Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Alhamdulillah setelah melalui proses penyusunan dan validasi oleh ahli materi
dan ahli media, modul “Perencanaan Instalasi Listrik pada Bangunan Gedung” ini sudah
layak untuk digunakan sebagai bahan ajar pada diklat perencanaan instalasi listrik.
Bahan ajar ini disusun dalam bentuk modul/paket pembelajaran yang berisi
uraian materi untuk mendukung penguasaan kompetensi tertentu yang ditulis secara
sekuensial, sistematis dan sesuai dengan prinsip pembelajaran dengan pendekatan
kompetensi. Untuk itu modul “Perencanaan Instalasi Listrik pada Bangunan Gedung”
ini sangat sesuai dan mudah dipelajari secara mandiri.
Penyusunan modul ini bertujuan untuk menyediakan bahan ajar berupa modul
produktif sesuai dengan kompetensi pada industri perencanaaan instalasi listrik. Modul
ini diadopsi dari berbagai sumber belajar seperti buku, jurnal, dan skripsi.
Sumbangan pemikiran ini akan berkembang jika pembaca bersedia
menyampaikan masukan untuk perbaikan modul ini. Terima kasih disampaikan kepada
kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril. Terima kasih
juga disampaikan kepada dosen pembimbing, teman-teman serta seluruh pihak yang
telah memberikan masukan hingga modul ini dapat selesai. Semoga modul ini dapat
bermanfaat.
1
Daftar Isi
Daftar Isi............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBELAJARAN................................................................................................. 8
2
Uraian Materi ...................................................................................................... 76
Simulasi Studi Kasus .......................................................................................... 97
5. Kegiatan Belajar 5 .............................................................................................. 98
Tujuan Kegiatan Belajar ..................................................................................... 98
Peta Konsep ......................................................................................................... 99
Uraian Materi ...................................................................................................... 100
Rangkuman ......................................................................................................... 112
Latihan ................................................................................................................ 113
6. Kegiatan Belajar 6 ............................................................................................... 114
Tujuan Kegiatan Belajar ..................................................................................... 114
Peta Konsep ......................................................................................................... 115
Uraian Materi ...................................................................................................... 116
Rangkuman ......................................................................................................... 121
Latihan ................................................................................................................ 122
7. Kegiatan Belajar 7 ............................................................................................... 124
Tujuan Kegiatan Belajar ..................................................................................... 124
Peta Konsep ......................................................................................................... 125
Uraian Materi ...................................................................................................... 126
Rangkuman ......................................................................................................... 127
Latihan ................................................................................................................ 128
8. Kegiatan Belajar 8 ............................................................................................... 129
Tujuan Kegiatan Belajar ..................................................................................... 129
Peta Konsep ......................................................................................................... 130
Uraian Materi ...................................................................................................... 131
Rangkuman ......................................................................................................... 145
Latihan ................................................................................................................ 146
3
PETA KONSEP
4
BAB I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MODUL
B. PRASYARAT
1. Pendidikan Formal
Lulusan D3 atau mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah perencanaan instalasi
listrik.
5
2. Kaitan dengan modul/kemampuan lain
Memahami teori dasar listrik, teori dan aplikasi proteksi, pemutus arus balik atau saklar,
teori penghantar, dan teori distribusi tenaga listrik.
2. Peran Pendidik
Peran pendidik dalam kegiatan pembelajaran dan pelatihan ini yaitu:
a. Menjelaskan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik.
b. Mengawasi dan memandu peserta didik.
c. Menjelaskan materi-materi pmebelajaran.
d. Membuat pertanyaan dan memberikan penilaian kepada setiap peserta didik.
D. TUJUAN AKHIR
Setelah mengikuti/ menyelesaikan kegiatan-kegiatan dari modul ini, diharapkan
peserta didik mampu :
1. Memahami tentang prinsip dasar instalasi listrik, persyaratan dan peraturan yang
diacu, ruang lingkup perencanaan instalasi listrik, tahapan perencanaan instalasi
listrik dan tegangan-tegangan standar.
6
2. Mengetahui persyaratan dalam perencanaan instalasi listrik, memilih jenis lampu
dan armatur sesuai standar PUIL, memilih saklar dan kotak kontask sesuai standar
PUIL dan melakukan perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruangan beserta
tata letaknya.
3. Menjelaskan ruang lingkup sistem distribusi listrik pada bangunan gedung,
menjelaskan panel distribusi pada bangunan gedung dan menjelaskan pemilihan
komponen panel distribusi sesuai standar PUIL.
4. Menghitung kebutuhan daya beban, menentukan luas penampang kabel,
menentukan kapasitas proteksi arus lebih, menentukan luas penampang penghantar
grounding, merencanakan kapasitas trafo step down, membuat wiring diagram
sistem distribusi, dan membuat single line diagram sistem distribusi.
5. Merencanakan sistem tata udara meliputi memahami persyaratan umum
perencanaan tata udara, memahami tahapan perencanaan tata udara, menghitung
kebutuhan AC pada suatu ruangan, merencanakan tata letak AC baik indoor
maupun ooutdoor serta merencanakan panel beserta kelengkapannya sesuai dengan
standar.
6. Merencanakan panel pompa hidran dan pompa air sesuai dengan standar.
7. Merencanakan panel lift/eskalator sesuai dengan standar.
8. Membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS)
E. STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami perencanaan instalasi listrik
2. Merencanakan sistem instalasi penerangan
3. Merencanakan sistem distribusi listrik
4. Merencanakan panel distribusi listrik
5. Merencanakan sistem instalasi sistem tata udara
6. Merencanakan sistem instalasi panel pompa hidran dan air
7. Merencanakan sistem instalasi panel lift/eskalator sesuai dengan standar.
8. Membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS)
7
BAB II PEMBELAJARAN
A. RENCANA PEMBELAJARAN
8
KEGIATAN
BELAJAR 1
PERENCANAAN Tujuan Kegiatan Belajar :
Peserta didik memahami tentang prinsip
INSTALASI LISTRIK dasar instalasi listrik, persyaratan dan
peraturan yang diacu, ruang lingkup
perencanaan instalasi listrik, tahapan
perencanaan instalasi listrik dan
tegangan-tegangan standar.
9
PETA KONSEP
Sistem kelistrikan
Prinsip Dasar
Sistem pencahayaan
Instalasi Listrik
Persyaratan yang
Sistem Tata Udara
diacu
Tegangan-Tegangan
Standar
10
URAIAN MATERI
Menurut PUIL 2011, perencanaan instalasi listrik adalah berkas gambar desain dan
uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu
instalasi listrik. Perencanaan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah
dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik. Oleh karena itu segala aspek perencanaan
instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL dan peraturan lain yang berlaku.
11
Persyaratan sistem kelistrikan harus mengikuti:
1) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)
2) Permen ESDM Nomer 45 Tahun 2005 Instalasi Ketenagalistrikan Bab II Bagian
Pertama
3) Permen ESDM Nomer 13 tahun 2012 Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik
4) SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi terbaru;
5) SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga, atau edisi terbaru;
6) SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan energi
tersimpan, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
2. Sistem Pencahayaan
Persyaratan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung meliputi:
a. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan gedung dengan
mempertimbangkan efisiensi penghematan energi yang digunakan, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
b. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang
pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis
dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi aman.
c. Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali diperlukan untuk pencahyaan darurat,
harus dilengkapi dengan pengendalian manual, dan/atau otomatis, serta
ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
d. Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik didalam bangunan
maupun diluar bangunan gedung.
12
3) SNI Spesifikasi 7391-2008 Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
1) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung, atau
edisi terbaru
2) SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
13
b. Penerapan sistem proteksi didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.
c. Pada sistem proteksi yang perlu diperhatikan meliputi:
Sistem pemadam kebakaran (hidran);
Sistem deteksi kebakaran & alarm kebakaran;
Sistem pengendalian asap kebakaran; dan
Pusat pengendalian kebakaran (ruang kontrol)
Sistem proteksi harus mengikuti :
1) SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan
slang untuk pencegahan bahaya kebakaran paa banguan gedung;
2) SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan dan pengujian sistem deteksi dan alarm
kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung;
3) SNI 03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sprinkler otomatis
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
14
Persyaratan sarana transportasi vertikal harus mengikuti:
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
15
5. Keindahan
Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik ditata sedemikian rupa
sehingga instalasi terlihat rapi dan indah, tetapi tidak menyimpang dari standar atau
aturan yang berlaku.
6. Ekonomis
Dalam perancangan sebuah instalasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga
kebutuhan komponen atau bahan yang digunakan seminimal mungkin, dalam
pemasangan dan pemeliharaannya mudah sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
pemasangan dan perawatan dapat dibuat semurah mungkin, namun harus sesuai dengan
standar dan aturan yang berlaku.
16
3. Gambar teknik yang dimaksud meliputi :
- Gambar satu garis/diagram garis tunggal
- Gambar denah atau gambar layout
- Gambar detail
- Wiring diagram
4. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
5. Membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
17
lebih, jenis dan ukuran busbar, serta perlengkapan lainnya. Rumus perhitungan teknis
akan dijelaskan pada kegiatan belajar selanjutnya.
4. Tahap merencanakan sistem distribusi listrik
Apabila hasil perhitungan teknis sudah didapat, barulah perencana dapat
melengkapi atau menyempurnakan gambar satu garis sistem distribusi yang telah
dibuat di awal.
5. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
RKS merupakan buku yang berisi tentang syarat-syarat umum, administrasi dan
teknis berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan tertentu.
6. Membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
RAB adalah perhitungan rincian biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan
dalam proyek konstruksi, sehingga diperoleh estimasi biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
E. TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR
Tegangan-tegangan standar menurur SPLN 1: 1995 sebagai berikut:
1. Standar ini berlaku bagi sistem transmisi, distribusi dan pemanfaatan arus bolak-
balik serta perlengkapan yang digunakan dalam sistem tersebut dengan frekuensi
standar 50 Hz yang bertegangan di atas 100 volt.
2. Tegangan nominal suatu sistem adalah nilai tegangan yang disandang suatu sistem
atau perlegkapan dan kepadanya karakteristik kerja tertentu dari sistem dan
perlengkapna yang dirujuk
3. Tegangan tertinggi suatu sistem adalah tegangan tertinggi yang terjadi dalam
keadaan kerja normal pada saat dan di setiap titik pada sistem itu
4. Tegangan terendah suatu sistem adalah tegangan yang terjadi dalam keadaan kerja
normal pada setiap saat dan setiap titik pada sistem itu.
5. Tegangan rendah adalah tegangan sistem antara 100 volt sampai dengan 1.000 volt.
Dalam tabel berikut ini sistem fase-tiga, 4-kawat termasuk sirkuit fase-tunggal
(peruasan, pelayanan dsb) yang tersambnng pada sistem itu. Nilai yang rendah
adalah tegangan antar fase dan netral sedang nilai yang tinggi adalah tegangan antar
fase. Bilamana tercantum hanya satu nilai menyatakan sistem 3-kawat, tanpa kawat
netral. Tegagan di atas 230/400 volt dimaksudkan untuk pemakaian industri berat
dan pelanggan komersial yang besar.
