Anda di halaman 1dari 185

DATA PERUSAHAAN I

Data Organisasi Perusahaan

1.1. LatarBelakang Perusahaan

CV. Abidvia Konsultan didirikan di Pontianak pada 13 Juni 2007


yang dinyatakan dalam Akte Notaris Esti Utami Dewi, SH No.07 dan
Akta Perubahan terakhir Nomor : 101 tanggal 21 Januari 2019 yang
dinyatakan dalam Akte Notaris Eddy Dwi Pribadi, SH , dengan
maksud untuk ikut serta memberikan jasa-jasa konsultansi dalam
bidang jasa konstruksi maupun non konstruksi dalam rangka
mensukseskan pembangunan sosial, ekonomi maupun sarana dan
prasarana fisik demi tercapainya pembangunan sosial di Indonesia.
Sebagai Perusahaan yang berorientasi kepada dinamika

perkembangan jasa konstruksi CV. Abidvia Konsultan berusaha

menunjukkan keahlian teknik dalam bidang yang sangat luas, baik

disektor Pemerintah maupun Swasta, serta siap terjun ke pasar bebas

(Globalisasi).

Atas dasar tersebut, maka CV. Abidvia Konsultan bersiap diri


membantu program Pembangunan Pemerintah di segala bidang,
untuk menunjang kegiatan ini perusahaan dilengkapi oleh para
tenaga ahli dari disiplin ilmu yang telah berpengalaman
dibidangnya masing-masing serta dilengkapi ruang kantor, studio
dan kearsipan yang memadai, hal ini diharapkan dapat
menyuguhkan serta menyelesaikan pekerjaan secara profesional.

1|
1.2. Data Organisasi CV. Abidvia Konsultan

a. Dewan Direksi
- Komisaris : Erik WIjanarko
- Direktur : Valen Wiranata
- Wakil Direktur : Novita Nanda Sari

Guna meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka menangani


berbagai proyek yang semakin berkembang maka CV. Abidvia
Konsultan telah mengembangkan divisi-divisi sebagai berikut :

 DIVISI MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN TEKNIK



1. Rancang bangun dan Supervisi
 Gedung

 Perkantoran

 Hotel

 Pabrik

 Workshop / Konstruksi Baja

 DIVISI PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI



1. Studi dan Perencanaan
 Jalandan Jembatan

 Dermaga

2. Supervisi
 Pembangunan Jalandan Jembatan

 Dermaga

 DIVISI SUMBER DAYA AIR

1. Study dan Perencanaan
 Pengembangan Sumber Daya Air

 Irigasi dan Drainase

 Manajemen Air

 Bendungan, Waduk dan Embung

 Pengembangan saluran air

2. Pengawasan / Supervisi
 Pengembangan irigasi dan drainase

 Pengembangan bendungan, waduk dan embung

2|

 DIVISI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Pelatihan / Training
 Pelatihan pengembangan kemampuan karyawan.

1.5. Fasilitas Pendukung CV. Abidvia Konsultan


Guna memberikan hasil yang terbaik, selain personil yang
terpilih juga diperlukan keberadaan peralatan yang dapat
mendukung melajunya semua aktivitas kerja, dan berkaitan dengan
kondisi tersebut maka CV. ABIDVIA KONSULTAN akan secara total
memberikan dukungan pada tim studi dengan memobilisasi alat
dan peralatan yang baik dan layak pakai.

Alat dan peralatan yang digunakan dapat digolongkan menjadi


(1) peralatan kantor yaitu peralatan yang ditempatkan di kantor tim, dan
(2) peralatan survey yaitu peralatan yang digunakan untuk aktivitas
di luar kantor.

Ruang dan fasilitas kantor, adalah kelengkapan standar untuk


menampung satu kegiatan, dengan dilengkapi meja dankursi kerja,
mejadankursitamu, sertapenerangan yang cukup, ruang kerja
Konsultan akan mendukung kenyamanan iklim kerja.
Ruang kantor mampu menampung kegiatan professional staff dan
supporting staff terutama pada saat rapat koordinasi intern tim
konsultan. Komputer dan printer diperlukan mutlak keberadaan
komputer di ruang kerja untuk mendukung tidak hanya kegiatan
pembuatan laporan teknis namun juga administrasi. Program komputer
yang baik akan memberikan hasil yang baik pula. Kondisi ini sangat
berpengaruh karena Konsultan dinilai dari laporannya, dan produk
yang melibatkan komputer. Keberadaannya disesuaikan dengan
jadwal pelaporan.
Meja, computer/laptop dan printer, adalah kelengkapan yang harus
dipenuhi untuk satu pekerjaan karena keberadaannya sangat
penting dalam pembuatan dokumen perencanaan.
Scanner, digunakan untuk mendukung penyusunan laporan serta
dalam pengarsipan hasil survei.

3|
Kamera, sebagai alat bantu pelaksanaan survei lapangan dalam
pengumpulan data primer berupa photo-photo dokumentasi.
Kendaraan roda 4, yang akan sangat menunjang aktivitas tim
konsultan.
Kendaraan roda 2, sebagai sarana transportasi untuk menjangkau
daerah-daerah dekat dan lebih cepat karena meminimalisir
kemacetanapabila tidak dapat dilalui oleh kendaraan jenis roda 4.
Kendaraan dengan kondisi baik ini akan digunakan terutama untuk
pengumpulan data dan survey lapangan yang dilakukan Tenaga
Pendukung.
Telepon dan Handphone, sangat diperlukan untuk memudahkan
komunikasi dengan semua pihak yang terkaitselama masa
pelaksanaan pekerjaan.

Daftar peralatan terlampir.

4|
II
Data Pengalaman Perusahaan

2.1. Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir

Pengalaman perusahaan sejenis selama sepuluh tahun terakhir


dalam partisipasi pekerjaan perencanaan gedung yang diberikan
kepada CV. Abidvia Konsultan, kami tampilkan dalam bentuk daftar
pengalaman kerja yang mencakup nama paket pekerjaan, jumlah
orang yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, waktu
pelaksanaan, lingkup kegiatan, nilai kontrak dan instansi pengguna
jasa. Pengalaman pekerjaan jasa perencanaan terlampir.

5|
PENDEKATAN & METODOLOGI I
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP
KAK, PERSONIL, FASILITAS
PENDUKUNG

1.1. Tanggapan dan Saran Terhadap KAK


Membaca dan memahami paparan dari Kerangka Acuan Kerja(KAK)
pada Jasa Konsultan Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama
Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak, mulai dari latar belakang, sasaran yang
ingin dicapai sampai kepada data teknis yang diberikan merupakan
masukan dan arahan yang baik dalam mewujudkan keinginan untuk
mendapatkan suatu bangunan gedung sebagai sarana utama dalam
melakukan aktifitas seluruh Civitas dan steakholder STAKatN Pontianak.
Tanggapan Terhadap KAK (Kerangka Acuan Kerja) dilakukan
sebagai upaya untuk melengkapi beberapa poin pemikiran yang belum
terdapat didalam KAK. Tanggapan ini akan dibagi kedalam dua bagian
yaitu Tanggapan Umum dan Tanggapan Khusus.
Tanggapan Umum akan membahas kepada gambaran
pelaksanaan pekerjaan secara umum, sedangkan Tanggapan Khusus akan
membahas terhadap item-item yang termuat didalam KAK dan akan
menjadi sub bab dalam Usulan Teknis.
Berdasarkan pemahaman terhadap KAK yang telah dilakukan serta
review terhadap Berita Acara Penjelasan Tugas (Aanwijzing), maka
Konsultan telah cukup memahami subtansi materi dari “Perencanaan
Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak”
Namun seperti telah dijelaskan diatas, Konsultan akan menyampaikan
beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja terutama untuk
kepentingan peningkatan kinerja pada saat pelaksanaan Perencanaan
pekerjaan nantinya.
Tanggapan yang akan dikemukakan oleh Konsultan pada dasarnya
untuk memperjelas subtansi dan materi yang akan diuraikan pada KAK,

6|
agar tidak ada permasalahan dan kendala dalam proses Perancangan,
sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dapat optimal dan tentunya dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.

Dengan demikian, tanggapan yang akan disampaikan Konsultan ini


diharapkan dapat juga menghindarkan dari kesalahan interpretasi yang
dapat merugikan semua pihak. Tanggapan dari Konsultan terhadap
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat dilihat pada bahasan sub bab berikut.
Secara umum tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja ini disusun setelah
Tim Konsultan Perencana mempelajari dan mencermati :
1. Mempelajari Dokumen Pemilihan khususnya Kerangka Acuan Kerja (KAK)
2. Mempelajari Berita Acara hasil aanwijzing (LPSE)
3. Mempelajari dan memahami pekerjaan yang akan di laksanakan
secara baik

1.2. Tanggapan dan Pandangan Secara Umum


Pemahaman secara umum terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran pekerjaan, tata cara
serta konsep
perencanaan bangunan itu sendiri sudah dapat dimengerti dan dipahami,
adapun kebutuhan ruang yang diperlukan dalam Jasa Konsultan Perencanaan
Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak
sudah dapat digambarkan secara umum dan kami sebagai konsultan
perencana dapat memahami dan mengerti apa tujuan dan sasaran yang
akan di rencanakan, adapun kebutuhan tenaga ahli, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, pada dasarnya telah cukup lengkap dan konsultan Perencana
dapat memahami dan mengerti mengenai Jasa Konsultan Perencanaan
Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak.
Adapun kendala – kendala yang di alami dalam perencanaan dikemudian
hari dapat di bicarakan dan diputuskan dalam sebuah presentasi.

7|
1.3. Tanggapan dan Pandangan Secara Khusus
Setelah kami mempelajari isi yang tercantum dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) kami dapat menguraikan sebagai berikut :

1. Judul Pekerjaan
Judul pekerjaan ini adalah ” Perencanaan Pembangunan Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak ”, sudah cukup
dimengerti. Adapun untuk pelaksanaan pekerjaan, tetap akan mengacu
kepada gambar, Kerangka Acuan Kerja serta referensi – referensi yang
mengenai tentang tata ruang dan kebutuhan gedung itu sendiri,
mempelajari hasil survey lapangan dan literature pustaka akan menjadi
modal dan tolak ukur untuk memulai sebuah konsep rancangan, serta
perhitungan – perhitungan terhadap biaya pembangunannya dan
perhitungan terhadap struktur bangunan yang akan direncanakan
tersebut.

2. Latar Belakang Pekerjaan


Didalam latar belakang atau pendahuluan telah diuraikan mengenai
alasan dan nilai penting pekerjaan perencanaan ini, latar belakang
pekerjaan seperti yang termuat didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
dipandang sudah cukup memberikan pengantar apresiasi pekerjaan.
Adapun tambahan lain yang menyangkut pekerjaan secara umum adalah
merupakan segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa
pekerjaan Perencanaan telah di konsep secara permanen dan dapat
mewakili dari kebutuhan Ruang Perencanaan Pembangunan Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak, dalam mendesain
bangunan nantinya sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan
sebagai tahap perencanaan gedung, ketentuan – ketentuan yang telah di
gariskan dan perintah ( aturan ) yang di berikan merupakan sebagai
pedoman dan acuan pelaksanaan perencanaan. Hal penting lainnya
yang perlu di garis bawahi bahwasannya pekerjaan ini merupakan Jasa
Konsultasi Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik
Negeri (STAKatN) Pontianak.

8|
3. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan adalah di Komplek STAKatN Pontianak sudah
sangat jelas bahkan sudah sering dilakukan survei lokasi maupung existing
gedung oleh konsultan.

4. Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan


Secara umum Maksud dan Tujuan Jasa Konsultan Perencanaan
Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak
cukup jelasdan dapat dimengerti oleh Konsultan. Sasaran dari kegiatan
ini adalah Tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak yang dapat
dipertanggung jawabkan, baik secara administrasi maupun teknis.
Adapaun keluaran gambar yang dihasilkan dari pekerjaan ini berupa:
a. Gambar Arsitektur berupa :
 Perspektif 3D bangunan.

 Tampak Depan, belakang dan samping

 Gambar Potongan

b. Gambar Sipil berupa :
 Pondasi

 Struktur kerangka bangunan beton bertulang

c. Gambar Elektrikal berupa :


 Struktur pengkabelan arus listrik

 Bagan alir dan diagram pengkabelan arus listrik

 Bagan Alir jaringan telekomunikasi (telpon danLAN)

d. Gambar Air Bersih dan Air Kotor, WC ke Septictankberupa :
 Struktur perpipaan air bersih dan air kotor serta WC ke Septictank.

 Bagan Alir dan Diagram air bersih dan air kotorserta WC ke
Septictank.

e. Gambar – gambar detail :
 Struktur Sipil

 Arsitektur

 Elektrikal

 Jaringan Komunikasi

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berupa


Administrasi dan Biaya adalah :
a. Rencana Kerja dan Syarat – syarat Administrasi
b. Rencana Kerja dan Syarat – syarat Teknis
c. Laporan teknis perencanaan
d. Perhitungan struktur rangka beton bertulang

9|
e. Perhitungan Volume Komponen Bangunan
f. Daftar harga satuan bahan, upah dan pekerjaan
g. Daftar analisa komponen pekerjaan
h. Rencana Anggaran Biaya seluruh bangunan
i. Animasi 3D

Semua keluaran yang diharapkan tersebut, disebut Dokumen


Perencanaan yang harus diserahkan oleh penyedia jasa secara
keseluruhan dan sesuai dengan jangka waktu yang telah dijadwalkan yaitu
selama 60 (enam puluh) hari kalender.
Untuk mewujudkan sasaran diatas, konsultan akan melaksanakan
pelaporan pekerjaan dengan system sesuai dengan KAK:

a) Laporan RMK (Rencana Mutu Kontrak)


b) Laporan Pendahuluan
 Konsep penyiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi,
jumlah dan kualifikasi tim perencana, metoda pelaksanaan dan
tanggung jawab waktu perencanaan.

 Konsep skematik rencana teknis, termasuk program
perancangan, program ruang, organisasi hubungan massa
bangunan dan lain-lain.
 Metodologi pelaksanaan kegiatan.

 Jadwal penugasan personil.

 Jadwal pelaksanaan kegiatan.

 Sketsa denah, tampak dan potongan bangunan.

c) Laporan Antara
 Fakta dan analisanya.

 Gambar site plan.

 Gambar-gambar pra-rencana bangunan.

 Perkiraan biaya pembangunan.

 Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

 Gambar perspektif.

d) Draft Laporan Akhir
 Gambar pengembangan tata lahan (site plan), sistem utilitas dan
drainase kawasan, rencana tata hijau/landscape.
 Gambar pengembangan rencana arsitektur, struktur, mekanikal,
elektrikal dan lansekap.

 Gambar sistem telekomunikasi dan sistem transportasi.

 SOP Mitigasi Bencana.

 Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang
diperlukan.
10 |

 Draft rencana anggaran biaya.
 Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

 Draft rencana kegiatan dan volume pekerjaan (BoQ).

 Dokumen Perencanaan dengan Gambar A3.

e) Laporan Akhir
 Pengolahan data dan analisanya.

 Gambar site engineering lengkap.

 Gambar rencana teknis bangunan lengkap.

 Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

 Rencana kegiatan dan volume kegiatan (BOQ).

 Rencana anggaran biaya (RAB).

 Animasi 3D

 Maket

f) Dokumen Lelang
 Bill of Quantity.

 Rencana Kerja dan Syarat-syarat

 Album gambar perencanaan A3

Dengan melaksanakan semua sistem diatas sesuai dengan jadwal,


konsultan perencana akan mewujudkan sasaran akhir kegiatan ini, yaitu
Tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama
Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak secara tepat mutu, tepat waktu, tertib
administrasi dan keuangan.

5. Lingkup Kegiatan
Adapun lingkup kegiatan ini antara lain;
a. Lingkup Kegiatan adalah : “Perencanaan Pembangunan Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak”.
b. Lokasi fisik bangunan berada di Komplek STAKatN Pontianak.
c. Dalam Kegiatan Perencanaan, konsultan perencana akan
mempedomani struktur organisasi Kegiatan.
d. Konsultan perencana akan mengadakan diskusi dan presentasi
yangterkait dengan subtansi pelaksanaan pekerjaan dalam
rangka tercapainya tujuan dan sasaran serta alih pengetahuan
kepada pengelola kegiatan.

Kemudian Lingkup tugas yang akan dilaksanakan oleh Konsultan


Perencana (PT.Natural Sumatera Consultant)akan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman teknis Pembangunan
Gedung Negara. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
tanggal 27 Desember 2007, tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara dapat meliputi tugas-tugas perencanaan
11 |
lingkungan, site dan perencanaan fisik bangunan gedung negara yang
terdiri dari :
a. Persiapan perencanaan seperti pengumpulan data dan informasi
lapangan, untuk dibuat interpretasi secara garis besar terhadap
KAK oleh konsultasi dengan arahan pemerintah daerah setempat
mengenai peraturan daerah/perijinan bangunan yang ada.
b. Penyusunan perencanaan seperti pra-rencana Perencanaan
Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN)
Pontianak dan bangunan termasuk program dan konsep ruang,
perkiraan biaya dan mengurus perijinan sampai mendapatkan
keterangan rencana kota, keterangan persyaratan bangunan
dan lingkungan, dan IMB Pendahuluan dari pemerintah
Setempat.
c. Penyusunan Pengembangan Perencanaan, antara lain membuat :
 Rencana Arsitektur, beserta konsep dan visualisasi atau studi
maket yang mudah dimengerti oleh Pemberi Tugas
 Rencana Struktur, beserta uraian konsep dan
perhitungannya, perhitungan struktur harus ditandatangani
oleh Tenaga Ahli yang mempunyai Ijin Sertifikat

 Rencana utilitas, dan tata hijau/landscape beserta uraian
konsep dan perhitungannya

 Perkiraan Biaya

d. Penyusunan rencana detail, antara lain memuat :
 Gambar-gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas
yang sesuai dengan gambar rencana yang telah disetujui. 
 Semua gambar arsitektur, struktur, dan utilitas harus
ditandatangani oleh Penanggung Jawab Perusahaan dan
Tenaga Ahli yang mempunyai ijin sertifikat
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

 Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan, Rencana Anggaran
Pekerjaan Konstruksi

 Animasi 3D

 Maket

 Laporan Akhir Perencanaan

e. Mengadakan persiapan proses lelang pekerjaan pelaksanaan,
seperti membantu PPK di dalam menyusun Dokumen Pelelangan
dan membantu panitia pelelangan menyusun program dan
pelaksanaan proses lelang
f. Membantu Panitia lelang pada waktu penjelasan pekerjaan,
termasuk menyusun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, Evaluasi

12 |
Penawaran, menyusun kembali dokumen Pelelangan, dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi
pelelangan ulang.

g. Melakukan pengawasan berkala di saat pekerjaan fisik.

1.4. Tanggapan dan Saran Terhadap Fasilitas


Pendukung
1. Menurut Konsultan, Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari
Pengguna Anggaran yang dituangkan dalam RAB kosong
perencanaan sudah cukup jelas untuk dipahami.
2. Segala hal yang dibutuhkan dalam proses perencanaan sudah
tertuang dalam Anggaran Biaya dengan Anggaran yang memadai.
3. Adapun material dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna jasa seperti :
a. Peralatan kerja yang akan disediakan Konsultan berupa
peralatan berikutyang utamanya bertujuan agar seluruh personil dapat
melaksanakan dan mengembangkan seluruh kegiatan secara
maksimal:

 Personal Computer (PC)



 Printer (A3 dan A4), Foto Copy, ATK

 Alat – alat pengukuran dilapangan

 Soil Investigasi (Sondir, Boring)

 Kendaraan Roda Empat dan roda dua

 dll.

b. Jumlah PC yang disediakan akandimanfaatkan oleh Tenaga Ahli,
Operator Komputer, CAD Engineer danuntuk keperluan administrasi.
Termasuk fasilitas ikutannya, yaitu Printer, tinta dan bahan-bahan
habis
pakai. Walaupun dalam anggaran tidak semua peralatan
dicantumkan, konsultan dapat memahami karena seluruh biaya
yang ditimbulkan sudah termasuk dalam biaya-biaya lainnya.
4. Kendaraan roda empat dan roda dua yang disediakan untuk
kebutuhanmobilisasi personil dari dan ke lokasi pekerjaan maupun
kegiatan keinstansi-instansi terkait dalam rangka memaksimalkan
pekerjaan.

13 |
1.5. Tanggapan dan Saran Terhadap Personil
Kriteria dan persyaratan yang ditentukan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK) menurut Konsultan sudah mencukupi standar keahlian yang
dibutuhkan untuk dapat menyelesikan pekerjaan perencanaan kontruksi
ini,dan bisa menjalankan apa yang telah menjadi ketentuan dokumen
pelaksanaan teknis perancangan, adapun perubahan – perubahan yang
adabisa diatasi dan di cari solusinya agar perencanaan berjalan
sebagaimana mestinya.
Maka untuk pelaksanaan kegiatan ini Konsultan akan menyediakan
Tenaga – tenaga ahli minimal sesuai dengan yang disyaratkan yaitu :

14 |
1.6. Tanggapan dan Saran Terhadap Waktu
Pelaksanaan
1. Lama waktu pelaksanaan pekerjaan berdasarkan Kerangka Acuan
Pekerjaan ini adalah 60 (Enam Puluh) hari kalender terhitung semenjak
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Waktu yang disediakan
dengan Tenaga Ahli yang tersedia cukup memadai menurut konsultan
serta dibantu oleh tenaga pendukung teknis dan non teknis. Dengan
adanya penjadwalan pelaksanaan pekerjaan untuk masing – masing
tenaga ahli Konsultan optimis dapat menghasilkan produk sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
2. Dalam hal pengawasan berkala, sangat tergantung dengan pekerjaan
fisik.

1.7. Kesimpulan
Kerangka Acuan Keraja (KAK) merupakan acuan mengenai segala
sesuatu ketentuan yang akan di pedomani oleh konsultan untuk melaksanakan

Jasa Konsultan Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik

Negeri (STAKatN) Pontianak. Materi Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat

dikatakan cukup baik dankomunikatif.

Ditinjau dari segi materi yang disampaikan dalam KAK untuk Jasa
Konsultan Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik
Negeri (STAKatN) Pontianak sudah dengan sangat jelas.

15 |
2
Pendekatan,
Metodologi, & Program
Kerja
2.1. Pendekatan dan Metodologi
2.1.1. UMUM
Setiap bangunan negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya,
sehingga mampu memenuhi fungsi bangunan secara optimal, handal, ramah
lingkungan dan dapat sebagai teladan bagi lingkungannya, serta berkontribusi
positif bagi perkembangan arsitektur di Indonesia. Setiap bangunan negara
harus direncanakan, dirancang dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya dan
kriteria administrasi bagi bangunan gedung negara.
Pemberi jasa perencanaan untuk bangunan gedung negara perlu
diarahkan secara baik dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya
perencanaan teknis bangunan yang memadai dan layak diterima menurut
kaidah, norma serta tata laku profesional. Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk
pekerjaan perencanaan telah disiapkan secara matang sehingga mampu
mendorong terwujudnya karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan
kegiatan.

Bertitik tolak dari hal diatas pelaksanaan pembangunan bidang


Prasarana Pendidikan juga melalui tahapan Perencanaan yang disebutkan di
atas, baik perencanaan tingkat makro seperti telah disusunnya rencana induk

16 |
pengembangan prasarana pendidikan dengan perencanaan yang lebih detail
seperti Perencanaan Teknis dari prasarana pendukung lainnya yaitu
Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN)
Pontianak beserta pendukungnya di Komplek STAKatN Pontianak sebagai
acuan untuk pelaksanakan dilapangan yang hasilnya diharapkan untuk
menjamin kinerja dalam rangka peningkatan pendidikan masyarakat.
Gedung ini merupakan salah satu bangunan Gedung Negara, oleh
karena itu dalam merencanakan pembangunannya harus memenuhi azas dan
prinsip suatu bangunan Gedung Negara agar dapat dimanfaatkan sesuai
fungsinya.
Azas dan prinsip yang harus diperhatikan dalam merencanakan
pembangunan gedung ini antara lain : manfaat, keselamatan, keselarasan
Bangunan dengan lingkungan, efektif, efisien, terarah dan terkendali sesuai
dengan program dan fungsi.
Pembangunan Gedung ini menjadi prioritas karena Pemerintah dalam
hal ini Dinas Pendidikan Republik Indonesia telah merumuskan kebijakan
pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah agar
penyelenggaraan pemerintah dapat berjalan efektif dan efisien. Untuk itu perlu
membuat Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri
(STAKatN) Pontianak dengan ketentuan sebagaimana diuraikan dalam KAK.
Mempelajari perilaku struktur dan kondisi bangunan pasca gempa
merupakan bagian utama dalam kajian dan Perencanaan Pembangunan
Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak, guna menghindari
kejadian bangunan yang bisa ambruk akibat daerah Sumatera Barat yang
rawan gempa yang merupakan perulangan alam yang tidak bisa diprediksi
dengan pasti saat kejadiannya dan di hentikan.

TINJAUAN UNDANG-UNDANG NO.28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia


jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
konstruksi baik sebagai perencana, pengawas atau manajemen konstruksi
maupun jasa-jasa pengembangannya, termasukpenyedia jasa pengkaji teknis
bangunan gedung. Oleh karena itu,pengaturan bangunan gedung ini juga
harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua
penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun
17 |
pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib
mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam undang-undang tentang
Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi
maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang
dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat
setempat dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya
nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik dan bersejarah.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang
sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong,
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat
memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga
jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam
menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati
oleh semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan,
kenersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata
pemerintahan yang baik.
Dalam bab ini akan dijelaskan pendekatan dan metodologi yang akan
diajarkan oleh Konsultan dalam menangani Perencanaan Pembangunan
Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak, yang secara garis
besar
lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan oleh konsultan perencana
berpedoman pada ketentuan yang berlaku:
1. Fokus pada Dokumen Perencanaan nantinya dimanfaatkan untuk
pedoman pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama
Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak, Komplek Sekolah Tinggi Agama Katolik
Negeri (STAKatN) Pontianak.
2. Persiapan seperti : mengumpulkan data teknis dan informasi lapangan
(termasuk penyelidikan tanah), membuat interpretasi secara garis besar
terhadap KAK dan konsultasi dengan pemerintah setempat mengenai
peraturan derah / perijinan bangunan.
3. Penyusunan pra perencanaan seperti : rencana arsitektur awal, perkiraan
biaya, konsep ruang, rencana pemakaian material yang mendukung fungsi
dan peran gedung.

18 |
4. Penyusunan Pengembangan Rencana, yang meliputi : (a). Rencana
arsitektur, (b). Rencana struktur, (c). Rencana Anggaran Biaya, (d). Visualisasi
atau studi maket.
5. Penyusunan Rencana Detail, antara lain : (a). Gambar detail arsitektur,
struktur dan utilitas sesuai rencana yang telah setujui, (b). Perhitungan
struktur, drainase dan utilitas gedung (c). Rincian volume pekerjaan,
anggaran biaya, spesifikasi teknik, (d), Laporan kegiatan perencanaan, (e).
Rencana Kerja dan syara-syarat RKS.
6. Mengadakan seminar/ pemaparan untuk menampung masukan dalam
perencanaan.
7. Membantu pengguna jasa/ panitia pelelangan pada waktu memberi
penjelasan pekerjaan (aanwijzing), mengadakan pemantauan berkala
selama pelaksanaan konstruksi fisik, memberi penjelasan terhadap persoala-
persoalan yang timbul selama masa pelaksanaan konstruksi,memberi saran,
pertimbangan dan rekomendasi terhadap penggunaan material/ bahan
yang dipakai, serta membuat laporan akhir pemantauan berkala.
8. Membuat/ menyusun substansi sebagaimana point (5) dan tentunya dalam
setiap langkah yang akan diambil tetap mengadakan asistensi/diskusi
dengan pengguna jasa.
Selanjutnya dalam bab ini akan menjabarkan metodologi yang akan
digunakan konsultan dalam setiap rangkaian tahapan pekerjaan sehingga
dalam waktu yang relatif cukup yaitu 90 (Sembilan puluh Hari) Hari Kalender,
seluruh rangkaian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai
dengan tujuan Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik
Negeri (STAKatN) Pontianaktentunya dengan tetap berpegang pada dasar
hukum, adapun dasar hukum melakukan kegiatan ini adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
2. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah
Otonom Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Barat;
3. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara;
6. SNI 03-1726-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan;

19 |
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005;
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2008 tentang Amdal
dan Lingkungan Hidup;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000Tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah
Otonomi;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
13. Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 tahun 2006 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedungdan Lingkungan;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
18. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 468 /KPTS
/1998 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
19. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 10 /KPTS /
2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
20. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran diPerkotaan;
21. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 332/KPTS/M/
2002 Tentang pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
22. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan;

20 |
2.1.1.1. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN PEKERJAAN

Maksud memberikan Gambaran teknis, sistematika, sistem dan pola kerja


dalam Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri
(STAKatN) Pontianak yang terarah sesuai dengan kepentingan kegiatan
dengan tujuan memudahkan team Owner dalam memahami langkah kerja,
sistematik yang digunakan, rujukan, kemampuan tenaga ahli dan pemahaman
dalam menjabarkan keinginan dari owner.
Dengan sasaran dapat bersinergi dan bekerja sama dalam proses
perencanaan dengan pihak-pihak yang terkait yang dibentuk oleh owner dan
terciptanya suatu karya perencanaan yang baik, kuat, aman dan mempunyai
nilai estetika yang tinggi serta terkendalinya proses perencanaan konstruksi dan
pelaksanaan konstruksi secara berkualitas, tepat waktu, dalam batas biaya
yang tersedia sehingga terselenggara secara tertib adimnistrasi dan teknis.

