pasal 43
 Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
 Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Indonesia atau
badan hukum Indonesia berupa: a. usaha khusus perparkiran; atau b. penunjang
usaha pokok.
 Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat
tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan
dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengguna Jasa fasilitas Parkir, perizinan,
persyaratan, dan tata cara penyelenggaraan fasilitas dan Parkir untuk umum diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pasal 44
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:

 rencana umum tata ruang;

 analisis dampak lalu lintas; dan

 kemudahan bagi Pengguna Jasa.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang


Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, sirkulasi dan fasilitas parkir diatur
sebagai mana berikut:
1. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung, antara sirkulasi
eksternal dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan
dengan sarana transportasinya. sirkulasi harus memberikan pencapaian yang
mudah dan jelas, baikyang bersifat pelayanan publik maupun pribadi.
2. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan kepentingan
bagiaksesibilitas pejalan kaki.
3. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan lebar
jalanyang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadam kebakaran,
dankendaraan pelayanan lainnya.
4. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-rambu,
papaninformasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa elemen
perkerasanmaupun tanaman), guna mendukung sistem sirkulasi yang jelas dan
efisien serta memperhatikan unsur estetika.
5. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan,
danruang terbuka umum.
6. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang5ruang antar bangunan
yangtidak hanya terbatas dalam umija, dan termasuk untuk penataan elemen
lingkungan,penghijauan, dll.
7. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas
lingkunganyang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian.
8. Jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan sistem pedestrian
secarakeseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam lingkungan,
danaksesibilitas dengan lingkungan sekitarnya.
9. Jalur pedestrian harus berhasil menciptakan pergerakan manusia yang tidak
tergangguoleh lalu lintas kendaraan.
10. Penataan pedestrian harus mampu merangsang terciptanya ruang yang
layakdigunakan/manusiawi, aman, nyaman, dan memberikan pemandangan yang
menarik.
11. Elemen pedestrian (street furniture) harus berorientasi pada kepentingan pejalan
kaki. Setiap bangunan bukan rumah hunian diwajibkan menyediakan area parkir
kendaraansesuai dengan jumlah area parkir yang proporsional dengan jumlah luas
lantaibangunan.
12. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan
yangtelah ditetapkan.
13. Prasarana parkir untuk suatu rumah atau bangunan tidak diperkenankan
mengganggukelancaran lalu lintas, atau mengganggu lingkungan di sekitarnya.
14. Jumlah kebutuhan parkir menurut jenis bangunan ditetapkan sesuai dengan
standar teknis yang berlaku.
15. Penataan parkir harus berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki,
memudahkanaksesibilitas, dan tidak terganggu oleh sirkulasi kendaraan.
16. Luas, distribusi dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak mengganggu
kegiatanbangunan dan lingkungannya, serta disesuaikan dengan daya tampung
lahan.
17. Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti untuk
jalan,pedestrian dan penghijauan.

Penempatan fasilitas bangunan parkir


Penempatan fasilitas parkir di dalam bangunan, baik pada sebagian bangunan utama,
pada besmen, maupun pada bangunan khusus parkir, ditetapkan sebagai berikut:
1. Tinggi minimum ruang bebas struktur (head room) untuk ruang parkir adalah
2,25m.

2. Setiap lantai parkir harus memiliki sarana untuk sirkulasi horisontal dan atau
sirkulasi vertikal untuk orang dengan ketentuan bahwa tangga spiral dilarang
digunakan.

3. Lantai untuk ruang parkir yang luasnya mencapai 500 m2 atau lebih harus
dilengkapi ramp naik dan turun masing-masing dua unit.

4. Bangunan parkir yang menggunakan ramp spiral, diperkenankan maksimal 5 lantai.


5. Lebar ramp lurus satu arah minimum 3,00 m dan untuk dua arah harus terdapat
pemisah minimum selebar 0,50 m sehingga lebar minimum berjumlah 6,5 m.