18
Sistem fase-tiga.
4-kawat atau 3-kawat
Tegangan nominal (V)
230/400
400/690
1.000
Catatan :
Tegangan nominal dari sistem 220/380 volt yang ada harus menyesuaikan ke arah
230/400 volt. Variasi tegangan pelayanan ditetapkan maksimum + 5% minimum, -
10% terhadap tegangan nominal.
6. Tegangan menengah adalah tegangan sistem di atas 1.000 volt sampai dengan
35.000 volt. Tegangan nominal pada sistem tegangan menengah di bagi menjadi 4,
yaitu tegangan sistem nominal 3, 6, 10 dan 20 kV.
Catatan: Tegangan sistem nominal 3,6,10 V tidak dipakai pada sistem distribusi
umum. Sistem-sistem ini pada umumnya sistem fasa-tiga, 3-kawat. Nilai-nilai yang
disebutkan di atas adalah tegangan antar fase.
7. Tegangan tinggi adalah tegangan sistem di atas 35.000 volt sampai dengan 245.000
volt. Tegangan tinggi dibagi menjadi tegagan sistem nominal 66 kV, 150 kV, dan
220 kV.
8. Tegangan ekstra tinggi adalah tegangan sistem di atas 245.000 volt. Tegangan
ekstra tinggi dibagi menjadi tegangan sistem nominal 275 kV dan 500 kV.
9. Terminal suplai adalah titik suplai dari sistem distribusi pengusaha kelistrikan pada
pelanggan
RANGKUMAN 1
1. Dalam merencanakan instalasi listrik pada suatu bangunan gedung harus memenuhi
prinsip-prinsip dasar instalasi listrik, yang meliputi keamanan, keandalan,
ketersediaan, ketercapaian, keindahan dan ekonomis.
2. Persyaratan sistem kelistrikan meliputi sumber daya listrik, panel hubung bagi,
19
jaringan distribusi listrik, perlengkapan serta instalasi listrik untuk memenuhi
kebutuhan bangunan gedung yang terjamin terhadap aspek keselamatan manusia
dari bahaya listrik, keamanan gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat
listrik, dan perlindungan lingkungan.
3. Ruang lingkup perencanaan instalasi listrik meliputi:
- Merencanakan sistem elektrikal mulai dari sistem distribusi (MVMDP,
transformator step down, LVMDP, SDP, dan SSDP ), menghitung kebutuhan
beban dan perhitungan teknis lainnnya beserta kelengkapannya yang dituangkan
ke dalam gambar teknik (diagram satu garis)
- Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
- Membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
4. Tahapan perencanaan instalasi listrik meliputi:
- Tahap merencana sistem distribusi listrik
- Tahap menghitung kebutuhan beban
- Tahap melakukan perhitungan teknis (luas penempang kabel, rating pengaman,
busbar, dll)
- Tahap merencanakan sistem distribusi listrik
- Tahap membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
- Tahap membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
20
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip keamanan dan keandalan dalam
perencanaan instalasi listrik!
Jawaban: _____________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
2. Jelaskan mengapa dalam perencanaan instalasi listrik harus sesuai
persyaratan dan peraturan yang telah ditetapkan!
Jawaban: _____________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
3. Sebutkan ruang lingkup perencanaan instalasi listrik!
Jawaban: _____________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
4. Sebutkan tahapan perencanaan instalasi listrik!
Jawaban: _____________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
21
KEGIATAN
BELAJAR 2
SISTEM TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini peserta
PENERANGAN didik dapat :
22
PETA KONSEP
Persyaratan umum
perencanaan penerangan
indoor
Tahapan perencanaan
menentukan armatur
penerangan
menghitung daya
terpasang
23
URAIAN MATERI
24
B. JENIS-JENIS LAMPU DAN ARMATUR
1. Lampu Pijar
Lampu pijar tergolong lampu listrik generasi awal yang masih digunakan hingga
saat ini. filamen lampu pijar terbuat dari tungsten (wolfarm), bola lampunya diisi
gas.
Bentuk standar lampu pijar ditunjukkan pada gambar.
Karateristik
Prinsip kerja sangat sederhana, umur lampu relatif pendek, hanya sekitar
1000 jam, Harga lebih murah dibanding lampu jenis lain, Efikasi (lumen/watt)
lampu rendah hanya sekitar 12 lm/watt, Efisiensi lampu rendah, Faktor daya
rendah, Warna cahaya yang dihasilkan umumnya berwarna kuning, sedangkan
modifikasi material maupun pewarnaan gelasnya kini semakin bervariasi, Suhu
yang dihasilkan lampu pijar cukup tinggi (hangat) sehingga sering digunakan
pada peternakan ayam sebagai penghangat ruangan.
Jenis-jenis lampu pijar berdasarkan penggunaannya:
a. Lampu General Lighting Service (GLS)
Untuk penerangan yang membutuhkan variasi armatur dan warna sehingga
memberi suasana lebih menarik dan indah seperti restoran, tempat spa, cafe,
hotel, salon, ruang pertemuan, dekorasi, reklame, pameran, dll.
b. Lampu reflektror
Untuk penerangan yang membutuhkan pengontrolan cahaya (dimmer) dan
ON/OFF secara langsung, contoh tempat penggunaannya : panggung,
bioskop, studio, kamar tidur, dll
25
sekitar 15.000 jam (merk yang bagus), Harga relatif lebih mahal dibanding
lampu pijar, Efikasi lebih tinggi dibanding lampu pijar, sehingga lebih hemat
energi, Efisiensi lebih tinggi, Faktor daya lebih tinggi dibanding lampu pijar
Penggunaan
Lampu TL umumnya digunakan sebagai general lighting (penerangan
umum) untuk rumah tinggal, perkantoran, pabrik, sekolah, rumah sakit,
penerangan jalan kecil di perkampungan dll.
Armatur
Bentuk armaturnya beraneka macam seperti downlight, RM, T-Balk.
4. Lampu merkuri
Prinsip kerja sama dengan lampu TL
Efikasi sampai 90 lm/watt
Konstruksi terdiri dari 2 tabung, yaitu tabung dalam (arc tube) dan tabung luar
atau bohlam (bulb). Lampu merkuri dengan bolam bentuk oval cocok bila
digunakan untuk penerangan bidang kerja (downward lighting) di industri
dimana situasi kerja berdebu
Armatur
Bentuk armatur tergantung jenis penggunaan lampu yang bersangkutan.
Berdasarkan jenis penggunaannya, armatur lampu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
26
armatur penerangan jalan, armatur penerangan taman, dan armatur penerangan
sorot.
5. Lampu sodium tekanan rendah (SOX)
Termasuk kedalam lampu tabung. Oleh karena itu prinsip kerjanya sama dengan
prinsip kerja lampu tabung lainnya yaitu berdasarkan terjadinya pelepasan
elektron dalam tabung gas.
Konstruksi tabung berbentuk U dan dikedua ujungnya terpasang elekroda yang
biasanya terdiri dari filamen tungsten
Karakteristrik
Efikasi sangat tinggi hingga 200 lm/watt sehingga lebih hemat energi,
Umur lampu panjang hingga 12.000 jam, tingkat kesilauan rendah, ketajaman
penglihatan baik, warna cahaya kuning, posisi pemasangan harus horizontal,
dapat bertahan dalam situasi berkabut atau musim hujan cahaya lampu SOX ini
akan lebih cepat menembus cahaya dibandingkan cahaya lampu lainnya.
Penggunaan
Berdasarkan karakteristiknya, penggunaan lampu ini biasanya untuk
penerangan jalan bebas hambatan, jalan-jalan utama menuju luar kota, dan
sejenisnya yang tidak mengutamakan colour rendering, dan khususnya pada
daerah-daerah yang berkabut dan intensitas hujan tinggi.
Armatur
Armatur penerangan jalan mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu
intensitas cahaya yang dipancarkan ke samping kiri dan kanan adalah lebih besar
daripada ke bawah. Hal ini yang memungkinkan pemasangan lampu jalan dapat
menempuh jarak yang cukup jauh yaitu 40-60 m.
Setiap armatur dapat berisikan lebih dari satu lampu tergantung jenis
armaturnya. Umumnya peralatan bantu seperti ballast, starter atau ignitor, dan
kapasitor ditempatkan didalam armatur.
27
Efikasi tinggi (90-120 lm), umur tinggi (12.000-20.000 jam), colour
rendering kurang baik (CRI hanya 26) sehigga perubahan warna yang disinari
sangat besar, warna yang dihasilkan putih keemasan (yellowish) sehingga
kurang memberi kesan keindahan.
Armatur
Jenis armatur lampu SON sesuai dengan jenis penggunaannya. Untuk
penggunaan yang sama, bentuk dan konstruksi armatur lampu SON sama
dengan armatur lampu merkuri karena bentuk lampu keduanya sama.
Penggunaan
Berdasarkan karakteristriknya lampu ini cocok digunakan untuk
penerangan jalan seperti jalan bebas hambatan, jalan utama, jalan menuju luar
kota, penerangan “highmast” untuk jalan besar atau persimpangan jalan
bertingkat, dll yang tidak menuntut colour rendering yang baik.
7. Lampu halogen
Termasuk kelompok lampu pijar karena prinsip kerja lampu halogen karena
pemijaran filamen
Jenis-jenis lampu halogen:
- Lampu halogen berujung ganda (Double Ended Halogen Lamp)
Lampu ini biasa dipakai untuk lampu sorot baik indoor maoupun outdoor.
Tersedia dengan daya 200 W sampai 3000 W. Lampu ini hanya untuk
pemasangan pada posisi hrizontal.
- Lampu halogen berujung tunggal (single ended halogen lamp)
Lampu ini digunakan untuk penerangan indoor. Dapat dipasang pada posisi
bebas.
Armatur untuk lampu halogen ini dapat digunakan untuk penerangan indoor dan
outdoor. Ukurannya tergantung daya yang dipasang didalamnya.
Penggunaannya.
Lampu halogen banyak digunakan di panggung ataupun studio untuk lampu
sorot. Lampu ini juga digunakan untuk penerangan yang memerlukan fisik
lampu kecil dengan fluk cahaya tinggi seperti pada landasan pacu pesawat
28
terbang. Lampu ini juga banyak digunakan sebagai lampu proyektor dalam
“overhead projector” lampu depan mobil.
29
Semakin tinggi nilai K maka semakin putih kebiru-biruan warna cahayanya.
Sebaliknya, semakin rendah nilai K maka semakin kemerah-merahan warna
cahaya lampunya.
Kegunaan :
Warm white : nuansa kuning nyaman digunakan untuk bersantai, beristirahat
atau sebgai pencahayaan umum. Lampu warm white biasanya digunakan di
ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga, lorong dan sebagainya.