2.1.1.2. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Waktu Perencanaan yang diberikan sesuai yang diberikan owner selama


60 (enam puluh) hari kalender, merupakan dasar dari penentuan jumlah dan
pembagian tugas personil dalam perencanaan.
Apresiasi dan inovasi ini merupakan pengembangan dari pemahaman
dan beberapa tanggapan Konsultan terhadap KAK yang kami terima, yang
kami sampaikan berupa usulan-usulan awal sebagai gambaran awal dari
konsep perancangan yang akan kami laksanakan dimana diharapkan dengan
tersusunnya Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri
(STAKatN) Pontianak, diharapkan mampu menyediakan hasil desain yang tepat
guna dan dapat diaplikasikan dilapangan.

2.1.2. PERENCANAAN ARSITEKTUR BESERTA UTILITAS


2.1.2.1. SURVEY PENDAHULUAN DAN PENGUMPULAN DATA
Konsultan akan mengumpulkan selengkap mungkin data-data yang
diperlukan untuk penentuan langkah-langkah perancanaan teknis, data-data
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data-data awal perencanaan dan data-data terdahulu
terhadap perencanaan disekitar rencana bangunan;
2. Survey;
3. Pengambilan sample tanah, pengujian tanah di lapangan dan
laboratorium; yaitu sondir dan Boring pada rencana lokasi bangunan dan
dilaksanakan pengujian indek properties di laboratorium.

21 |
Dari survai pendahuluan ini diharapkan mendapatkan gambaran awal
kondisi lokasi perencanaan sebagai data awal guna penyusunan preliminary
design, yang selanjutnya dijadikan bahan diskusi dengan penggunaan jasa
untuk menselaraskan konsep perencanaan dengan keinginan pengguna.
Memadukan teknologi membangun dengan estetika/keindahan mulai
dari skala makro sampai pada skala mikro berupa detail konstruksi dan furnitur,
merupakan wujud fisik sebagai wadah kegiatan manusia lebih dari sekedar
usaha pemenuhan persyaratan fungsional semata dalam sebuah program
bangunan. Gubahan dan organisasi unsur bentuk dan ruang akan menentukan
bagaimana arsitektur dapat meninggikan suatu karya, memperoleh
tanggapan dan mengungkapkan suatu makna.

2.1.2.2. TAHAP PRARENCANA (PRELIMINARY DESIGN)

Pada tahap ini dilakukan proses analisa/pengenalan terhadap


permasalahannya, merumuskan lingkup permasalahannya, pengumpulan data
yang relevan untuk diasimilasikan. Data awal ini yang akan menjadi acuan
dalam penyusunan program ruang, konsep perancangan, dan desain awal.

Gambar 2-3. Acuan Dalam Menyusun Konsep

Keluaran pada tahap ini adalah konsep perancangan Site Plan, Denah,
Tampak, Potongan dan Perspektif. Dalam tahap ini dapat diperoleh penjelasan
yang lebih rinci mengenai disainnya.Konsep dasar rancang bangun adalah
suatu hasil kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu yang dirangkum dalam bentuk
rancangan. Gagasan dasar muncul kreatifitas arsitek, baik dalam bentuk
institusi maupun dalam bentuk pemograman.

22 |
Gambar 2-4. Gagasan Dalam Perencanaan

Rancangan selanjutnya diekspresikan dalam satu atau beberapa


alternative lay-out bangunan, dimana bentuknya dihasilkan dari pertimbangan
rumusan konsep – konsep system bangunan (arsitektural, struktural, mekanikal,
dan elektrikal) dan lingkungan sekitar yang tentunya disesuaikan dengan
peruntukan bangunan.

Gambar 2-5. Peruntukan Bangunan

23 |
Gambar 2-6. Bangunan Green Bui

24 |
INPUT

ASPEK MANAJEMEN ALOKASI KEBUTUHAN


KESEHATAN DAN
FUNGSI BANGUNAN
LINGKUNGAN

STRUKTURAL ME KUNGAN ARSITEKTURAL


• Kekuatan • Transportasi • Sanitasi • Penataan dan
• Ketahanan vertikal • Pengolahan
pemanfaatan
• Kemudahan dalam • Tata udara Limbah
ruang
Pelaksanaan • Plumbing
• Telepon dan interior
• Daya listrik dan • Estetika
Penerangan • Aksebility

ANALISA
TEKNO-EKONOMI
(Biaya daur Hidup)

HASIL UMPAN BALIK

Gambar 2-7. Bagan alir integrasi perancangan bangunan.

Selain dari pertimbangan fungsi, arsitektural, struktural, mekanikal


elektrikal dan lingkungan, konstrain biaya juga merupakan hal yang harus
dipertimbangkan, karena desain yang memenuhi kriteria seperti pada Gambar
2-7 tidak akan terbangun jika dana yang tersedia, untuk itulah pada saat
perencanaan awal disusun lah prakiraan biaya awal, dimana biasanya disebut
cost plan dimana perhitungan hanya di estimasi dari luas bangunan yang akan
dibangun dan grade spesifikasi yang akan dibangun.

25 |
Gambar 2-8. Penghematan Biaya Pada Pembangunan

2.1.2.3. TAHAP PENGEMBANGAN DESAIN (DESIGN DEVELOPMENT)

Tahap pengembangan disain merupakan lanjutan tahap prarencana,


dalam tahap ini disain-disain yang sudah ada dalam tahap sebelumnya
dimatangkankan lagi sehingga diperoleh satu disain final, seperti: gambar-
gambar rencana tapak, gambar-gambar pra rencana bangunan, perkiraan
biaya pembangunan, rencana Struktur, Arsitektur, mekanikal, dan sebagainya,
laporan perencanaan, hasil konsultasi rencana dengan pihak Tim Teknis, Instansi
terkait/Pemda, beserta garis besar rencana dan syarat-syarat (RKS)
Berdasrkan hasil analisis dari berbagai macam kebutuhan fungsi,
memenuhi kriteria desain maupun persyaratan dan peraturan yang berlaku
yang telah dijabarkan dalam sub bab sebelumnya, baik dari sisi arsitektur,
struktural, mekanikal elektrikal, dan lingkungan , mulailah disusun perencanaan
detail.
Tentunya untuk mendapatkan produk desain yang terintegrasi perlu
koordinasi dan diskusi rutin yang di ikuti berbagai disiplin ilmu guna
mengakomodir masukan dan evaluasi dari masing –masing disiplin tersebut.
Namun tentunya tetap kebutuhan penguna merupakan prioritas yang harus
terpenuhi disamping pertimbangan aspek lingkungan.

26 |
Gambar 2-9. Aspek Lingkungan
Kemudian secara bertahap dilakukan pendetailan gambar-gambar,
baik arsitektur, struktur maupun mekanikal elektrikal, yang tentunya dalam
gambar yang dihasilkan telah mempertimbangkan kebutuhan bidang lainya.

Gambar 2-10. Kebutuhan Bidang Bangunan

Selain pertimbangan yang sudah disebutkan diatas batasan biaya juga


perlu diperhatikan dan didiskusikan dengan penguna jasa, sehingga produk
desain yang dihasilkan benar-benar dapat terbangun sesuai dengan keinginan

27 |
penguna anggaran, memenuhi kriteria perencanaan , fleksibel secara ekonomi
dan mudah dalam pelaksanaanya.
Dalam perancangan Arsitektur bangunan yang melibatkan aplikasi
teknologi tinggi dan sistem bangunan secara terpadu, ada beberapa strategi
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang sesuai dengan
fungsinya namun tetap ramah dan peduli akan lingkungan.

Gambar 2-11. Skema Desain Green Building


Pendekatan pertama dilakukan dengan membuat konsep umum dalam
perancangan Gedung.

28 |
Pendekatan kedua adalah dengan memperhatikan hal-hal
berikut.Dimana bentuk bentuk simetri dapat berupa lingkaran, segi empat,
segitiga atau lainya seperti ditunjukan dalam gambar berikut :

Gambar 2-12. Bentuk umum bangunan publik: “simetris”

Citra bangunan yang modern: Mengunakan beberapa unsur bahan


bangunan moderen, yaitu kaca, dan alumunium, dengan finishing bernuansa
alam.

Gambar 2-13. Unsur Bahan Yang Dipakai

Finishing bernuansa alam dimunculkan dengan warna – warna yang


alami seperti: coklat, hijau pupus, kuning kecoklatan dan beberapa ornament
tradisional dimunculkan dalam warna merah, kuning, coklat dan hitam.
Memperhatikan bentuk bentuk lokal yang dimunculkan pada bentuk
atap bangunan yang diadaptasi dari bentuk atap tradisional.

29 |
Gambar 2-14. Adaptasi Bangunan

Pendekatan selanjutya dilakukan berdasarkan kepedulian atas bahaya


menipisnya lapisan ozon yang diakibatkan oleh efek rumah kaca. Terlihat
hubungan yang erat dengan iklim setempat denga tipologi bangunan dan
oleh karenanya bentuk lansekap juga mempengaruhi bentuk bangunan. Pada
pendekatan strategi ini orientasi bukaan bangunan, dimensi dan tata letak
serta pemilihan bahan bangunan yang sesuai menjadi titik tolak perancangan.
Sehingga menghasilkan bangunan yang banyak memanfaatkan potensi alam.
Terutama sinar matahari dan angin. Bangunan yang terbentuk dapat berupa
bangunan tropis atau bangunan bioklimatik.

30 |
31 |
Gambar 2-15. Contoh Bentuk Bangunan Gedung

Pendekatan lainya dilakukan karna manusia sadar untuk melakukan


penghematan atas pengunaan sumber daya alam yang ada dibumi. Ini
khususnya ditujukan pada pengunaan tenaga listrik yang dihasilkan dari
pembakaran minyak dan batu barayang merupakan penyebab utama
menipisnya lapisan ozon. Strategi rancangan ini erat dengan strategi
sebelumya. Rancangan dengan pertimbangan iklim, sekaligus menjaga potensi
lingkungan setempat agar tidak tercemar atau rusak dengan keberadaan
bangunan. Rancangan ini juga terintegrasi dengan sistem pengendalian
lingkungan dimana bangunan tersebut didirikan.

32 |
Gambar 2-16. Pendekatan Mengatasi Masalah Pemanasan Global

Selanjutnya ada juga pendekatan yang tidak sepenuhnya


memperhatikan lingkungan sekitar, tetapi lebih upaya menyediakan ruang
sekaligus menyembunyikan jaringan utilitas bangunan, seperti saluran ventilasi ,
jaringan listrik, pemipaan, pengkondissian udara dan sirkulasi vertikal. Pada
strategi ini terlihat pembagian ruangan - ruangan pelayanan dan ruang – ruang

33 |
yang dilayani. Sehingga kebutuhan ruangan yang digunakan untuk sistem
mekanikal dan elektrikal dapat dialokasikan dengan baik. Dengan demikian
bangunan merupakan sistem kayanan dimana jaringan utilitas merupakan
bagian yang perlu diperatikan dalam rancangan.

Gambar 2-17. Utilitas Bangunan

34 |
Dalam sistem perancangan bangunan, ketiga sistem tersebut
merupakan dasar bagi tercapainya integritas sistem bangunan yang ditunjukan
demi tercapainya kebutuhan fungsi bangunan tanpa mengabaikan kekuatan
struktur dan kenyamanan dalam bangunan.

Sistem
Sistem Bangunan Sistem
Tata Udara Struktural

Sistem RANCANGAN
Pencahayaa BANGUNAN Sistem
n Akustik

Sistem Sistem
Elektrikal Transportasi
Sistem vertikal
Pemipaan

Gambar 2-18. Kebutuhan Fungsi Bangunan

Luas lantai untuk kegiatan penghuni/ penguna bangunan (luas netto)


harus memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk sirkulasi
(horizontal/vertikal), penempatan perlengkapan bangunan baik berupa
peralatan mekanikal maupun elektrikal dan luas lantai yang ditempati oleh
struktur bangunan, baim berupa kolom maupun dinding geser/inti bangunan.

35 |
Gambar 2-19. Penempatan Perlengkapan Ruangan

Dalam ketentuan ijin mendirikan bangunan, setiap bangunan harus


memenuhi persyaratan peruntukan tata guna lahan, Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Lahan Bangunan (KLB) , Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien
Tapak Basement (KTB), maksimum ketinggian lantai, Garis sepadan bangunan
(GSB), Garis sepadan jalan (GSJ), dan Jarak bebas antar bangunan.

Ll dasar Ltotal
KDB = KLB =
Ldp Ldp
Dimana :
Ldp = Luas daerah perencanaan, Luas tanah dibelakang GSJ
Ltotal = Luas total lantai bangunan
Karakteristik tata bangunan
Tata bangunan akan berpengaruh pada fleksibilitas ruang, tingkat
pemanfaatan lahan, pola sirkulasi, pencahayaan, hubungan utilitas, massa dan
kekakuan struktur. Untuk itu dalam penyususnan konsep awal tata bangunan
harus benar – benar diperhatikan. Tabel b.1 dapat dijadikan acuan dalam
pertimbangan tata letak bangunan. Dan pada table berikut digambarkan
ilustrasi fleksibilitas penguna.

36 |
Gambar 2-20. Karakteristik Sirkulasi Pada Bangunan

Bangunan harus direncanakan mampu menahan beban gempa


sebesar:

CIW
V= R
Dimana :
C = Koefisien gempa dasar
I = Faktor Keutamaan
R = Faktor reduksi gempa
Wt = Kombinasi beban mati dan beban hidup
37 |
Gambar 2-21. Alternatif Fleksibilitas Ruangan

38 |
2.1.2.4. DESAIN INTERIOR

Disain interior merupakan proses membentuk pengalaman ruang.


Suasana nyaman, formal, sakral, santai, akrab dsb dapat dibentuk dengan
memberikan perlakuan khusus pada elemen pembentuk ruang yaitu dinding,
lantai dan langit-langit. Suasana yang kita inginkan dapat terwujud dengan
pemilihan material yang sesuai pada elemen pembentuk ruang, penataan
perabot dan ornamen yang tepat.

Gambar 2-22. Suasana Pemilihan Material

Disain interior merupakan proses kerja kreatif yang memberikan analisa


kebutuhan ruang, merumuskan konsep perancangan, proses perancangan,
menyajikannya dalam bentuk gambar yang komunikatif dan membuat
dokumen kerja/konstruksi . Sehingga desain tersebut dapat terwujud sesuai
dengan keinginan Anda.

39 |
Gambar 2-23. Konsep Orientasi Penghawaan

2.1.2.5. KONSEP INTEGRASI PERANCANGAN BANGUNAN

Konsep dasar rancang bangun adalah suatu hasil kolaborasi dari


berbagai disiplin ilmu yang dirangkum dalam bentuk rancangan. Gagasan
dasar muncul dari kreatifitas arsitek, baik dalam bentuk intuisi maupun dalam
bentuk pemograman. Rancangan yang dihasilkan selanjutnya diekspresikan
dalam satu atau beberapa alternatif lay out bangunan, dimana bentuknya
dihasilkan dari pertimbangan rumusan konsep-konsep sistem bangunan
(arsitektural, struktural, mekanikal dan elektrikal) dan lingkungan sekitar yang
tentunya disesuaikan dengan peruntukan bangunan.

MASUKAN

ALOKASI KEBUTUHAN FUNGSI


BANGUNAN

STRUKTURAL M&E LINGKUNGAN ARSITEKTURAL


• Kekuatan • Tata Udara • Sanitasi • Penataan dan
• Ketahanan • Plumbing • Penanganan Pemanfaatan
• Kemudahan • Daya Listrik dan Limbah Ruang
dalam Penerangan • Estetika
pelaksanaan • Tata Suara • Lanscape

ANALISA
TEKNO-EKONOMI

HASIL
Gambar 2-24. Bagan Alir Integrasi Perancangan Bangunan

40 |
Gambar 2-25. Penggunaan Ruang

41 |
2.1.2.6. KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Perencanaan bangunan erat hubungannya dengan fungsi bangunan.


Dengan mengetahui fungsi bangunan dapat diketahui besaran-besaran ruang
yang dibutuhkan. Masing-masing fungsi ruang memerlukan persyaratan tertentu
yang dikaitkan dengan aktifitas yang terjadi. Untuk tujuan efisiensi maka
adanya aktifitas yang berbeda perlu dibuat pengelompokan fungsi/kegiatan
yang mempunyai sifat yang sama atau mendekati, sehingga dalam
perencanaan ruang perlu memperhatikan pengelompokan ruang atau zoning.

Gambar 2-26. Aktifitas Pada Bangunan

Besaran ruang satuan ditentukan berdasarkan standar kebutuhan ruang


fasilitas public.
Perencanaan bangunan perlu memperhatikan beberapa ketentuan
umum yang meliputi kepadatan bangunan, bentuk dan ukuran dasar satuan,

42 |
persyaratan teknis ruang, tata letak bangunan dan jarak antar bangunan dan
ketinggian baru.

Gambar 2-27. Hubungan Tapak Bangunan Dengan Lingkungan

Konsep disain yang diusulkan mencoba mengkombinasikan antara


aspek lokal dan modern sehingga akan tampil modern namun tetap
mengakomodir simbol-simbol lokal dan tidak mengesampingkan pula fungsi
dan standar peraturan yang berlaku, aspek workability dan serviceability dan
tentunya harus tetap fleksible secara ekonomi. Hal tersebut secara lebih jelas
diberikan pada bagan dalam gambar 2-28.

Gambar 2-28. Bagan Konsep Desain Arsitektur

43 |
Gambar 2-29. Contoh Perspektif Hasil Desain Bangunan

2.1.2.7. KEPADATAN BANGUNAN

Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus memperhitungkan agar


supaya dapat mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah sesuai
dengan fungsinya. Dalam mengatur kepadatan bangunan diperlukan
perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan
bangunan setiap hektar, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) serta jumlah lantai tingkat.

Gambar 2-30. Kepadatan Bangunan


Hal ini ditujukan untuk :
1. Memeuhi kebutuhan layanan kesehatan yang layak dalam lingkungan
yang sehat.
2. Mengkaitkan usaha pembangunan yang fungsional bagi kepentingan
publik.
3. Mewujudkan pemikiran yang serasi dan seimbang sesuai dengan pola tata
ruang kota dan tata daerah.
4. Mengoptimalkan sumber daya tanah dan lahan.

44 |
5. Kapadatan bangunan harus memperhitungkan agar supaya dapat
mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah sesuai dengan
fungsinya dengan memperhatikan keserasian, keselamatan dan kesehatan
lingkungan, serta pencahayaan, aliran dan pertukaran udara serta
pencegahan terhadap bahaya kebakaran. Ditentukan bahwa:
a) Luas lahan yang tertutup bangunan maksimum sama dengan 40%
sedangkan 60% dari luas lahan digunakan untuk halaman atau ruang
terbuka.
b) Luas tanah untuk bangunan terhadap luas tanah bersama seluas-
luasnya adalah 50%.
c) Luas tanah untuk fasilitas ruang terbuka sekurang-kurangnya 20%.
d) Luas tanah untuk fasilitas lingkungan terhadap tanah bersama seluas-
luasnya 30%.
e) Fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan maksimal
30% dari jumlah luas lantai.

2.1.2.8. PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN

Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus


mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar
dan pencahayaan dalam jumlah yang cukup.

Gambar 2-31. Penghawaan Bangunan

Apabila hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar


dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung dengan pencahayaan
alami tidak dapat dipenuhi maka harus diusahakan adanya pertukaran udara
dan cahaya buatan yang dapat bekerja terus menerus selama ruangan
tersebut digunakan.

45 |
Gambar 2-32. Penghawaan & Pencahayaan Alam

2.1.2.9. TATA LETAK BANGUNAN

Tata letak bangunan harus memenuhi faktor-faktor keamanan,


keselamatan dan kenyamanan penghuni serta lingkungannya yaitu dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jarak terhadap bahaya kebakaran dihitung berdasarkan jarak jilatan api
terjauh diluar bangunan ditambah lebar ruang untuk pergerakan mobil dan
perlengkapan pemadam kebakaran.
2. Jarak pencahayaan harus dihitung terhadap arah lintas matahari,
ketinggian bangunan itu sendiri dan bangunan sekelilingnya guna menjamin
terjadinya sistem pencahayaan alami yang cukup bagi setiap ruang dan
bangunan lainnya.

46 |
Gambar 2-33. Pengaruh Cahaya Matahari Pada Bangunan

3. Jarak pertukaran udara harus dihitung terhadap pengaruh arah dan


kecepatan angin pada ketinggian ruang dan luas bidang yang terbentuk
sehingga dapat menjamin terwujudnya sistem penghawaan alami yang
cukup bagi setiap ruang dari satuan rusuna dan bangunan lainnya.

Gambar 2-34. Mengatasi Pertukaran Udara

47 |
2.1.2.10. JARAK ANTAR BANGUNAN DAN KETINGGIAN BANGUNAN
Jarak antar bangunan ditentukan berdasarkan persyaratan terhadap
bahaya kebakaran, pencahayaan alami, pertukaran udara, privacy dan
ketinggian bangunan.

Gambar 2-35. Ketinggian bangunan

48 |
2.1.2.11. KENYAMANAN BANGUNAN
Kenyamanan thermal dalam suatu hunian ditentukan oleh kriteria
kenyamanan thermal dalam batasan-batasan sebagai berikut :
1. Temperatur efektif 23-270C,
2. Kecepatan angin maksimal 1,5 m/detik,
3. Kelembaban udara relatif 50-60%.
Di dalam perencanaan kondisi kenyamanan optimal dapat dicapai
dengan mengatur ketiga besaran tersebut di atas dengan atau tanpa
bermacam peralatan atau kondisi perlakuan.

Gambar 2-36. Kenyamanan Aktifitas Dalam Bangunan

Kenyamanan audial meliputi kebisingan lingkungan akibat kebisingan


yang ditimbulkan oleh lingkungan sekitar dan perambatan bising dari unit
hunian bersebelahan / berhubungan langsung, serta kebisingan dalam unit
hunian yaitu bising yang ditimbulkan oleh penggunaan peralatan sehari-hari,
alat audio-visual dan kegiatan sehari-hari.
Kenyamanan visual (kecahayaan) harus direncanakan dengan
memperhatikan hal-hal seperti mengurangi dampak kesilauan, menggunakan
penerangan alami secara maksimal, menggunakan penerangan buatan
secara efisien dan tepat guna melalui pemilihan jenis lampu dan besaran efikasi
serta pemilihan warna dinding dan peralatan interior yang baik.

49 |
Gambar 2-37. Visualisasi Interior Kawasan Bangunan

Iklim berpengaruh terhadap kenyamanan hunian. Pada bangunan tinggi


angin mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap struktur bangunan
juga terhadap kenyamanan bangunan. Semakin tinggi bangunan, semakin
tinggi semakin besar juga daerah bidang bangunan yang kena angin dan
kecepatan angin yang cukup tinggi. Rasa nyaman suatu ruangan bangunan
ditentukan oleh cukup dan tidaknya sirkulasi udara dalama ruangan, sehingga
pergantian udara tetap terjaga pada kondisi nyaman.

2.1.2.12. USULAN PROGRAM KEBUTUHAN RUANGAN


Program kebutuhan ruangan seperti diberikan pada subbab-subbab
berikut ini;
1. Umum, guna mendukung program pembangunan dan kinerja pendidikan
yang baik dan efisien, pemerintah mendukung adanya sistim transfer
teknologi dalam proses pembangunannya. Hasil studi adianto (2006)
mengenai pola pendidikan menunjukkan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam proses perencanaan dan perancangan gedung
pendidikan.
2. Modul Ruang Gerak, kami menyimpulkan bahwa modul ruang gerak
pennguna perlu titingkatkan efisiensi dan efektifitasnya. Melalui berbagai
analisis kompratif antara modul gerak yang telah diatur dalam peraturan
Pemerintah dengan Analisis Ruang Gerak, kami menyimpulkan berikut ini
adalah modul ruang aktivitas pengguna sebagai berikut;
a) Hasil penelitian adianto (2006) juga menunjukkan bahwa rasio ruang
1:8,00 M² yang telah ditetapkan hanya mungkin dicapai pada modul

50 |
ruang kerja saja, bukan ruang keseluruhan. Hal ini dikarenakan
besarnya jumlah dan luas ruang penunjang seperti lobby penerima,
ruang M/E, ruang tamu, ruang rapat, kamar mandi dan utilitas yang
sama sekali tidak dapat ditetapkan berdasarkan jumlah personil.
b) Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ratio ruang analisis
Konsultan lebih kecil dari pada kondisi eksisting dan ruang gerak
berdasarkan Peraturan Pemerintah. Adapun rasio ruang gerak personil
hasil analisis Konsultan adalah 1 : 8,40 M² dengan rasio ruang
keseluruhan adalah 1 : 14,17 M².
3. Standar Ruang dan Persyaratan Teknis Lainnya Dari Berbagai Sumber
Literatur Bangunan.
Menurut kamu besar Bahasa Indonesia menjelaskan kata asrama
sebagai balai [gedung, rumah, ruang] tempat aktivitas. Menurut Mullin (1990),
dalam Planning Space, asrama (asrama dalam bahasa Inggris) merupakan
sebuah tempat yang mempresentasikan kegiatan, tugas, kewenangan atas
sebuah fungsi tertentu. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa kata kantor (office
dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Jerman Kuno, ein amt, yang artinya
sebuah ruang yang berisi tata masyarakat. Artinya, asrama merupakan sebuah
lembaga jejaring kekuasaan, dari pucuk pimpinan sampai garda depan
pengabdi masyarakat. Oleh karena itu, konsep asrama tidak terpaku pada
sebuah wujud arsitektural tertentu, tetapi lebih menekankan pada jejaring
kekuasaan dari pimpinan sampai tingkatan terbawah.
Konsep asrama itu sendiri bukan mengenai manusia maupun benda
secara fisik, namun lebih pada pengaturan serta pergerakan manusia dan
benda-benda di dalamnya pada jarak-jarak tertentu yang berkaitan dengan
peraturan dan kontrol, dari definisi diatas dapat diartikan bahwa asrama
adalah suatu lingkungan fisik buatan berupa bangunan yang didalamnnya
terdapat satu atau beberapa ruangan dengan berbagai peraturan dan
kontrol, tempat sekelompok manusia dengan hirarki yang teratur melakukan
kegiatan bisnis atau pelayanan jasa tertentu.
Organisasi adalah suatu struktur sosial / sistim yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang saling tergantung dan bekerja sama dalam suatu koordinasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi dalam sebuah asrama
menunjukkan tugas dan tanggung jawab, jalur komunikasi, serta kekuasaan
atau wewenang yang dimiliki setiap individu / kelompok. Jenis organisasi inilah
yang kelak menentukan rencana dan desain gedung tersebut. Menurut de

51 |
Chiara (1986) dalam bukunya Time Savers Standart: Building Types, terdapat
kategori organisasi asrama yaitu;
a) Kelompok Manajemen, Kelompok Keuangan, Kelompok Penjualan,
Kelompok asrama Pelayanan, Kelompok Jasa Teknis dan Kelompok
Produksi.
b) Kelompok Manajemen memiliki ciri khas, dimana para pimpinan
manajemen memiliki ruang terpusat dan berdekatan. Lokasi mereka
tidak terganggu oleh gangguan suara dari ruang pekerja dengan
ruang pimpinan yang berukuran lebih besar dari ruang para staf.
c) Kelompok Keuangan memiliki cirri khas perletakan perabot kerja yang
berbaris sesuai dengan alur pekerjaan. Hal ini memudahkan para staf
d) untuk melakukan pekerjaan melalui perpindahan dokumen yang
teratur. Sementara itu, bagian pengadaan barang yang memiliki
hubungan kerja dengan pihak rekanan berada didekat ruang
penerimaan tamu sehingga memudahkan sirkulasi pekerjaan tampa
mengganggu pekerjaan pada bagian lain. Demikian pula pada
bagian kepegawaian, karena seringkali mengadakan wawancara
dengan calon karyawan sehingga kegiatan tersebut tidak
mengganggu pada kegiatan lainnya.
e) Kelompok Penjualan memiliki cirri khas alokasi ruang katalog dan arsip
yang besar sehingga memudahkan para staf untuk memperoleh data
mengenai pelanggan. Ruang kerja staf tidak perlu besar, karena
mereka memiliki mobilitas yang tinggi diluar asrama dalam mencari
konsumen.
f) Kelompok asrama Pelayanan merupakan kelompok yang
menyediakan jasa kepada kelompok lainnya seperti pusat data,
perpustakaan, kantor pos, dan lain sebagainya. Ciri khas kelompok ini
adalah besarnya ruang penerimaan tamu, ruang pelayanan tamu,
dan ruang arsip, karena ketiga ruang inilah yang menentukan kinerja
kelompok ini.
g) Kelompok Jasa Teknis seperti konstruksi, desain, penggambaran
biasanya berada dilokasi yang dekat dengan kegiatan utama
berlangsung. Sementara Kelompok Produksi berada dipabrik utama,
guna memeperlancar dan memudahkan alur pekerjaan dan
pemeriksaan, ruang diatur berbaris linier sesuai alur produksi.