 Ketentuan ramp pada bangunan parkir adalah sebagai berikut:

o Kemiringan ramp lurus bagi jalan kendaraan pada bangunan parkir maksimal 1
berbanding 7.

o Apabila lantai parkir mempunyai sudut kemiringan, maka sudut kemiringan


tersebut maksimal 1 berbanding 20.

o Pada ramp lurus jalan satu arah, lebar minimal 3 m dengan ruang bebas struktur
di kanan kiri minimal 60 cm.

o Pada ramp melingkar jalan satu arah, lebar jalan minimal 3,6 m dan untuk jalan
dua arah lebar jalan minimal 7 m dengan pembatasan jalan lebar 50 cm, tinggi
minimal 10 cm

o Jari-jari tengah ramp melingkar minimal 9 m dihitung dari as jalan terdekat.

o Setiap jalan pada ramp melingkar harus mempunyai ruang bebas 60 cm


terhadap struktur bangunan.

 Ketentuan tentang parkir besmen adalah sebagai berikut:

o Perencanaan luas bangunan besmen dan atau substruktur harus sedemikian


rupa sehingga dapat memenuhi batasan KTB dan KDH yang ditetapkan.

o Bangunan parkir di besmen wajib memenuhi ketentuan jarak bebas


sebagaimana diatur dalam peraturan daerah ini.

o Fasilitas yang harus disediakan pada parkir besmen: Ruang tunggu supir, toilet,
mushola, kantin dan ruang lainya sesuai kebutuhan.

Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada
tempat tertentuyang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk
kepentinganmenurunkan penumpang/orang dan barang.
Tempat parkir harus berada di permukaan yang datar agar kendaraan tidak
bergerak daritempat asalnya. Jika tempat parkir terpaksa ditempatkan di tanah yang
miring, maka harusdilakukan grading dengan sistem cut and fill. Tempat parkir dengan
bangunan (tempat kegiatan)diusahakan tidak terlalu jauh. Jika cukup jauh, maka harus
dibuat arah yang jelas, baik menujuarea parkir dan menuju bangunan. Terdapat 3 (tiga)
metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah;
1. Parkir Tegak Lurus
Suatu cara parkir dengan memarkir kendaraan membentuk sudut 90
derajat. Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, kendaraan satu
berdampingan dengan kendaraanyang lainnya, kendaraan menghadap tegak
lurus ke lorong, jalan, trotoar, atau dinding. kendaraan jika diparkir tegak lurus
lebih banyak jumlahnya daripada parkir paralel dan karena itu biasanya
digunakan di pelataran parkir atau gedung parkir.
2. Parkir Pararel
Adalah suatu cara parkir kendaraan (umumnya mobil) dengan membentuk
formasi berbaris dimana bumper depan mobil bertemu dengan bumper belakang
mobil. Biasanya cara ini digunakan di ruas jalan yang sempit dan tidak
memungkinkan untuk menggunakan cara tegak lurus. Melakukan parkir paralel
merupakan keahlian yang paling sulit dalam memarkirkan kendaraan sehingga
dijadikan sebagai salah satu aspek yang diujikan pada saat ujian praktek untuk
mendapatkan SIM, dan juga menjadi salah satu pelajaran yang diberikan dalam
sekolah mengemudikan kendaraan
3. Parkir Serong
Merupakan cara parkir kendaraan yang membentuk sudut dengan pinggir jalan
atau tempat parkir. Parkir serong merupakan salah satu cara termudah dalam
memarkir kendaraan.&alam membuat parkir serong, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikana yaitu
a. Parkir serong harus memiliki standar sudut 30 derajat, 45 derajat, atau 60
derajat. Tidak boleh kurang atau lebih dari sudut tersebut. Sudut parkir yang
berbeda dapat diterapkan guna menyesuaikan dengan luasan yang
diperuntukkan untuk pelataran parkir, demikian juga halnya dengan dimensi
ruang parkir.
b. Luasan area parkir juga harus dipertimbangkan, tidak boleh terlalu sempit
karena menyulitkan pengemudi untuk manuver kendaraannya.