Cool white : sinar cahaya lampu ini berwarna putih cerah sehingga membuat
ruangan menjadi cerah, jelas dan bersih. Lampu ini cocok digunakan untuk
ruangan yang membutuhkan tingkat ketelitian melihat tinggi seperti ruang kerja,
ruang belajar, dapur, kamar mandi dan lain sebagainya.
Daylight : lampu ini memiliki kontras warna yang sangat baik. Oleh karena itu
umumnya lampu ini digunakan pada ruang komersial, studio foto, studio seni
dan lain sebagainya.
4. Rederasi warna
Rederasi warna adalah efek suatu lampu kepada warna objek atau kemampuan
sumber cahaya dalam memberikan akurasi pemeringatan/perbedaan warna pada
benda yang dilihat oleh mata. Semakin tinggi rederasi warna semakin bagus
persepsi penglihatan terhadap warna benda. Lampu diklasifikasikan dalam kelompok
rederasi warna yang dinyatan dengan Ra indeks sebagai berikut
Tabel 3. Pengelompokan rederasi warna
Kelompok rederasi warna Ra Indeks
1 85-100
2 70-85
3 40-70
4 <40
5. Perlengkapan
30
Perlengkapan lampu sebaiknya dipilih yang umum dijual dipasaran. EXX (E27,
E26 or ES) adalah tipe perlengkapan yang banyak dijual dipasaran.
6. Pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi cahaya sesuai dengan
penggunaannya, mempunya efisiensi yang tinggi dan tidak mengakibatkan silau
atau refleksi yang mengganggu.
31
D. PEMILIHAN SAKLAR DAN KOTAK KONTAK
1. Saklar
Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standar PUIL
Saklar yang mengendalikan beban yang sama pada lebih dari satu lokasi tidak
boleh dihitung sebagai tambahan jumlah saklar pengendali
Semua sistem pencahayaan bangunan gedung harus dapat dikendalikan secara
manual atau otomatis, kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.
Setiap pemasangan partisi yang membentuk ruangan harus dilengkapi minimum
satu sakelar “ON/OFF” untuk setiap ruangan
Area dengan luas maksimum 30 m2 harus dilengkapi dengan satu sakelar, untuk
macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan
Pencahayaan luar bangunan dengan waktu operasi kurang dari 24 jam terus
menerus, harus dapat dikendalikan secara otomatis dengan pengatur waktu
(timer), photocell atau gabungan keduanya.
Area yang pencahayaan alaminya cukup, sebaiknya dilengkapi dengan sakelar
pengendali otomatis yang dapat mengatur penyalaan lampu sesuai dengan
tingkat pencahayaan yang dirancang
Setiap sakelar, maksimum melayani total beban daya seperti diajukan dalam
PUIL 2011
Pada kamar tamu hotel, sebaiknya lampu dapat dimatikan dan dihidupkan
dengan memasukkan kunci kamar pada kotak sakelar (keytag), kecuali untuk
keperluan khusus.
2. Kotak Kontak
Kotak Kontak yang digunakan harus sesuai dengan standar PUIL
Kotak kontak dibagi menjadi 2 yaitu kotak kontak biasa (KKB) dan kotak
kontak khusus (KKK) (PUIL 2011)
Kotak kontak biasa (KKB) yaitu kotak kontak yang dipasang untuk digunakan
sewaktu-waktu (tidak secara tetap) bagi peranti listrik jenis apa pun yang
memerlukannya, asalkan penggunaanya tidak melebihi batas kemampuannya.
32
Kotak kontak khusus (KKK) yaitu kotak kontak yang dipasang khusus untuk
digunakan secara tetap bagi suatu jenis peranti listrik yang diketahui daya
maupun tegangannya.
Kotak kontak yang digunakan harus sesuai dengan standar PUIL
Kotak kontak biasa kebutuhan maksimum 200 VA atau 200 VA per phasa untuk
stop kontak dengan kemampuan setinggi-tingginya 16 A atau 16 A per phasa
33
tinggi. Kelembaban mempengaruhi umur armatur atau perlengkapan instalasi
penerangan. Sedangkan debu mempengaruhi persentase kualitas arus cahaya yang
sampai pada permukaan bidang kerja.
Prosedur perhitungan kebutuhan titik lampu pada suatu ruang sebagai berikut:
1. Menganalisis gambar denah bangunan
Menganalisis gambar denah bangunan bertujuan untuk mengetahui spesifikasi
beban yang akan dilayani dari setiap ruangan dalam sebuah gedung. Pembuatan
tabel spesifikasi bangunan dapat membantu dalam proses perencanaan instalasi
listrik pada bangunan.
2. Menentukan kuat penerangan (lux)
Setiap ruangan memiliki kuat pencahayaan (lux) yang berbeda-beda tergantung
fungsi ruangan tersebut. Kuat penerangan/tingkat pencahayaan minimal yang
direkomendasikan tidak boleh kurang dari kuat penerangan/tingkat pencahayaan
pada tabel 5.
Tabel 5. Kuat Penerangan Indoor menurut SNI
Kuat
Kelompok
Fungsi Ruangan Penerangan Keterangan
Renderasi
(Lux)
Rumah Tinggal :
Teras 60 1 atau 2
Ruang Tamu 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang Makan 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang Kerja 120 ~ 250 1
Ruang Tidur 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang Mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
Perkantoran :
Ruang Direktur 350 1 atau 2
Ruang Kerja 350 1 atau 2
Ruang Komputer 350 1 atau 2 Gunakan armatur
berkisi untuk
mencegah silau akibat
pantulan layar monitor
Ruang Rapat 300 1 atau 2
Ruang Gambar 750 1 atau 2 Gunakan pencahayaan
setempat pada meja
gambar
Gudang Arsip 150 3 atau 4
Ruang Arsip Aktif 300 1 atau 2
Lembaga Pendidikan :
Ruang Kelas 250 1 atau 2
Perpustakaan 300 1 atau 2
Laboratorium 500 1
34
Ruang Gambar 750 1
Kantin 200 1
Hotel dan Restoran :
Lobby & Koridor 100 1 Pencahayaan pada
bidang vertikal sangat
penting untuk
menciptakan suasana/
kesan ruang yang baik
Ballroom/ Ruang 200 1 Sistem pencahayaan
Sidang harus dirancang untuk
menciptakan suasana
sistem pengendalian
“Switching” dan
“Dimming” dapat
digunakan untuk
memperoleh efek
pencahayaan.
Ruang Makan 250 1
Cafetaria 250 1
Kamar Tidur 150 1 atau 2 Diperlukan lampu
tambahan pada bagian
kepala tempat tidur dan
cermin
Dapur 300 1
Rumah sakit/ Balai pengobatan :
Ruang Rawat Inap 250 1 atau 2
Ruang Operasi, Ruang 300 1 Gunakan pencahayaan
Bersalin setempat pada tempat
yang diperlukan
Laboratorium
Ruang Rekreasi &
Rehabiitasi
Pertokoan atau ruang pamer :
Ruang Pamer Dengan 500 1 Tingkat pencahayaan
Obyek Ukuran Besar ini harus dipenuhi pada
1(Misalnya Mobil) lantai. Untuk beberapa
produk tingkat
pencahayaan pada
bidang vertikal juga
penting.
Toko Kue Dan 250 1
Makanan
Toko Buku Dan Alat 300 1
Tulis/ Gambar
Toko Perhiasan,Arloji 500 1
Barang Kulit Dan 500 1
Sepatu
Toko Pakaian 500 1
Pasar Swalayan 500 1 atau 2 Pencahayaan pada
bdang vertikal pada rak
barang
Toko Alat Listrik (TV, 250 1 atau 2
Radio, Cassette, Mesin
Cuci, Dll)
Industri umum :
Gudang 100 3
Pekerjaan Kasar 100 ~ 250 2 atau 3
35
Pekerjaan Sedang 100 ~ 500 1 atau 2
Pekerjaan Halus 100 ~ 1000 1
Pekerjaan Amat Halus 100 ~ 2000 1
Pemeriksaan Warna 750 1
Rumah Ibadah :
Masjid 200 1 atau 2 Untuk tempat-tempat
Gereja 200 1 atau 2 yang memutuhkan
tingkat pencahayaan
yang lebih tinggi dapat
digunakan
pencahayaan setempat.
𝑬𝒙𝒑𝒙𝒍
N=
𝑭 𝒙 𝑲𝒑 𝒙 𝑲𝒅 𝒙 𝒏
Dimana :
Nlampu = N x n
36
Banyaknya daya lampu terpasang pada ruangan dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Ptotal = Nlampu x P1
Dimana :
Ptotal = daya total yang dibutuhkan (Watt)
P1 = daya setiap lampu (Watt)
𝑷 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝐃𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐭𝐮𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐚𝐬 = (𝐖𝐚𝐭𝐭/𝐦𝟐)
𝑨
Dimana :
Ptotal = Daya total yang dibutuhkan (Watt)
A = Luas ruangan
Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya
maksimum yang direkomendasikan dalam usaha konservasi energi seperti pada
tabel 6. Daya persatuan luas (Watt/m2) tidak boleh melebihi nilai daya maksimum.
37
Daerah umum 20
Rumah sakit :
Ruang pasien 15
Gudang 5
Kafetaria 10
Garasi 2
Restoran 25
Lobby 10
Tangga 10
Ruang parkir 5
Ruang perkumpulan 20
Industri 20
38
- Ditempatkan di dekat ujung dinding, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terhalang karena penempatan properti rumah seperti lemari, sofa, rak dll.
- Pemasangan kotak kontak 1,2 m dari permukaan lantai (PUIL 2011)
- Pemasangan kotak kontak harus dipasang sedemikian rupa sehingga ketika
dihubungkan tidak mungkin terjadi sentuhan tak sengaja dengan bagian aktif.
- Pemasangan tata letak kotak kontak harus sesuai dengan gambar pada gambar
detail/ gambar layout.
- Kotak kontak yang dipasang kurang dari 1,2 m harus dilengkapi pelindung
tambahan.
1. Sebuah ruang rapat berukuran panjang 9 m, lebar 4 m dan tinggi 3,5 m. Untuk
penerangannya digunakan lampu philiph TLDRS16W-CO-25; tiap lampu
menghasilkan 1070 lumen. Koefisien penggunaan 65 % dengan faktor depresiasi
0,8. Tentukan jumlah titik penerangan!
Jawab :
Diketahui : p =9m
l =4m
T = 3,5 m
P = 16 W
F = 1070 lumen
E = 300 lux
Kp = 65 %
Fd / d = 0,8
Ditanya : N?
Jawab : 𝐸𝑥𝑝𝑥𝑙
N=
𝐹𝑥𝐾𝑝𝑥𝐾𝑑𝑥𝑛
300.9.4
=
1070𝑥65%𝑥0,8𝑥1
= 20 buah titik penerangan/ armatur
P total = Nl . P1
= 20 . 16
39
= 300 watt
Daya persatuan luas = 300 : 36
= 8,88 W/m2
2. Lobby sebuah hotel dengan luas 45 m2 akan dipasang lampu penerangan. Arsitek
menentukan jenis armatur menggunakan downlight dengan jumlah lampu
terpasang 8 buah. Tentukan lumen dan daya masing-masing lampu!