52 |
Menurut Coffey (1999) dalam bukunya, Behavior in Organization,
umumnya dapat diamati ada tiga bentuk struktur dasar dalam organisasi
asrama , yaitu:
a) Bentuk Hirarki Penuh [pure hierarchical]
Terdapat hirarki yang jelas dengan kekuasaan tertinggi ada pada orang
yang paling atas sesuai garis vertical. Kamunikasi maupun aliran informasi
biasanya hanya dari atas kebawah mengikuti hirarki kekuasaan,
hubungan atasan dan bawahan bersifat formal hubungan individu,
kelompok bersifat independent.
b) Bentuk non hirarki [non hierarchical / participative groups]
Bentuk ini terdiri dari kelompok-kelompok kerja yang masing-masing
memiliki seorang pemimpin dan hamper tidak terdapat hirarki antara
anggotanya. Komunikasi terjalin dengan baik antara setiap anggota
kelompok.
c) Bentuk Kompleks [complex / mixed structure]
Bentuk ini merupakan gabungan dari kedua bentuk sebelumnya, masih
terlihat adanya hirarki aanggotanya, namun didalamnya terdapat
kelompok yang memerlukan koordinasi kerja satu sama lainnya.
Jika kami hubungkan panduan dari Timer Saver Standarts : Building
Typesoleh de Chiara dan pendapat Coffey diatas dengan pola kerja
Pemerintah berdasarkan kategori di atas, maka asrama Tergolong
kategori kelompok manajemen dan kelompok pelayanan umum
dengan tipe mixed-structure. Dengan demikian, perlu kiranya proses
perencanaan dan perancanangan mempertimbangkan ciri
khas/karakter dua kelompok tersebut. Pola kerja ini akan menentukan
pengaturan ruang kerja dan perabot yang ideal.
Salah satu elemen yang penting dalam desain pengaturan ruang kerja
adalah scenery, yaitu benda-benda pengisi ruang berupa perabot, partisi dan
sebagainya. Pengaturan elemen tersebut akan menghasilkan bentuk-bentuk
ruang asrama yang berbeda, antara lain:
a) Bentuk Selular dan Ruang Kelompok
Bentuk ini merupakan ruang yang bersifat tertutup, dimana antara satu
ruangan dengan ruang lain dibatasi oleh pembatas permanen atau
paritisi dengan ketinggian tertentu. Bentuk selular lebih bersifat individual
karena kapasitasnya yang kecil, sedangkan bentuk ruang kelompok
dapat berisi satu kelompok kecil yang berisi 5 sampai 15 orang.
b) Bentuk Open Plan

53 |
Sifatnya terbuka tidak memerlukan pembatas berupa dinding atau
partisi, pengaturan perabot sangat kaku karena biasanya disesuaikan
dengan grid bangunan.
c) Bentuk Landscape
Merupakan ruan terbuka dimana pengaturan ruangnya lebih
mengutamakan hubungan interpersonal maupun kelompok, dengan
menggunakan partisi, tanaman, serta perabot untuk manandai jalur
sirkulasi sekaligus menciptakan teritori bagi individu maupun kelompok
dan konsep lebih mempertimbangkan hubungan timbal balik dari
seluruh element, seperti kebutuhan komunikasi lancar, fleksibilitas optimal
dalam mengatur dan menata ulang tempat kerja bagi individu dan
kelompok, serta menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik.
Menurut konsultan masalah yang muncul pada struktur organisasi jajaran
lini adalah struktur organisasi jajaran lini memiliki perangkat operasional dan
bahkan pada dinas-dinas tertentu perangkat operasional yang lebih berperan
menjalankan fungsi struktur jajaran lini tersebut.
Oleh karena itu perlu disusun suatu sistim agar penyusunan pola
organisasi untuk jajaran lini dapat tetap dibuat secara tipikal tetapi tidak
mengabaikan kekhususan dari masing-masing anggota jajaran. Menurut
Lembaga Administrasi Negara penyempurnaan ketatalaksanaan pemerintah
terutama dalam bidang administrasi umum ditujukan untuk lebih memperlancar
pelaksanaan pembangunan. Inti utama pendayagunaan administarsi umum
adalah peningkatan efisiensi kegiatan usaha pemerintah pada umumnya.
Untuk jajaran lini pola-pola struktur organisasi tidak hanya menunjukkan
dari tipe pekerjaan administrasi saja tetapi juga operasional dan pelayanan
masyarakat.Perangkat operasional serta pelayanan masyarakat ini tentunya
menentukan modul standar ruang usulan konsultan bagi masing-masing personil
dalam jajaran lini.
Berdasarkan studi pustaka dan studi banding di atas, konsultan
berpendapat bahwa sistim open-plan lebih baik dari pada sistim lainnya karena
sesuai dengan modul ruang kerja yang kecil serta pengawasan dan alur kerja
yang cepat, efisien dan efektif. Dengan demikian, konsultan mengusulkan
penggunaan sistim ini dalam pola ruang pendidikan Pemerintah Provinsi
Sumatera Barat.
4. Ketentuan-ketentuan Mengenai Luas Ruang Berdasarkan Anthropometric
Luas suatu ruang fungsional (sub-bagian, yang merupakan unit terkecil
pada suatu instansi) dipengaruhi oleh:

54 |
a) Jenis kegiatannya secara umum konsultan mengelompokkan jenis
kegiatan menjadi dua. Kegiatan uang bersifat admministratif dan yang
bersifat teknis. Perbedaan yang mendasar pada kedua jenis kegiatan ini
adalah kebutuhan perabot. Pada jenis kegiatan teknis secara prinsip
akan dibutuhkan perabot berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
perencanaan dan perancangan.
b) Standar ruang untiuk kegiatan tersebut, adalah standar ruang yang
menjadi acuan konsultan pada standar data arsitek, palnning office
space and time server standarts, disimpulkan bahwa ruang perkantoran
terbagi atas kelompok ruang ditambah service. Ruang-ruang tersebut
adalah ruang kerja sebagai ruang setiap personil Pemerintah Sumatera
Barat untuk melakukan tugasnya. Ruang kerja dapat bermacam-macam
ukurannya sesuai dengan jabatan personil dan kebutuhannya. Dalam
menentukan ukurannya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah,
berikut adalah penjelasan beberapa ruangan:
c) Ruang arsip, sebagai ruang yang diperuntukkan menyimpan berkas-
berkas pekerjaan yang sudah dikerjakan namun masih dibutuhkan
sebagai data pekerjaan berikutnya. Dalam menentukan ukuran ruang
arsip yang dibutuhkan, konsultan mengacu pada standar internasional
seperti Time Saver Standarts.
d) Ruang alat khusus, seperti alat fotokopi dan fax atau alat elektronik
lainnya yang menunjang pekerjaan utama instansi, konsultan
berpendapat bahwa ruang alat khusus setiap instansi tidak sama karena
tergantung pada bidang pekerjaan masing-masing instansi.
e) Gudang, sebagai ruang yang diperuntukkan untuk menyimpan alat-alat
kantor yang sudah tidak terpakai atau persediaan alat-alat kantor.
f) Ruang khusus, seseuai dengan peruntukkan fungsi.
g) Servis, sebagai ruang penunjang personil dalam bekerja seperti kamar
mandi, pantry atau ruang lain yang sejenis.
Tiap-tiap kelompok ruang tersebut terbagi atas ruang-ruang tertentu,
tidak semua ruang-ruang tertentu tersebut dimiliki oleh sebuah asrama
Pemerintah Sumatera Barat, sehingga Konsultan melakukan penyesuaian
untuk mendapatkan luas minimum untuk asrama.
h) Jumlah orang yang berada pada ruangan tersebut. Banyakknya orang
(staf) pada tiap sub-bagian akan sangat bergantung kepada instansi

55 |
yang bersangkutan. Dalam analisis ini konsultan menghitung jumlah
orang minimal berdasarkan rata-rata orang pada tiap kelompok instansi.
Dengan diketahuinya luas ruangan fungsional dan jumlah ruang
fungsional tersebut, maka akan diketahui luas keseluruhan bangunan
asrama.
Pada asrama publik seperti pemerintahan, hubungan antara pemakai
pada posisi duduk dan meja tulis merupakan hal yang penting. Kualitas antara
hubungan pemakai dan lingkungan kerja akan menentukan kenyamanan dan
kesehatan pegawai asrama pada umumnya, serta efisiensi produksi dalam
ruang asrama tersebut. Zona kebutuhan kerja haruslah cukup besar untuk
mengakomodasi kertas-kertas kerja, peralatan dan aksesori-aksesori lainnya.
Jarak ini haruslah tidak boleh kurang dari 30 inci atau 76,20 cm, yang
dibutuhkan untuk pengadaan ruang zona jarak bersih kursi. Sementara zona
tempat duduk tamu, dengan rentang lebar dari 30 sampai 42 inci atau 76,20
sampai 106,70 cm mengharsukan perancang mangakomodasi dimensi-dimensi
pemakai bertubuh lebih besar atas jarak pinggul-lutut dan jarak pinggul-ibu jari
kaki.

Gambar 2-38. Pos Kerja Dasar Dengan Tempat Duduk Tamu


Tambatan
Jarak bukaann laci yang digunakan berbeda-beda tergantung tipe unit
penyimpanan arsip yang dipakai. Rentang dimensi keseluruhan sebesar 48 dan
56.inci atau 121,90 dan 142,20 cn diperlukan untuk mengakomodasi zona
sirkulasi dan bentangan laci dalam keadaan terbuka. Namun harus
diperhatikan, jika dibutuhkan pencapaian yang konstan atau terus menerus ke

56 |
lemari penyimpanan arsip tersebut, maka zona sirkulasi akan terganggu
sehingga harus dipertimbangkan tata letak yang lain.

Pengarsipan/jarak bersih pencapaian.

Gambar 2.39 Pengarsipan

Dalam banyak asrama, penyimpanan arsip seringkali ditempatkan


membatasi tepi zona sirkulasi. Kombinasi zona kerja/sirkulasi seperti ini
membutuhkan jarak bersih yang besar. Dua penyimpanan arsip yang
diletakkan jauh berseberangan akan membentuk sirkulasi yang terganggu.
Namun, jika rak penyimpanan arsip yang diletakkan jauh berseberangan akan
membentuk sirkulasi yang tak terganggu. Namun , jika rak penyimpanan arsip
diletakkan beberapa kaki jaraknya dari jalan sirkulasi tersebut dan pencapaian
ke laci dilakukan dari arah samping, masih memungkinkan disediakannya
sirkulasi untuk 2 (dua) orang.
Lebar bebas koridor minimal untuk 2 (dua) orang berjalan paralel (sekitar
1,20 m) dan maksimal cukup untuk keadaan darurat (sekitar 1,50 m). Hal ini
menyatakan bahwa ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antar
ruang dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah
pengguna, minimal 1,2 m. Sementara tinggi dinding masif batas koridor minimal
1,10m dengan tinggi ralling 0,85 m.

Sambungan Bangunan
Bagian paling atas dari bangunan, kita kenal dengan sebutan “ atap “ Atap
untuk bangunan dengan ketinggian minimal 4 lantai blok dengan bentuk dasar
empat persegi panjang. Selayaknya fungsional dan mudah dalam perawatan.
57 |
Selain itu, atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang
ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa.
Berdasarkan kajian Value Engineering, penutup atap dapat diefisiensi
dengan mengganti jenis material genteng atau mengganti jenis material kuda-
kuda.
Komponen atap dengan jenis unit berbidang lebar seperti spandeck,
seng dengan konstruksi yang tahan dan anti rayap. Seperti besi atau baja
ringan dengansudut kemiringan yang cukup landai lebih cocok untuk
bangunan gedung dewasa ini.
Terdapat dua jenis penutup atas dimana masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Pemakaian penutup atas dengan atap
genteng lebih memungkinkan pengembangan arsitektur, namun mempunyai
kelemahan dalam pemeliharaannya. Namun demikian dengan suatu teknik
perencanaan hal ini masih bisa diatasi. Sedangkan pemakaian penutup atas
dak biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal ,namun dapat dipergunakan
untuk keperluan sebagai shelter tentunya dengan analisis struktur yang tepat
sesuai dengan fungsinya. Penutup atas dengan dak beton harus dibantu
dengan proteksi kedap air/waterproofing.
Bidang atap ini sebaiknya duduk dan dikelilingi oleh plat beton datar
untuk memudahkan instalasi pemasangan dan kemudahan perawatan atap.
Tangga ini sebaiknya menerus sampai level atap. Ini merupakan fasilitas untuk
pencapaian ke atap untuk memeriksa / merawat penutup atap dan instalasi
MEP di atap.

Canopy
Canopy merupakan salah satu komponen bangunan. Fungsi canopy
sebagai area penerima masuk pertama secara struktur, canopy merupakan
tonjolan dari bidang fasade depan bangunan. Bentuk yang paling sederhana
dan fungsional adalah berupa plat datar yang menonjol lebih panjang dari
garis teras entrance (sekitar 3,00 m). Dapat juga lebih panjang lagi hingga
menutupi area drop-off kendaraan (sekitar ²,000-9,00 m). Posisi canopy secara
visual masih dapat terlihat dan dilihat dengan jelas dari arah luar atau
datangnya tamu.
Akses atau ciri dari bangunan akan lebih terlihat jelas jika diletakkan
pada canopy. Untuk tampilan Arsitektur lokal atau yang dikenal sebagai wujud
kearifan lokal, baik dan strategis jiak diletakkan pada kenopy. Hal ini lebih baik

58 |
jika diletakkan pada jenis canopy yang lebih panjang (sekitar 6,00-9,00 m) dan
tidak melekat langsung pada bidang fasade bangunan.

Ketentuan Ruang Yang Harus Diperhatikan


Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/2000 tentang ruang
luar dikemukakan sebagai berikut:
 Lapis Perkerasan (hard standing) dan jalur akses masuk (access way).

 Di setiap bagian dari bangunan hunian dimana ketinggian lantai hunian
tertinggi diukur dari rata-rata tanah tidak melebihi 10 m, maka tidak
dipersyaratkan adanya lapis perkerasan kecuali diperlukan area
operasional dengan lebar 4 m sepanjang sisa bangunan tempat bukaan
akses diletakkan, asalkan ruang operasional tersebut dapat dicapai pada
jarak 45 m dari jalur masuk mobil pemadam kebakaran.
 Dalam tiap bagian dari bangunan (selain bangunan kelas 1,2, dan 3)
perkerasan harus ditempatkan sedemikian rupa agar dapat langsung
mencapai bukaan akses pemadam kebakaran pada bangunan.
Perkerasan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan
manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan
plaffon hidrilik serta mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Lebar minimum
lapisan perkerasan panjang minimal 15m. Bagian-bagian lain jalur masuk
yang digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak
boleh kurang dari 4m.

Gambar 2.40. Ilustrasi mobil pemadam kebakaran

59 |
 Dalam tiap bagian dari bangunan (selain banguna kelas 1,2 dan 3)
perkerasan harus ditempatkan sedemikian rupa agar dapat langsung
mencapai bukaan akses pemadam kebakaran pada bangunan. Perkerasan
tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuvere mobil
pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan plaffon hidrolik serta
mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Lebar minimum lapis perkerasan b.m
dan panjang minimum 15m. Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang
digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh
kurang dari 4 m. Lapis Perkerasan harus ditempatkan sedemikian agar tepi
terdekat tidak boleh kurang dari 2 m atau lebih dari 10 m dari pusat posisi
akses pemadam kebakaran diukur secara horizontal.

2.1.2.13. KONSEP MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING


1. SISTIM PEMADAM KEBAKARAN
Bangunan dilindungi dari bahaya kebakaran dengan :
a) Sistem peringatan dini terjadinya kebakaran (fire alarm)
b) Sistem Hydrant

Gambar 2-41. Konsep MEP Bangunan

60 |
 Mengacu kepada peraturan standart proteksi kebakaran VFPA 20
(Nasional Fire Protection Association No. 20)

 Dilengkapai dengan Box dan selang indoor /outdoor

 Dilengkapai dengan Siamese Connection, alat penyambung Hydrant


yang menghubungkan mobil petugas PMK dengan instalasi dalam
gedung
 Cadangan air untuk memadamkan kebakaran selama 30 menit.

Gambar 2-42. Perkerasan untuk ke luar masuknya mobil pemadam kebakaran

61 |
Gambar 2-43. Posisi Jack Mobil Pemadam Kebakaran.

Gambar 2-44. Contoh Fasilitas belokan untuk mobil pemadam kebakaran.


Radius terluar dari belokan pada jalur masuk tidak boleh kurang dari 10,5 m
dan harus memenuhi persyaratan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 2-45. Radius terluar untuk belokaan yang dapat dilalui.

62 |
Tinggi ruang bebas di atas lapis perkerasan atau jalur masuk mobil
pemadam minimum 4,5 m untuk dapat dilalui peralatan pemadam tersebut.
Jalan umum boleh digunakan sebagai lapisan perkerasan (hard-
standing) asalkan lokasi jalan tersebut sesuai dengan persyaratan jarak dari
bukaan akses pemadam kebakaran (access openings).
Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari
bagian lain bangunan gedung, pepohonan, tanaman atau lain tidak boleh
menghambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses pemadam
kebakaran.
Pada pembangunan bangunan gedung bukan hunian seperti pabrik
dan gudang, harus disediakan jalur akses dan ruang lapis perkerasan yang
berdekatan dengan bangunan gedung untuk peralatan pemadam kebakaran.
Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m dan posisinya minimal 2
m dari bangunan gedung dan dibuat minimal pada 2 sisi bangunan gedung.
Ketentuan jalur masuk harus diperhitungkan berdasarkan volume kubikasi
bangunan gedung sebagai berikut :

Tabel 2-1. Volume bangunan gedung untuk penentuan jalur akses

Volume
1 > Minimal 1/6 keliling bangunan gedung
2 >28.000 Minimal ¼ keliling bangunan gedung.
3 > 56.800 Minimal ½ keliling bangunan gedung.
4 > 85.200 Minimal ¾ keliling bangunan gedung
5 > 113.600 Harus sekeliling bangunan gedung

Penandaan jalur.
Pada ke-4 sudut area lapis perkerasan untuk mobil pemadam harus
diberi tanda.
Penandaan sudut-sudut pada permukaan lapis perkerasan harus dari
warna yang kontras dengan warna permukaan tanah atau lapisan penutup
permukaan tanah.

Area jalur masuk pada kedua sisinya harus ditandai dengan bahan yang
kontras dan bersifat reflektif sehingga jalur masuk dan lapis perkerasan dapat
terlihat pada malam hari.
Penandaan tersebut diberi jarak antara tidak melebihi 3 m satu sama lain
dan harus diberikan pada kedua sisi jalur. Tulisan

“JALUR PEMADAM KEBAKARAN – JANGAN DIHALANGI”

harus dibuat dengan tinggi huruf tidak kurang dari 50 mm.


63 |
Hidran Halaman.
Rencana dan spesifikasi sistem hidran halaman harus disampaikan ke
instansi pemadam kebakaran untuk dikaji dan diberi persetujuan sebelum
dilakukan konstruksinya.
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan
gedung harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran
kota tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman (lihat gambar (2-46).

Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka
hidran-hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam
sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut berada dealam jarak radius
50 m dari hidran.
Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 38
liter/detik pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimmal
selama 30 menit.

Gambar 2-46. Posisi akses bebas mobil pemadam terhadap hidran kota.

Gambar 2-47. Letak hidran halaman terhadap jalur akses mobil pemadam.

64 |
Pasokan Air.
Suatu pasokan air yang disetujui dan mampu memasok aliran air yang
diperlukan untuk roteksi kebakaran harus disediakan guna menjangkau seluruh
lingkungan dimana fasilitas, bangunan gedung atau bagian bangunan
gedung di konstruksi atau akan disahkan secara formal.
Apabila tidak ada sistem distribusi air yang handal, maka diperbolehkan
untuk memasang atau menyediakan reservoir, tangki bertekanan, tangki
elevasi, atau berlangganan air dari pemadam kebakaran atau sistem lainnya
yang disetujui.
Jumlah dan jenis hidran halaman dan sambungannya ke sumber air
lainnya yang disetujui harus mampu memasok air untuk pemadaman
kebakaran dan harus disediakan di lokasi-lokasi yang disetujui.
Hidran halaman dan sambungannya ke pasokan air lainnya yang
disetujui harus dapat dijangkau oleh pemadam kebakaran.
Sistem pasokan air individu, harus diuji dan dipelihara sesuai ketentuan
baku atau standar yang berlaku.

Apabila dipersyaratkan oleh OBS, hidran halaman yang rawan terkena


kerusakan akibat kendaraan, harus dilindungi, kecuali apabila terletak dalam
lokasi jalan umum.

AKSES PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KE BANGUNAN GEDUNG.

Akses Petugas Pemadam Kebakaran ke Bangunan Gedung.


Akses petugas pemadam kebakaran dibuat melalui dinding luar untuk
operasi pemadaman dan penyelamatan. Bukaan tersebut harus siap dibuka
dari dalam dan luar atau terbuat dari bahan yang mudah dipecahkan, dan
senantiasa bebas hambatan selama bangunan gedung dihuni atau
dioperasikan.
Akses Petugas Pemadam Kebakaran harus diberi tanda segitiga warna
merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan
pada sisi luar dinding dan diberi tulisan

65 |
"AKSES PEMADAM KEBAKARAN – JANGAN DIHALANGI”

dengan ukuran tinggi minimal 50 mm. Ketentuan ini tidak dipersyaratkan untuk
bangunan gedung hunian rumah tinggal satu atau dua keluarga.

Gambar 2-48. Tanda Bukaan (gambar dan tulisan berwarna merah) ditempel
disisi sebelah dalam.

Gambar 2-49. Ukuran Bukaan

Desain dan Konstruksi Saf.


Setiap jalur tangga untuk pemadaman kebakaran dan saf kebakaran
harus dapat didekati dari akomodasi melewati lobi pemadaman kebakaran.

Catatan :
Outlet pipa tegak dan atau riser harus diletakkan di lobi pemadaman
kebakaran kecuali di level akses atau lantai dasar.
Lif kebakaran diperlukan bila bangunan gedung memiliki lantai 20 m
atau lebih di atas atau 10 m atau lebih di bawah level akses.
Gambar ini hanya menggambarkan komponen dasar untuk suatu saf
pemadam kebakaran.
Semua saf untuk petugas pemadam kebakaran, harus dilengkapi
dengan sumber air utama untuk pemadaman yang memiliki sambungan outlet
dan katup-katup di tiap lobi pemadaman kebakaran kecuali pada level akses.

66 |
Saf untuk pemadaman kebakaran harus dirancang, dikonstruksi dan
dipasang sesuai ketentuan yang berlaku.

Gambar 2-50. Komponen-komponen Saf Pemadam Kebakaran.

SARANA PENYELAMATAN
AKSES EKSIT KORIDOR.
Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani suatu daerah
yang memiliki suatu beban hunian lebih dari 30 harus dipisahkan dari bagian
lain bangunan gedung dengan dinding yang mempunyai tingkat ketahanan
api 1 jam dan sesuai ketentuan tentang “penghalang kebakaran”,

1) kecuali cara lain yang diizinkan sebagai berikut:

(1) Persyaratan ini tidak diterapkan untuk bangunan gedung yang sudah ada,
asalkan klasifikasi huniannya tidak berubah.
(2) Persyaratan ini tidak diterapkan pada seluruh klasifikasi hunian bangunan
gedung bila bangunan gedung tersebut sudah mempunyai persyaratan
sendiri.

67 |
Gambar 2-51. Akses Koridor

EKSIT.
Apabila persyaratan teknis ini mempersyaratkan eksit untuk dipisahkan
dari bagian lain bangunan gedung, konstruksi pemisahnya harus memenuhi

ketentuan yang berlaku tentang “konstruksi dan kompartemenisasi” 1) dan

berikut :

(1) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya 1


jam apabila eksit menghubungkan tiga lantai atau kurang.

(2) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api 2 jam, apabila eksit

menghubungkan empat lantai atau lebih, kecuali ada satu dari kondisi berikut:

(a) Dalam bangunan gedung yang sudah ada dan bukan bertingkat tinggi,
tangga eksit terlindung yang sudah ada harus mempunyai tingkat ketahanan
api sekurang-kurangnya 1 jam.
Dalam bangunan gedung yang sudah ada dan diproteksi
keseluruhannya dengan sitem springkler otomatik tersupervisi dan disetujui
sesuai butir diatas, tangga eksit terlindung yang sudah ada harus mempunyai
TKA sekurang kurangnya 1 jam.
Untuk pelabuhan, garasi dan bengkel perbaikan diizinkan tangga eksit
terlindung mempunyai TKA 1 jam sebagai alternatif.
Pemisah dengan TKA 2 jam harus dibangun dengan pasangan konstruksi
yang tidak mudah terbakar atau bahan yang mudah terbakarnya terbatas dan
harus ditunjang dengan konstruksi yang mempunyai tingkat ketahanan api

68 |
sekurang-kurangnya 2 jam. Dalam konstruksi tipe III, IV dan V, kayu yang diolah
agar terbakarnya lambat terlindung dalam bahan tidak mudah terbakar atau
bahan mudah terbakarnya terbatas diizinkan.
Bukaan dalam pemisah harus dilindungi oleh pasangan konstruksi pintu
kebakaran yang dipasang dengan penutup pintu.
Bukaan pada eksit terlindung harus terbatas untuk pintu dari tempat
yang biasa dihuni dan koridor dan pintu untuk jalan ke luar dari tempat
terlindung, kecuali satu dari kondisi berikut ada :
Bukaan pada jalur terusan eksit dalam bangunan gedung mal seperti
dijelaskan pada persyaratan untuk bangunan gedung mal, diizinkan.

Gambar 2-54. Lantai antara yang tidak dihuni dengan bukaan ke


tangga eksit terlindung
Dalam bangunan gedung konstruksi tipe I dan tipe II, pintu yang sudah
ada yang mempunyai tingkat proteksi kebakaran untuk lantai antara, diizinkan,
asalkan ruang tersebut memenuhi kriteria berikut ini :

1). Ruangan semata-mata digunakan untuk pipa distribusi, saluran udara, dan
konduit listrik.
2). Isi ruangan bukan untuk gudang.

3). Ruang dipisahkan dari eksit terlindung sesuai ketentuan tentang

“penghalang kebakaran” 1).


Bukaan yang sudah ada untuk ruang peralatan mekanikal diproteksi
dengan pintu yang sudah ada dan mempunyai TKA yang disetujui, diizinkan,
asalkan kriteria berikut terpenuhi :

1). Ruangan hanya digunakan untuk peralatan mekanikal yang tidak


menggunakan pembakaran bahan bakar.
2). Isi ruangan bukan untuk penyimpanan bahan mudah terbakar.

69 |
3). Bangunan gedung diproteksi keseluruhannya dengan sistem springkler
otomatis tersupervisi dan disetujui.
(6) Penetrasi (tembusan) ke dalam, dan bukaan yang melalui pasangan
konstruksi eksit terlindung harus dibatasi hanya untuk sebagai berikut :
(a) Pintu yang dizinkan.

(b) Konduit listrik yang melayani jalur tangga.

(c) Pintu eksit yang disyaratkan.


Suatu ruangan eksit terlindung harus menyediakan suatu jalur lintasan
menerus terproteksi menuju ke eksit pelepasan.

Gambar 2-55. Susunan tangga terlindung yang tidak bisa diterima untuk
yang melayani eksit yang disyaratkan.

Suatu ruangan eksit terlindung bila dirancang sebagai daerah tempat


berlindung, tidak boleh digunakan untuk setiap penggunaan yang berpotensi
mengganggu kegunaannya sebagai sebuah eksit.

2. PERANCANGAN JARINGAN LISTRIK, TELEPHONE, TATA SUARA DAN KOMPUTER

Jaringan Kabel Listrik


Listrik dihantarkan oleh kabel yang berfungsi sebagai konduktor. Kabel
yang digunakan beragam jenisnya dan ukurannya, biasanya disesuaikan
dengan penggunaan dan tingkat tegangan yang perlu dihantarkan.

Gambar 2-56. Kode Warna Kabel

70 |
Selanjutnya, kabel diberi warna untuk membedakan bagi
penggunaannya dalam instalasi jaringan listrik

Gambar 2-57. Jenis-jenis Kabel

71 |
Daya listrik umumnya dipasok dari pembangkit tenaga listrik melalui
jaringan kabel tegangan tinggi (TT, diatas 20.000 Volt), yang kemudian
diturunkan menjadi tegangan menengah (TM, antara 1.000-20.000 Volt) dan
tegangan rendah JR dibawah 1.000 Volt oleh transformator yang ditempatkan
pada gardu-gardu listrik (Gambar 2-58).

Gambar 2-58. Pasokan Listrik ke Bangunan


Daya listrik dipasok kedalam bangunan yang disalurkan melalui kabel
bawah tanah untuk bangunan tinggi (Gambar 2-59) atau kabel udara dari
tiang listrik untuk bangunan rendah/menengah (Gambar 2-60).

Gambar 2-59. Pasokan Listrik dengan Kabel Bawah Tanah

72 |
Gambar 2-60. Pasokan Listrik dengan Kabel Udara
Distribusi dalam bangunan juga dapat dilakukan pada pelat lantai atau
diletakkan pada ruang diplafon dan pelat lantai (Gambar 2-61).