Tempat parkir juga tidak lepas dari konsep universal design yang didalamnya ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah
1. Tempat parkir harus mudah dijangkau, mudah penggunaannya, dan
memenuhikebutuhan parkir suatu bangunan tertentu didalam suatu lingkungan
yang didesaindengan baik untuk seluruh kalangan.
2. Tempat parkir harus ramah terhadap penggunanya baik itu pengguna orang tua
dengananak, orang lanjut usia, orang dengan barang bawaan yang banyak,
maupun orang berkebutuhan khusus yang membawa kursi roda dengan kendaraan
yang lebih besar.
3. Tempat parkir harus didukung dengan memasang marka jalan, papan petunjuk
untukmenunjukkan angka, lokasi, ukuran, dan karakteristik tertentu dengan jelas.
4. Tempat parkir harus memerhatikan kebutuhan semua orang yang kemungkinan
akanmenggunakan fasilitas tempat parkir untuk kenyamanan dan keselamatan
semua.
5. Tempat parkir untuk penyandang disabilitas dengan sistem parkir tegak lurus harus
memiliki minimal 2,4m lebar X 4,8m panjang, sedangkan untuk system parkir
parallel harus memiliki minimal 2,4m lebar : 6,1m panjang.

3.2 Metode
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menentukan kebutuhan parkir
(Tamin, 2008) antara lain:
1. Metode berdasarkan kepemilikan kendaraan
Metode ini mengasumsikan adanya hubungan antara luas lahan parkir dengan
jumlah kendaraan yang tercatat di pusat kota. Semakin meningkat jumlah
penduduk maka kebutuhan lahan parkir akan semakin meningkat karena
kepemilikan kendaraan meningkat
2. Metode berdasarkan luas lantai bangunan
Metode ini mengasumsikan bahwa kebutuhan lahan parkir sangat terkait dengan
jumlah kegiatan tersebut dilakukan seperti : Pusat perbelanjaan pertokoan dan
lain sebagainya.
3. Metode berdasarkan selisih terbesar kedatangan dan keberangkatan
Kebutuhan parkir didapat dengan menghitung akumulasi terbesar pada selang
waktu pengamatan. Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir pada suatu
tempat padaselang waktu tertentu dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan
pernah sama padasuatu tempat dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu.
BAB IV
PRESEDEN
4.1 Preseden Parkir
Semakin banyak nya jumlah penduduk, otomatis akan sangat mempengaruhi
banyaknya penggunaaan kendaraan bermotor, terutama mobil. Untuk mengantasipasi hal
tersebut harus adanya suatu sistem yang dapat mengantisipasi jumlah penduduk dan
kendaraan yang membludak. Karena itu perlulah dibangun sebuah area khusus parkir
yang mampu menampung ratusan, bahkan ribuan mobil dalam satu tempat. Agar
terciptanya ketertiban dalam hal perparkiran karena seperti yang telah kita ketahui terlalu
banyak saat ini parker dipinggir jalan yang mengakibatkan kemacetan. Banyak Negara –
Negara berkembang yang telah melihat masalah tersebut dan mulai menerapkan sistem
perparkiran tersebut. Adapun Negara yang memiliki parkir yang baik antara lain:
1. Dubai Robot Car Park
Sebuah sistem parkir mobil bertingkat otomatis yang pertama dari jenisnya
di Timur Tengah, dibuka untuk umum di Ibnu Battuta Gate di Dubai. Tempat parkir
mobil hi-tech otomatis berkapasitas 765 kendaraan , dibangun untuk mengatasi
masalah parkir yang tumbuh di UAE.
Dengan teknologi ini, tidak perlu berkeliling untuk menemukan tempat
parkir. Bawa mobil ke tempat masuk dan akan dijemput oleh lift komputerisasi
yang aman lalu ditempatkan dalam gedung pada sistem rak. Sistem parkir robot
dua kali lebih efisien dalam menghemat ruang parkir dibandingkan dengan parkir
mobil konvensional. Teknologi ini dikembangkan oleh Grup MAG-AS.Dengan
mekanisme pencet tombol, mobil bisa dimasukkan ke dalam slot yang ada di alat
raksasa bertingkat tersebut. Serta kemudian saat akan mengambil mobil tersebut
juga
tinggal

memencet tombol nomor yang ada.