Jawab :
Berdasarkan tabel SNI, kuat penerangan Lobby sebesar 100 lux. Koefisien
penggunaan dan depresiasi sebesar 0,65 dan 0,8. Kebutuhan lumen sebagai
berikut:
𝐸𝑥𝑝𝑥𝑙
N=
𝐹𝑥𝐾𝑝𝑥𝐾𝑑𝑥𝑛
100 𝑥 45
8=
𝐹 𝑥65%𝑥0,8𝑥1
100 𝑥 45
F=
8 𝑥0,65𝑥0,8𝑥1
= 1081,7 lumen
Kebutuhan lumen tersebut dijadikan acuan sebagai pemilihan daya lampu. Fluks
cahaya sebesar 1081,7 lumen dapat menggunakan lampu philiph 10,5 W dengan
fluks cahaya 1055 lumen. Warna cahaya sebaiknya menggunakan warm white
dengan suhu 3000 K sehingga menimbulkan suasana santai dan lebih indah. Jenis
kap lampu harus disesuaikan dengan armatur, umumnya menggunakan kap E27
(lihat gambar 1).
40
Gambar 2. Denah rumah tipe E tesla paket 1 lantai 1 Gambar 3. Denah rumah tipe E tesla paket 1 lantai 2
41
Perhitungan jumlah lampu dan armatur pada sebuah ruangan dimaksudkan untuk
mendapatkan tingkat pencahayaan yang baik. Perhitungan jumlah titik penerangan,
penulis mengambil contoh pada kamar tidur utama yang berada di lantai 2, selebihnya
untuk ruangan-ruangan yang lain akan diuraikan di dalam tabel.
Untuk referensi penggunaan armatur downlight dan lampu penulis menggunakan
katalog produk philiph tipe jenis lampu essensial hemat energi dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Bentuk Tongkat
Tu/fitting E27
Daya 23 W
Voltase 220-240 volt
Efek cahaya/ finish Warm White
Output cahaya 1370 lumen
Suhu warna 2000 K
Indeks sesuaian warna (CRI) 80
42
Sedangkan daya per satuan luas yaitu 69 W : 16,5 m2 = 4,18 W/ m2 , maka berdasarkan
tabel, daya pes satuan luas dalam kategori standar karena belum melewat batas
maksimum.
Kotak kontak yang digunakan yaitu merk Panasonic WBC1111 16 A 250 V. Tabel
berikut menunjukkan spesifikasi beban tiap ruangan.
Tabel 8. Spesifikasi beban tiap ruangan
43
Berdasarkan perhitungan jumlah kebutuhan titik lampu dan kotak kontak, maka tata
letak komponen dapat dilihat pada gambar berikut.
44
Gambar 4. tata letak/layout penerangan lantai 1 Gambar 7. tata letak/layout KK lantai 2
45
Gambar 6. tata letak/layout KK lantai 1
SIMULASI STUDI KASUS
46
4. Ruang kerja menggunakan lampu essensial downlight 23 W, flux cahaya 1800
lumen dan suhu cahaya 4000 K. Luas ruangan tersebut 36 mm2. Didalam ruangan
terdapat lukisan yang diberi penerangan spotlight sebanyak 2 buah dengan daya
masing-masing 5 W 450 lumen. Menurut saudara apakah sistem pencahayaan
ruangan tersebut sudah baik dan sesuai standar SNI ?
5. Basement menggunakan armatur RM outbow. Bagaimana menurut saudara ?
47
LATIHAN
48
KEGIATAN
BELAJAR 3
TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
SISTEM
Setelah mempelajari modul ini peserta
DISTRIBUSI didik dapat :
Menjelaskan ruang lingkup sistem
LISTRIK distribusi listrik pada bangunan
gedung.
Menjelaskan panel distribusi pada
bangunan gedung.
Menjelaskan pemilihan komponen
panel distribusi sesuai standar PUIL.
49
PETA KONSEP
MVMDP/Kubikel
Transformator step
Ruang Lingkup Sistem down
Distribusi Listrik
Generator Set (Genset)
Sistem AMF/ATS
LVMDP
Sistem Distribusi Panel Distribusi
Listrik SDP
SSDP
Penghantar
Alat ukur
Lampu indikator
50
URAIAN MATERI
Ruang lingkup pekerjaan elektrikal dalam suatu gedung meliputi persediaan sarana
distribusi listrik dari saluran PLN tegangan menengah (20 KV) atau tegangan rendah
(220/380V) hingga ke SSDP (Sub-Sub Distribution Panel) beserta perlengkapannya.
Sehingga pekerjaan elektrikal dengan daya besar dimulai dari MVMDP (Medium
Voltage Main Distribution Panel)/kubikel, transformator step down, baru kemudian ke
LVMDP hingga SSDP seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Sedangkan untuk
gedung berdaya lebih kecil (tanpa trafo 20 KV) dimulai dari KWH meter hingga ke Sub
Distribuion Panel /Panel Hubung Bagi seperti yang ditunjukkan pada gambar 8.
51
52
Gambar 9. Wiring diagram bangunan gedung tegangan rendah
1. MEDIUM VOLTAGE MAIN DISTRIBUTION PANEL (MVMDP)/ KUBIKEL
20 KV
53
Tata letak MVMDP/ Kubikel
Kubikel diletakkan di atas manhole pelat baja pada gardu distribusi berupa
bangunan tembok atau beton. Gardu distribusi merupakan bangunann milik PLN atau
konsumen demi kepentingan konsumen. Apabila MVMDP/Kubikel dan trafo step down
adalah milik PLN, maka konsumen (pelanggan khusus) tetap harus menyediakan gardu
distribusi. Pada gardu distribusi atau sering disebut dengan ruang trafo/rumah trafo
umumnya terdiri dari MVMDP/ kubikel, trafo step down dan LVMDP, sehingga harus
diperhatikan faktor keamanan pada waktu petugas mengoperasikan gardu tersebut.
54
2. TRAFO STEP DOWN
Trafo step down adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dalam hal ini menurunkan tegangan menengah 20 KV menjadi tegangan
rendah 220/380V. Trafo step down mendapat input dari outgoing kubikel. Output trafo
dihubungkan dengan input LVMDP.
Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa merk trafo B&D, daya 630 kVA, tegangan
20 kV/400 V,tipe pendingin minyak, dan sambungan D/Y.
55
3. GENSET
4. Sistem AMF/ATS
ATS merupakan singkatan dari kata Automatic Transfer Switch, ATS berfungsi
untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik satu dengan sumber
tegangan listrik lainnya secara automatis. Sedangkan AMF adalah singkatan dari
Automatic Main Failure. Alat ini berfungsi sebagai pendeteksi apabila terjadi kesalahan
atau tangguan pada suplai utama.
56
Gambar 16. Diagram Satu Garis ATS/AMF
57
Gambar 18. Rumah Genset
B. PANEL DISTRIBUSI
Panel distribusi atau Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) merupakan istilah umum
yang mencakup gawai sakelar dan kombinasinya dengan perlengkapan kendali, ukur,
proteksi dan pengatur terkait, juga rakitas gawai dan perlengkapan tersebut dengan
interkoneksi, lengkapan, selungkup dan struktur penyangga terkait, yang dimaksudkan
secara prinsip untuk pengggunaan dalam pembangkitan, transmisi, distribusi dan
konversi energi listrik (switchgear IEV 441-11-02)
Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHBK) yaitu perlengkapan listrik yang
dimaksudkan untuk dihubungkan ke sirkit untuk keperluan melaksanakan satu fungsi
atau lebih berikut: proteksi, kendali, isolasi dan penyakelaran (switchgear and
controlgear IEV 826-16-03)
Panel utama tegangan rendah atau LVMDP berfungsi sebagai panel penerima daya
dari output trafo step down dan mendistribusikannya ke Sub Distribution Panel (SDP).
Panel LVMDP dirancang untuk menerima incoming 3 fasa dan mendistribusikan
berbagai kombinasi outgoing 3 fasa dan 1 fasa. Sederhananya, panel LVMDP adalah
panel distribusi induk tegangan rendah yang mengalirkan tegangan rendah
(220V/380V).
58
Hal perlu diperhitungkan dalam perencanaan LVMDP adalah faktor permintaan
atau demand factor (DF) dan keanekaragaman faktor atau diversity factor. Demand
Factor (DF) merupakan perbandingan permintaan maksimum sistem dengan beban
yang tersambung pada sistem, atau bagian dari pertimbangan sistem. Nilai demand
factor umumnya selalu dibawah 1. Sedangkan diversity factor adalah perbandingan
jumlah permintaan individual maksimum sub-bagian dari sistem, atau sebagian dari
siste, dengan permintaan maksimum keseluruhan sistem, atau sebagian dari sistem,
dengan pertmbangan. Nilai diversity factor biasanya lebih dari 1.
Sub Distribution Panel (SDP) adalah panel penerima daya dari LVMDP dan
mendistribusikannya ke SSDP (Sub Sub Distribution Panel). Pembagian panel dapat
dirancang per lantai atau per beberapa lantai tergantung kebutuhan beban. SDP ini
merupakan panel yang menjadi pusat sistem kelistrikan dari keseluruhan beban pada
lantai tersebut. Panel ini menjadi tempat untuk kegiatan perawatan gedung
(maintenance) dan sebagai pengisolasi jika ada permasalahan kelistrikan pada lantai
atau blok yang diproteksi.
Contoh SDP antara lain seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 yaitu SDP
Penerangan dan Tenaga (SDP PDT), SDP Pompa + Sumpit, SDP lift/eskalator, SDP
59
hidran, dll. SDP pada beban tertentu dapat lebih dari satu. Contohnya pada hotel beban
penerangan dan kotak kontak banyak, maka SDP PDT dapat direncanakan lebih dari
satu menjadi SDP PDT 1, SDP PDT 2 dan seterusnya.
Sub Sub Distribution Panel (SSDP) dapat dikatakan sebagai penel distribusi lantai
adalah panel yang menerima daya dari SDP dan mendistribusikannya ke beban listrik.
Pada gedung yang memiliki beban banyak, dari panel distribusi lantai dapat
dicabangkan lagi ke beberapa panel beban tiap ruangan. Sebaliknya pada gedung kecil
atau beban sedikit, sistem distribusi cukup sampai SDP.
Beberapa jenis panel distribusi lantai pada suatu gedung antara lain seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1 meliputi : Panel Penerangan Lantai 1 (PP LT1), Panel
Tenaga (PT LT1), Panel AC lantai 1 (PAC LT1), dan sebagainya. Pengaman yang
digunakan pada panel beban umumnya MCB. Kabel yang digunakan untuk instalasi
penerangan dan kotak kontak adalah jenis NYA, kabel power (pompa, lift dll) adalah
jenis NYY atau NYM, sedangkan kabel untuk electric pump pada pompa pemadam
kebakaran menggunakan kabel khusus, yaitu jenis kabel FRC (Fire Resistance Cable).