Gambar 2-61. Pasokan Listrik Diatas Plafon


Untuk bangunan yang tidak menggunakan plafon, jaringan kabel listrik
biasanya ditempatkan pada rak kabel.
Untuk kabel yang ditanam didalam dinding, kabel dimasukkan kedalam
saluran kabel yang pada umumnya terdiri dari empat jenis, yaitu:

73 |
a) Saluran yang terbuat dari bahan logam, alluminium, logam fleksibel dan
bukan logam untuk saluran yang terbuat dari bahan logam.
b) Pipa galvanis (hotdip galvanized)
c) Pipa berlapis enamel (enameled)
d) Pipa berlapis seng (sheranized) dan pipa berlapis plastic (plastic-
covered).
Keempat jenis saluran ini digunakan untuk daerah yang tingkat
kemungkinan terjadinya korosif sangat tinggi.Sedang untuk pipa yang bukan
logam, digolongkan atas pipa plastic PVC (Polyvinyl Chloride), pipa HDPE (high-
density polyethylene) dan pipa asbes semen.
Pada arul listrik satu fase, daya listrik dapat dihitung dengan:
P=E.I.cosø watt
Dimana,
E = Tegangan Listrik Fase Netral (Volt)
F = Kuat Arus Listrik (Ampere)

Ø = 0.8 s/d 0.9

Jaringan Kabel Listrik


Penggunaan jumlah telephone dalam suatu bangunan pada umumnya
tidak diketahui secara tepat oleh karenannya perlu dirancang serta terpadu
dengan perancangan jaringa utilitas lainnya. Meskipun pada tahap
perencanaan sudah diketahui rencana jumlah pengguna, namun tidak
menutup kemungkinan adanya penambahan jumlah dan perubahan jaringan
layanan telephone. Maka jumlah perencanaan jumlah saluran telephone harus
didasarkan pada prakiraan persatuan luas lantai yang akan mempengaruhi
alokasi kebutuhan ruangan untuk keperluan:
a) Layanan penerimaan telephone, beserta panel utama.
b) Saluran vertical (riser), pipa saluran dan panel distribusi.
c) Lemari untuk perlengkapan telekomunikasi.
d) Lokasi tempat penambahan sambungan.
e) Ruang perletakan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi.
f) Sistim distribusi.
Untuk dapat berfungsinya sistim telekomunikasi diperlukan saluran
telephone dari TELKOM, yang mempunyai fasilitas hubungan keluar.Sistim
dalam bangunan dimulai dari saluran Telkom kefasilitas PABX (Private Automatic
Branch Exchange), selanjutnya dihubungkan ke kotak induk (MDF).Melalui kabel
distribusi (DC-distribution cable) jaringan telephone disebarkan ke kotak

74 |
terminal (JB-Junction Box) yang ada ditiap lantai.Dari kotak ini jaringan
telephone diteruskan kemasing-masing pesawat telephone.

Dengan menggunakan table Erlang, maka dapat diperoleh jumlah


sambungan telephone yang diperlukan, dan dengan demikian dapat pula
ditentukan kapasitas dan jenis PABX yang akan digunakan.
Jaringan Kabel Komputer/Data/Multimedia
Adanya server computer memungkinkan disajikan pelayanan yang
beragam dalam suatu bangunan, antara lain untuk keperluan ruang kerja
(woek station) dengan penggunaan computer personal (PC-Personal
Computer), untuk pelayanan jaringan lokal (LAN-Local Area Network) dengan
beberpap terminal dan printer, untuk telecopier dan facsimile, untuk
dihubungkan dengan pesawat telephone ataupun untuk pengendalian
lingkungan dan keselamatan (Gambar 2-62). Selanjutnya dengan bantuan
modem, V-sat atau antenna microwave, sistim computer / data / multimedia
pada bangunan dihubungkan dengan jaringan eksternal melalui provider atau
fasilitas satelit.

Gambar 2-62. Konfigurasi Layanan Jaringan Komputer

Sistem Listrik
Terdiri dari 2 sumber : ( PLN & Genset ). Sumber utama PLN, genset
sebagai cadangan, secara otomatis membackup jika PLN mengalami
gangguan (daya genset sesuai dengan perhitungan (PERENCANAAN)KWH
meter ditempatkan pada satu ruang/lokasi di tiap-tiap lantai, breaker (MBC)
sebagai pengamanan ditempatkan di masing-masing unit hunian.

75 |
Sistem Plumbing
STP & Sumur Resapan berasal dari :
 Air kotor dan air bekas ditampung kedalam sewerange Treatment
Plan

 Air hujan dialirkan kedalam sumur resapan.

Gambar 2-63. Gambaran Septictank

Ground Water Tank & Tangki Air Atas terdiri dari :


 Sumber Air Bersih dari PDAM dan Deep Well

 Volume harus disesuaikan dengan kebutuhan air

 Tangki di atas dari bahan fiber, dialirkan dengan sistem gravitasi ke
bawah.

Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang


dipergunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya
bangunan gedung yang dibangun dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh
pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana lain, yang disebut prasarana
bangunan atau utilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan
gedung, agar bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal.
Disamping itu penghuninya akan merasa nyaman, aman, dan sehat. Ruang
lingkup dari Utilitas Bangunan diantaranya adalah :

 Sistem plambing air minum Sistem PLAMBING air kotor Sistem


plambing air hujan.

76 |
 Sistem pembuangan sampah.

 Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

 Sistem instalasi listrik.

 Sistem pengkondisian udara Sistem transportasi vertikal Sistem
telekomunikasi.

 Sistem penangkal petir.
Salah satu bagian dari utilitas bangunan adalah Plambing. Termasuk
dalam ruang lingkup plambing diantaranya adalah : sistem penyediaan air
minum, sistem pembuangan air kotor, dan sistem pembuangan air hujan
didalam bangunan gedung.
Plambing dapat didefinisikan sebagai berikut : Sistem Plambing suatu
bangunan gedung adalah : perpipaan sistem penyediaan air minum,

perpipaan sistem pembuangan air kotor, dan perpipaan sistem pembuangan

air hujan.

Karena plambing merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan


penempatan plambing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni
bangunan gedung tersebut merasa aman, nyaman, dan sehat.
1. SISTIM PLUMBING AIR MINUM (BERSIH)
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam semua
kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Tidak saja karena sekitar (65-80) %
dari tubuh manusia, terdiri dari cairan, tetapi juga karena di dalam air itu
terdapatberbagai mineral dan unsur kimia, seperti Ca, Fe, F, J, dan lain-lain
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk menjaga kesehatan manusia.
Selain dari pada itu air juga merupakan tempat hidup binatang–
binatang air, mulai dari ikan sampai mikroorganisme. Mikroorganisme–
mikroorganisme yang hidup di dalam air sangat bermacam–macam, ada yang
pathogen (membahayakan bagi kesehatan manusia) dan ada yang tidak
pathogen. Oleh karena itu, air disamping sebagai kebutuhan hidup juga
sebagai media/sarana penularan penyakit. Sejumlah penyakit menular,
terutama penyakit– penyakit perut yang tergolong dalam “ Water borne
deseases” , seperti typus, cholera, dan gastrolenteritis ( common diarhea ),
adalah penyakit–penyakit yang dapat berkembang dan ditularkan melalui air.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : “Bila sumur tidak hygienis dan letaknya
dekat sekali dengan kakus, dimana pada kakus itu ada faeses (kotoran
manusia) yang mengandung kuman-kuman cholera, maka kuman-kuman
cholera tadi akan ikut dengan air yang merembes masuk kedalam sumur. Bila

77 |
air sumur yang telah terkontaminasi oleh kuman-kuman cholera digunakan oleh
manusia tanpa pengolahan terlebih dahulu, maka kuman-kuman cholera itu
akan masuk kedalam perut manusia dan akan berkembang biak, maka
manusianya akan sakit”.
Disamping air sebagai media penularan penyakit perut, air pun
merupakan pelarut yang sangat baik. Oleh karena itu di dalam air banyak
dijumpai zat-zat kimia atau mineral-mineral. Zat kimia dan mineral-mineral itu
kadar di dalam air tergantung dari daerah yang di laluinya.
Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak
mengganggu/membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme,
bahan-bahan kimia dan mineral-mineral tadi keberadaannya harus pada
batas-batas tertentu, dengan kata lain air tersebut harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Syarat ini dinamakan syarat kualitas air minum.
Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : “Air minum adalah air yang
telah memenuhi syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan
bakteriologi)”, yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005,
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pasal 1 ayat 2. Air
Minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat kualitas air minum adalah :
 Syarat fisik: jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan
sejuk(temperatur dibawah suhu kamar).

 Syarat kimiawi : air mengandung zat-zat kimia atau mineral-mineral
dalam kadar tertentu.
 Syarat bakteriologi : air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri
pathogen.
Didalam bangunan gedung air minum digunakan untuk berbagai
keperluan yang menunjang kegiatan penghuninya, diantaranya adalah :
keperluan untuk memasak, mandi, minum, mencuci, penggelontor kakus,
menyiram tanaman, kolam renang, dan lain sebagainya.
Sistim Penyediaan Air Minum
Jenis penyediaan air minum didalam bangunan gedung ada 2 (dua),
yaitu : Penyediaan air minum dingin, dan Penyediaan air minum panas.

78 |
Sistem penyediaan air minum dalam suatu bangunan gedung ada 3
(tiga) sistem, yaitu :
a) Sistem sambungan langsung
b) Sistem tangki tekan
c) Sistem tangki atap

a) Sistem sambungan langsung


Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana pipa distribusi
kebangunan gedung disambung langsung dengan pipa cabang dari sistem
penyediaan air minum secara kolektif/sistem perpipaan (dalam hal ini pipa
cabang distribusi PDAM).
Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini
hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2
(dua) lantai.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air
yang berasal dari pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif
(dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM).
b) Sistem tangki tekan
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam
bangunan, pengalirannya menggunakan pompa. Prinsip kerja sistem ini dapat
dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah ditampung dalam
tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga
air yang ada didalam tangki tertutup tersebut dalam keadaan terkompresi. Air
dari tangki tertutup tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.

Gambar 2-65. Sistim Sambungan


Langsung
Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor
tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa.
Pompa berhenti bekerja kalau tekanan dalam tangki telah mencapai suatu

79 |
batas maksimum yang ditetapkan, dan bekerja kembali setelah tekanan dalam
tangki mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah fluktuasi

tekanan biasanya ditetapkan antara 1,00 kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm2 . Pada
umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal

dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari
PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih jelasnya
sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2-65.
c) Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat
diterapkan, maka dapat diterapkan sistem tangki atap.
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu
dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan
diatas atap atau dibangunan yang tertinggi, dan bisa juga berupa menara air.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang
berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur
atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih
jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2-66.

Gambar 2-66. Sistim Tangki Dengan Sumber Air Dari PDAM

80 |
Gambar 2-67. Sistim Dengan Tangki Atap

Gambar 2-68. Sistim Dengan Menara Air

Agar supaya sistem penyediaan air minum di dalam bangunan gedung


(plambing air minum) dapat berfungsi secara optimal, maka perlu memenuhi
beberapa persyaratan diantaranya adalah :
a) Syarat kualitas
b) Syarat kuantitas
c) Syarat tekanan

a) Syarat kualitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam
sistem plambing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu
syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan
peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen Kesehatan.
b) Syarat kuantitas :

81 |
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam
sistem plambing air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu
kapasitas air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum
bangunan gedung tersebut. Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum
dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
 Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang tidak
permanen.

 Unit beban alat plambing

 Luas lantai bangunan
Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai banguan hanya
digunakan untuk menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak
untuk bangunan gedung yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan
berdasarkan jumlah penghuni, dipakai untuk bangunan gedung rumah tinggal.

Contoh perhitungan :
a) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal
sederhana dengan jumlah penghuni sebanyak 5 jiwa.
- Asumsikan kebutuhan air sebesar 100 l/jiwa/hari.
- Kebutuhan air sebesar : 5 jiwa X 100 l/jiwa/hari = 500 l/hari.
b) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal mewah
dengan jumlah penghuni sebanyak 8 jiwa.
- Asumsikan kebutuhan air sebesar 250 l/jiwa/hari.
- Kebutuhan air sebesar : 8 jiwa X 250 l/jiwa/hari = 2.000 l/hari.

Perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing, dipakai


untuk bangunan gedung berlantai banyak. Contoh perhitungan
berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP).
Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk
bangunan hotel dengan jumlah lantai sebanyak 8 lantai.
Asumsikan dalam hotel tersebut terdapat peralatan plambing sebagai berikut :
- Kakus dengan tangki gelontor sebanyak 50 unit
- Peturasan sebanyak 10 unit
- Bak cuci tangan sebanya 50 unit
- Bak mandi sebanyak 50 unit
- Dus sebanyak 10 unit
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air didapat jumlah Unit
Beban Alat Plambing (UBAP) sebagai berikut :
- Kakus dengan tangki gelontor 50 unit X 5 = 250 UBAP
82 |
- Peturasan sebanyak 10 unit X 10 = 100 UBAP
- Bak cuci tangan sebanyak 50 unit X 2 = 100 UBAP
- Bak mandi sebanyak 50 unit X 4 = 200 UBAP
- Dus sebanyak 10 unit X 4 = 40 UBAP

Jumlah total unit beban alat plambing 690 UBAP


Didapat besarnya kebutuhan air minum, sebesar 680 l/menit.
TABEL 2-2. BEBAN KEBUTUHAN ALAT PLAMBING
No Alat Plambing Hunian Unit Beban Alat
Jenis Katup Plambing (NUAP)
1 Kakus Umum Katup Gelontor 10
2 Kakus Umum Tangki Gelontor 5
3 Peturasan Umum Katup Gelontor 25 mm (1 inci) 10
4 Peturasan Umum Katup Gelontor 20 mm (1/2 inci) 5
5 Peturasan Umum Tangki Gelontor 3
6 Bak cuci Umum Kran 2
7 Bak mandi Umum Kran 4
8 Dus Umum Katup Pencampur 4
9 Bak cuci Kantor, Kran 3
10 Bak cuci Hotel, Kran 4
11 Kakus Pribadi Katup Gelontor 6
12 Kakus Pribadi Tangki Gelontor 3
13 Bak cuci Pribadi Kran 1
Bak
14 Mandi Pribadi Kran 2
Pancu
15 ran Pribadi Katup Pencampur 2
Kelom
16 pok Pribadi Katup Gelontor untuk Kakus 8
17 Dus Terpisah Pribadi Katup Campuran 2
Kelom
18 pok Pribadi Tangki Gelontor untuk Kakus 6
19 Bak cuci Pribadi Kran 3
20 Bak cuci Pribadi Kran 3
21 Alat Plambing Pribadi Kran 3

Beban alat plambing yang tidak tercantum dalam Tabel 2-2


harus diperkirakan dengan membandingkan alat plambing tersebut
dengan alat plambing yang memakai air dalam debit yang sama.
Beban yang tercantum dalam Tabel 2-2 adalah untuk seluruh
kebutuhan.

83 |
Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air
dingin mempunyai beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang
tercantum dalam Tabel 2-2.

Gambar 2-69. Grafik Hubungan Air Minum Dengan Alat Unit Plumbing

c) Syarat tekanan
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit
terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan
menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang
baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada
persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani Tekana air yang berada

pada sistem plambing (pada pipa) tekanannya harus sesuai dengan


ketentuan yang berlaku, diantaranya yaitu :

84 |
- Untuk Perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm2 atau 25 meter

2
kolom air (mka) sampai 3,5 kg/cm atau 35 meter kolom air (mka).

- Untuk Perkantoran 4,0 kg/cm


2 atau 40 meter kolom air (mka)

sampai 5,0 kg/cm2 atau 50 meter kolom air (mka)


Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat.
Tekanan yang dibutuhkan alat plambing dapat dibaca pada
Tabel 2-3. TABEL 2-3. TEKANAN YANG DIBUTUHKAN ALAT PLAMBING

No Nama alat Plambing Tekanan yang Tekanan

1 Katup gelontor kloset 0,70 1)


2 Katup gelontor peturasan 0,40
3 Keran yang menutup sendiri, 0,70
4 Pancuran mandi, dengan pancaran 0,70
5 Pancuran mandi (biasa) 0,35
6 Keran biasa 0,30
1.00
7 Pemanas air langsung, dengan 0,25 – 0,70 4)

Catatan :
- 1&2 Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset
dan urinal yang dimuat dalam Tabel 2 ini adalah tekanan statik
pada waktu air mengalir, dan tekanan maksimalnya adalah 4

kg/cm2.
- Untuk 3 Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis,
kalau tekanan airnya kurang dari yang minimum dibutuhkan maka
katup tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih
akan menetes dari keran.
- Bagian 4 Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas,
tekanan minimum yang dibutuhkan biasanya
dinyatakan/dicantumkan pada alat pemanas tersebut
Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat, maka
tekanan air dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan
tangki atap) akan sangat besar, yaitu sebasar 64 X 3,50 m = 224 meter kolom air
(mka). Oleh karena itu, agar tekana air tidak melampoi batas yang ditentukan,
maka bangunan tersebut harus dibagi menjadi beberapa bagian atau zona,
dimana setiap zona tekanan airnya tidak melampoi tekanan yang terlah
ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2-70.

85 |
Gambar 2-70. Pembagian Zona Tekanan

86 |
Gambar 2-71. NOMOGRAM UNTUK MENENTUKAN KEHILANGAN
TEKANAN DALAM PERALATAN PIPA DARI HAZEN DAN WILLIAMS

87 |
Gambar 2-72. NOMOGRAM MENENTUKAN KEHILANGAN TEKANAN
DALAM PIPA KECIL DARI HAZEN DAN WILLIAMS (UNTUK C = 100)

Peralatan (assesories) pipa harus terbuat dari bahan yang sama


dengan bahan pipa yang akan dipasang.
Peralatan pipa diantaranya terdiri dari : soket, knie, tee, reduser, croos,
valve, dan Dop.
Soket : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa lurus.
Knie : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa berubah arah
Tee : berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) pipa yang bertemu
Reduser : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa dengan garis tengah
berbeda.

88 |
Macam-macam peralatan pipa dapat dilihat pada Gambar 2-73. Dan
cara penempatan katup (valve) di dalam sistem plambing air minum dapat
dilihat.
Pada umumnya garis tengan pipa air minum bergaris tengan kecil, oleh
karena itu pipa air minum dapat dipasang dengan cara menanam pipa dalam
dinding bangunan.

Gambar 2-73. Macam-Macam Bentuk Peralatan Plumbing

d) Tangki air
Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat
menyimpan air minum sementara. Tangki air bisa diletakan dibawah atau diatas
tanah (ground reservoir), pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi,
dan pada menara air. Sebaiknya tangki bawah untuk bangunan gedung tidak
diletakan didalam tanah (ditanam), tetapi diletakan diatas tanah dengan
ketinggian sekitar 45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah terkotori,

89 |
dan mudah untuk pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya perletakan tangki diatas
tanah dapat dilihat pada Gambar 2-74.

Gambar 2-74. Perletakan Tangki Diatas Tanah

Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus


dibersihkan secara teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Disamping itu
sinar matahari tidak boleh masuk atau menembus kedalam tangki, agar lumut
(ganggang) tidak tumbuh. Disyaratkan juga agar tangki air tidak merupakan
bagian struktural dari bangunan, serta lokasinya tidak berdekatan dengan
tempat pembuangan air kotor atau kotoran lainnya. Serta lokasi tangki juga
tidak boleh di tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas yang akan
melakukan perawatan dan pembersihan.

Gambar 2-75. Contoh Penempatan Tangki Air Yang Benar

90 |
2. SISTEM PLAMBING AIR KOTOR

UMUM
Sebelum melanjutkan pada materi sistem pembuangan air kotor dalam
bangunan gedung, ada beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya
adalah :
Limbah : adalah bahan buangan (bahan yang sudah tidak terpakai). Limbah
terdiri dari limbah padat dan limbah cair.
Limbah padat : adalah bahan buangan yang berbentuk padat, biasanya
disebut sampah.
Limbah cair : adalah bahan buangan yang berbentuk cair. Termasuk dalam
limbah cair diantaranya adalah : air kotoran, air bekas, dan air hujan.
Air kotoran : adalah air buangan yang mengandung kotoran manusia.
Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya,
seperti bak mandi (termasuk bath tub), bak cuci tangan, bak cuci dapur, dan
lain-lainnya yang tidak mengandung kotoran manusia.
Air kotor : adalah air buangan yang terdiri dari air kotoran dan air bekas.
Air hujan : adalah air yang jatuh dari atas (langit).

Riol (riool) : adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem
yang digunakan di indonesia adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool)
hanya digunakan untuk mengalirkan air kotor.
Riol Gedung : adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang
membentang dari ujung saluran pembuangan gedung dan menyalurkan
buangannya ke saluran pembuangan kota, pribadi, atau tempat pembuangan
lainnya yang dibenarkan.
Riol (riool) kota : adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang
menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota.
Karena di Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air
hujan terpisah.
Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan air kotor,
lebih spesifik lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah tangga.
Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air
limbah rumah tangga.
Seperti telah dijelaskan diatas, air kotor adalah air bekas atau air
buangan yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, yaitu semua
jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari : mandi, dapur, mencuci,

91 |
kakus, dan lain sebagainya. Jadi air kotor juga mengandung kotoran manusia
(excreta, faeces).
Faeses mengandung zat organik, anorganik, bakteri (baik yang
pathogen, maupun yang tidak pathogen, seperti bakteri coli) dan kadang-
kadang juga cacing atau telur cacing. Disamping itu, proses pembusukan
faeses, terutama didalam air terus berlangsung, sehingga akan menimbulkan
bau yang kurang baik. Oleh karena itu faeses, perlu dikelola dengan baik dan
benar, agar tidak menimbulkan bau yang kurang baik, dan penyebaran
penyakit. Karena air kotor mengandung faeses, maka air kotor pun perlu
dikelola secara baik dan benar.
Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara
yaitu :
 Sistem individu (on site)

 Sistem terpusat (of site)


Sistem individu atau disebut juga “on site system” adalah sistem pembuangan
air kotor rumah tangga dari tiap-tiap rumah tangga/bangunan gedung atau
beberapa rumah/bangunan gedung.
Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem pembuangan
air kotor dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung, dialirkan/dibuang bersama-
sama dengan menggunakan sistem perpipaan (disebut sistem rioolering) ke unit
pengolahan air kotor untuk suatu kawasan atau kota.

SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR


Bagian-bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor
diantaranya adalah sebagai berikut :
 Perpipaan (sistem perpipaan)

 Perangkap

 Pipa ven

 Lubang pembersih

 Bak penampung dan pompa

1. Perpipan (Sistem perpipaan)
Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan
sebagai berikut :
“Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa
pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank
atau unit pengolahan air kotor melalui riool kota)”.

92 |
Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa
hanya untuk memompa air kotor dari bak penampung air kotor yang berlokasi
di bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor.

Sarana pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan.


Bahan pipa yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tidak mudah bocor

 Tahan terhadap asam

 Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang diletakan di luar bangunan
gedung.
Garis tengah pipa air kotor pada umumnya lebih besar dari garis tengah
pipa air minum, untuk garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila
tidak mengangkut faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc),
diameter pipa terkecil adalah 3 inci. Oleh karena itu pemasangan pipa air kotor
tidak dapat ditanam didalam dinding, tetapi harus diluar dinding, agar tidak
terlihat perlu ditutup oleh penutup yang serasi dengan kondisi dinding yang
bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar diletakan pada lokasi antara lantai atas
dengan plafon. Dan pipa tegak diletakan pada shaf.
Perlengkapan (assessoris) pipa air kotor diantaranya adalah sebagai
berikut : Soket, belokan (elbow), reducer, tee, dop, Cleanout (CO) atau lubang
pembersih.
Fungsi dari perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :
Soket , berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang lurus.
Belokan (elbow), berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang berubah arah
(belok). Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam
pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka belokan tidak boleh terlalu
tajam, oleh karena itu untuk belokan dipergunakan elbow, bukan knie seperti air
minum.
Reducer. Pada sistem pengaliran air kotor sebenarnya tidak dikenal reducer,
tetapi pembesaran pipa, dimana fungsinya untuk menyambung pipa kecil
dengan pipa yang lebih besar. Reducer yang dipergunakan juga dari type long
radius reducer.
Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa menjadi satu. Dalam
sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air
adalah benda kasar (faeses), maka pertemuan pipa tidak boleh terlalu tajam,
oleh karena itu untuk sambungan ini dipergunakan “Tee Y”, bukan tee seperti air
minum.

93 |
Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa.

Lubang pembersih (cleanout), berfungsi untuk pemeliharaan pipa


Untuk menentukan ukuran pipa air kotor baik pipa cabang mendatar,
pipa tegak, saluran pembuangan gedung, dan pipa ven tergantung dari
banyaknya dan jenisnya alat- alat saniter yang ada didalam bangunan gedung
tersebut, Contoh perhitungan:
Diasumsikan bangunan gedung 3 (tiga) lantai dengan alat-alat plambing air
kotor yang ada adalah sebagai berikut :
- No 1. Peturasan dengan tangki gelontor
- No 2. Bak mandi dengan perangkap 50 mm
- No 3. Kakus dengan katup gelontor
- No 4. Bidet dengan perangkap 40 mm
- No 5. Kakus dengan tangki gelontor
- No 6. Lubang pengering lantai
- No 7. Kakus dengan katup gelontor
- No 8. Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor sebesar 40
mm
- No 9. Kakus dengan tangki gelontor
- No 10. Dus pada ruang dus
Yang akan dihitung adalah dimensi pipa, baik pipa cabang mendatar,
pipa tegak, maupun pipa pembuangan gedung.
Untuk menentukan dimensi pipa dapat digunakan (Beban maksimum
yang diizinkan untuk perpipaan drainasi saniter, dinyatakan dalam unit alat
plambing).Dan untuk menentukan besarnya nilai unit alat plambing (NUAP),
dapat dipergunakan (Nilai unit alat plambing untuk drainasi saniter)
2. Perangkap
Tujuan utama dari sistem pembuangan air kotor dalam bangunan
gedung adalah mengalirkan air kotor dari dalam bangunan gedung keluar, ke
dalam unit pengolahan air kotor (septic tank) atau riol kota, tanpa menimbulkan
pencemaran kepada lingkungannya maupun dalam bangunan gedung itu
sendiri. Pipa pembuangan air kotor didalam bangunan gedung tidak terus
menerus mengalirkan air kotor, jadi tidak selamanya pipa tersebut terisi dengan
air, hal ini akan menyebabkan masuknya gas yang berbau atau beracun dari
septic tank atau dari riol, disamping gas juga ada kemungkinan serangga bisa
masuk.

94 |
Untuk mencegah hal tersebut diatas, maka pada sistem pembuangna air
kotor didalam bangunan gedung perlu dipasang suatu alat yang disebut
“perangkap”atau “trap”, biasanya berbentuk leher angsa atau “U”, yang akan
menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga merupakan suatu
“penyekat” atau penutup air yang mencegah masuknya gas.
Fungsi perangkap adalah, untuk mencegah bau busuk (gas) dari septic-
tank atau riol masuk ke dalam ruangan dimana alat-alat plambing air kotor
(alat-alat saniter) berada.
Agar perangkap dapat berfungsi dengan baik, maka perangkap
tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah sebagi
berikut :
- Kedalaman air penutup. Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar
antara 50 mm sampai 100 mm.
- Konstruksinya harus sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan tidak
menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap. Aliran air buangan
harus menimbulkan efek “membersihkan diri”, jadi perangkap tersebut
dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak
tersangkut atau menempel pada permukaannya.
- Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai
“penutup” tetap dapat dipenuhi.
- Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah
membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan tetap akan
terjadi.
3. Bak penampung dan pompa
Air kotor yang letaknya lebih rendah dari pada riol gedung atau riol kota
dimasukan terlebih dahulu ke dalam penampungan (bak penampung) dan
kemudian dialirlan ke luar dengan pompa atau alat lainnya.
Bak penampung ini harus dibuat dengan konstruksi kedap air, tidak
membocorkan gas dan bau, serta harus dilengkapi dengan pipa ven. Bak
penampung ini tidak boleh dibuat sehingga salah satu dindingnya merupakan
dinding pemisah dengan bak penampung air minum.
4. SEPTIC-TANK DAN RESAPAN
Septic-tank atau tangki septic disebut juga tangki pembusuk, karena
pada tangki ini timbul proses pembusukan faeses oleh bakteri pembusuk
dengan bantuan oxygen menjadi lumpur dan gas (H2S dan NH4).
Disebagian besar negara-negara diluar negri, seperti di Amerika, Inggris,
dan lain- lain, septic-tank berfungsi untuk menampung semua air kotor dari

95 |
rumah tangga kecuali air hujan (dari kamar mandi, kakus, dapur, bak cuci
tangan, dan alat-alat pembuangan rumah tangga lainnya). Penyaluran semua
air kotor rumah tangga kedalam septic-tank juga dianjurkan oleh W.H.O.
Air sabun tidak akan mengganggu bekerjanya septic-tank dalam hal
pengendapan maupun pembusukan, demikian juga halnya dengan detergents

synthetic (syndet) tidak semuanya mengganggu, yang mengganggu


hanya persenyawaan-persenyawaan ammonium kwarterne (quaternary
ammonium compounds), yang terkenal mempunyai daya bactericide.
Akan tetapi persenyawaan-persenyawaan ammonium kwarterner pun ternyata
hanya menghentikan sebagian saja dari proses pembusukan, oleh karena itu
proses pembusukan masih dapat berlangsung dengan baik, karena didalam
septic-tank, persenyawaan tersebut telah diencerkan lagi dengan air kotor
rumah tangga lainnya yang tidak mengandung detergent.
Dari pengalaman dilapangan, ternyata bahwa pemakaian air yang
sedikit sekali menyebabkan terdapatnya zat-zat padat yang banyak sekali
pada air kotor dan ini akan menyebabkan tersumbatnya pipa saluran air kotor,
dengan mengalirkannya semua air kotor rumahtanga kedalam septic-tank
bahaya tersebut akan sangat diperkecil, juga dapat diharapkan, bahwa
dengan lebih banyaknya lagi kotor yang dapat melarut kedalam air, sehingga
jumlah lumpur yang harus ditampung didalam septic-tank akan dapat
diperkecil. Oleh karena itu, sebaiknya semua air kotor yang berada dalam
rumah tangga, baik dari kamar mandi dan kakus, maupun dari dapur, bak cuci
tangan, dan lainnya seluruhnya dibuang atau dialirkan ke septic-tank.
Septik-tank terbuat dari bahan yang rapat air, kuat, dan tahan terhadap
asam, pada umumnya terbuat dari konstruksi beton atau pasangan batu bata.
Agar fungsi septic-tank dan bidang resapan atau sumur resapan bisa
optimal, maka septic-tank harus diletakan pada lokasi dimana ketinggian muka
air tanah lebih besar dari 2.00 meter.
Dasar-dasar perencanaan septic-tank adalah sebagai berikut :
- Waktu tinggal (detention time) air kotor didalam septic-tank ditetapkan
selama 24 jam (satu hari penuh).
- Pemakaian air setiap orang setiap hari sebesar 100 liter. (pada seminar on
sewage disposal W.H.O di kandy-ceylon telah ditetapkan, bahwa agar
septic-tank dapat bekerja dengan baik, diperlukan suatu persediaan air
sedikit-dikitnya 20 imperial gallons atau 91 liter untuk setiap orang
seharinya).

