TENTANG
PANDUAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
IBN BANJAR
LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
TANGGAL :
NOMOR : 459 Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang
mempunyai makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang
sehat dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed. 25:974). Menurut Rochjati P. (2008),
skrining merupakan pengenalan diri secara pro aktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining dapat dikatakan
sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui
serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara tepat sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien
saat kontak pertama, apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa
dan kondisi pasien. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil
keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk
ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan
misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining
pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum
dirujuk dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan
ambulan dari luar rumah sakit.
Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan
melalui metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian
riwayat pasien dalam proses skrining dilakukan melalui autoanamnesa dan
heteroanamnesa.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah
sakit. Baik pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan,
baik tenaga medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di
poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu.
BAB III
LANGKAH – LANGKAH SKRINING
1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon
bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan
melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah
sakit yang berencana merujuk pasien ke Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih,
akan diterima oleh operator yakni petugas admisi, case manager (CM), atau tenaga
medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ) setelah disambungkan
oleh operator. Dapat juga melalui Whatsapp SPGDT (Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu)
Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Operator/penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke
dokter jaga IGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat
diakses dan informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan
pendaftaran/customer perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga
care/security IGD (24 jam), whatsapp SPGDT atau IRJ (selama
jam buka pelayanan poli) untuk mengidentifikasi
pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
perhatian khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan
berdasarkan identifikasi ketersediaan kamar bagi
pasien yang membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan pasien.
IRJA 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara
mengakses pelayanan tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima
telepon segera mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar
sebagai pasien) maupun pasien lama, untuk
merencanakan tindak lanjut.
IGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima
panggilan telepon/Whatsapp SPGDT melakukan
skrining per-telepon dengan mencatat semua
informasi yang diperlukan mulai dari kondisi pasien
sampai dengan riwayat penyakit saat ini
dan/terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai
serta konsultasi dokter jaga IGD kepada DPJP
kasus terkait.
Tenaga ambulan 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan
permintaan penjemputan pasien, untuk menentukan
tingkat emergensi dalam persiapan SDM tim
ambulan yang akan melakukan penjemputan,
maupun menentukan peralatan yang dibutuhkan
dalam penjemputan.
2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi
penjemputan dengan berpatokan pada penilaian
pre transport pasien, dengan menggunakan form
transfer pasien.
3. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba
di IGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi
pasien.
2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun area Rawat Jalan (IRJ). Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan pasien.
IRJA 1. Setiap tenaga medis dan paramedis wajib untuk
segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi
pasien yang membutuhkan, baik saat pasien
mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang
tunggu.
2. Dalam melakukan proses skrining bagi pasien yang
membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan
rujukan keluar. Pedoman skrining dikembangkan oleh
kelompok staf medik (KSM) terkait.
IGD 1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien
datang ke IGD
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan
3. Dokter jaga/paramedis melakukan triage untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal,
untuk selanjutnya dikonsulkan ke DPJP
4. DPJP melakukan pelayanan medis, identifikasi
kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi
dan penilaian pasien untuk di rawat inap, dipulangkan
atau dirujuk.
Tenaga ambulan 1. Penjemputan pasien dilakukan atas permintaan.
2. Pengumpula data per-telepon dibutuhkan untuk
menentukan tingkat emergensi dalam persiapan SDM
tim ambulan yang akan melakukan penjemputan,
maupun menentukan peralatan emergensi dan
peralatan tambahan yang dibutuhkan dalam
penjemputan.
3. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transport
pasien, dengan menggunakan form transfer pasien.
4. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi, dokter
dalam tim ambulan wajib mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan medis yang diperlukan, memberikan advis,
mempersiapkan sarana dan obat-obatan selama
proses transfer sampai dengan tiba di Rumah Sakit
Umum Daerah Buhi Asih
5. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau
pasien tidak dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin,
usia, kondisi pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan
lokasi penjemputan
6. Untuk pasien-pasien kegawatan dilakukan bantuan
hidup dasar dan stabilisasi sesuai panduan dan SPO,
sebelum ditransfer ke rumah sakit.
- Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah
ada kondisi potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas.
2. Pasien bayi/ balita dating dengan batuk pilek, batuk berulang sangat
mengganggu diikuti suara mengorok.
- Sirkulasi diilai apakah normal atau ada maslah. Pasien dengan sirkulasi drop
yang layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
3. Akral dingin
c. Skrining batuk
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:
1. Pengkajian
2. Hasil
- Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis
- pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien
indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
Kuratif:
2. DM
3. Hipertensi
3. Mengancam visual
2. edema kornea
3. TIO > 21
4. gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
2. Proteinuria ≥ + 2
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
3. Dehidrasi
3. Pre-syok TD <100/60
3. Nadi cepat
4. Nadi cepat
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu
Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat
inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan
didokumentasikan dalam form instruksi pasien pulang
Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman
perawatan pasien dan keluarga dirumah
Preventif:
Paliatif:
2. Dyspneu
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. kardiomiopati
6. Disritmia
3. Sesak nafas
4. Asidosis
Pneumothoraks
Empiema
Meningitis TB
Citomegalovirus Demam
Kerusakan otak
Jiaka ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap
dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1
pasien dalam satu kamar.
Rehabilitatif
Skrining awal dilakukan oleh dokter perlu atau tidak dilakukan hemodialisa.
Indikasi dilakukan hemodialisa:
2. Hiperkalemi
3. Hipertensi maligna
Asidosis aztema
Azotema (kretinin 8-12mg %)
Jika pasien memenuhi criteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat
wajib memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk
Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi
dengan cairan kontras
Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin
test, maka CT scan dengan kontras bias dilaksanakan
Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka CT scan dengan kontras tidak
dapat dilakukan.
2. Hitung leukosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
2. CT/BT
3. HbsAg
2. CT/BT
3. HbsAg
2. CT/BT
3. HbsAg
2. CT/BT
3. HbsAg
2. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
2. Ca-125 (poli)
3. Darah rutin
4. CT/BT
5. HbsAg
2. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
2. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
3. Urin rutin
4. Ureum
5. Kreatinin
Thyrotoxicosis 1. Free T4
2.TSH
3. EKG
2. Urine rutin
2. Rontgen thorax
2. Rontgen thorax
2. Radiologi : OPG
2. Radiologi : OPG
2. Radiologi : Peripical/OPG
Kegiatan skrining di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih didokumentasikan
setiap hari di dalam Buku Pendaftaran Pelayanan Instalasi Gawat Darurat yang
secara periodik dilaporkan setiap satu minggu sekali dalam rapat manager dan juga
secara akumulatif dilaporkan satu bulan sekali dalam rapat kerja.
Dokumentasi dari hasil skrining berupa laporan atau catatan medik yang dibuat oleh
dokter penanggung jawab, serta didapatkan bukti dengan hasil pemeriksaan fisik
serta hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa tercatat dalam catatan rekam medis
pasien status rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.