60
Semua konduktor yang digunakan harus dibuat dari bahan yaang memenuhi syarat
serta sesuai dengan dengan tujuan penggunanya, serta telah diperiksa dan diuji menurut
standar yang berlaku, dalam hal ini adalah LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan).
61
Konduktor netral diproteksi terhadap arus lebih menurut persyaratan 4312 bagian 4-43.
Ukuran konduktor netral sekurang-kurangnya sama dengan 16 mm2 tembaga atau 25
mm2.
b. Jenis kabel
Jenis kabel dibagi menjadi 3, yaitu kabel instalasi, kabel tanah dan kabel fleksibel
(PUIL 2011).
a. Kabel instalasi adalah kabel berisolasi yang biasa digunakan pada instalasi
penerangan. Pada instalasi penerangan rumah tinggal dengan pemasangan tetap
biasanya menggunakan kabel NYA dan NYM
b. Kabel tanah adalah kabel berisolasi yang pemasangannya ditanam di langsung
dalam tanah, atau terletak dalam talang, pipa atau palung kabel. Kabel tanah
yang umum digunakan yaitu NYY dan NYFGbY.
c. Kabel fleksibel adalah kabel yang dapat melentur pada waktu digunakan.
Kabel jenis ini biasanya digunakan pada panel –panel yang memerlukan
fleksibelitas tinggi, kabel fleksibel yang biasa digunakan adalah NYAF.
Penggunaan jenis kabel harus sesuai dengan tabel berikut (PUIL 2011:483)
(lampiran)
c. Konduktor disambung paralel
Jika konduktor disambung paralel, persyaratan berikut harus terpenuhi:
- Konduktor harus dari bahan yang sama dan luas penampang yang sama;
- Konduktor harus kira-kira sama panjangnya dan sedapat mungkin harus
mengikuti lintasan yang sama;
- Ujung-ujung konduktor harus disambung secara efektif oleh klem, solder atau
cara lain yang diizinkan
- KHA konduktor adalah jumlah dari KHA konduktor masing-masing dengan
memperhitungkan cara pemasangannya dan faktor pengurangan yang berlaku
62
Hantar Arus (KHA). KHA sirkit akhir yang menyuplai beban tunggal tidak boleh
mempunyai KHA kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh.
Arus nominal beban (In) yang melewati suatu penghantar dapat dihitung dengan
rumus berikut:
𝑷
Untuk arus searah DC 𝑰𝒏 = 𝑽
𝑷
Untuk arus bolak-balik 1 phase 𝑰𝒏 = 𝑽.𝑪𝒐𝒔 𝝋
𝑷
Untuk arus bolak-balik 3 phase 𝑰𝒏 = 𝑽.𝑪𝒐𝒔 𝝋.√𝟑
Dimana :
P = Daya nyata (W)
V = Tegangan (V)
Cos 𝜑= Faktor daya
KHA = 125 % x IN
Dimana :
KHA = Kapasitas Hantar Arus (A)
IN = Arus nominal beban (A)
Gawai proteksi arus lebih harus disediakan agar secara otomatis memisahkan
konduktor aktif dari sirkit dalam peristiwa: arus beban lebih, arus hubung pendek, atau
arus bocor ke bumi. Gawai proteksi harus dapat memutuskan sirkit sebelum suatu
kerusakan akibat arus lebih, arus hubung pendek maupun arus bocor ke bumi.
Pemilihan gawai proteksi harus memenuhi standar dan tidak dari jenis yang dapat
menutup kembali secara otomatis. Gawai proteksi dapat menggunakan MCB, MCCB
dan ACB.
63
a. MCB (Miniature Circuit Breaker)
MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis (mengamankan arus beban
lebih) dan secara elekromagnetis (mengamankan dari hubung singkat). MCB
merupakan pengaman rangkaian listrik yang paling umum digunakan. MCB umumnya
digunakan pada sirkit akhir instalasi yang memiliki arus relatif kecil seperti pengaman
pada instalasi penerangan, instalasi motor listrik di industri dan sebagainya.
Rating MCB tetap (tidak bisa diatur). Berdasarkan BS EN 60898, nilai rating MCB
adalah 0,5 – 125 A, sedangkan untuk hubung singkat maksimal 25 kA. MCB dibuat
hanya memiliki satu kutub untuk pengaman 1 fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa
biasanya memiliki 3 kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi
gangguan pada salah satu kutub maka kutup yang lain juga ikut terputus. Rating MCB
yang umumnya dijual dipasaran antara lain 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 35A,
50A, 63A, dll.
64
Pemilihan MCB :
Saat memilih MCB yang sangat diperhatikan adalah rating MCB, tripping curve
type dan breaking capacity. Selain itu juga penting memperhatikan jumlah pole,
tegangan kerja dan kelas energi.
65
C 16
Thermal trip 16 In (rating apabila arus yang melalui CB lebih
CB) besar dari 16 A (kurang dari 80-160 A)
maka CB akan trip pada waktu
tertentu/ time deley (waktu tunda
tergantung tripping curve type).
MCB
Magnetic trip C Tripping curve apabila arus yang melalui CB berkisar
type antara 3 – 10 x In (80 – 160 A) maka
CB akan trip seketika (<0,1 s).
Catatan :
Thermal trip Dimana CB akan trip berdasarkan prinsip thermal
yaitu memuainya logam karena panas. Ketika ada arus
> In, bimetal di dalam CB akan memuai/melengkung
sehingga pada waktu tertentu hubungan listrik di
dalam CB akan terputus (trip).
Magnetic trip Dimana CB akan trip berdasarkan prinsip
elektromagnetic yaitu menggunakan selenoid yang
gaya tariknya bertambah sesuai arus yang dialirinya.
Ketika mencapai batas arus tertentu, gaya tarik magnet
akan menarik switch sehingga aliran listrik terputus
(trip)
Tripping curve type Tripping curve type adalah kurva yang menunjukkan
seberapa cepat circuit breaker akan trip berdasarkan
arus yang dilaluinya.
Berdasarkan standar IEC 90898-1 terdapat 3 jenis tripping curve type yang dijelaskan
pada tabel berikut.
Tabel 10. Tripping curve type
Trip Type Range trip seketika (<0,1 s) Jenis Beban Contoh aplikasi
Heater, kompor listrik, kotak
B 3 – 5 x In Resistif
kontak
Motor, general lighting circuit
(rangkaian pencahayaan
C 3 – 10 x In Induktif
umum), power supplies (catu
daya)
Transformers, motors,
D 10 – 20 x In Induktif tinggi discharge lighting circuits,
computers.
Catatan: Tidak ada karakteristik Tipe A untuk menghindari kebingungan dengan singkatan A
untuk ampere.
66
Besar rating dapat dihitung dengan rumus berikut.
IRAT = 𝐈𝐧 𝐱 𝟏𝟏𝟓 %
Dimana :
IRAT = Nilai rating pengaman arus lebih instalasi (A)
Pfasa = Daya (watt)
VFN = Tegangan (V)
Breaking Capacity adalah kemampuan kerja atau daya tahan MCB, dinyatakan
dalam satuan kA. Breaking Capacity paling sedikit sama dengan arus hubung singkat
prospektif yang mungkin terjadi. Pada gambar terdapat tulisan “6000”yang
menunjukkan breaking capacity, berarti MCB masih baik hingga maksimal 6000 A dan
akan rusak jika arus yang mengalir lebih dari 6000 A (tidak dapat digunakan lagi) yang
biasanya terjadi karena hubung singkat.
3) Jumlah Pole
Pole adalah terminal/ jalur circuit yang bisa diproteksi oleh MCB. Penentuan
jumlah pole pada gawai proteksi tergantung dari sistem pembumiannya. Pole MCB
yaitu 1 pole (untuk rangkaian 1 fasa), 2 pole (untuk rangkaian 1 fasa + netral), 3 pole
(rangkaian 3 fasa), dan 4 pole (rangkaian 3 fasa+netral ikut di proteksi). Pada gambar,
jumlah pole dinyatakan dalam simbol berikut.
Simbol ini menunjukkan jumlah pole MCB ini adalah 3 pole karena terdapat 3
simbol berdampingan. Apabila ada 2 simbol berdampingan, maka MCB tersebut 1 pole,
bila hanya 1 simbol maka MCB tersebut 1 pole.
67
4) Tegangan kerja dan frekuensi
Tegangan kerja pada gawai proteksi harus lebih besar atau sama dengan sistem
tegangan. Sedangkan frekuensi gawai proteksi harus sesuai dengan sistem frekuensi.
Pada gambar terdapat tulisan “230/400 V” yang artinya tegangan yang dapat digunakan
untuk listrik 1 fasa sebesar 230 V sedangkan untuk listrik 3 fasa 400 V. Sedangkan 50
Hz menunjukkan frekuansi listrik sebesar 50 Hz. Hal ini sesuai dengan siste tegangan
dan sistem frekuensi yang berlaku di Indonesia.
5) Jenis otomat
Jenis otomat dapat menentukan Breaking Capacity yang akan digunakan.
Otomat-G : digunakan untuk pengaman motor
Otomat L : digunakan untuk pengaman motor atau jaringan
Otomat H : digunakan untuk pengaman instalasi penerangan bangunan
b. MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
Memiliki fungsi yang sama dengan MCB. Yang membedakan yaitu MCCB
memiliki kemampuan pemutusan arus yang dapat diatur sesuai batasan yang diinginkan,
tidak tetap seperti MCB. Contoh MCCB dengan rating In = 100 A, ingin disetting
rating nya menjadi 0,8 kali In, maka ratingnya menjadi 0,8 x 100A = 80 A.
Berdasarkan BS EN 60898, nilai rating MCCB mulai dari 16 A hingga 1600 A.
Sedangkan rating untuk hubung singkat hingga 100 kA.
68
Perbedaan lain yaitu pada MCB 3 fasa memiliki casing dari 3 buah MCB 1 fasa
yang dikopel secara mekanis, sedangkan pada MCCB memiliki 3 buah termina fasa
dalam satu casing yang sama. Jumlah pole MCCB yaitu 3 dan 4 pole. MCCB digunakan
untuk mengamankan rangkaian yang memiliki arus cukup tinggi seperti incoming panel.
Pemilihan MCCB hampir sama dengan pemilihan MCB yaitu memperhatikan rating
MCCB/Ampere Trip (AT) , Breaking Capacity (dinyatakan dalam satuan kA), tripping
curve type, jumlah pole dan lainnya.
Contoh spesifikasi :
ACB merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara.
ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada
tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan. Umumnya dipasang pada incoming Low Voltage Main
Distribution Panel (LVMDP) dan pada ACB dilengkapi proteksi arus lebih dan arus
bocor. Arus diatas 1600 A biasanya menggunakan ACB. Berdasarkan BS EN 60898,
69
nilai rating ACB mulai dari 630 hingga 6300 A dengan rating hubung singkat hingga
150 kA.