96 |
- Volume septic-tank yang paling kecil ditetapkan untuk pemakaian oleh
10 orang sesuai dengan anjuran W.H.O.
- Untuk ruang penyimpanan Lumpur disediakan 30 liter untuk setiap
pemakai setiap tahunnya. (menurut W.H.O besar ruang lumpur sekurang-
kurangnya 1 cb ft atau sebesar 28,8 liter per capita per tahun).
- Frekwensi pembuangan lumpur menurut W.H.O antara 1 tahun sampai 4
tahun.
- Untuk ruang gas dan busa disediakan tempat yang tinginya sekurang-
kurangnya 30 cm diatas permukaan air (menurut W.H.O, seminar di
Ceylon ruang antara permukaan air di septic-tank dan tutupnya harus
antara 6 inch sampai 1 ft atau antar 15 cm sampai 30 cm).
- Kedalaman air pada septic-tank sekurang-kurangnya 1,00 meter.
- Panjang septic-tank sekurang-kurangnya 1,25 meter. Untuk septic-tank
yang berbentuk bulat, diameter (garis tengah) septic-tank sekurang-
kurangnya 1,25 meter.
- Lebar septic-tank sekurang-kurangnya 0,80 meter.

- Untuk septic-tank yang besar, perbandingan antara panjangn


lebar sebesar 2 : 1 sampai 3 : 1

- Beda tinggi antara pipa inlet dan permukaan air di dalam septic-tank
sebesar 7 cm
- Septic-tank harus dilengkapi dengan : pipa ven, dan lubang pemeriksa
yang berfungsi juga sebagai lubang penyedot lumpur tinja.

Contoh perhitungan untuk menentukan volume septic-tank.


 Rumah tangga yang dihuni oleh 5 (lima) orang, dan lumpur dibuang
(disedot) setiap 2 (dua) tahun.
Oleh karena menurut peraturan volume septic-tank harus menampung
minimal untuk jumlah penghuni 10 orang, maka untuk perhitungan selanjutnya
jumlah orang yang dihitung sebanyak 10 orang. Cara perhitungan :

Volume septic-tank adalah : volume air ditambah volume lumpur

ditambah ruang busa.

Volume air : 10 orang X 100 l/orang/hari = 1.000 liter = 1 m3


Panjang : 1,25 m
Lebar :0,80m
Tinggi air : 1,00 m
Volume lumpur : 10 orang X 30 l/orang/tahun X 2 tahun = 600 liter

97 |
Panjang : 1,25 m
Lebar : 0,80 m
Tinggi lumpur : 0,60 m, Ruang busa diambil 0,30 m diatas permukaan air
Tinggi septic-tank adalah : tinggi air + tinggi lumpur + ruang busa. Tinggi septic
tank adalah : ( 1,00 + 0,60 + 0,30 ) m = 1,90 m
Dimensi septic-tank adalah sebagai berikut :

Panjang : 1,25 m
Lebar : 1,00 m
Tinggi : 1,90 m

Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD nya masih cukup
tinggi, dan ada kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri
pathogen atau telur cacing, dan masih berbau. Oleh karena itu bila air
yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka (badan air
terbuka) maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan
terbuka tersebut. Melihat hal-hal seperti tersebut diatas, maka air yang
keluar dari septic-tank (efluen) tidak boleh dibuang langsung ke badan-
badan air, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang
keluar dari septic- tank perlu diolah terlebih dahulu sampai memenuhi
persyaratan kualitas air kotor yang diizinkan oleh peraturan setempat
sebelum dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini sangat sulit untuk
dilakukan, karena kapasitas air yang keluar dari septic-tank sangat sedikit
dan tidak terus menerus.
Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk mengolah air yang
keluar dari septic- tank, yaitu dengan cara, air yang keluar dari septick-
tank diresapkan kedalam tanah dengan cara meresapkan melalui sumur
resapan atau bidang resapan.
Agar supaya baik sumur resapan, bidang resapan, maupun septic-
tank tidak mengganggu lingkungan sekitarnya maka lokasi dari sumur
resapan, bidang resapan, dan septic-tank ada persyaratan jarak tertentu.
Persyaratan jarak minimum dari septic-tank, dan peresapan untuk kondisi
tanah biasa dapat dibaca pada Tabel 2-5.

98 |
TABEL 2-5. PERSYARATAN JARAK MINIMUM DARI SEPTIC TANK DAN RESAPAN
UNTUK KONDISI TANAH NORMAL
N0 URAIAN SEPTIC-TANK (meter) RESAPAN (meter)
1 Bangunan 1,50 3,00

2 Batas-batas pemilikan 1,50 1,50

3 Sumur 10,00 *) 10,00

4 Aliran air 7,50 30,00

5 Pemotongan/Peninggian 7,50 30,00

6 Pipa air minum 3,00 3,00

7 Jalan setapak 1,50 1,50

8 Pohon besar 3,00 3,00

Sumber data : Cotteral dan Norris (1969)


*) Sampai dengan 30,00 meter untuk pasir dan kerikil, dan lebih besar lagi
untuk batu karang yang tersusun atau tidak tersususn.
Panjang bidang resapan minimal 10,00 meter, dan maksimal 15,00
meter. Bila dari hasil penelitian diperlukan panjang bidang resapan lebih
dari 15,00 mater, maka bidang resapan harus dibuat beberapa dengan
panjang masing-masing maksimal 15,00 meter, dan jarak antara bidang
resapan dari as ke as sebesar 2,50 meter. Kemiringan bidang resapan
sebesar 0,20 %.

2.1.2.14. KONSEP LINGKUNGAN


1. Prasarana, sarana dan Utilitas
Yang perlu diperhatikan pada Prasarana, Sarana dan Utilitas adalah
berdasarkan SNI 03-1733-2004.Jalan lingkungan dilengkapi dengan Penerangan
Jalan Umum serta saluran tepi jalan:
a) Tempat parkir dan/ atau penyimpanan barang
b) Jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik termasuk tangki-tangki air,
pompa air, tangki gas, dan gaedu-gardu listrik;
c) Saluran pembuangan air ke sistem jaringan pembuangan air kota;
d) Saluran pembuangan air limbah dan/atau tangki septik;
e) Tempat pembuangan sampah
f) Hidrant atau kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan
terhadap bahaya kebakaran;
g) Jaringan telephone dan alat komunikasi lain sesuai dengan tingkat
keperluannya;

99 |
h) Sarana sosial, Ibadah, Pendidikan bila telah tersedia dalam jarak tempuh
500-1000 meter tidak harus dibangun.
2. Pengelolaan Persampahan
Konsep Pengelolaan Persammpahan diarahkan sebagai berikut :
a) Menyingkirkan sampah dan habitat manusia dengan cepat
b) Mengurangi berat dan volume sampah dengan cepat
c) Membuat sampah menjadi tidak berbahaya terhadap lingkungan
d) Memamfaatkan sampah menjadi sumber daya yang bermanfaat
e) Mengurangi dampak pencemaran udara, tanah dan air akibat sampah
tersebut.
3. Pengelolaan Air Limbah
Pemilihan teknologi pembuangan air limbah merupakan rekomendasi
awal bagi penanganan air limbah. Teknologo pembuangan air limbah dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem setempat dan sistem terpusat. Sistem
setempay adalah sistem pembuangan di sekitar sumber limbah, untuk
kemudian diolah ditempat tersebut melalui sistem penguraian an-aerobik dalam
suatu bangunan yang disebut septic tank atau melalui sistem pengurai yang
memanfaatkan bakteri yang disebut dengan Biotech. Sedangkan sistem
terpusat adalah pembuangan air limbah melalui saluran yang berfungsi
menampung dan mengalirkan air limbah tersebut ke satu tempat pengolahan
yang jauh jaraknya dari sumber penghasil limbah.

4. Pengembangan Jaringan Drainase Luar


Dalam sistim drainase konvensional, saluran air hujan yang jatuh pada
suatu kawasan harus secepatnya dibaung kesungai. Drainase konvensional
dibuat dengan cara membuat saluran-saluran lurus terpendek menuju sungai.
Saluran air hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir ke sungai tersebut.
Konsep pengembangan jaringan drainase pada menggunakan konsep
drainase ramah lingkungan atau biasa disebut : Ekodrainase. Konsep ini
didefinisikan sebagai upaya mengelola air. Kelebihannya dengan cara sebesar-
besarnya diserapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke
sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai/danau bautan. Ada 4
(empat) metode drainase ramah lingkungan, yaitu :
a) Kolom konservasi (resapan)
b) Sumur resapan
c) Riversaide polder

100 |
d) Pengembangan perlindungan air tanah (ground water protection water
area)
5. Pengembangan Air Bersih/ Air Minum
Air bersih diperlukan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan. Jika
ditinjau dari beberapa kegiatan diatas, amak sistem penyediaan air bersih
dalam bangunan gedung kantor merupakan salah satu instruktur yang penting
keberadaannya, sehingga konsep desainnya memerlukan kajian lebih lanjut.
Konsep pengembangan air bersih didasarkan atas luasan tapak peruntukan,
jumlah orang yang berkegiatan di dalam kantor. Saat ini alternatif sumber air
bersih diasumsi dari jaringan PDAM setempat. Jika memungkinkan, berasal dari
sumur air dalam (deep well).

2.1.2.15. SISTIM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KONDISI DARURAT


1. Sistim Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Pasif
Sistim pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan
yang memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat
kebakaran atau kondisi darurat lainnya. Hal itu dapat dilakukan dengan:
a) Konstruksi Tahan Api.
b) Pintu Keluar Darurat
c) Koridor dan Jalan Keluar, koridor dan jalur jalan keluar harus dilengkapi
dengan tanda yang menunjukkan arah dan lokasi pintu keluar dan harus
ditempatkan pada setiap lokasi dimana pintu keluar terdekat tidak dapat
langsung terlihat (Gambar 2-19).
d) Kompartemen, gagasan dasarnya adalah menahan dan membatasi
penyalaran api agar dapat melindungi penghuni atau pengguna
bangunan dan barang-barang dalam bangunan untuk tidak secara
langsung bersentuhan dengan sumber api. Pada bangunan tinggi,
dimana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat
adalah suatu hal yang mustahil, kopartemen dapat menyediakan
penampungan sementara bagi penghuni atau penggunan bangunan
untuk menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar
sudah aman (Gambar 2-76).

101 |
Gambar 2-76. Lokasi Tanda Exit

Gambar 2-77. Kompartemen

e) Evakuasi Darurat, pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat,


tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman dan
harus bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga yang
bertekanan (pressurized stair well) diaktifkan secara otomatis saat.
Pengissian ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif
mencegah menjalarnya adsap kedalam ruang tangga.
f) Pengendalian Asap, beberapa media yang dapat mengendalikan asap
dari fungsi dan luas bangunan, diantaranya:
Jendela, pintu, dinding / partisi dan lain-lain yang dapat
dibukasebanding dengan 10% luas lantai.
Saluran ventilasi

udara.Ventilasi diatap

gedung.Sistim

penyedotan asap.

102 |
Gambar 2-78. Sistim Pengendalian Asap
2. Sistim Pencagahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Aktif
Sistim pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran aktif dapat
menggunakan:
a) Alat penginderaan / peringatan dini (Detektor)
b) Hidran dan selang kebakaran
c) Sprinkler
d) Pasokan air
3. Sistim Tanda bahaya (Alarm System)
Secara umum sistim tanda bahaya dibagi atas dua kelompok, yaitu
tanda bahaya untuk keadaan darurat yang terkait pada keamanan bangunan
(seperti kebakaran), dan yang terkait pada keamanan penghuni / pengguna
bangunan dan harta benda yang ada dalam bangunan yang ditujukan untuk
manangkal kejahatan (seperti perampokan, pencurian, aksi terror dan bentuk
kejahatan lainnya).
Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, banugnan dilengkapi
dengan sistim tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada
dalam ruang pengandali kebakaran, sedang sub panelnya dapat dipasang
disetiap lantai berdekatan dengan kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya
dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan kaca tombol sakelar
tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, dimana tanda bahaya
kebakaran dihubungkan dengan sistim detector (detector asap atau panas)
atau sistim sprinkler (Gambar 2-79).

103 |
Gambar 2-79. Diagram Sistim Tanda Bahaya Kebakaran
Ketika detector berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada
pada panel utama pengendalian kebakaran, dan tanda bahaya dapat
dibunyikan secara manual atau secara otomatis dimana pada saat detector
berfungsi terjadi arus pendek yang akan menyebabkan tanda bahaya tertentu
berbunyi.
Perbedaan sistim tanda bahaya pada pencegahan kebakaran dan
pencegahan bahaya kejahatan terletak pada peralatan detektornya. Pada
tanda bahaya sistim keamanan (securyti system) digunakan berbagai jenis
detector/sensor, yaitu sensor ultrasonic, sensor gelombang mikro (microwave),
sensor infra merah (infra red) atau sensor suara (sound discriminating).
Sederhananya, sensor dapat berupa sakelar yang ditempatkan pada
lokasi tertentu dan dapat difungsikan secara manual untuk membuat tanda
bahaya berfungsi.
Pada benda-benda yang diam, panjang pantulan gelombangnya tetap
sama, tetapi jika ada objek yang bergerak maka terjadi perubahan panjang
pantulan gelombang, dan hal ini akan mengaktifkan tanda bahaya. Prinsip ini
digunakan pada sensor ultrasonic dan sensor gelombang mikro. Sensor
ultrasonic dapat dikacaukan jika terjadi turbelensi udara akibat sistim tata udara
atau adanya bunyi.
4. Sistim Penagkal Petir
Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik ke
bumi yang tidak dapat dikendalikan dan mengakibatkan kerusakan. Untuk
menghindari atau meminimalkan kerugian akibat petir diperlukan sistim
perlindungan yang tepat, sehingga kerugian yang disebabkan oleh petir, baik
berupa kebakaran, kehancuran ataupun kerusakan jaringan listrik dan
peralatan elektronik dapat dihindari atau dibatasi (Gambar 2-23, Gambar b-18
dan Gambar 2.80) menunjukkan beberapa sistim penangkal petir yang bias

104 |
Gambar 2-80. Penangkal Petir Sistim Tomas

Tabel 2-6. Sistim Penangkal Petir

105 |
2.1.2.16. PERENCANAAN SISTEM TATA UDARA
Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor
utama yang terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena
secara langsung hal ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan, kesehatan,
da kenikmatan penghuni atau pengguna bangunan. Ventilasi dibuat demi
menjamin tersedianya udara luar yang masuk dalam ruangan, sebab jika
pertukaran udara cukup baik, penghawaan dan pengkondisian udara dalam
bangunan tidak begitu diperlukan. Orientasi matahari yang berhubungan
dengan cahaya yang dapat dimanfaatkan dalam ruang, agar tidak diperlukan
pencahaayaan buatan. Namun perlu pula dipertimbangkan agar radiasi panas
dapat dikurangi, sehingga duhu udara tidak meningkat, yang berakibat
diperlukannya pengkondisiaan udara atau ventilasimekanik.
Kedua faktor tersebut, ventilasi dan orientasi matahari, akan terkait pada
rancang bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengguna
energi untuk penghawaan/pengkondisiaan udara dan pencahayaan buatan
dapat dibuat seefisien mungkin.
Dewasa ini perancangan dan penyelenggaraan bangunan yang
dilakukan dengan pendekatan teknologi modern dimaksud untuk menghasilkan
tingkat kenyamaan dan kenikmatan yang tinggi bagi pengguna atau penghuni
bangunan. Namun demikian tanpa disadari, bangunan modern juga
mendatangkan permasalahan yang terkait dengan penurunan mutu
lingkungan.
Metode dan pembuatan bahan bangunan yang digunakan saat ini
banyak yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan pencemaran
lingkungan, mengngat bahwa sebagian besar bahan bangunan yang
digunakan merupakan bahan buatan pabrik yang diolah dan dibuat dengan
menggunakan campuran bahan kimia atau menggunakan sumber daya alam
secara tidak teratur dan tidak tercerna.
Bangunan modern yang dirancang agar dapat melindungi manusia dari
gangguan luar (cuaca, binatang dan kejahatan manusia), merupakan suatu
wadah fisik yang terlindungi dari cuaca dengan atap yang tidak bocor, jendela
yang tertutup agar tidak terkontaminasi denga udara yang sudah tercemar,
dan dilengkapi dengan penghawaan dan pencahaayaan bautan serta
diperindah dengan penutup lantai, dinding, dan plafon yang terbuat dari
bahan-bahan sintetik. Tanpa disadari, bangunan modern seperti ini memberi
peluang menurunnya mutu udara didalam bangunan, akibat pertukaran udara
yang kurang baik.

106 |
Mutu Udara di dalam bangunan bertambah buruk dengan
digunakannya obat pembasmi serangga (nyamuk, Kecoa, dan serangga
lainnya), tanaman hias didalam ruangan, asap rokok dan debu, serta gas
baracun lainnya yang berasal dari dapur dan garasi. Penurunan mutu udara di
dalam ruangan menyebabkan meningkatnya jumlah anak yang terkena asma
dan alergi. Hal ini disebabkan sebagian besar aktivitas manusia dilakuakn
didalam ruangan (manusia menggunakan sekitar 90% waktunya di dalam
ruangan, baik dirumah maupun ditempat kerja/kantor).
Penyebab menurunnya mutu udara didalam bangunan yang dapat
dikatagorikan sebagai penyebab polusi udara dalam ruangan adalah
:Campuran Bahan Organik yang mudah menguap, ini terdiri atas bahan
alamiah dan sintetik yang mengandung karbon hidrogen pada tingkat
molekuler, baik berupa benda padat, cair maupun gas.
Campuran ini mungkin menguap pada temperatur kamar, seperti gas
methan, gas hidrokarbon, kapur barus, parafin, formadehida, aseton, karbit, lilin,
minuman keras, deterjen, cat dan seratsintetik. Campuran ini banyak ditemukan
dalam bentuk kayu lapis, papan partikel (particle board), perekat, cat,
fuberglass, cairan pembersih, karpet dan plastik.

1. Pestisida
Secara teknis, ada pestisida yang dapat dikatagorikan sebagai bahan
campuran organik yang mudah menguap, tetapi penggunaanya dapat
membawa dampak yang lebih luas pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Meskipun bahan-bahan beracun juga banyak digunakan untuk
perbaiakn tanah, sebelum dilakuakn proses ppelaksanaan pembangunan,
perlindungan terhadap
Beberapa hal yang sering kali dapat mendatangkan masalah bagi
pengguna banggunan, yang menyebabkan diperlukannya pestisida, di
antaranya adalah :
a) Bekas pohon yang ditebang dan kemudian menjadi sarang rayap
b) Kayu yang ditumbuhi jamur atau sarang serangga (lebah, rayap danb
semut)
c) Bukaan yang tidak tertutup secara baik atau tidak diberikan kawat kasa.
d) Dinding atau atap yang mengalami kebocoran atau meresdapnya air.

107 |
2. Bahan yang Mudah Terbakar/ Meletus
Bahan-bahan seperti gas, minyak, orang, kayu dan tembakau yang
terbakar didalam ruangan akan menghasilkan asap atau gas (emisi). Emisi yang
dapat mendatangkan bahaya, diantaranya adalah emisi dari :
a) Nitrogen Dioksida
b) Nitrouen Oksida
c) Sulfur Oksida
d) Hidrogen Sianida
e) Karbon Mono-oksida
f) Karbon Dioksida
g) Formaldehida
h) Hidrokarbon
Bahan-bahan ini dapat ditemukan jika dilakukan hal-hal tertentu, di
antaranya :
a) Penerangan dengan menggunakan bahan bakar minyak/gas
b) Alat masak yang diletakkan dalam ruangan yang kurang ventilasinya
c) Garasi yang tidak terisolasi secara baik dengan ruang tinggal
d) Tungkun Pembakaran yang terbuka
e) Asap Rokok
f) Bahan Alamiah yang Polutan
Gas Radon terkumpul dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam
bangunan dapat menyebabkan dampak buruk akibat kandungan radioaktif
yang terkandung didalamnya.
Logam tertentu, seperti alumanium, temabag, dan tambal yang
terakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dapat menyebabkan panyakit hati,
kerusakan otak dan gagal ginjal. Oleh sebab itu, air yang ingin dikonsumsikan,
terutama yang berasal dari sumur, perlu diuji mutu. Airnya, apakah layak untuk
digunakan bagi keperluan sehari-hari. Air yang digunakan dapat pula tercemar
oleh bakteri clan residu pestisida.
Palutan yang berasal dari unsur biologis, diantaranya yang berasal dari
tepung sari bunga, debu rumah tangga, serangga/kutu dan jamur, dapat di
kurangi denagna melakukan penyaringan (filtralisasi) udara dan air.
3. Medan Eletromagnet
Medan Eletromagnet mungkin merupaka palutan yang paling
kontrovesial.Penelitian dalam dua dekade terakhir menunjukan bahwa meda
elektromagnet dapat menyebabkan timbulnya penyakit kanker tertentu atau
meningkatkan jumlah bayi yang lahir cacat.

108 |
Medan Elektromagnet dapat timbul akibat pemasanagn jaringan kabel
listrik yang tidak sempurna, peralatan yang menggunakan motor, lintasan kabel
teganggan tinggi, atau tidak tersedianya sistem pembumian (grounding system)
pada panel listrik.
4. Kelembaban Udara
Sebagian besar gangguan kesehatan , baik yang berdampak pada
kondisi fisik maupun psikis, umumnya diakibatkan oleh redahnya mutu udara. Di
dalam bangunan, akibat adanya pencemaran. Disamping itu, kelembaban
udara juga dapat membawa pengaruh pada mutu udara yang dikaitkan
denga kemungkinan adanya bakteri, virus, jamur, serangga, dan gangguan
kesehatan lainnya, sebagaimana terlihat dalam

Gambar 2-82. Tingkat Kelembaban Relatif dalam Ruang

2.1.2.17. PERANCANGAN SISTEM PEMIPAAN, SANITASI Dan PENGOLAHAN


LIMBAH
Instalasi pipa pada bangunan digunakan untuk mengalirkan air bersih
(panas dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, airuntuk keperluan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, pembuangan air
kotor, air buangan, air hujan dan air limbah. Disamping itu ada pula jarinagn
pipa untuk ventilasi dan saluran gas, dan saluran oksigen jika diperlukan.
Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya : air bersih dialirkan
dengan pipa (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa PVC atau pipa
tembaga. Pipa yang digunakan untuk pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran (hidran dan sprinkler) dituntut untuk mampu menahan
tekanan tertentu.
Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (riser, down feed atau stand pipe)
yang disembunyikan dalam saluran didalam tembok (shaft) sebagaimana terlihat

109 |
pada gambar 2-83 sedangkan pada arah horisontal, biasanya ditempatkan diatas
klangit-langit tau lantai instalasi (lantai mekanik dan elektrik)
Untuk membedakan antara pipa satu dengan pipa lainnya maka pipa
diberi warna dan diberi arah alirannya.

Gambar 2-83. Warna Pipa Dalam Shaft

Fungsi Pipa Warna Pipa

Air Bersih Biru

Air Buangan Kuning

Sir Limbah Coklat

Air Untuk Sprinkler Merah

1. Jaringan Pipa Air Bersih


Untuk memasok kebutuhan air bersih pada nagunan lebih dari satu
alntai, biasanya digunakan pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang
letakknya jauh dari permukaan tanah dan jika bangunannya sangat tinggi,
maka jaringan pemipaan dbagi atas beberapa zona.
Pada umumnya terdapat diua sistem pasokan air bersih yaitu sistem ke
atas (up feed) , baik dengan atau tanpa tangki penampung air, dan pasokan
ke bawah (down feed)

110 |
Pada sistem pasokan ke atas air bersih dialirkan dengan tekanan pompa
sedangkan pada pasokan kebawah pompa digunakan untuk mengisi tangki air
di atas atap. Dengan menggunakan sakelar penampang, pompa akan
berhenti bekerja, jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air dialirkan
dengan memamfaatkan gaya grafitasi.
Selanjutnya air panas biasa dihasilkan oleh peralatan pemanas air, dari
yang kapasitasnya kecil sampai denagn yang kapasitasnyan bsar. Pemanas ini
menggunakan pembakaran gas, tenaga listrik ataupun tenaga matahari.
Pada bangunan yang membutuhkan pasokan air dengan mutu terjamin
(bebas dari polutan) atau penggunaan air yang di daur ulang seperti halnya
untuk keperluan akuarium ataupun kolam, maka pasokan air perlu di saring
melalui alat penyaring bertekanan (pressure filter). Selanjutnay pasokan air
tersebut ditambahkan larutan kimia untuk mematikan kuman-kuman yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Jaringan Pipa Air Kotor dan Ventilasi
Penggunaan diagram isometrik akan memudahkan dalam melakukan
perincian guna mengetahui jenis, jumlah dan ukuran pipa serta alat
penyambungnya.
Untuk menghindari masuknya udara baunya tak sedap, maka pada
saluran pembuanagan dipasang perangkap udara, berupa genangan air yang
tertahan akibat adanya sekat perangkap (menggunakan konsep pipa bejana
berhubungan). Perangkap udara dapat berbentuk pipa tabung, bak control
atau leher angsa. Perangkap udara ini dapat mencegah masuknya binatang
kecil (kecoak,tikus,dll) ke dalam ruangan melalui pipa.
Selanjutnya untuk air buangan atau air kotor yang mengandung lemak
(air buangan dari dapur), perlu digunakan perangkap minyak (grease trap).
Dan untuk memdahkan perbaikan atau pembersihan saluran pipa. Jika terjadi
penyumbatan oleh benda-benda atau kotoran, pada saluran pembuangan
disediakan lubang kontrol pembersihan (clean out), yang dapat ditempatkan
pada lantai atau berupa sumbat pada ujung pipa.
3. Peralatan Pengolahan Limbah
Pada bangunan rumah tinggal, air buangan.air kotor dibuang melalui
septik tank dan selanjutnya dialirkan kembali kedalam tanah melalui rembesan.
Namun, pada bangunan publik, penggunaan septik tank dirasa kurang
memadai, oleh karenanya umumnya digunakan sistem pengolahan air limbah
(SPT-Sewage Treatment Plant).

111 |
Pada dasarnya sistem pengolah limbah terdiri dari dua proses utama,
yaitu proses mekanik, berupa penyaringan, pemisahan dan pengendapan,
serta proses biologi/kimia, berupa proses aktivitas bakteri yang memamfaatkan
dari udara (acrob) dan proses netralisasi cairan dengan asam atau
memasukkan bahan kimia untuk oksidasi, seperti aerasi dengan menggunakan
molekul, proses pengolahan endapan aktif (activate sludge process), dan
pemusnahan kuman (desinfection) denagn menggunakan kaporit (chlorine.
Secara skematik, proses pengolahan limbah dapat dilihat pada gambar
2-84.

Gambar 2-84. Skema Tipikal Pengolahan Limbah

112 |
4. Integrasi Pemipaan
Gambar 2-85 berikut ini menunjukan integrasi pemipaan yang digunakan
untuk air dingin, air es, air hangat, air panas, pipa pembuanagn dan pemasok
bahan bakar.

Gambar 2-85. Integrasi Pemipaan

113 |
2.1.2.18 PERSYARATAN TEKNIS AKSESIBILITAS

A. UKURAN DASAR RUANG

1. Esensi
Ukuran dasar ruang tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi) yang mengacu
kepada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang
yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakannya.

3. Persyaratan
a. Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi
bangunan, bangunan dengan fungsi yang memungkinkan digunakan oleh
orang banyak secara sekaligus, seperti balai pertemuan, bioskop, dsb.
harus menggunakan ukuran dasar maksimum.
b. Ukuran dasar minimum dan maksimum yang digunakan dalam pedoman
ini dapat ditambah atau dikurangi sepanjang asas-asas aksesibilitas dapat
tercapai.
c. Ukuran Dan Detail Penerapan Standar.