Gambar 4.1 Sistem Parkir Car Park,Dubai

2. The amazing VW Autostadt, Jerman


Autostadt merupakan dua bangunan yang memiliki tinggi sekitar 200 kaki,
berdinding kaca tembus
pandang, sehingga isi
dalam bangunan bisa
dilihat dari luar. Bangunan
tersebut penuh dengan
mobil-mobil baru
Volkswagen,
serta menjadi pusat
pengadaan pengiriman
kendaraannya.
Ruangan dalam
bangunan adalah untuk
penyimpanan
kendaraan baru. Diatur
oleh lengan robotik
yang dapat melakukan
rotasi dan menempatkan
kendaraan pada posisinya
dengan sangat rapi. Autostadt memiliki 20 tingkat, dimana setiap tingkat tersimpan
400 produk mobil baru Volkswagen. Selain megah, bangunan ini juga dilengkapi
dengan restoran Michelin bintang tiga dengan pintu kaca terbesar dan terpanjang
di dunia. Pintu kaca ini berukuran empat mil.
Gambar 4.2.The amazing VW Autostadt, Jerman

3. Robotic Car Park, Breach Candy Mumbai'


Anda hanya harus pergi ke titik masuk, kemudian Anda akan diberikan kartu
parkir dan meninggalkan mobil. Mobil akan diangkat robot ke tempat kosong.
Seluruh sistem otomatis dan tidak memerlukan unsur manusia kecuali
memberikan kartu parkir. Dua lift dapat bergerak secara horisontal dan vertikal,
masing-masing dapat membawa satu mobil pada suatu waktu. Sistem
komputerisasi mendeteksi tempat parkir kosong dan lift menempatkan mobil di
tempat itu. Seluruh proses parkir dan mengambil mobil hanya membutuhkan
waktu 90 detik. Tempat parkir mobil memiliki keamanan built-in cadangan.

Gambar 4.3. Robotic Car Park, Breach Candy Mumbai


4.2 Konsep AL (Artificial Intelligence/Kecerdasan Buatan)
Perkembangan teknologi Modern memang tidak dapat dihindari dimana kehidupan
dunia yang ada saat ini kebanyakan mengandalkan bantuan berbagai alat modern dan
canggih untuk membantu kehidupan sehari-sehari. Contoh perkembangan teknologi
misalkan saja Salah satu konsep mesin parkir futurisitik berikut, mesin parkir dengan
kemampuan retina scan, karena dari berbagai banyak media menyebutkan bahwa saat ini
perangkat retina scan sedang dalam pengembangan. Tidak hanya mesin parkir yang
mengalami perkembangan tetapi sistem parkir-pun mengalami perkembangan dengan
bantuan komputerisasi yang membuat kendaraan terparkir secara otomatis.
Konsep AI (Artificial Intelligence/Kecerdasan Buatan) biasanya dilengkapi dengan
sejumlah sensor maka dari itu mesin parkir dengan metode retina scan terlihat cocok
dengan konsep AI. Berikut cara kerjanya :
 Mobil masuk kedalam gedung parkir
 Didalam ruangan pendataan, pengemudi dapat menekan tombol Scan untuk
melakukan scan pada Retina dan scan kendaraan untuk mengambil nomor
polisi.
 Hasil scan akan disimpan dalam database agar ketika pengemudi datang
kembali retina dan data kendaraan sudah dikenali.
 Jika Scan tidak berhasil maka mesin akan memberitahu pesan gagal dan
memerintahkan pengemudi agar tidak menghalangi mata dengan benda
sehingga membuat mesin scan retina tidak dapat bekerja.
 Jika scan retina berhasil maka mesin akan memerintahkan pengemudi untuk
keluar dari kendaraan dan mengunci mobil.
 Setelah pengemudi keluar dari kendaraan pengemudi dapat menekan tombol
parkir dimesin agar mesin melakukan parkir otomatis.
 Jika pengemudi ingin mengambil mobil maka pengemgemudi harus berada
disisi lain gedung yang dikhususkan untuk mengambil mobil, kemudian
melakukan retina scan kembali.
 Sama seperti langkah nomor 4, tidak ada benda yang menghalangi proses
retina scan.
 Setelah mobil siap, pengemudi tidak bisa langsung keluar karena terdapat
palang pintu melainkan mesin akan memberi tahu total parkir yang harus
dibayarkan. Pengemudi cukup memasukkan uang sesuai total yang harus
dibayarkan, jika uang lebih maka mesin akan memberikan uang kembali.
Misalnya, mesin meminta total bayar Rp. 10.000 tetapi pengemudi membayar
Rp. 20.000 maka mesin akan memberikan kembalian senilai Rp. 10.000.
 Palang pintu terbuka dan pengemudi dapat meninggalkan tempat parkir.

Gambar 4.4. Ilustrasi Smart Parking

Anda mungkin juga menyukai