3. Alat Kendali
Salah satu alat kendali yang biasa digunakan adalah Magnetic Contactor (MC).
Kontaktor magnet atau saklar magnet merupakan saklar yang bekerja berdasarkan
prinsip kemagnetan. Artinya sakelar ini bekerja jika ada gaya kemagnetan pada penarik
kontaknya. Magnet berfungsi sebagai penarik dan dan sebagai pelepas kontak-
kontaknya dengan bantuan pegas pendorong. Kontaktor magnet yaitu suatu alat
penghubung listrik yang bekerja atas dasar magnet yang dapat menghubungkan antara
sumber arus dengan muatan. Bila inti koil pada kontaktor diberikan arus, maka koil
akan menjadi magnet dan menarik kontak sehingga kontaknya menjadi terhubung dan
dapat mengalirkan arus listrik.
Sebuah kontaktor terdiri dari koil, beberapa kontak Normally Open ( NO ) dan
beberapa Normally Close ( NC ). Pada saat satu kontaktor normal, NO akan membuka
dan pada saat kontaktor bekerja, NO akan menutup. Sedangkan kontak NC sebaliknya
yaitu ketika dalam keadaan normal kontak NC akan menutup dan dalam keadaan
bekerja kontak NC akan membuka. Koil adalah lilitan yang apabila diberi tegangan
akan terjadi magnetisasi dan menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan atau
bekerja.
70
Tabel 12. Penandaan nomor kontak MC
13 & 14
23 & 24
33 & 34 Hubungan untuk kontak –
63 & 64 kontak Bantu pada kondisi
73 & 74 NORMALLY OPEN ( NO )
83 & 84
93 & 94
11 & 12
21 & 22
31 & 32 Hubungan untuk kontak – kontak Bantu
61 & 62 pada kondisi NORMALLY CLOSE (
71 & 72 NC )
81 & 82
91 & 92
Dewasa ini kontaktor magnet lebih banyak digunakan di bidang industri dan
laboratorium. Hal ini karena kontaktor mudah dikendalikan dari jarak jauh. Selain itu,
dengan perlengkapan elektronik dapat mengamankan rangkaian listrik.
Keuntungan menggunakan kontaktor yaitu pelayanannya mudah dan momen kontak
cepat. Sedangkan kerugiannya jika saklar putus sedangkan kontaktor dalam keadaan
bekerja, maka kontaktor akan lepas dengan sendirinya. Kontaktor tidak akan bekerja
lagi walaupun sakelar induk telah disambung kembali sebelum tombol start ditekan lagi.
4. Alat Ukur
Lampu Indikator
Amperemeter
Voltmeter
Selector Switch
71
Alat ukur yang dipasang pada panel harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk
tentang besaran yang diukur dan gejala apa yang ditunjukkan. Jenis alat ukur yang
umum dipasang pada panel yaitu:
a. Amperemeter
Sumber : www.my.ecplaza.net/cansen/1.jpg
Gambar 28. Voltmeter
72
Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan pada rangkaian.
Tujuan pemasangan voltmeter untuk mengetahui besaran tegangan yang mengalir
apakah mengalami drop voltage atau over voltage. Pemasangan alat ukur ini dengan
cara di paralel. Besaran yang diukur adalah tegangan phase to phase dan phase to
netral. Karena pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali maka dipelukan saklar
selectro switch.
5. Lampu Indikator
Sumber: www.secs7.tokopedia.net
Gambar 29. Lampu indikator
Lampu indikator merupakan sebuah tanda yang menunjukkan adanya aliran pada
panel. Biasnaya terdiri dari 3 warna lampu yaitu merah (phase R), kuning (phase S), dan
hijau (phase T).
RANGKUMAN
73
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan MVMDP, LVMDP, SDP dan SSDP!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
2. Jelaskan fungsi AMF dan ATS!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
3. Jelaskan cara pemilihan penghantar !
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
4. Jelaskan cara pemilihan gawai proteksi arus lebih!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
5. Jelaskan komponen panel distiribusi!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
74
KEGIATAN
BELAJAR 4
PERENCANAAN SISTEM TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini peserta
DISTRIBUSI LISTRIK didik dapat :
Menghitung kebutuhan daya beban
BANGUNAN GEDUNG Menentukan luas penampang kabel
Menentukan kapasitas proteksi arus
lebih
Menentukan luas penampang
penghantar grounding
Merencanakan kapasitas trafo step
down
Membuat wiring diagram sistem
distribusi
Membuat single line diagram sistem
distribusi
75
PETA KONSEP
76
URAIAN MATERI
Daya listrik dibagi menjadi tiga, yaitu, daya semu (S), daya reaktif (Q), dan
daya aktif/nyata (P). Daya semu (S) adalah daya yang dikeluarkan oleh PLN atau
pembangkit listrik, daya reaktif (Q) merupakan daya yang hilang atau terbuang.
Daya aktif (P) atau daya nyata merupakan daya terpakai atau daya yang digunakan
oleh peralatan listrik. Persamaan masing-masing daya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 13. Rumus daya
Daya Simbol Satuan Rumus Ket
S=VxI 1 phase
S = V x I x √3 3 phase
Semu S VA
𝑃
𝑆=
𝐶𝑜𝑠 𝜑
P = V x I x cos 𝜑 1 phase
Aktif P Watt
P = V x I x cos 𝜑 x √3 3 phase
Q = V x I x sin 𝜑 1 phase
Reaktif Q VAR
Q = V x I x sin 𝜑 x √3 3 phase
Salah satu data yang dibutuhkan dalam perhitungan perencanaan adalah daya nyata
(watt) beban listrik. Daya nyata (watt) beban didapat dari hasil analisis beban yang telah
dilakukan sebelumnya.
Contoh :
1. Grup 1 sebuah rumah yang disuplai listrik 1 phasa terdiri dari 5 buah lampu
downlight @18 W, 3 buah lampu spotlight @15 W, dan 2 buah KK @300 W. Maka
perhitungan daya grup 1 tersebut sebagai berikut.
P grup 1 = (5x18)+(3x15)+(2x300)
= 735 W
77
2. Sebuah SSDP bangunan gedung disuplai listrik 3 phasa dengan beban sebagai
berikut.
Grup Daya (W)
1 355
2 853
3 286
4 1097
5 225
6 1025
𝑃 3777
S = cos 𝜑 = = 4721,25 𝑉𝐴
0,8
78
B. MENENTUKAN ARUS NOMINAL BEBAN (IN)
𝑃
Arus searah DC 𝐼𝑛 = 𝑉
𝑃
Arus bolak-balik 1 phase 𝐼𝑛 = 𝑉.𝐶𝑜𝑠 𝜑
𝑃
Arus bolak-balik 3 phase 𝐼𝑛 = 𝑉.𝐶𝑜𝑠 𝜑.√3
𝑷
𝑲𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒕𝒓𝒂𝒏𝒔𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒐𝒓 =
𝑪𝒐𝒔 𝛗
Dimana:
Kapasitor transformator = Total kapasitas transformator (W)
Cos 𝜑 = Faktor daya yang diperkirakan
P = Tatal daya beban terpasang (W)
2. Menentukan jenis pendingin trafo
Terdapat 2 jenis pendingin trafo yaitu:
Cair (liquid)
Jenis pendingin cair antara lain askarel, sinthetic nonflammable liquid dan oli
mineral. Jenis pendingin ini yang paling umum digunakan terutama unutk trafo
dengan kapasitas lebih dari 500 kVA. Harga relatif lebih mahal.
Udara
Disebut juga dengan trafo kering. Lebih murah.
79
3. Menentukan tipe belitan trafo
Golongan belitan yang biasa digunakan dan dianjurkan adalah Yy0, Yd5, Dy5 dan
Yz5.
CONTOH PERENCANAAN
80
Gambar 30 . Sistem distribusi bangunan gedung perpustakaan
81
Tabel 15. Kebutuhan beban SSDP Penerangan dan Tenaga (SSDP PDT – B)
Perlengkapan Daya (W)
AC Cassette Outdoor
Grup Fungsi
30.700 BUTH 251.000 BTU/H R S T
(93 W) (19900 W)
1 Indoor AC 1 93
2 Indoor AC 1 93
3 Indoor AC 1 93
4 Indoor AC 1 93
5 Indoor AC 1 93
6 Indoor AC 1 93
7 Indoor AC 1 93
8 Indoor AC 1 93
9 Outdoor AC 1 6633,3 6633,3 6633,3
Total 8 1 6912,3 6912,3 6819,3
20644,0
In = 2,5 A
82
Grup 1 In = 2,5 A KHA = 125 % x
In
KHA = 125 % x NYM 2 X 1,5 mm2
2,5
KHA = 3,125
Jenis kabel yang direkomendasikan NYM. Penerangan hanya membutuhkan
phase dan netral maka menggunakan 2 inti , sedangkan KK membutuhkan phase,
netral dan ground maka menggunakan 3 inti. Luas penampang penerangan 1,5 mm2
sedangkan KK 2,5 mm2
83
26 10 KK 1200 6,42 6,42 8,02 Sda 7,38
27 10 KK 1200 6,42 6,42 8,02 Sda 7,38
28 10 KK 600 3,21 3,21 4,01 Sda 3,69
29 10 KK 600 3,21 3,21 4,01 Sda 3,69
Total 10068 10496 10500 53,84 56,13 56,15
31064
38830 VA
= 59 A
KHA sirkit cabang = In total x 125%
= 59 x 125%
= 73,75 NYY 4 x 16 mm2
e. Menghitung rating proteksi arus lebih utama panel sirkit akhir
IRAT utama = In total x 125%
= 59 x 115%
= 67,85 MCCB 75 A 3P
Rekapitulasi daya SSDP PDT lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 3 dan lantai 4
sebagai berikut:
Tabel 18 .Rekapitulasi daya SSDP PDT
Beban (W)
SSDP MCCB Total W Total VA In KHA Kabel IRAT
R S T
SSDP-PDT-B 75 10068 10496 10500 31064 38830 59 73,75 NYY 4 x 16 mm2 67,85
SSDP-PDT-LT 1 25 3275 2922 3068 9265 11581,25 17,60 22,00 NYY 4 x 4 mm2 20,24
SSDP-PDT-LT 2 75 9250 10124 9850 29224 36530 55,50 69,38 NYY 4 x 16 mm2 63,83
SSDP-PDT-LT 3 40 5993 6000 6064 18057 22571,25 34,29 42,87 NYY 4 x 6 mm2 39,44
SSDP-PDT-LT 4 25 3192 3203 2790 9185 11481,3 17,44 21,81 NYY 4 x 4 mm2 20,06
84
In = 0,53 A
Grup 9 𝑃
In =
𝑉 𝑥 cos 𝜑
(AC outdoor 3ph)
19900
In =
380𝑥0,8𝑥 √3
In = 37,8 A
b. Menghitung nilai KHA sirkit akhir
Sebagai contoh perhitungan arus nominal beban (In) diambil contoh SSDP-PDT-B grup 1.