114 |
Gerak Kesamping Gerak Kedepan

Jangkauan Kesamping Jangkauan Kedepan

Berjalan Jangkauan Berjalan Jangkauan


Kesamping Kedepan

115 |
Duduk Jangkauan
Kesamping Duduk Jangkauan
Kedepan

Tampak Samping Tampak Depan

Gambar 2-86. Dimensi Kursi Roda

Gambar 2-87. Dimensi Kursi Roda Rumah


Sakit

116 |
E. TANGGA
1. Esensl
Fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan
lebar yang memadai.
2. Persyaratan
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°
b. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
c. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada
salah satu sisi tangga.
d. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 80 cm
dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian
ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding
atau tiang.
e. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
f. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga
tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.
3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar

117 |
Gambar 2-93. Desain Profil Tangga Yang
Diijinkan

Berbahaya Untuk Kaki

Berbahaya Untuk Kaki

Gambar 2-94. Desain Profil Tangga Yang


Tidak Diijinkan

Profil Handrail Yang Diijinkan Profil Handrail Yang Tidak Diijinkan

Gambar 2-95. Profil Handrail

118 |
G. KAMAR KECIL
1. Esensi
Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas
umum lainnya.
2. Persyaratan
a. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan
tampilan rambu "penyandang cacat" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
pengguna kursi roda. (45-50 cm)
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan
rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan
dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain.
Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus
dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki
keterbatasanketerbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.

f. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.


g. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
h. Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda
untuk membuka dan menutup.
i. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.
j. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.

119 |
3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar

120 |
H. Pancuran
1. Esensi
Merupakan fasilitas mandi dengan pancuran (shower) yang bisa digunakan
oleh semua orang, khususnya bagi pengguna kursi roda
2. Persyaratan
a. Bilik pancuran (shower cubicles) harus memiliki tempat duduk yang lebar
dan tinggi disesuaikan dengan cara-cara memindahkan badan
pengguna kursi roda.
b. Bilik pancuran harus memiliki pegangan rambat (handrail) pada posisi
yang memudahkan pengguna kursi roda bertumpu.
c. Bilik pancuran dilengkapi dengan tombol alarm atau alat pemberi tanda
lain yang bisa dijangkau pada waktu keadaan darurat.
d. Kunci bilik pancuran dirancang dengan menggunakan tipe yang~bisa
dibuka dari luar pada kondisi darurat (emergency).
e. Pintu bilik pancuran sebaiknya menggunakan pintu geser atau tipe
bukaan keluar.
f. Pegangan rambat dan setiap permukaan atau dinding yang berdekatan
dengannya harus bebas dari elemen-elemen

3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar

121 |
I. TELEPON
1. Esensi
Peralatan komunikasi yang disediakan untuk semua orang yang sedang
mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.
2. Persyaratan
a. Telepon umum disarankan yang menggunakan tombol tekan, harus
terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil.
b. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telpon umum
sehingga memudahkan penyandang cacat untuk mendekati dan
menggunakan telpon.
c. Ketinggian telpon dipertimbangkan terhadap keterjangkauan gagang
telpon (120-125 cm).
d. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran kurang, perlu disediakan alat
kontrol volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.
e. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan "telpon text", khususnya untuk di
kantor pos, bangunan komersial, dan fasilitas publilc lainnya.
f. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk telpon dalam huruf Braille
dan dilengkapi juga dengan isyarat bersuara (talking sign) yang terpasang
di dekat telpon umum.
g. Panjang kabel gagang telpon harus memungkinkan pengguna kursi roda
untuk menggunakan telpon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).
h. Bilik telepon dapat dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan
gerak pengguna.

122 |
J. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KONTROL
1. Esensi
Merupakan perlengkapan dan peralatan pada bangunan yang bisa
mempermudah semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua,
dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan kontrol peralatan tertentu, seperti sistem
alarm, tombol/stop kontak, dan pencahayaan.
2. Persyaratan-persyaratan
a. Sistem alarm/peringatan
- Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem
peringatan suara ( vocal alarms), sistem peringatan bergetar
(vibrating alarms) dan berbagai petunjuk serta penandaan untuk
melarikan diri pada situasi darurat .
- Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk mempermudah
pengoperasian sistem alarm, termasuk peralatan bergetar ( vibrating
devices) di bawah bantal.
- Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan dengan
satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang
atau sampai dengan memutar lengan.

b. Tombol dan stop kontak


Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan
tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat.
3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar

123 |
K. PERABOT
1. Esensi
Perletakan barang-barang perabot bangunan dan furniture harus menyisakan
ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.
2. Persyaratan
a. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan umum harus
dapat digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan
darurat.
b. Dalam suatu bangunan yang digunakan oleh masyarakat banyak, seperti
bangunan pertemuan, konperensi pertunjukan dan kegiatan yang sejenis
maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus disediakan adalah:

Tabel 2-8. Kapasitas Tempat Duduk

KAPASITAS TOTAL TEMPAT JUMLAH TEMPAT DUDUK


DUDUK YANG FLEKSESIBLE
4-25 1
26-50 2
51-300 4
301-500 6

3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar

124 |
L. RAMBU
1. Esensi
Fasilitas dan elemen bangunan yang digunakan untuk memberikan
informasi, arah, penanda atau petunjuk bagi penyandang cacat.
2. Persyaratan
a. Penggunaan rambu terutama dibutahkan pada:
- Arah dan tujuan jalur pedestrian
- KM/WC umum, telpon umum
- Parkir khusus penyandang cacat iv. Nama fasilitas dan tempat.
b. Persyaratan Rambu yang digunakan:
- Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh tuna
netra dan penyandang cacat lain.
- Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan cepat
ditafsirkan artinya.
- Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional.

- Rambu yang menerapkan metode khusus (misal; pembedaan


perkerasan tanah, warna kontras, dll).
- Karakter dan latar belakang rarnbu harus dibuat dari bahan yang tidak
silau. Karakter dan simbul harus kontras dengan latar belakangnya,
apakah karakter terang di atas Kelap, atau sebaliknya.
- Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar
dan tinggi antara 3: 5 dan 1:1, serta ketebalan huruf antara 1: 5 danl:10.
- Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai
dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca .
c. Lokasi penempatan rambu:
- Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa
penghalang.
- Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya.
- Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu pada
kondisi gelap.
- Tidak mengganggu arus (pejalan kaki dll) dan sirkulasi (buka/tutup
pintu, dll).

125 |
d. Ukuran dan Detail Penerapan Standar

Gambar 2-98. Simbol Gambar 2-99. Simbol Telephone


Tuna Netra Untuk Penyandang Cacat

126 |
Gambar 2-100. Proporsi Telephone
Untuk Penyandang Cacat Gambar 2-101. Simbol Ramp

127 |
128 |
Untuk tipe-tipe bangunan dengan penggunaan tertentu,
diwajibkan pula untuk memenuhi persyaratan teknis tambahan dari
ketentuan-ketentuan seperti telah disebutkan terdahulu, yaitu: Tabel 2-
9. Tipe Bangunan
TIPE BANGUNAN KETENTUAN MINIMUM
Kantor Bank, kantor pos dan kantor jasa Paling sedikit menyediakan satu buah meja
pelayanan masyarakat yang sejenis atau kantor pelayanan yang aksesibel

Toko dan bangunan bangunan Seluruh area perdagangan harus aksesible


perdagangan jasa sejenis
Hotel, penginapan dan bangunan sejenis Paling sedikit 1(satu) kamar tamu dari setiap
200 kamar tamu yang ada dan kelipatan
darinya harus aksesibel

Bangunan pertunjukan, bioskop, stadion dan Paling sedikit 2(dua) buah area untuk kursi roda
bangunan sejenis dimana susunan tempat duduk untuk setiap 400 tempat duduk yang ada dan
permanen tersedia kelipatannya yang sebanding harus tersedia

Bangunan keagamaan Seluruh area untuk persembahyangan harus


aksesibel

Bangunan asrama dan sejenisnya Paling sedikit 1(satu) buah kamar, yang sebaiknya
terletak pada lantai dasar, harus aksesibel

Restoran dan tempat makan diluar Paling sedikit 1(satu) meja untuk setiap 10 meja
ruangan makan yang ada dan kelipatannya, harus aksesibel

Bangunan parkir dan tempat parkir umum lainnya Lot parkir yang aksesibel dapat dihitung sebagai
berikut:
Lot parkir yang ada Lot parkir
Aksesibel
50 lot pertama 1 buah
50 lot berukitnya 1 buah
Setiap 200 lot 1 buah
Parkir yang ada
Bangunan – bangunan lain dimana masyarakat Tempat duduk untuk pengunjung penyandang
umum berkumpul dalam jumlah besar seperti cacat atau orang yang tidak sanggup berdiri
pusat perdagangan swalayan, departemen dalam waktu lama atau area untuk kursi roda
store, dan bangunan pertemuan harus tersedia secara memadai

Untuk persyaratan teknis aksesibilitas bangunan-bangunan khusus lainnya


yang belum tercakup secara rinci dalam ketentuan ini maka penetapannya

129 |
secara obyektif oleh instansi yang berwenang dapat dilakukan secara kasus demi
kasus.

2.1.3. PERENCANAAN STRUKTUR

Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada diatas muka tanah, sedangkan struktur bawah adalah seluruh bagian
struktur gedung yang berada dibawah muka tanah, yang terdiri dari struktur
besmen kalaudan struktur fondasinya. Seluruh struktur bawah harus diperhitungkan
memikul pengaruh Gempa Rencana.
Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan
struktur bawah dari suatu struktur gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh
Gempa Rencana secara terpisah, dimana struktur atas dianggap terjepit lateral
pada taraf lantai dasar. Selanjutnya struktur bawah dapat dianggap sebagai
struktur tersendiri yang berada di dalam tanah yang dibebani oleh kombinasi
beban-beban gempa yang berasal dari gaya inersia sendiri dan beban gempa
yang berasal dari tanah sekelilingnya.
Pada gedung tanpa basemant, taraf penjepitan leteral struktur atas dapat
dianggap terjadi pada bidang telapak pondasi langsung. Bidang telapak fondasi
rakit dan bidang atas kepala (pur) fondasi tiang.
Dalam perencanaan struktur atas dan struktur bawah suatu gedung
terhadap pengaruh Gempa Rencana, struktur bawah tidak boleh gagal lebih
dahulu dari struktur atas. Untuk itu, terhadap Pengaruh Gempa Rencana unsur-
unsur struktur bawah harus tetap berperilaku elastik penuh, tak bergantung pada
tingkat daktilitas yang dimiliki struktur atasnya.
Dalam suatu bangunan gedung dibutuhkan suatu komponen konstruksi
yang dapat menyalurkan beban (beban mati, beban hidup, gempa,angin dan
lainnya) dari struktur bangunan atas ke tanah yang disebut pondasi. Dalam
perencanaan pondasi Faktor terpenting yang perlu diperhitungkan yaitu
karakterstik tanah.
Pondasi Dangkal berdasarkan daya dukung ujung > 250 kg/cm2 (tanpa
memperhitungkan daya dukung selimut).Pondasi Menengah berdasarkan daya
dukung ujung 150 – 250 kg/cm2 (dengan analisa penurunan struktur bangunan

130 |
atas)Pondasi dalam berdasarkan atas daya dukung ujung dan daya dukung
selimut. Tabel 2-19. Jenis Pondasi

No Jenis Lantai Waktu Biaya Mutu Keterangan


Pondasi Bangunan Pelaksanaan Beton
1 Pondasi ≤3 lantai Relatif cepat Relatif < K 275 Pondasi Plat
Dangkal Murah setempat,
Pondasi Lajur,
Pondasi Batu
Kali
2 Pondasi 3- Relatif lebih Relatif K 275 - Pondasi rakit,
Menengah b. lantai lama mahal K 300 Pondasi
Sarang Laba-
laba,pondasi
cakar ayam
3 Pondasi <b. lantai Lama Mahal >K 300 Pondasi Tiang
Dalam Pancang,
Pondasi Tiang
Bor, Pondasi
Franky

Organisasi ruang harus mempertimbangkan faktor teknis yang baik.


(konstruksi kokoh dan tahan gempa maupun pengaturan unit, interior, sirkulasi
baik vertikal atau horizontal). Bentuk bangunan tipe L atau U kurang tepat
didaerah yang sering gempa. Pada daerah yang sering gempa lebih baik tipe
kotak (box) atau kotak persegi panjang (single block) atau twin blok.Penataan
cahaya dan udara perlu diperhatikan agar penghuni sehat dan biaya
operasional tidak tinggi.
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa
Rencana, semua unsur struktur gedung, baik bagian dari subsistem struktur gedung

131 |
maupun bagian dari sistem struktur gedung seperti rangka (portal), dinding geser,
kolom,balok, lantai tanpa balok (lantai cendawan) dan kombinasinya, harus
diperhitungkan memikul pengaruh Gempa Rencana.
Pengabaian pemikulan pengaruh Gempa Rencana oleh salah satu atau
lebih kolom atau subsistem struktur gedung hanya diperkenankan, bila partipasi
pemikulan pengaruh gempanya adalah kurang dari 10%. Dalam hal ini, unsur atau
subsistem tersebut selain terhadap beban gravitasi, juga harus direncanakan
terhadap simpangan sistem struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana
pada struktur gedung yang berperilaku elastik penuh, yaitu terhadapsimpangan
sebesar R/1,b.kali simpangan akibat beban gempa nominal pada struktur gedung
tersebut, di mana R adalah faktor reduksi gempa dari struktur gedung itu dan 1,b.
Adalah faktor reduksi gempa untuk struktur elastik penuh (R = f1).
Lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur
gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat
dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal.
Lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur
gedung yang tidak kaku dalam bidangnya, karena mengandung lubang-lubang
atau bukaan yang luasnnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat, akan
mengalami deformasi dalam bidangnya akibat beban gempa horizontal, yang
harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap pembagian beban gempa
horisontal tersebut kepada seluruh sistem struktur tingkat yang ada.
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa
Rencana, pengaruh peretakan beton pada unsur-unsur struktur dari beton
bertulang, beton pratekan dan baja komposit harus diperhitungkan terhadap
kekakuannya. Untuk itu, momen inersia penampang unsur struktur dapat

ditentukan sebesar momen inersia penampang untuk dikalikan dengan suatu


persentase efektifitas penampang sebagai berikut :
 Untuk kolom dan balok rangka beton bertulang terbuka: 75%

 Untuk dinding geser beton bertulang kantilever: 60%

 Untuk dinding geser beton bertulang berangkai

 Komponen dinding yang mengalami tarikan aksial:50%

 Komponen dinding yang mengalami tekanan aksial:80%

 Komponen balok perangkain dengan tulungan diagonal : 40%

 Komponen balok perangkai dengan tulangan memanjang : 20%

132 |
Pengaruh gempa pada unsur sekunder, unsur arsitektur dan instalasi mesin
dan listrik.
Unsur sekunder, unsur arsitektur dan instalasi mesin dan listrik harus
diamankan terhadap pengaruh Gempa Rencana, karena unsur-unsur tersebut
dapat menimbulkan bahaya pada manusia jika mengalami kegagalan,
sedangkan instalasi mesin dan listrik harus tetap dapat berfungsi selama dan
setalah gempa berlangsung.Adapun Persyaratan Struktur Bangunan, seperti:
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukungbeban
yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
 Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaanatau luka
yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.

 Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakanbenda
yang disebabkan oleh perilaku struktur.
 Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisikyang
disebabkan oleh kegagalan struktur.

 Persyaratan Tahan Gempa
Struktur bangunan gedung ini akan direncanakan mampudan aman
menahan getaran gempa. Penentuan beban gempa yangakan bekerja pada
struktur nanti selain mengacu kepadaperaturan yang berlaku juga harus
memperhatikan perkembanganhasil penelitian terbaru mengenai zona wilayah
gempa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang berkompeten di
bidangnya.
Disamping itu konsultan perencana akan memperhitungan kekuatan
gedung perkantoran ini aman terhadap beban-beban yang datang akibat
hantaman gelombang tsunami, termasuk kekakuan struktur secara keseluruhan.
 Persyaratan Penyelamatan Akibat Tsunami

Perencanaan bangunan ini akan mengakomodir jalur penyelamatan jika
terjadi bencana tsunami. Hal-hal seperti akses menuju atap, pemilihan
material konstruksi yang aman jika terkena air, early warning system dan
sebagainya akan disediakan secara seksama sehingga korban akibat
tsunami dapat diminimalisasi.
Masing-masing tenaga ahli yaitu arsitektur, mekanikal, elektrikal dan struktur
bangunan didalam perencanaannya akan mempertimbangkan aspek
penyelamatan penghuni gedung jika terjadi bencana tsunami. Misalnya

133 |
pembebanan pada atap bangunan harus mempertimbangkan massa
orang yang berdiri diatasnya.
 Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran

- Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian
rupa, sehingga mampu memberi peringatan dini pada penghuni saat
awal terjadinya kebakaran.
- Menjamin terwujudnya bangunan Gedung yang dibangun sedemikian rupa
sehingga mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga :
Cukup waktu bagi pengguna melakukan evakuasi secara aman, cukup
waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki

lokasi untuk memadamkan api, dapat menghindari kerusakan pada


properti lainnya.
 Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar :

- Menjamin terwujudnya bangunan Gedung yang mempunyai akses yang
layak, aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan
didalamnya.
- Menjamin terwujudnya upaya melindungi pengguna bangunan dari
kesakitan atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat.
- Menjamin tersedianya aksessibilitas bagi penyandang cacat, khususnya
untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
 Persyaratan Transportasi dalam Gedung

- Menjamin tersedianya sarana transportasi yang layak, aman dan nyaman
di dalam bangunan gedung.
- Menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat, khususnya
untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
 Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem
Peringatan Bahaya (Alarm).

- Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam
bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat.
- Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah danaman,
apabila terjadi keadaan darurat.
 Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi

- Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan sesuai
dengan fungsinya terutama pada saatpemadaman listrik.

134 |
- Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan pengguna
bangunan dari bahaya petir.
 Persyaratan Sanitasi dalam Bangunan

- Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
- Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan
kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
- Menjamin tidak ada genangan air di lapangan pada saat musim hujan.
- Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi
secara baik.
 Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara

- Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baikalami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
- Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara
secara baik.
- Dalam hal penggunaan sistem penghawaan buatan (AC), akan
diusahakan agar beban pendinginan ruangan tidak terlalu
besarsehingga dapat menghemat energi.
 Persyaratan Pencahayaan

- Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukupbaik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
- Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
pencahayaan secara baik.
 Persyaratan Kebisingan dan Getaran

- Menjamin terwujudnya kenyamanan dari gangguan suara dangetaran
yang tidak diinginkan.
- Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatanyang
menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan
upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan
lingkungan.
Secara garis besar konstruksi bangunan gedung dan model struktur dapat
dibagi sebagai berikut :

135 |
Type Konstruksi
 Konstruksi Baja

 Konstruksi Beton Prategang

 Konstruksi Komposit

 Konstruksi Kayu

 Dll

Type Struktur
 Struktur elemen Frame

 Struktur elemen Truss

 Struktur elemen Shell

 Struktur elemen Gabungan

Mempelajari Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan melihat tujuan
bangunan tersebut serta untuk kenyamanan dan masyarakat yang akan terlibat di
lingkungan bangunan gedung dan mengingat daerah Sumatera Barat adalah
daerah rawan gempa, jenis konstruksi dan type struktur yang tepat adalah
konstruksi beton bertulang dengan system struktur elemen frame 3D dengan
element shell untuk pelat lantai, dan tidak tertutup kemungkinan penambahan
elemen shell untuk shear wall jika diperlukan, hal ini sangat tergantung dari model
dan analisis struktur pada saat proses perancangan dilaksanakan.

2.1.3.1. DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG


Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bangunan selama masa
layanannya, struktur bangunan direncanakan dengan berpedoman kepada
kaidah dan peraturan yang berlaku di Indoensia, seperti,
 Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 N.I. -2.

 Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung,
SKBI – 1.3.53.1987.

 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK.SNI
T-15-1991-03.

 Tata Cara Perencanaan Tahan Gempa Untuk Bangunan Gedung


SK.SNI 03-1726-2002.

136 |
1. FAKTOR BEBAN

Agar komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai


terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka ditentukan faktor beban
sebagai berikut :

a) Untuk pembebanan akibat beban hidup dan beban mati

U = 1.2D + 1.6L

b) Jika ketahanan struktur terhadap beban angin harus diperhitungkan dalam


perencanaan maka :

U = 0.75(1.2D + 1.6L + 1.6W)

c) Untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya dimana harus


memperhitungkan kemungkinan beban hidup maksimum maupun nol maka
:

U = 0.9D + 1.3W

Dengan catatan nilai U yang diperoleh tidak boleh kurang dari

U = 1.2D + 1.6L

d) Jika ketahanan struktur terhadap beban gempa harus diperhitungkan


dalam perencanaan maka :

U = 1.05(D + LR ± E) atau U = 0.9(D ± E)

2. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN

Untuk ф ditentukan dalam SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.2.3 sebagai berikut:

a) Untuk gaya dalam lentur tanpa gaya aksial


ф = 0.80
b) Untuk gaya aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
ф = 0.80
c) Untuk gaya aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
ф = 0.65
d) Untuk geser dan torsi
ф = 0.60
e) Kolom bertulangan simetris yang dibebani gaya aksial rendah nilai ф boleh
ditingkatkan dari 0.65 menjadi 0.80
137 |
3. PERENCANAAN BALOK

Menurut SK-SNI-T-15-1991-03 Tabel 3.2.5 (a), untuk dimensi balok yang


terletak diatas dua tumpuan maka :

a. Tebal balok (h) : h ≤ L 16

Rumus diatas berlaku untuk fy = 400 MPa sedangkan untuk fy selain 400
MPa nilainya harus dikalikan dengan :

fy
0.4 +
400

b. Lebar balok

1 2
2 h ≤ b ≤ 3 .h

c. Untuk balok yang berada ditengah konstruksi

Berdasarkan SK-SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.2 butir 4 :

be = bw + b1 + b2

Untuk hw ≤4 hf, maka : b1 = b2 = hw

Untuk hw > 4 hf, maka : b1 = b2 = 4 hf

d. Untuk balok yang berada di tepi konstruksi

Berdasarkan SK-SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.2 butir 4 :

be = bw + b1

Untuk hw ≤ 4 hf, maka : b1 = hw

Untuk hw > 4 hf, maka : b1 = 4 hf

Lentur Balok

Standar SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.3.2.7 menetapkan bentuk persegi


panjang untuk distribusi tegangan beton tekan ekivalen. Intensitas tegangan
beton tekan rata-rata ditentukan sebesar 0.85 fc’ dan dianggap bekerja pada
daerah tekan dari penampang balok sebesar b dan sedalam a, dengan rumus:

a = β1.c

138 |
dimana : c merupakan arak serat tekan terluar ke garis netral dan β1 merupakan
konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton

Standar SK-SNI-T-15-1991-03 menetapkan nilai β1 sebagai berikut :

β1= 0.85 untuk 0 ≤ fc’ ≤ 30 MPa

β1= 0.85 – 0.008(fc’ – 30) untuk 0 ≤ fc’ ≤ 55 MPa

β1= 0.65 untuk fc’ > 55 MPa

Untuk menghindari keruntuhan mendadak maka SK-SNI-T-15-1991-03 03


pasal 3.3.3 menetapkan batasan rasio tulangan maksimum pada balok dengan
tulangan tunggal yaitu :

ρmax = 0.75 ρb

dimana :

0,85β1fc' 600
ρb =
fy 600 + fy

Tetapi rasio tulangan tersebut tidak boleh lebih kecil dari :

1 .4
ρ min = fy

Pembatasan rasio tulangan untuk balok dengan tulangan rangkap adalah :

fs '
ρ max = 0.75.ρb + ρ' fy

Agar kondisi tulangan tekan leleh terpenuhi, maka harus memenuhi rumus berikut:

fc' d' 600


ρ − ρ'≥ 0.85β
1
fy d 600 − f y

Dalam perencanaan penulangan lentur balok beton bertulang, asumsi-


asumsi yang digunakan adalah :

- Bidang penampang tetap rata sebelum dan sesudah deformasi lentur


terjadi

- Diagram tegangan dan regangan baja diketahui.

- Diagram tegangan dan regangan beton diketahui.

- Tegangan tarik beton diabaikan

139 |
- Regangan tekan maksimum beton diambil sebesar 0.003.

Dari asumsi-asumsi di atas, hubungan tegangan dan regangan pada penampang


balok beton bertulang dapat dimodelkan seperti berikut,

Gambar 2-151. Diagram Tegangan dan Regangan Penampang Beton Bertulang

C adalah resultan gaya tekan dalam yang terletak di atas garis netral yang
besarnya dihitung dengan rumus berikut :

C = 0,85 fc’.a.b.

Sedangkan T adalah resultan gaya tarik dalam yang terletak di bawah garis netral
dan harganya :

T = As. Fy.

z merupakan jarak antara C dan T. Arah garis kerja C dan T sejajar dan sama besar
tetapi berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk
kopel momen tahanan dalam, dimana nilai maksimumnya disebut kuat lentur atau
momen tahanan penampang komponen struktur lentur.

Apabila penampang balok tersebut dibebani momen lebih besar dan terus
ditambah, maka regangannya semakin besar sehingga kemampuan regangan
beton terlampaui dan akan terjadi keruntuhan pada beton. Pada keruntuhan ini
ada tiga macam pola keruntuhan yang tergantung pada nilai tegangan baja
tulangan ( fs ) yaitu :

1. Keruntuhan tarik ( tension failure )

140 |
Keruntuhan tarik terjadi jika persentase baja tulangannya relatif kecil yang
disebut dengan balok bertulang kurang (underreinforced beam).

Pada kondisi ini tulangan lebih dahulu mencapai regangan lelehnya


sebelum tegangan tekan beton mencapai maksimum

2. Keruntuhan seimbang ( balance failure )

Keruntuhan imbang terjadi bila beton maupun baja tulangan mencapai


regangan atau tegangan maksimumnya secara bersamaan.

3. Keruntuhan tekan ( compression failure )

Keruntuhan tekan terjadi apabila penampang dengan persentase baja


tulangannya cukup besar (overreinforced beam) sehingga tegangan di
serat beton lebih dulu mencapai kapasitas maksimum sebelum tegangan
pada baja tulangan meleleh. Keruntuhan tekan ini terjadi secara tiba – tiba
dan sebelumnya tidak ada tanda – tanda berupa defleksi yang besar.

Dalam perencanaan beton bertulangan tunggal diusahakan keruntuhan


yang terjadi adalah keruntuhan tarik (under reinforced) karena tanda-
tanda keruntuhan akan terlihat dengan lendutan yang besar akibat baja
yang meleleh.

Dalam prakteknya balok dengan tulangan tunggal jarang sekali digunakan,


karena jika hanya dengan satu macam tulangan di daerah tarik saja tanpa
adanya tambahan tulangan di daerah tekan akan menyulitkan dalam
pengaitan sengkang. Sesuai dengan mekanisme diatas, dalam
perencanaan penampang balok digunakan tulangan rangkap.

Adapun alasan pemasangan tulangan rangkap khususnya tulangan tekan


adalah :

1. Untuk kasus tinggi balok yang rendah, bisa jadi m a x (p a d a ka su s


tulangan tunggal) tidak cukup. Untuk itu perlu tulangan tekan yang
dapat mempertinggi kapasitas momen.

2. Untuk memperbesar daktilitas beton bertulang khususnya akibat


momen. Dengan adanya tulangan tekan menyebabkan tinggi garis
netral menjadi pendek dan kurvatur menjadi besar.

141 |
3. Meningkatkan kekakuan penampang sehingga mengurangi defleksi
pada balok. Dengan adanya tulangan tekan, jelas akan
memperbesar inersia penampang balok dan selanjutnya mengurangi
lendutan (defleksi) yang terjadi.

4. Untuk mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kombinasi beban


yang menyebabkan momen berubah tanda. Perubahan momen
yang terjadi karena ada gaya luar yang bekerja pada struktur,
misalnya beban horizontal akibat gempa yang dapat menyebabkan
momen-momen internal berubah tanda.

Gambar berikut memperlihatkan sebuah penampang persegi dengan


tulangan tekan As’ ditempatkan sejarak d’ dari serat atas dan tulangan tarik As
pada jarak d dari serat atas. Dalam hal ini diasumsikan bahwa kedua tulangan
yaitu As’ dan As leleh yaitu mencapai fy pada saat runtuh.

Gambar 2-152. Diagram Tegangan dan Regangan Tulangan Rangkap

Momen tahanan nominal total (Mn) dapat dianggap sebagai penjumlahan dari
dua bagian.
Bagian pertama, Mn1 adalah kopel yang terdiri dari gaya pada tulangan tekan
dan gaya pada tulangan tarik yang luas tulangannya sama yaitu As’.

Mn1 = As’ fy (d – d’) (Gambar d)

Bagian kedua, Mn2 adalah bagian yang bertulangan tunggal, termasuk juga blok
segi empat ekivalen (beton tekan) dengan luas tulangan tariknya adalah (As–As’).

Mn2 = (As – As’) fy (d – a/2) (Gambar e.)

Tinggi blok tegangan a, adalah :

142 |
a = (As - As') fy
0,85.b.fc'

Dengan ρ= As/bd dan ρ’= As’/bd , maka persamaan di atas dapat dituliskan
sebagai berikut :

a = (ρ − ρ') fy d
0,85.fc'

Maka momen tahanan nominal total menjadi :

Mn = Mn1 + Mn2

= As’fy (d – d’) + (As – As’) fy (d – a/2)

Persamaan ini hanya berlaku apabila tulangan tekan As’ leleh. Bila belum leleh
harus dicari tegangan aktual fs’ pada tulangan tekan As’ tersebut.