Grup 1 In = 0,53 A KHA = 125 % x In
KHA = 125 % x 0,53
KHA = 0,66 NYM 3 X 2,5 mm2
Grup 9 In = 37,8 A KHA = 125 % x In
KHA = 125 % x 37,8
KHA = 47,25 NYM 4 X 10 mm2
Jenis kabel yang direkomendasikan NYM dan untuk outdoor dapat juga menggunakan
NYY. Instalasi AC indoor membutuhkan phase, netral dan groun maka menggunakan 3 inti
, sedangkan instalasi AC outdoor membutuhkan phase RST dan netral maka menggunakan
4 inti. Luas penampang AC indoor 2,5 mm2 sedangkan AC outdoor 10 mm2
85
d. Menghitung nilai KHA sirkit cabang
Perhitungan nilai KHA sirkit cabang ditentukan berdasarkan nilai In yang dihitung
dari total.
𝑃
In total =
𝑉 𝑥 cos 𝜑 𝑥 √3
20644
=
380 𝑥 0,8 𝑥 √3
= 39,21 A
KHA sirkit cabang = In total x 125%
= 39,21 x 125%
= 49,01 NYY 4 x 10 mm2
e. Menghitung rating proteksi arus lebih utama panel sirkit akhir
IRAT utama = In total x 125%
= 49,01 x 115%
= 45,09 MCCB 60 A 3P
Rekapitulasi daya SSDP AC basement, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 3 dan
lantai 4 sebagai berikut:
Beban (W)
SSDP MCCB W VA In KHA Kabel IRAT
R S T
SSDP-AC-B 60 6912,3 6912,3 6819,3 20644 25805 39,21 49,01 NYY 4 x 10 mm2 45,09
SSDP-AC-LT 1 60 7051,3 7051,3 6842,3 20945 26181,25 39,78 49,72 NYY 4 x 10 mm2 45,75
SSDP-AC-LT 2 75 10589,0 10589,0 10380,0 31558 39447,5 59,94 74,92 NYY 4 x 16 mm2 68,93
SSDP-AC-LT 3 75 8320,7 8293,7 8384,7 24999 31248,75 47,48 59,35 NYY 4 x 16 mm2 54,60
SSDP-AC-LT 4 40 4617,3 4617,3 4617,3 13852 17315 26,30 32,89 NYY 4 x 10 mm2 30,25
86
In = 10,44 A
87
IRAT = In total tertinggi phasa x 125%
= 20,89 x 115%
= 24,02 MCCB 30 A 3P
Rekapitulasi daya SSDP lift sebagai berikut:
Beban (W)
SSDP MCCB W VA In KHA Kabel I rat
R S T
SSDP-Lift 30 3666,7 3666,7 3666,7 11000 13750 20,89 26,11 NYY 4 x 6 mm2 24,03
= 417,43 A
b. Menghitung nilai KHA sirkit utama
KHA sirkit utama = In utama x 125%
= 417,43 x 125%
= 521,78 NYY 4 x 300 mm2
c. Menghitung rating proteksi arus lebih sirkit utama
88
IRAT = In utama x 125%
= 417,43 x 115%
= 480,04 MCCB 500 A 3P
In = 8,36 A
89
4 125(MCCB) Electrik pump 55000 104,46 130,57 NYY 4 x 35 mm2 120,13
Total 62350
77937 VA
= 118,42 A
KHA sirkit utama = In utama x 125%
= 118,42 x 125%
= 148,02 NYY 4 x 50 mm2
e. Menghitung rating proteksi arus lebih utama
IRAT = In utama x 115%
= 118,42 x 115%
= 136,18 MCCB 140 A 3P
6. Perencanaan LVMDP
Setelah dilakukan perhitungan teknis yang meliputi perhitungan KHA dan rating
pengaman pada SDP gedung dan SDP hidran maka didapat rekapitulasi beban
LVMDP sebagai berikut:
Tabel 25. Rekapitulasi beban LVMDP
= 535,84 A
KHA sirkit utama = In utama x 125%
= 535,84 x 125%
= 669,8 NYY 4 x 400 mm2
b. Menghitung rating proteksi arus lebih utama
90
IRAT = In utama x 115%
= 535,84 x 115%
= 770,30 MCCB 800 A 3P
7. Perencanaan Trafo
Berdasarkan hasil perhitungan beban yang telah dilakukan, diketahui total
kebutuhan daya semu sebesar 352678,75 VA atau 352,67875 kVA. Maka kapasitas
trafo step down menggunakan kapasitas 400 kVA. Sambungan trafo (vector grup)
menggunakan Dyn5 .
D. MEMBUAT GAMBAR TEKNIK
1. Wiring diagram SSDP Penerangan dan Tenaga
91
Gambar 31. Wiring diagram SSDP-PDT-B
92
Gambar 32. Wiring diagram SSDP-PDT-1
93
Gambar 33. Wiring diagram SSDP-PDT-2
94
Gambar 34. Wiring diagram SSDP-PDT-3
95
Gambar 35. Wiring diagram SSDP-PDT-4
96
2. Wiring diagram SDP Gedung
97
3. Wiring diagram LVMDP
98
SIMULASI STUDI KASUS
1. Panel SSDP penerangan dengan arus 15 A menggunakan jenis kabel utama NYY.
Bagaimana menurut saudara?
2. Sebuah panel mensuplai lampu penerangan sebanyak 50 lampu dengan daya
@40W, 3 buah AC 1,5 PK dan 5 KK @300 W. Suplai listrik AC 3 phasa.
Pengaman arus lebih utama yang digunakan adalah MCB 40A/3P/4,5kA. Menurut
saudara apakah penggunaan pengaman arus lebih utama sudah sesuai
benar?jelaskan!
3. Jockey pump pada pengaman kebakaran memiliki spesifikasi sebagai berikut:
kapasitas 56 L/men, head pompa 85 m, putaran pompa 2900 rpm, daya pompa 3
kW denan karakteristrik listrik 380 V, 3 phase 50 Hz. Luas penampang kabel yang
digunakan yaitu NYM 4 X 1,5 mm2. Pengaman yang digunakan yaitu MCB 6 A.
Apakah penggunaan penghantar dan pengaman sudah sesuai dengan standar?
4. Peggunaan warna kabel pada panel sebagai berikut: phase R : Merah , phase S :
hitam, phase T: kuning, netral : biru, grounding : loreng kuning-hijau. Menurut
saudara apakah penggunaan warna kabel pada panel tersebut diperbolehkan? Jika
saudara sebagai pengawas dalam suatu proyek apa yang akan saudara lakukan jika
penghantar tersebut sudah terpasang?
5. pembagian daya tiap fase pada suatu panel sebagai beikut: phase R : 1123 W, phase
S : 3567 W dan phase T: 8935. Menurut saudara bolehkah pembagian beban seperti
itu ? jelaskan!
99
KEGIATAN
BELAJAR 5
SISTEM TATA UDARA TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini peserta
didik dapat merencanakan sistem tata
udara meliputi memahami persyaratan
umum perencanaan tata udara,
memahami tahapan perencanaan tata
udara, menghitung kebutuhan AC pada
suatu ruangan, merencanakan tata letak
AC baik indoor maupun outdoor serta
merencanakan panel beserta
kelengkapannya sesuai dengan standar.
100
PETA KONSEP
Persyaratan umum
Jenis-jenis AC di pasaran
Sistem Tata Udara
Standar perhitunga teknik
Perhitungan BTUH/h
Pemilihan AC
101
URAIAN MATERI
Menurut SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan
gedung, sistem tata udara merupakan keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di
dalam gedung dengan mengetur besaran termal seperti temperatur dan kelembaban
relatif, serta kesegaran dan kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh ruangan
yang nyaman.
102
B. PERSYARATAN UMUM
1. Kondisi udara di dalam ruangan dipilih sesuai dengan fungsi dan persyaratan
penggunaan ruangan yang dimuuat dalam standar.
2. Apabila tidak ditentukan dalam standar, secara umum harus digunakan kondisi
perencanaan dengan temperatur bola kering 250 C ±10 C dan kelembaban relatif 600
C ±100 C untuk kenyamanan penghuni.
3. Kondisi udara di luar untuk perencanaan harus sesuai standar yang berlaku, atau
digunakan kondisi udara luar dalam standar lain yang disepakati oleh masyarakat
profesi tata udara dan refrigerasi.
4. Komponen bangunan gedung yang mempengaruhi beban pendinginan antar lain
bahan bangunan, beban listrik, beban penghuni, beban udara luar sebagai ventilasi
dan infiltrasi, beban selubung bangunan, dan beban lain-lain dan beban sistem.
103
pengaman tergantung arus yang telah dihitung sebelumnya. Untuk pengaman arus
lebih utama panel umumnya menggunakan MCCB.
5. Menentukan rating busbar
Setelah itu perencana menentukan rating busbar yang digunakan pada panel AC
tersebut.
6. Membuat diagram satu garis panel AC
7. Menentukan tata letak AC baik indoor maupun outdoor
D. JENIS-JENIS AC DI PASARAN
1. AC Split
Kelebihan AC jenis ini dikarenakan kondensor berada di luar ruangan maka tidak
menimbulkan kebisingan di dalam ruangan. Sedangkan kekurangannya suhu udara di
sekitar kondensor lebih tiggi dari pada suhu lingkungan dan bising. Oleh karena itu
penempatan kondensor pada pada gedung perkantorang atau supermarket biiasanya di
letakkan di atap gedung sehingga tidak menggganggu sekitar. Selain itu jarak antara
AHU yang berada di dalam ruangan dengan kondensor yang berada diluar ruangan tidak
boleh terlampau jauh, hal ini dikarenakan pipa saluran udara dingin yang
menghubungkan antara AHU dan kondensor memiliki batasan maksimum
(permasalahan lubrikasi kompresor) atau permasalahan pada ductingnya (kapasitas dan
panjang).
104
Wall Mounted
105
2. AC Centrall/chiller
AC jenis ini merupakan dasar dari kebanyakan AC, dimana motor listrik, kipas
udara, koil udara, pelembab udara dan penyaring udara semuanya terletak dalam satu
kotak dan dikendalikan dari satu tempat. Pada sistem AC Central semua bagian dari
pengkondisi udara terletak di atas atap atau belakang bangunan. AC ini dapat
0
mendinginkan air pada suhu antara 4-7 C. Air yang telah didinginkan kemudian
dialirkan kebagian-bagian bangunan yang membutuhkan pendinginan melalui AHU.
Tidak ada batasan terhadap panjang pipa air dingin bila dapat diisolasikan dengan baik.
Pengkondisian udara pada AC ini sama seperti unit biasa. Pemindahan kalor
memungkinkan freon yang ingin memindaahkan air yang dipompakan ke seluruh
bangunan yang memerlukan pendinginan.