Geser Balok

Keruntuhan geser pada perencanaan balok harus dihindarkan karena


keruntuhan ini bersifat getas dan sangat berbahaya. Oleh karena itu pada daerah
sendi plastis sumbangan kekuatan beton terhadap geser diabaikan, sehingga
geser pada daerah ini harus dapat dipikul oleh tulangan geser seluruhnya (SK-SNI-
T-15-1991 pasal 3.14.7.2.1)
Besarnya gaya geser yang terjadi, menurut SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.14.7.
harus dihitung dalam kondisi sendi plastis terjadi pada kedua ujung balok
(konservatif), dengan rumus :

M +M
ov,ki ov,ka
Vu,b = 0,7 +1,05Vg
ln

Tetapi dalam segala hal, besarnya gaya geser maksimum balok tidak perlu lebih
besar dari :

V = 1,05.(V + V + 4,0 V )
u,b D,b l,b E,b
k

dengan :

Mov = momen kapasitas balok akibat luas tulangan terpasang

= ф x momen nominal balok akibat luas tulangan terpasang

di mana ф = 1,25 untuk fy < 400 Mpa

143 |
ф = 1,4 untuk fy ≥ 400 Mpa

Vg = gaya geser akibat beban gravitasi

VD,b = gaya geser balok akibat beban mati

VL,b = gaya geser balok akibat beban hidup

VE,b = gaya geser balok akibat beban gempa

k = faktor jenis struktur,diambil = 1

Berdasarkan SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.4.1.2.1. maka penampang dengan jarak


kurang dari d dari muka kolom / tumpuan boleh direncanakan terhadap gaya
geser Vu yang besarnya didapat dari titik sejarak d. Maka gaya geser Vu untuk
perencanaan geser pada daerah sendi plastis ini diambil dari gaya geser dititik
sejauh d dari muka kolom.
Untuk tulangan geser pada daerah sendi plastis digunakan sengkang
tertutup yang dipasang pada sepanjang dua kali tinggi balok (2h) diukur dari
muka komponen struktur pendukung ke arah tengah bentang pada kedua ujung
dari komponen struktur tersebut.

Pada lokasi yang berpotensi yang terjadi sendi plastis, spasi maksimum dari
sengkang yang disyaratkan oleh SK-SNI-T-15-1991 pasal 3.14.3.3.2. tidak boleh
melebihi dari hal sebagai berikut :

1. d/4

2. 8 kali diameter tulangan longitudinal terkecil

3. 24 kali diameter batang sengkang

4. 200 mm

5. Untuk menghindari tekuk (buckling) disyaratkan :

1600.fyl.Ast
A f
sl. yt

dimana :

Ast = luas dari tulangan transversal, mm2

144 |
Asl = luas tulangan longitudinal, mm2

fyl = kuat leleh tulangan longitudinal,Mpa

fyt = kuat leleh tulangan transversal (sengkang), MPa

Pada daerah diluar sendi plastis, digunakan sengkang dengan spasi


maksimum tidak boleh melebihi hal sebagai berikut (SK-SNI-T-15-1991 Pasal 3.4.5.4.).

1. d/2

2. 600 mm

Rumus persamaan untuk mencari gaya geser Vu,b diatas hanya benar jika
sendi plastis terjadi di muka kolom, dalam hal sendi plastis tidak terjadi di muka
kolom maka persamaan diatas menjadi :
M +M
ov,ki n,ka
Vu,b = 0,7 + 1,05Vg atau
ln
M +M
n,ki ov,ka
Vu,b = 0,7 + 1,05Vg
ln

Perumusan penulangan geser menurut SK-SNI-T-15-1991 pasal 3.4.1 s/d 3.4.5,


adalah :

1. Vu ≤Ø Vn

Dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan
Vn adalah Kuat geser nominal yang dihitung dari :

Vn = Vc+ Vs

Vc = kuat geser nominal yang disediakan beton

Vs = kuat geser nominal yang disediakan oleh tulangan

Ø = faktor reduksi kekuatan = 0,6

2. Kuat geser nominal yang disediakan beton dihitung dengan rumus:

fc'
Vc = 6 b.d

Untuk perencanaan sendi plastis Vc = 0

3. Kuat geser nominal dari tulangan geser dalam jarak s

145 |
Av .fy.d
Vs = , tetapi untuk perencanaan sendi plastis Vs tidak boleh lebih dari s

2
3 fc' .b.d

Dari rumus diatas diperoleh tulangan geser yang diperlukan sejarak s


VS
A = s.

v fy.d

4. Syarat spasi untuk tulangan geser :


1
Jika Vs < fc'.b.d ; spasi tulangan geser tidak boleh melebihi d/2 atau 600 mm.
3
1

Jika Vs > 3 fc'.b.d ; spasi tulangan geser tidak boleh melebihi d/4 atau 300 mm.

5. Tulangan longitudinal yang mengalami tekan harus dilindungi oleh


sengkang dengan diameter minimum 10 mm. Pada Proyek ini dipakai
diameter 10 mm.

4. PERENCANAAN PLAT

Pemeriksaan Tebal Pelat

Berdasarkan SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.2.5 butir 3 sub butir 3, syarat tebal


pelat penahan lenturan 2 arah adalah sebagai berikut :

ln(0,8 + fy'/ 1500)


hf ≥ 36 + 5β[λm − 0,12(1+ 1/ β)]

hf ≥ ln(0,8 + fy /1500)
36 + 9β

hf ≤ ln(0,8 + fy /1500)
36

dan jika : λm < 2 , maka hf ≥ 120 mm

λm ≥ 2, maka hf ≥ 90 mm

dengan :

Ln = panjang bentang bersih (mm), untuk sistem pelat dan balok

Ln adalah jarak dari sisi ke sisi balok

146 |
Ln= panjang bentang terpanjang – lebar balok

Ln
L – bw

Β = rasio antara bentang bersih sisi terpanjang dengan bentang bersih


sisi terpendek

λ1 + λ2 + ...... + λn
λm =
n

Ibp
λ=
Ip

dengan : λ = kekakuan pelat

Ibp = Inersia balok pelat

Ip = Inersia pelat

Rasio Tulangan

Rasio luas tulangan susut minimum terhadap luas bruto penampang beton
ditetapkan SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.16.12 seperti yang dicantumkan dalam
Tabel 2-20. Tipe Pelat berikut:

Tipe Pelat Rasio Tulangan (ρ)

Pelat yang menggunakan batang tulangan


0,0020
deform mutu 300
Pelat yang menggunakan batang tulangan
deform atau jaring kawat las (polos atau 0,0018
deform) mutu 400
Pelat yang menggunakan batang tulangan
dan tegangan leleh melebihi 400 Mpa yang 0,0018 400/fy
diukur pada regangan leleh sebesar 0,35 %

147 |
Tetapi dalam segala hal rasio tersebut tidak boleh kurang dari 0,0014. Tulang
susut dan temperatur harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari lima kali tebal
pelat ataupun 500 mm

Untuk sistem pelat dua arah, penempatan tulangannya sesuai dengan sifat
beban dan kondisi tumpuannya, serta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
:

1. Luas tulangan pada masing-masing arah harus dihitung berdasarkan


nilai momen pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum
untuk menahan susut dan temperatur harus tetap dipenuhi.

2. Jarak antara tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih besar
dari tebal pelat, kecuali untuk konstruksi pelat berusuk.

3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang
tidak menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ke tepi
pelat dan harus tertanam ke dalam balok sprandel, kolom atau
dinding paling sedikit 150 mm.

4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang
tidak menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar ke dalam
balok sprandel, kolom atau dinding agar kemampuan menahan
momen dipenuhi.

Geser Pelat

Kuat geser perlu V menurut SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.15.2 butir 1 bahwa


faktor beban untuk perencanaan berdasarkan beban kerja :

V = 1,0 DL + 1,0 LL

Besarnya gaya geser pada pelat adalah :

Vu = ½.q.L – q.x

Untuk pelat satu arah, menurut SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.4.1 butir 1

Vu ≤ ф Vn

Dimana ф merupakan faktor reduksi kekuatan geser menurut SK-SNI-T-15-


1991-03 pasal 3.2.3 butir 2 sub butir 3 diambil sebesar 0.6. Vn merupakan gaya
geser normal = Vc + Vs
148 |
Kuat geser (Vc) yang disumbangkan beton untuk komponen struktur yang
dibebani oleh geser dan lentur menurut SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.4.3.1 adalah:Vc
1
= 6 fc'.bo.d

5. PERENCANAAN KOLOM

Momen Rencana Kolom

Pada perhitungan perencanaan kolom untuk struktur dengan tingkat


daktilitas penuh ini, rumus-rumus yang dipakai mengacu pada SK-SNI-T-15-1991-03
pasal 3.14.4. yaitu :

1. Kuat lentur (momen) kolom ditentukan dengan rumus : (SK-SNI-T-15-


1991 pasal.3.14.4.2.2.)

= 0,7.ω . M
∑M u,k d ∑ kap.b

atau

= 0.7.ω .α . M +M
∑M u,k d k ( kap.b−ki kap.b.ka )
2. Tetapi dalam segala hal tidak perlu diambil lebih besar dari pada :

4,0
= 1,05. M + M + .M
∑M
u, k D. k L. k E.k

dimana ∑Mu,k merupakan jumlah momen rencana kolom pada pusat join.

∑Mkap,k merupakan jumlah momen kapasitas balok pada pusat join yang

berhubungan dengan kapasitas lentur aktual dari balok Ø0.Mn,b. Mn,b

merupakan kuat lentur nominal balok dihitung terhadap luas tulangan yang
terpasang. Ω merupakan koefisien pembesar dinamis yang memperhitungkan
pengaruh dari terjadinya sendi plastis pada struktur secara keseluruhan yang
besarnya adalah 1.3; kecuali untuk kolom lantai pertama dan yang paling atas
yang memungkinkan terjadinya sendi plastis pada kolom, maka wd = 1. MD,k
merupakan momen kolom akibat beban mati. ML,k merupakan momen
kolom akibat beban hidup. ME,k merupakan momen kolom akibat beban gempa.
Α merupakan faktor ditribusi momen kolom portal yang ditinjau sesuai dengan
kekakuan relatif kolom atas dan kolom bawah dan k merupakan faktor jenis
struktur, diambil = 1.
149 |
Gaya Aksial Rencana Kolom

Besarnya gaya aksial yang bekerja pada kolom selain berasal dari gaya
aksial gravitasi akibat beban mati dan beban hidup, juga berasal dari momen
kapasitas balok yang berada pada ujung-ujung kolom.

Perumusan gaya aksial yang bekerja pada kolom mengacu pada rumus
SK-SNI-T-15-1991 Pasal. 3.14.4.3. yaitu :

0,7.R. ∑M kap,b
Nu,b = l +1,05.Ng,k
b

tetapi dalam segala hal tidak perlu lebih besar dari :

4
Nu,k = 1,05 Ng,k + .Ng,k
k

Nu,k = gaya aksial rencana kolom pada pusat joion

Rv = faktor reduksi yang ditentukan sebesar :

Rv = 1,0 untuk 1<n ≤ 4

Rv = 1,1 – 0,025 . n untuk 4<n 20

Rv = 1,0 untuk n > 4

dengan n adalah jumlah lantai tingkat diatas kolom yang ditinjau.

Ng,k = Gaya aksial akibat beban gravitasi terfaktor pada pusat join

Lb = bentang balok, diukur dari pusat join

Gaya Geser Rencana Kolom

Besarnya gaya geser kolom ditentukan berdasarkan terjadinya sendi plastis


pada ujung balok yang bertemu pada kolom tersebut, yang dihitung berdasarkan
rumus pada SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.14.7.1.2. yaitu :
M +M
V = u,k−atas u,k−bawah

u,khn

tetapi dalam segala hal tidak perlu melebihi :

4
V = 1,05. V +V + V
D, L,
u,k k k k E,k

150 |
Mu,k-ka = momen kolom pada ujung atas kolom pada bidang muka
balok

Mu,k-kb = momen kolom pada ujung bawah kolom pada bidang


muka

balok

hn = tinggi bersih kolom yang ditinjau

VD,k = gaya geser kolom akibat beban mati

VL,k = gaya geser kolom akibat beban hidup

VE,k = gaya geser kolom akibat beban gempa

K = faktor jenis struktur = 1

Dengan dijinkannya terjadi sendi plastis pada kolom dasar, maka besarnya
gaya geser dihitung adalah berdasarkan momen kapasitas yang ada pada ujung
kolom dasar tersebut :
M + Φ.M
V = u,ka u,kb

u,k−ltdasarhn

Untuk perhitungan jarak sengkang/tulangan geser (S), dipakai rumus pada


SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.4.5.6.2. yaitu :

Av .fy.d Av .fy.d
Vs = ⇒S=
V
S s

Untuk daerah sendi plastis Vs=Vo/f , sedangkan untuk daerah diluar sendi
plastis dipakai Vo=Vu/f-Vc, dengan Vc adalah gaya geser yang disumbangkan
oleh beton sesuai rumus SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.4.3.1.2. yaitu :

Nu
( Nu dalam MPa)
fc'

V =1 + . .b.d
c
14.Ag 6

Nu merupakan gaya aksial minimum yang terjadi pada kolom.

Mengacu pada SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.14.4.4.2, tulangan geser pada


kolom yang tidak berpotensi terjadi sendi plastis, harus dipasang pada seluruh
tinggi kolom dengan jarak maksimum tidak melebihi :

a. ¼ dimensi komponen struktur terkecil :

151 |
b. 8 kali diameter tulangan longitudinal

c. 100 mm

Pada kolom berpotensi terjadi sendi pastis, Vc tidak diperhitungkan dan


tulangan geser diperhitungkan terjadi sepanjang lo dari muka join yang ditinjau
dengan panjang lo tidak boleh kurang dari :

a. h (tinggi penampang kolom), untuk Nu,k< 0,3.Ag.fc’

b. 1.5 h untuk Nu,k > 0,3. Ag.fc’

c. 1/6 bentang bersih komponen struktur

d. 450 mm

6. PERENCANAAN JOINT BALOK-KOLOM

Dalam SK-SNI-T-15-1991-03 kriteria untuk perencanaan joint balok kolom


pada beton bertulang adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan joint tidak boleh lebih kecil dari kekuatan komponen struktur
yang dihubungkannya.

2. Karena kesulitan dalam perbaikannya dan penurunan kemampuan


memancarkan energi pada mekanisme keruntuhan joint maka
seharusnya joint tetap dalam keadaan elastis.

3. Kekuatan kolom tidak boleh diperlemah oleh karena perilaku joint


yang berdekatan dengannya.

4. Deformasi joint tidak boleh memperbesar simpangan antar tingkat.

5. Pengaturan penulangan joint tidak boleh mengakibatkan kerumitan


dalam perencanaan.

2.1.3.2. KOMPUTER SEBAGAI ALAT BANTU DALAM DESAIN ARSITEKTUR DAN REKAYASA
STRUKTUR

Kemajuan teknologi komputer dengan information technology memberi


warna yang dominan terhadap kondisi dan perkembangan ilmu Arsitektur dan
Analisis Struktur secara keseluruhan. Kemajuan di bidang teknik komputer pribadi

152 |
tidak saja mencakup kemampuan menghitung super cepat, tetapi sekaligus
didukung oleh kemampuan graphic yang sangat meningkatkan kemampuan dan
kualitas peranti lunak untuk presentasi dan komunikasi jarak jauh. Lompatan
teknologi tadi seolah mampu membuka tabir dan hambatan yang sebelumnya
dirasakan oleh praktisi Arsitektur dan teknik Sipil dalam mengolah data, melakukan
analisis, eksperimen dan berkomunikasi untuk mendiskusikan dan mencari solusi
yang tepat atas masalah-masalah yang dihadapi.

2.1.3.3. ANALISIS STRUKTUR DAN PERENCANAAN


Analisis struktur dan perencanaan struktur Bangunan Gedung dilakukan
dengan bantuan program komputer berbasiskan Metode Elemen Hingga,. Analisis
struktur dan perencanaan komponen struktur dilakukan secara terintegrasi. Untuk
maksud tersebut telah dibuat model struktur mewakili struktur yang sesungguhnya.
Selanjutnya model ini akan dianalisis dan direncanakan untuk selanjutnya
diterapkan pada struktur bangunan yang sesungguhnya. Dengan bantuan
program komputer ini akan dapat diinvestigasi perilaku struktur bangunan akibat
berbagai beban yang diberikan. Dengan demikian akan diperoleh suatu bentuk
dan pola struktur yang betul-betul handal untuk daerah tertentu.

2.1.3.4. PEMODELAN DAN DATA TEKNIS STRUKTUR

Analisis dan perencanaan struktur dilakukan dengan asumsi-asumsi berikut.


Asumsi-asumsi tersebut digunakan untuk mempermudah pemodelan struktur.

1. Komponen balok dan kolom bertemu pada garis sumbu utamanya


masing-masing.

2. Pelat lantai dapat diasumsikan sebagai diafragma lantai kaku tak


terhingga pada bidangnya.

3. Efek rigid end zone pada komponen struktur balok diabaikan.

4. Besar dan arah beban statik konstan.

5. Untuk balok dan kolom digunakan Hermitian Frame Element.

6. Material bersifat Isotropik dan linear elastik.

7. Deformasi kecil sehingga dapa dilakukan analisis linear.

8. Struktur stabil geometrik.

153 |
9. Metode perakitan menggunakan metode kekakuan langsung.

10. Kondensasi dilakukan pada 3 DOF/lantai untuk beban lateral.

Analisis dan perencanaan struktur dilakukan dengan pemodelan 3-dimensi


seperti diperlihatkan dalam Spesifikasi teknis struktur ditentukan adalah sebagai
berikut,

Dimensi struktur : Sesuai dengan data perencanaan


Mutu beton : fc’ 25 MPA / K-225 kg/cm2
Mutu baja : U-32 (ulir) dan U-24 (polos)
Fungsi bangunan : Gedung Asrama
Ketahanan terhadap : Wil. 5 (tanah sedang) SNI 03-1726-2002
gempa
Perencanaan beton : SNI T-15-1991-03
bertulang
Penentuan wilayah gempa mengacu kepada SNI 03-1726-2002 seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2-153.

Gambar 2-153. Model Struktur Space Frame Bangunan Gedung lantai I

Gambar 2-154. Peta Wilayah Gempa Indonesia


154 |
1. SISTIM PEMBEBANAN

Gambar 2-155. Sistem Pembebanan

2. Beban Vertikal

Beban vertikal merupakan merupakan beban yang bekerja searah dengan


gravitasi bumi, yakni beban pada pelat lantai serta beban dinding bangunan.
Semua beban ditransfer ke balok dan untuk selanjutnya dipikul oleh kolom. Pola
pendistribusian beban dari pelat lantai ke balok mengikuti keruntuhan pelat lantai
dan distribusi beban dinding ke balok mengikuti pola beban merata seperti
diperlihat dalam Gambar 2-156.

L1
Balok

L2 L2L2 Balok

Balok

Balok

Gambar 2-156.Pola Distribusi Beban

155 |
Beban vertikal terdiri atas beban mati (Dead Load, DL) dan beban hidup
(Live Load, LL) yang merupakan beban akibat fungsi bangunan. Beban hidup
diambil sebesar 250 kg/m2., beban vertikal dimodelkan seperti terlihat dalam
Gambar 2-156 dan Gambar 2-157 untuk struktur. Disamping beban tersebut, beban
atap dimodelkan sebagai beban terpusat yang bekerja pada ujung kolom

Gambar 2-157. Model Pembebanan Vertikal Frame 3D

3. Beban Horizontal
Beban horizontal merupakan beban akibat gempa. Banyak struktur
bangunan sipil menggunakan pendekatan statik ekivalen dalam menganalisis
struktur akibat pengaruh gempa. Analisis gempa statik ekivalen merupakan suatu
cara analisis statik struktur, dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap
sebagai beban-beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa
sesungguhnya akibat pergerakan tanah. Metode statik ekivalen ini hanya
disarankan untuk kondisi sebagai berikut,

1. Gedung-gedung dengan tinggi kurang dari 40.00 meter.

2. Gedung-gedung dengan bentuk struktur yang beraturan.

3. Gedung-gedung dengan loncatan bidang muka yang


tidak besar.

4. Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang seragam.

5. Gedung-gedung yang mempunyai bentuk, ukuran dan


penggunaan yang dapat berlaku umum.

156 |
Adapun prosedur perhitungan dalam analisis gempa statik ekivalen dapat
dilakukan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam


perhitungan yang meliputi antara lain deskripsi bangunan,
fungsi bangunan, denah bangunan, lokasi bangunan, jenis
tanah di bawah bangunan, jenis struktur yang digunakan
dan dimensi-dimensi komponen struktur.

2. Menghitung berat total bangunan (Wt). Berat total


bangunan terdiri dari berat seluruh beban mati; antara lain
: berat pelat, balok, kolom, dinding, partisi, plafon, spesi
dan tegel, dan beban hidup yang telah direduksi. Berat
masing-masing bagian bangunan dihitung dengan
mengalikan berat satuan (berat/volume) bagian
bangunan tersebut dengan volumenya. Wi merupakan
berat bagian bangunan; γi merupakan berat satuan
bagian bangunan dan Vi merupakan volume bagian
bangunan.

Wi = γix Vi

W t = ∑ Wi

3. Menghitung waktu getar alami (T). Waktu getar alami pada


arah yang ditinjau, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus empiris yang diberikan

T = 0,06 H3/4 ; dengan H merupakan tinggi gedung.

berdasarkan jenis struktur yang digunakan. Untuk struktur


gedung yang terdiri dari portal beton :

4. Menentukan koefisien gempa dasar (C). Koefisien gempa


dasar ditentukan dengan berdasarkan wilayah gempa
dimana bangunan itu berada, jenis tanah dibawah
bangunan, waktu getar alami struktur gedung dan
percepatan pergerakan tanah akibat gempa.

157 |
5. Menentukan faktor Keutamaan (I). Faktor Keutamaan
ditentukan berdasarkan fungsi bangunan tersebut. Nilai I
akan bertambah besar seiring dengan makin pentingnya
fungsi struktur. Atau dengan kata lain, semakin penting
struktur bangunan, semakin besar kemungkinannya
bertahan pada saat gempa besar terjadi.

6. Menentukan Faktor Jenis Struktur (K). Faktor Jenis Struktur


ditentukan berdasarkan jenis dan bentuk material yang
digunakan dalam struktur bangunan. Faktor K hanya
digunakan pada peraturan PPTGI-UG-1983, sedangkan
peratuan SNI 03-1726-2002 menggunakan faktor R yang
merupakan faktor reduksi yang tergantung pada sistem
struktur dan tingkat daktilitasnya.

7. Menentukan Gaya Geser Horizontal Total Akibat Gempa


(V). Gaya geser horizontal total akibat gempa dihitung
dengan menggunakan rumusan berikut.

V = CI R × Wt

8. Mendistribusikan gaya geser Horizontal total akibat gempa


ke sepanjang tinggi gedung (Fi)

Wh
Jika H/ A < 3,0 ; untuk setiap Lantai : Fi = ΣWh × V
i i

i i

Jika H/ A ≥ 3,0 ; untuk Lantai atas :F = 0,1V dan untuk setiap lantai :
i
Wh
F= i i
× 0,9V
i ΣWh

158 |
Prosedur perhitungan beban gempa yang dijelaskan di atas telah
terprogram secara baik dalam perangkat lunak seperti diperlihatkan dalam
Gambar 2-158.

Gambar 2-158. Pembebanan Horizontal Akibat Beban Gempa

159 |
4. Kombinasi Pembebanan
Dalam kenyataanya beban mati, beban hidup dan beban gempa
kemungkinan besar akan bekerja pada saat yang bersamaan. Untuk menjamin
agar struktur bangunan dapat bekerja, baik dalam kondisi beban mati, beban
hidup maupun beban gempa atau ketiga jenis beban tersebut bekerja
bersamaan, maka beban-beban tersebut harus dikombinasikan sedemikian rupa
kepada struktur bangunan. Adapun kombinasi pembeban tersebut diatur dalam
SNI T-15-1991-03 seperti dijelaskan dalam bagian kedua dokumen ini. Aturan
tersebut juga telah diprogram dalam prangkat lunak seperti diperlihatkan dalam
Gambar 2-159. Karena arah beban gempa bersifat bolak-balok, maka dalam
kobinasi pembebanan juga mempertimbangkan sifat ini. Dengan demikian akan
diperoleh 9 kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi.

Gambar 2-159. Kombinasi Pembebanan

5. RESPON STRUKTUR
Respons struktur merupakan perilaku struktur akibat pembebanan seperti
yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Respons struktur disampaikan dalam
bentuk deformasi dan gaya dalam berupa momen, geser dan normal.

Respons struktur dalam bentuk gaya dalam diperlukan dalam kaitannya dengan
perencanaan komponen struktur beton bertulang. Sedang defromasi yang yang
terjadi berkenaan dengan tingkat keamanan struktur yang diatur dalam peraturan
untuk gedung. Hasil keluaran analisis struktur dengan FINITE ELEMENT disampaikan

160 |
baik dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk numerik. Contoh hasil keluaran
berupa gaya dalam diperlihatkan dalam diagram momen dalam Gambar 2-160
dan 2-161.

Gambar 2-160. Diagram MomenStruktur Frame 3D

Gambar 2-161. Diagram GeserStruktur Frame 3D

161 |
2.1.3.5. PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTUR BETON BERTULANG

Dasar perencanaan komponen struktur beton bertulang telah dijabarkan


dalam bagian kedua dokumen ini. Pada bagian ini, dasar perencanaan
komponen struktur beton bertulang tersebut dijabarkan lebih detail dalam
kaintannya dengan perencanaan struktur bangunan seutuhnya.

1. Balok

Penulangan Lentur
Hal utama yang dialami oleh balok adalah kondisi tekan dan tarik akibat
adanya pengaruh lentur atau gaya lateral. Penulangan balok yang umum
dilakukan adalah dengan penulangan rangkap dimana tulangan dipasang pada
daerah tarik dan tekan seperti secara sekematik diperlihatkan dalam Gambar 2-
162.
Ec = 0,003
Cs
a
Cc
As’ Es’

Ts
Es
As
diagram tegangan
balok

Gambar 2-162. Skema Tegangan-Regangan Beton Bertulang

Analisis balok bertulangan rangkap tergantung pada kondisi baja tulangan


tarik dan tekan apakah telah mencapai kondisi leleh atau tidak. Dalam proses
analisis pertama sekali diasumsikan bahwa semua tulangan telah mencapai
kondisi leleh (fs = fs’ = fy), sehingga :

Resultan gaya tekan beton : Cc = 0,85 fc’ a b

Resultan gaya tekan baja tulangan : Cs = As’ fy

Resultan gaya tarik baja tulangan : T = As fy

Dari syarat keseimbangan :

Cc + Cs = T
0,85 fc’ a.b + As’ fy = As fy
a = (As−As ')fy
0,85fc 'b

Langkah selanjutnya adalah menguji apakah tulangan telah mencapai kondisi


leleh yakni dengan menguji regangan ( s) te la h m e n c a p a ify/Es atau belum.
162 |
c−d' a− β1 '.d
εs’=0,3% . = 0,3% .
c a
d− c β1.d − a
εs=0,3% . = 0,3% .
c a
fy
fs’ = fy jika εs’ ≥
Es
fy
fs = fy jika εs ≥
Es

Jika baja tulangan leleh, maka :


a
Mn = 0.85 Fc’ a.b. ( d - ) + As’fy ( d – d’)
2

dimana nilai tegangan fs dan fs’ ditentukan sebagai berikut :

fs’ = εs’.Es atau fs’ = fy

fs =εs .Es atau fs = fy

Mn = 0.85 fc’ a.b. ( d – 0.5 a) + As’fs’ ( d – d’)


Mn = (As – As’) fy (d-a/2) + As’ fy (d-d’)

Penulangan Geser
Tulangan geser balok direncanakan berdasarkan gaya geser maksimum
yang dialami balok. Dalam perencanaan, kekuatan geser yang diberikan oleh
baja dan beton harus lebih besar dari gaya geser yang dialami balok.
Vu ≤ φ Vn
Tahap perencanaan penulangan geser balok adalah

sebagai berikut :

1. Tentukan nilai Vu (gaya lintang maksimum).


2. Tentukan kuat geser nominal (Vn) dihitung berdasarkan Vn
= Vc + Vs, dimana Vs adalah kuat geser yang
disumbangkan tulangan dan Vc adalah kuat geser
yang disumbangkan beton yaitu sebesar 1/6 x bw x d,
dimana fc’ adalah kekuatan tekan beton, bw lebar balok
dan d tinggi efektif balok.

3. Tentukan nilai Vs dan Vs maksimum,

Vs = 1/3 fc ' x bw x d

Vs maks = 2/3 fc ' x bw x d


163 |
4. Tulangan geser dihitung berdasarkan syarat berikut; Av
adalah luas tulangan geser dan s adalah jarak antar spasi
sengkang (s ≤ 0,5 d).

a. Jika Vu ≤ 0,5 φ Vc, maka balok tidak memerlukan tulangan geser.

b. Jika 0,5 φ Vc < Vu <φ Vc , maka :

Av = bw x s
3 fy

c. Jika 0 < Vu - φ Vc ≤ φ 1/3 fc ' x bw x d, maka :

Av = (Vu - φ Vc) x s
fy x d

s ≤ 0,5 d

d. Untuk φ 1/3 fc ' x bw x d ≤ Vu - φ Vc ≤ φ 2/3 fc' x bw x d, s ≤

0,25 d

2. Kolom
Momen dan gaya aksial merupakan beban yang dominan yang bekerja
pada kolom. Kegagalan yang umum terjadi pada kolom adalah meningkatnya
nilai gaya aksial di atas batas kekuatan kolom. Dalam analisis kapasitas kolom,
baja tulangan diasumsikan selalu mengalami pada kondisi beban maksimum.
Dengan demikian besarnya beban aksial dan momen ultimit dapat ditulis sebagai
berikut:

P = 0.85f ' ab + A ' f − A f


U c Sy Sy

' 1 '
a
PU .e = 0.85fc ab d − + A S fy (d − d')
2

dimana e’ merupakan titik eksentrisitas beban ultimit dan beban ultimit bekerja
pada titik sentroid berikut.

' 1 '
0.85fc bh d − h + A s fy (d − d')
d" = 2
0.85fc' bh + A s + A ( '
s )fy

164 |
Perencanaan komponen beton bertulang di atas mengikuti peraturan SNI T-
15-1991-03. Formulasi seperti yang dijabarkan di atas telah diprogram dalam
SANSPRO V 4.80. Hasil perencanaan komponen struktur beton bertulang
ditampilkan baik dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk numerik. Contoh
tampilan dalam bentuk grafik diberikan dalam Gambar 2-163. Sedangkan hasil
keluaran lengkap diberikan dalam lampiran.

Gambar 2-163. Penulangan Komponen Struktur Frame 3D

Detail Analisis dan Desain Frame 3D beupa data numerik dan grafik yang
merupakan output program yang digunakan.

3. Pemilihan Pondasi
Sebelum pemilihan pondasi terlebih dahulu dilakukan survey. Lingkup
pekerjaan yang harus dilakukan pada pengukuran lapangan antara lain :
 Memeriksa kelayakan dan melengkapi sesuai kebutuhan peta topografi
yang telah ada.
 Melakukan pengukuran di lapangan untuk pembuatan peta situasi.

 Menyusun titik referensi lapangan yang menandai untuk pemasangan
patok koordinat dan ketinggian yang akurat.

 Pematokan rinci (staking out) di lapangan untuk reference pelaksanaan
konstruksi.

Pembuatan peta situasi skala 1:100 akan memperlihatkan seluruh informasi-


informasi penting, yang ada pada lokasi rencana pembangunan, seperti

165 |
infrastruktur (jalan, saluran, tiang listrik, tiang telepon, jaringan listrik tegangan tinggi,
air bersih, drainase,dll), utilitas bawah tanah (PLN,Telepon,PAM,GAS,dlsb) dan
bangunan eksisting di sekitar lokasi.

4. Penyelidikan Tanah
Melaksanakan pemboran dalam pada setiap rencana bangunan bawah
dengan mesin dan STP (standar penetration test) dan pengambilan contoh tanah
talk tergaggu (undisturbed soil sampling) untuk pengujian laboraturium.

Untuk mandapatkan informasi yang lebih teliti mengenai jenis tanah, struktur
lapis tanah, index dan structural properties sub sufarce, perlu dilaksanakan
pemboran.

Boring akan dikerjakan dengan alat bor yang digerakkan dengan mesin
yang mampu mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata bor harus mempunyai
diameter cukup besar sehingga undistrub sample yang diinginkan dapat diambil
dengan baik. Untuk tanah clay, slit atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat,
dapat dipakai steel bit sebagai mata bor. Untuk lapisan yang keras atau
cemented harus dipakai core barrel sehingga dapat juga diambil undisturb
samplenya dari lapisan yang keras tersebut.

Pada setiap interval kedalaman 1.5 meter harus dilakukan standard


penetrometer test (SPT) dan harus diambil contoh tanahnya (tidak perlu undistrub),
kemudian disimpan pada tempat yang dapat menjaga kadar air aslinya. Contoh
tanah tersebut diperlukan untuk menyusun geological descripton lapisan tanah.

Undistrub sample akan diambil dengan cara sebagai berikut:


Tabung sample yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan berbentuk silinder
dengan diameternya rata-rata 7 cm panjang minimal 70 cm, dimasukkan
kedalam dimana undistub semple akan diambil, kemudian ditekan perlahan
lahan sehingga tabung tersebut penuh terisi tanah.
Tanah tersebut harus tetap berada dalam tabung semple tersebut sampai
saatnya datest di laboratorium.
Tabung yang berisi contoh tanah tersebut harus segera ditutup dengan
paraffin setelah dikeluarkan dari lubang bor.

166 |
Sebagai hasil boring harus dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi
lithologi (geological description),harga STP, letak muka kedalaman lapisan tanah
yang bersangkutan.

Penanaman dari masing-masing tanah harus dilakukan pada saat itu juga,
sesuai dengan kedalaman maupun sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara
visual.

Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk mudah
runtuh,maka persiapan untuk(casing) harus dilakukan.

Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain
maka rata-rata kedalaman diambil kurang lebih 3 meter), pada tanah lunak akan
diambil undistrub sample untuk test di laboratorium guna mendapatkan harga
index dan stuktural properties lapisan tanah.

Melaksanakan sondir ringan (2.5 ton) sampai kedalaman tanah keras.


Kapasitas sondir yang digunakan adalah mesin sondir ringan ( 2,5 ton ), Sondir
dilaksanakan dengan mata sondir Bikonus. Pembacaan tekanan konus
dilaksanakan setiap interval 20 cm sampai nlai tekan konus lebih besar 150
kg/cm2.Bilamana angka diatas tersebut tidak tercapai, penyondiran diberhetikan
sampai kedalaman 30 meter.Penyondiran masig – masing 2 titik setiap kepala dan
pilar jembatan. Pengambaran hasil penyondiran dibuat pada kertas standar.

Terhadap undistrub sampel harus dikerjakan laboratory test untuk


menentukan index dan etructuralproperties tanah.

Besaran index dimaksudkan untuk menetapkan klasifikasi, konsistensi dan


sensitify tanah.Data Tersebut meliputi :

 Spesifik Grafity

 Moisture content

 Atteberg limits

 Grain size analisys
Besaran – besaran struktural tanah. Unconfined Compressive strength.
Maksud dari test ini adalah untuk memperoleh besarnya kekuatan tanah yang
kohesif.

167 |
Direct Shear Test, test ini dikerjakan untuk tanah tanpa kohesif.Consolidation
test. Dimaksudkan untuk mendapatkan besaran – besaran yang dipergunakan
untuk memperhitungkan settlement.

Rekomendasi Daya Dukung Tanah


Berdasarkan dari hasil penyelidikan lapangan dan hasil uji laboraturium
dilakukan analisis untul menentukan daya dukung tanah dan rekomendasi jenis
pondasi yang tepat untuk kondisi tanah berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan.

Pondasi merupakan bagian dari sistem rekayasa konstuksi yang berfungsi


sebagai penerus beban yang ditopang oleh beratnya sendiri (bangunan) pada
kedalaman tanah atau batuan yang terletak dibawahnya.Karena sifat dari tanah
dan batuan itu hiterogen,maka sulit ditemukan dua pondasi bahkan pada tapak
konstruksi yang berdampingan akan bersifat sama. Hal ini disebabkan pondasi
sebagai pendukung beban mempunyai bidang antara (interfacing) terhadap
tanah.
Di dunia rancang bangun penurunan pondasi bisa dipastikan
terjadi.Persoalannya bagaimana penurunan tersebut dapat diprediksi sejak
awal,sehingga bangunan tidak terganggu.Masalah yang dihadapi perencana
adalah menentukan sistem pondasi untuk bangunan bertingkat sedang antara 2
sampai 8 lantai,dan berdiri diatas tanah yang mempunyai daya dukung rendah.
Sisi lain persoalan biaya yang tinggi masalah tesendiri, karena kesalahan dalam
perencanaan akan berdampak pada hasil kemudian hari.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan pondasi yang tepat untuk
bangunan yang direncanakan, sebagai dasar pemilihan pondasi perlu dilakukan
Soil Investigation untuk mempelajari sifat fisik tanah dan seberapa jauh lokasi tanah
keras yang mampu menahan beban diatasnya.

168 |
2.1.4. TAHAP DESAIN AKHIR (FINAL DESIGN)
Tahap desain akhir ini merupakan tahap dimana sudah didapat satu desain
akhir yang telah disepakati bersama untuk selanjutnya diproduksi dalam bentuk
gambar-gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), rincian volume
pelaksanaan pekerjaan (bill of quantity), rencana anggaran biaya pekerjaan
pekerjaan konstruksi, RABberdasarkan analisis biaya konstruksi – SNI, menyusun
laporan perencanaan: struktur, utilitas lengkap dengan perhitungan-perhitungan
yang bisa dipertanggung-jawabkan.
Dalam tahap ini dilakukan proses produksi gambar kerja, sehingga desain
yang sesuai untuk Anda dapat segera terwujud. Gambar kerja ini menjadi acuan
bagi pelaksana (kontraktor).

Gambar kerja terdiri dari:, Tabel 2-21. Gambar Kerja

Gambar Arsitektur Gambar Struktur


- Block Plan, Site Plan - Rencana Sloof, Kolom dan
- Denah/Layout Pondasi
- Tampak Bangunan - Rencana Pembalokan
- Potongan - Rencana Atap
- Rencana Lantai - Rencana Tangga
- Rencana Plafond - Detail Pondasi
- Rencana Kusen - Detail Pembesian
- Rencana Pagar/railing - Detail Atap
- Detail Profile
- Detail KM/WC

Dan gambar kerja yang diperlukan lainnya.

169 |
2.2. Program Kerja
2.2.1. Penyusunan Persyaratan Perencanaan

Adapun kegiatan dalam menyusun dokumen perencanaan nantinya adalah:


1. Menampung semua kebutuhan, kegiatan, gagasan dan keinginan pemberi
tugas
2. Mempelajari kemungkinan penambahan kebutuhan yang akan
mempengaruhi,
a. Bentuk
b. Perluasan
c.Tahap/ Pembangunan
3. Menyusun termonologi mengenai bangunan yang diinginkan (berpedoman
kepada KAK yang diberikan).
4. Mempedomani ketentuan dan peraturan setempat.
5. Memperhatikan kriterian umum bangunan, seperti:
- Pesyaratan peruntukan dan itensitas
- Persyaratan arsitektur dan lingkungan
- Persyaratan struktur bangunan
- Persyaratan ketahanan terhadap bangunan
- Persyaratan jalan masuk dan jalan keluar
- Persyaratan transportasi dalam gedung
- Persyratan pencahayaan darurat
- Pesyaratan instalasi listrik
- Persyaratan sanitasi bangunan gedung dan lingkungan
- Persyaratan pencahayaan
- Persyaratan kebisingan dan getaran
- Kesatuan perencanaan bangunan-bangunan dengan lingkungan
- Konstektual dengan factor social budaya setempat, geografi dan
klimatologi

- Memerhatikan ketentuan dan kaidah2 bangunan gedung ramah


gempa
- Mengikuti standar kebutuhan sarana dan prasarana.

170 |
2.2.2. Persiapan Perencanaan

Penyelidikan, penelitian dan penilaian mengenai:


1. Keadaan pada saat perencanaan dan kebutuhan dalam jangka pendek
dan jangka panjang.
2. Jumlah pentahapan, pembiayaan dan persyaratan pembayaran menurut
standar yang berlaku.
3. Tanah untuk bangunan: Luas/batas lokasi, tepografi, persyaratan planologi,
lingkungan dan nilai ruang pada tanah itu.

2.2.3. Konsep Perencanaan

Penyusunan konsep perencanaan merupakan penggalian nilai-nilai dan


kemungkinan-kemungkinan. Secara kreatif dari setiap analisa pekerjaan
persiapan perencanaan, Penuangan kreatifitas, arsitektonis yang disertai
kemampuan penguasaan faktor-faktor yang membatasi dan membuka
kemungkinan yang positif.
Pekerjaan yang dilakukan adalah:
1. Menyusun konsep dasar perencanaan melalui studi perbandingan atas
beberapa kemungkinan.
2. Melakukan penelitian tentang kemungkinan perkembangannya.

2.2.4. Skematik Disain

Merupakan terjemahan yang kreatif dari konsep perencanaan ke dalam


gambar-gambar teknis/ arsitektonis dan merupakan perwujudan yang optimal
sedemikian rupa sehingga setiap unsur rencana adalah:
1. Pembiayaan
2. Arsitektur
3. Konstruksi

Semua ini terolah dalam rencana design yang merupakan suatu konsep
rancangan (walaupun tidak digambar lengkap) sehingga bila tiba waktu untuk
digambar tidak ada persoalan yang timbul lagi dan sehingga memungkinkan pula
penggarapan perencanaan yang lebih terperinci dari setiap unsur rencana
tersebut.

171 |
Dalam skematik design ini telah dilakukan pekerjaan:
• Program dan organisasi ruang, hubungan/flow antar ruang/tata ruang,
dan lain-lain
• Studi masalah pemilihan type struktur yang digunakan, metode
pembangunan dan elemen struktur.
• Studi masalah pemilihan sistim jaringan , instalasi
• Cost control.

2.2.5. Rencana Akhir dan Keluaran Produk.

Dalam tahap pengembangan perencanaan (design development) dapat


dikembangkan dengan membuat analisis dan gambar rencana, sehingga
perencanaan yang dibuat dapat lebih komprehensif untuk dipergunakan sebagai
dasar pembangunan.

Dengan pengembangan rencana ini dihasilkan perencanaan yang optimal,


efisien dalam pembangunan dan pemeliharaan bangunan.

Keluaran Akhir dari Perencanaan yaitu:


1. Gambar–gambar perencanaan.
 Gambar A3.Berisi semua gambar rencana yang akan digunakan dalam
pelaksanaanfisik nantinya. Gambar dibuat dengan mengacu kepada
aturanpenggambaran yang berlaku. Gambar akan diserahkan kepada
pengguna jasapaling lambat pada waktu habis masa kontrak.
 Gambar A0 (sesuai kebutuhan).Merupakan perbesaran dari gambar A3,
yang dicetak diatas kertaskalkir dan blue print. Berisi semua gambar
rencana yang akandigunakan dalam pelaksanaan fisik nantinya.
Gambar dibuat denganmengacu kepada aturan penggambaran yang
berlaku. Gambar akan diserahkan kepada pengguna jasa paling lambat
pada waktu habis masakontrak.
2. Rencana Kerja dan Syarat–syarat.
3. Rencana Anggaran Biaya.
4. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Time Schedule).
5. Video Animasi 3D
6. Maket Bangunan (uk. Meja Min. 120 cm x120 cm)

172 |
7. Laporan
Jenis laporan dan gambar yang akan diserahkan oleh Penyedia Jasa
kepadaPengguna Jasa adalah :
a) Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK). Laporan Rencana Mutu Kontrak
(RMK) merupakan laporan yang berisi tentang rencana kegiatan (action
planning) yang akan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan. Laporan
RMK disampaikan pada saat rapat Pra-Construction Meeting (PCM)
dengan Direksi Pekerjaan. Laporan akan diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan paling lambat 2 minggu setelah pembahasan sesuai dengan
perbaikan (masukan) pada saat dilaksanakan pembahasan.
b) Laporan Pendahuluan. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
merupakan laporan hasil survey awal dilapangan berisi gambaran kondisi
awal serta tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Laporan diserahkan
kepada Direksi Pekerjaanpaling lambat 1 minggu setelah pembahasan
sesuai dengan perbaikan (masukan) pada saat dilaksanakan
pembahasan.
c) Laporan Antara. Laporan antara yang disiapkan oleh penyedia jasa/
konsultan merupakan laporan lanjutan dari laporan sebelumnya yang
berisi data yang didapat dilapangan seperti data tanah (sondir, bor)
Gambar site plan, Gambar-gambar pra-rencana bangunan, Perkiraan
biaya pembangunan, Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
Gambar perspektif.dan lain-lainnya.
d) Draft Laporan Akhir
Akan disampaikan tentang:
- Gambar pengembangan tata lahan (site plan), sistem utilitas dan
drainase kawasan, rencana tata hijau/landscape.
- Gambar pengembangan rencana arsitektur, struktur.
- mekanikal, elektrikal dan lansekap.
- Gambar sistem telekomunikasi dan sistem transportasi.
- SOP Mitigasi Bencana.
- Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan
yangdiperlukan.
- Draft rencana anggaran biaya.
- Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
- Draft rencana kegiatan dan volume pekerjaan (BoQ).

173 |
- Dokumen Perencanaan dengan Gambar A3.
e) Laporan Akhir. Laporan ini merupakan seluruh hasil perencanaan,
termasuk didalamnya Laporan RAB dan BOQ berisi perhitungan kuantitas
pekerjaan sesuaidengan hasil perencanaan serta biaya pelaksanaannya.
RAB dihitungmengacu harga pada lokasi kegiatan dan asumsi kenaikan
harga(eskalasi harga). Laporan akan diserahkan kepada pengguna jasa
paling lambat pada waktu habis masa kontrak. Laporan akhir
sebelumdifinalkan akan diseminarkan dengan menampung masukan
daripengguna jasa dan peserta seminar, akan diserahkan paling lambat
padawaktu habis masa kontrak setelah dilakukan perbaikan sesuai
denganmasukan pengguna jasa/ peserta seminar.
f) Laporan Nota Disain. Laporan Nota Disain berisi perhitungan setiap
bagian pekerjaan.Laporan akan diserahkan kepada pengguna jasa
paling lambat pada waktuhabis masa kontrak.
g) Laporan RAB dan BOQ beserta video animasi 3D dan maket.
h) Laporan Spesifikasi Teknik. Laporan Spesifikasi Teknik berisi spesifikasi
bahan dan mutu (kualitas)hasil pekerjaan. Laporan akan diserahkan
kepada pengguna jasa palinglambat pada waktu habis masa kontrak.
8. Soft Copy Perencanaan. Semua hasil perencanaan akan disatukan dalam
compact disk (CD) dan akan diserahkan kepada pengguna sebagai back-
up hasil perencanaan. CD hasil perencanaan akan

diserahkan kepada pengguna jasa paling lambat pada waktu habis masa
kontrak.
9. Dan Dokumen Lain yang mendukung hasil perencanaan.
2.2.6. Dokumen Pelelangan dan Dokumen Pelaksanaan

Merupakan uraian dari rencana akhir dan menjadi bagian setiap unsur
rencana dengan jelas serta terperinci yang merupakan dasar dan pedoman untuk
membuat perhitungan dalam pelelangan dan penyelenggaraan pelaksanaan
fisiknya.

Dokumen pelelangan ini terdiri dari:


1. Rencana Arsitektur
a. Gambar stuasi umum/ lingkungan
b. Denah dan potongan-potongan
c. Detail-detail
174 |
d. Ukuran-ukuran
e.Penunjuk penggunaan bahan
2. Rencana Konstruksi
a. Gambar konstruksi
b. Detail konstruksi
c. Ukuran-ukuran
d. Petunjuk penggunaan bahan
3. Uraian dan Syarat-syarat (Bestek)
a. Syarat-syarat Umum
b. Syarat-syarat Administrasi
c. Syarat-syarat Teknis
d.From-from pelelangan
4. Estimate Cost
a. Jenis Pekerjaan
b. Volume Pekerjaan
c. Harga satuan
d. Biaya pelaksanaan
5. Time schedule

2.2.7. Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam kaitannya dengan pekerjaan perencanaan perlu dilakukan
konsultasi dan pembahasan produk. Konsultasi dilakukan oleh konsultan dengan
tim teknis pekerjaan ini, untuk mendapatkan pengarahan atau petunjuk baik yang
bersifat teknis maupun kebijaksanaan pengembangan sektoral agar kegiatan ini
mencapai hasil yang optimal.

175 |
2.3. Organisasi dan Personil
Metode kerja yang efisien, sederhana dan ditunjang oleh organisasi kerja
yang baik akan menghasilkan suatu hasil/ produk kerja yang baik pula. Untuk
maksud tersebut konsultan dalam melaksanakan pekerjaan akan membentuk
suatu organisasi team konsultan dan menggunakan sistem kerja yang tepat
dengan mengerahkan semua personil-personil yang telah berpengalaman dan
akan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai serta kejelasan jalur
instruksi dan koordinasi. Team Konsultan akan bertanggung jawab dan menerima
instruksi secara kontraktual dan teknis dari Pemimpin Kegiatan (Pengguna
Anggaran). Team Konsultan akan dipimpin oleh Tenaga Ahli Perencanaan yang
bertindak sebagai Team Leader serta bertanggung jawab atas segala aspek
pekerjaan. Team Leader ini akan dibantu oleh beberapa tenaga ahli sesuai
dengan bidang keahliannya. Di samping itu untuk menunjang kelancaran
pekerjaan, maka dilibatkan pula beberapa tenaga pendukung, khususnya untuk
mendukung pekerjaan administrasi, data entry, pelaporan serta survai. Organisasi
Kerja pelaksana pekerjaan tersebut dapat digambarkan sebagaimana diagram
berikut.
777

2.3.1. Susunan Tenaga Ahli / Personil


Personil konsultan yang akan ditempatkan pada pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Pati Tahap
Finishingini sebagai beikut :

2.3.2.1 Tenaga Ahli (Profesional) & Asisten Tenaga Ahli


Tenaga ahli profesional yang diperlukan dan dilibatkan dalam
pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;
1. Team Leader (S1 Tek. Arsitektur) : 1 Orang
2. Ahli Struktur (S1 Tek. Sipil) : 1Orang
3. Ahli Teknik Tenaga Listrik (S1 Tek. Elektro) : 1 Orang
4. Ahli K3 Konstruksi (S1) : 1 Orang

176 |
2.3.2.2. Tenaga Penunjang
Tenaga pendukung teknis yang diperlukan dan dilibatkan dalam
pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;
1. Juru Ukur / Surveyor : 1 Orang
2. Estimator : 1 Orang
2. Juru Gambar/drafter : 1 Orang
3. Administrasi / Keuangan : 1 Orang
4. Operator Komputer : 1 Orang
5. Sekretaris : 1 Orang

2.3.3. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Konsultan


A. Tenaga Ahli (Profesional)
1. Team Leader
Adalah minimal seorang Sarjana (S1) Tek. Arsitektur yang
berpengalaman sebagai Team Leader sesuai dengan KAK
dengan tugas sebagai berikut

 Mengkoordinir semua personil yang terlibat dalam


pekerjaanini sehingga bisa menghasilkan pekerjaan yang
maksimal.

 Mempersiapkan petunjuk teknik dari setiap kegiatan


pekerjaanbaik pengambilan data, pengolahan maupun
penyajian akhirseluruh hasil pekerjaan.

 Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaansurvey/pengukuran dilapangan maupun
penyusunan detaildisain serta menyusun rencana kerjanya.

 Memeriksa hasil pengukuran lapangan, hasil
perhitungannyadan membuat laporan analisisnya.

 Bertanggung jawab atas semua hasil pengukuran
lapangan, danperhitungannya, serta hasil perhitungan
detail disain.

 Bertanggungjawab terhadap semua hasil
perhitunganpembiayaan yang diusulkan dalam
penyusunan perencanaanini.

 Bertanggung jawab atas semua pemakaian formulasi,
standart,norma dan aturan teknis yang dipakai dalam
penyusunan detaildasain.

177 |
 Bertanggung jawab atas semua harga satuan upah,
barang danperalatan serta pekerjaan yang telah ditetap
dalam perencanaanini.

 Bertanggung jawab terhadap laporan-laporan dan



dokumendokumenhasil pelaksanaan kegiatan
perencanaan.

2. Tenaga Ahli Struktur


Adalah minimal seorang Sarjana (S1) Teknik Sipil yang
berpengalaman dibidangnya sesuai KAK dengan tugas
sebagai berikut;

 Merencanakan pekerjaan yang berkaitan dengan


Sipil/Struktur berdasarkan acuan yang berlaku dan relevan.
 Merekomendasikan metode pekerjaan sipil dan landscape
yang telah lolos uji kepada team leader.
 Membuat kerangka umum / konsep rencana sipil/struktur,
dan pengembangan desainnya.

 Melakukan analisa yang berkenaan dengan perencanaan
teknis gedung.
 Melakukan tahapan konsultasi dengan owner atau instansi
terkait dengan proyek.
 Memecahkan masalah yang muncul dalam tahap
pekerjaan.
 Pengembangan rancangan.

 Menyiapkan dokumen pelaksanaan dan proses
pengadaan pelaksana konstruksi serta pengawasan
berkala.

3. Tenaga Ahli Elektrikal


Adalah minimal seorang Sarjana Teknik (S1) Teknik Elektro yang
berpengalaman sesuai dengan KAK, dibidangnya dengan
tugas sebagai berikut;

178 |
 Melakukan tahapan perencanaan yang dimulai
dariidentifikasi, analisis serta menyusun konsep-
konsepperencanaan yang berkaitan dengan Konstruksi.

 Melakukan perhitungan Elektrikal Gedung.

 Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan
tekniskonstruksi sesuai dengan disainnya.

 Melaksanakan tugas dan arahan lain yang diberikan oleh
ketua tim yang berkaitan dengan kegiatan ini.


C. Tenaga Pendukung
1. Juru Gambar
Bertugasmembantu tenaga ahli dalam menggambarkan hasil
pengukuran berupa gambar eksisting bangunan rencana serta
membantu Tim Perencana Bangunan dalam menggambarkan
rancangan bangunan dan struktur bangunan hasil
perencanaan berikut potongan dan detail-detailnya.
2. Juru Ukur/Surveyor
Bertugas membantu tenaga ahli dalam pelaporan survey
lokasi, maupun kondisi eksisting bangunan sekarang, serta
survey data-data yang diperlukan agar pekerjaan
perencanaan berjalan dan selesai sesuai jadwal.
3. Aministrasi/Keuangan
Mengurus segala keadministrasian beserta keuangan guna
kelancaran pekerjaan, bertanggung jawab kepada leader.
4. Operator Komputer
Membantu mendukung terlaksananya pekerjaan dengan
lancar terutama dibidangnya sebagai operator computer dan
bertanggung jawab pada atasannya.

179 |
3
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Sesuai dengan Jadwal Penyelesaian dan jadwal penugasan personil yang


sudah ditetapkan dalam KAK, penyusunan Perencanaan Pembangunan
Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianakdengan waktu 60
(enam puluh) hari kalender yang dimulai sejak diterbitkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK), bila dirinci sesuai dengan tahapan kegiatannya, maka
masing-masing tahapan akan membutuhkan waktu sebagai berikut :

3.1. Persiapan Pekerjaan

Tahapan persiapan diperkirakan memerlukan waktu sekitar 4 hari, yaitu


dilaksanakan pada minggu ke-1.

3.2. Tahap Konsep Rencana Teknis Serta Pengumpulan


Data / Survey Bangunan
Pada minggu pertama tersebut sekaligus dilakukan pengumpulan data survei.
Hasil dari survey ini dituangkan dalam konsep rencana teknis dan
kelengkapannya.

3.3. Tahap Pra Rencana


Pada tahap ini sudah dimulai membuat gambar existing, perkiraan biaya
bangunan, membuat Rencana Kerja dab Syarat (RKS) Kegiatan ini
direncanakan dimulai setelah survai selesai dan bersamaan dengan konsep
rencana teknis. Tahap konsep pra-rencana teknis ini sangat berguna untuk
tahap selanjutnya yaitu pengembangan rencana.
180 |
3.4. Tahap Pengembangan Rencana
Tahapan ini merupakan pengembangan dari gambar rencana struktur,
arsitektur, dan utilitas. Juga pembuatan draft anggaran biaya, RKS,

3.5. Tahap Rencana Detail

Tahapan penyusunan Buku Perencanaan merupakan salah satu kegiatan


utama dalam rangkaian pelaksanaan pekerjaan. Buku Rancangan yang telah
tersusun selanjutnya dibahas dengan Tim Teknis. Hasil pembahasan dengan
Tim Teknis merupakan salah satu masukan dan bahan penyempurnaan buku
ini dalam menyusun Buku Rencana. Buku laporan ini berisi rencana dan
rumusan akhir mengenai hasil Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi
Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianak. Sebelum pada laporan final, buku
Rancangan ini dibahas dengan Tim Teknis. Dari hasil pembahasan Rancangan
Rencana dan seminar yang telah dilaksanakan, kemudian disusun Buku
Rencana yang merupakan penyempurnaan buku Rancangan tersebut.

3.6. Tahap Penyampaian dan Penyerahan Laporan Akhir

Data yang sudah lengkap berupa dokumen perencanaan sebagai laporan


akhir diserahkan kepada owner. Penyerahan ini dilakukan dalam minggu ke-
akhir sebelum masa kontrak berakhir agar sebelum dilelang diperiksa terlebih
dahulu oleh Tim Teknis.

3.7. Tahap Pelelangan


Setelah perencanaan selesai dilanjutan dengan pekerjaan fisik, maka
konsultan perencana mempunyai kewajiban untuk membantu panitia dalam
pelelangan. Konsultan akan membantu panitia dalam menyusun program
pelaksanaan pelelangan dalam minggu terakhir masa kontrak perencanaan,
kemudian konsultan akan membantu panitia dalam melaksanakan
pelelangan sesuai dengan jadwal pelelangan fisik dilakukan.

181 |
4
Komposisi Tim
Penugasan Personil

Struktur organisasi, Komposisi Tim dan Penugasan Personil

Dalam pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Sekolah Tinggi


Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianakmembutuhkan kerjasama yang
baik antar tim yang dipimpin oleh Team Leader. Team Lader akan
mengarahkan anggota timnya dengan memberikan tanggung jawab
terhadap bidang yang dipimpinnya agar tercipta pelaksanaan kerja yang
optimal. Adapun struktur organisasi dan komposisi penugasan Tim Personil
adalah sebagai berikut :

182 |
183 |
184 |
5
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

5.1. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Terciptanya pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri (STAKatN) Pontianakyang optimal ditentukan oleh
ketepatan dalam penugasan tenaga ahli agar tidak ada jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang tertunda, sehingga pekerjaan selesai tepat waktu.

185 |

Anda mungkin juga menyukai