3. AC Floor standing
AC floor standing adalah jenis AC yang memeiliki unit indoor berdiri/duduk dan
bisa dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan. Jenis AC ini memiliki daya 3 pk-5 PK. Jenis
AC ini bisa dibawa kemana-mana dan biasa disewakan.
Kondisi udara ruang yang direncanakan harus sesuai dengan fungsi dan persyaratan
penggunaan ruangan yang dimuat dalam standar. Adapun beberapa standar berdasarkan
SNI Konservasi energi sistem tata udara sebagai berikut:
106
maksimum rata-rata sekitar 340 C DB dan 280C WB (atau suhu rata-rata bulanan
sekitar 280C ) ditetapkan bahwa :
a) Ruang Kerja : temperatur bola kering berkisar antara 240C hingga 270C atau
25,50C ±1,50C, dengan kelembaban relatif 60% ± 5 %.
b) Ruang transit (lobi, koridor): temperatur bola kering berkisar antara 270C
hingga 300C atau 28,50C ±1,50C, dengan kelembaban relatif 60% ± 10 %.
2. Untuk wilayah dataran tinggi atau pegununga, dengan suhu udara maksimum rata-
rata sekitar 280 C DB dan 240C WB (atau suhu rata-rata bulanan sekitar 230C ),
pada umumnya tida diperlukan pengkondisian udara buatan. Pencapaian
kenyamanan thermal dan ketersediaan udara bersih seluruhnya dibebanan kepada
optimasi rancangan arsitektur secara pasif.
3. Apabila tidak ditentukan lain kondisi udara luar perencanaan ditetapkan 330 C DB
dan 270C WB, sesuai angka rata-rata temperatur maksimum tertinggi kota di
Indonesia dengan tingkat kebolehjadian terbesar. kondisi udara luar ini ditetapkan
demi keseragaman perhitungan beban pendingin; perencanaan yang lebih teliti
harus menentukan kondisi udara luar setempat dengan metode yang sudah baku.
F. PERHITUNGAN BTU/H
107
(𝐋 𝐱 𝐖 𝐱 𝐇 𝐱 𝐈 𝐱 𝐄)
𝐊𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐁𝐓𝐔/𝐇 = 𝟔𝟎
Dimana :
KAPASITAS AC
Berikut ini adalah beberapa kapasitas AC dalam satuan PK di pasaran :
AC ½ PK = ± 5.000 BTU/h
AC ¾ PK = ± 7.000 BTU/h
AC 1 PK = ± 9.000 BTU/h
AC 1½ PK = ± 12.000 BTU/h
AC 2 PK = ± 18.000 BTU/h
108
Tabel 26. Effisiensi minimum dari peralatan tata udara unitari atau unit paket yang
dioperasikan dengan listrik
Catatan :
1 Btu/jam = 0,2931 W = 0,252 kKal/jam
1 TR = 12.000 Btu/jam = 3517,2 W
COP = Coefficient of Performance
EER = Energy Efficiency Ratio
ARI = Air Conditioning and Refrigeration Institut
Daya listrik adalah daya listrik kompresor dan fan untuk pendingin udara.
109
- Peralatan tata udara chiller ini harus memenuhi persyaratan dengan effisiensi
minimum seperti tabel 27.
Tabel 27. Effisiensi minimum dari chiller paket yang dioperasikan dengan listrik
Catatan :
1 Btu/jam = 0,2931 W = 0,252 kKal/jam
1 TR = 12.000 Btu/jam = 3517,2 W
COP = Coefficient of Performance
EER = Energy Efficiency Ratio
ARI = Air Conditioning and Refrigeration Institut
Daya listrik adalah daya listrik kompresor dan fan untuk pendingin udara
H. PEMILIHAN JENIS AC
Pemilihan jenis sistem tata udara (AC) hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
ruangan dan bangunan tersebut. Selain itu juga perlu mempertimbangkan beberapa
faktor pemilihan AC yang telah dibahas sebelumnya. Berikut akan dibahas beberapa
aplikasi penggunaan AC pada beberapa jenis bangunan dan kegunaan ruangan .
1. Tempat tinggal
Jenis tempat tinggal beraneka macam-macam, mulai dari rumah tinggal biasa, flat,
dan apartemen. Pemilihan AC di sesuaikan dengan tingkat kegiatan keluarga, pekerjaan,
pendapatan dan kebutuhan penghuni tempat tinggal tersebut. Fungsi penggunaan AC di
rumah tinggal adalah untuk memberika kenyamanan bagi penghuni rumah.
Pada umumnya untuk rumah tinggal biasa, AC dipasang di satu atau dua ruangan,
biasanya di kamar tidur. Umumnya AC yang dipakai jenis AC Split dengan pemasangan
110
di dinding. Untuk kapasitas AC tergantung dengan ukuran ruangan dan faktor lainnya,
cara perhitungan paling sederhana dengan menghitung kebutuhan BTU.
Sedangkan untuk rumah besar dan mewah yang memiliki ukuran ruangan yang luas
dengan sedikit sekat antar ruangan biasanya menggunakan jenis AC central untuk
melayani seluruh kebutuhan rumah (selain kamar tidur). Dalam hal tersebut dapat juga
dipergunakan sistem air penuh dengan unit koil-kipas udara atau sistem unit paket. Oleh
karena itu pada rumah besar dan mewah juga dilengkapi dengan ruang mesin.Untuk
kamar tidur sendiri tetap menggunakan jenis AC split dengan jenis pemasangan di
dinding.
Penyegaran udara pada apartemen dapat menggunakan AC seperti rumah biasa.
Kamar tidur menggunakan AC split, sedangkan untuk ruang selain kamar tidur seperti
ruang tamu, ruang keluarga, dapur dll dapa menggunakan jenis AC centarl, namun jika
ruangan tidak terlalu luas dapat menggunakan AC split saja.
Ada pun beberapa hal yang harus diperhatikan ketika merencanakan AC dirumah
tinggal antara lain:
Pemasangan AC di tempat tidur jangan mengarah langsung ke penghuni kamar
seperti tempat tidur karena tidak baik untuk kesehatan penghuni kamar. Biasanya
AHU AC dipasang di atas pintu kamar dengan kondensor di letakkan di luar kamar
(luar rumah).
Merek AC yang digunakan sebaiknya yang umum dan telah banyak digunakan agar
memudahkan dalam perawatan dan perbaikan.
Usahakan agar kebisingan instalasi tidak merambat kedalam ruangan
Usahakan agar pembicaraan di satu kamar tidak terdengar oleh penghuni kamar lain
melalui saluran AC.
Untuk menekan biaya awal dan operasinya, maka pemilihan mesin sebaiknya
diperhitungkan faktor penggunaannya.
2. Gedung kantor
Fungsi pemasangan AC di gedung kantor adalah untuk memberikan kenyaman bagi
karyawan dan melindungi peralatan kantor. Gedung kantor terdiri dari berbagai macam
jenis ruangan seperti ruang karyawan, ruang pribadi untuk atasan, ruang pertemuan, lobi
111
dan lain sebagainya. Sebaiknya terdapat pengaturan temperatur dan kelembaban AC
untuk setiap kelompok ruangan yang sama.
Ruang karyawan biasanya berurkuran luas dan digunakan per divisi yang terdiri
dari beberapa karyawan. Faktor jumlah penghuni juga mempengaruhi kapasitas AC
yang digunakan. Untuk ruang karyawan, ruang pribadi atasan, serta jenis ruangan
dengan luas yang tidak terlalu luas biasanya menggunakan jenis AC split wall. Untuk
lobby dan raung tamu dengan ukuran luas biasanya menggunakan jenis AC Central.
Sedangkan ruang server ruang monitoring CCTV maupun jenis ruangan lainnya yang
banyak terdapat peralatan listrik dan menimbulkan suhu ruangan yang tinggi sebaiknya
menggunakan jenis AC Split dengan kapasitas tinggi sesuai standar ruang yang telah
ditentukan (kapasitas AC lebih tinggi dibanding untuk ruangan biasa).
3. Hotel
Jenis hotel berbeda-beda, mulai dari yang biasa sampai yang berbintang, mulai
yang murah hingga yang mewah. Fasilitas dan ragam ruangannya pun berbeda beda.
Oleh karena itu kebutuhan penyegaran udaranya pun berbeda-beda. Secara umum
bagian hotel yang memerlukan penyegaran udara terdiri dari lobby, ruang tamu, kamar
hotel, ruang umum seperti ruang duduk, ruang makan, ruang pertemuan, ruang teknisi,
ruang server dan sebagainya. fungsi dari pemasangan AC di hotel yaitu untuk
memberikan kenyamanan terhadap karyawan dan tamu hotel.
Kamar hotel sebaiknya menggunakan jenis AC split wall. Kebutuhan kapasitas AC
disesuaikan dengan ukuran kamar dan faktor lain. Ruang tamu sebaiknya menggunakan
jenis AC yang bisa diatur temperatur dan kelembabannya agar bisa disesuaikan dengan
keperluan seperti usia, jenis klamin, cuaca dan lain sebgainya. Oleh karena itu untuk
ruang tamu biasanya menggunakan jenis AC menggunakan sistem air udara dengan unit
koil-kipas udara atau unit induksi.
Ruangan umum seperti lobby, ruang duduk, ruang makan, ruang pertemuan dan
sebagainya hendaknya ditempatkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, dimana setiap
ruangan tersebut dilayani oleh saluran tunggal jenis AC central. Sedangkan ruang server
ruang monitoring CCTV maupun jenis ruangan lainnya yang banyak terdapat peralatan
listrik dan menimbulkan suhu ruangan yang tinggi sebaiknya menggunakan jenis AC
Split dengan kapasitas tinggi sesuai standar ruang yang telah ditentukan (kapasitas AC
lebih tinggi dibanding untuk ruangan biasa).
112
4. Rumah sakit
Pada rumah sakit, tata udara yang baik menjadi hal yang wajib. Kenyamanan
pasien, keluarga pasien, karyawan hingga dokter menjadi prioritas. Rumah sakit
berbeda dari jenis bangunan lainnya, dimana lingkungannya harus dijaga supaya tetap
bersih untuk mencegah penyebaran dan berkembangnya penyakit patogenik. Rumah
sakit terdiri dari berbeberapa bagian dan berbagai jenis ruangan diantaranya ruang poli
(poli bedah, poli mata, poli penyakit dalam, pli kebidanan dan kandungan, dan lain
sebagainya), ruang bangsal (kelas 4, kelas 3, kelas 2, kelas, 1, VIP, VVIP dan
sebagainya), klinik, apotek, ruang karyawan, ruang operasi, ruang radiologi, ruang
radioskopi dan lain sebagainya.
Ruang poli dapat menggunakan jenis AC split wall. Sedangkan bangsal sebaiknya
menggunakan sistem penyegaran udara jenis air-udara dengan unit koil kipas udara atau
induksi. Dalam hal tersebut udara primer dimasukkan ke dalam ruangan untuk
ventilasi dan bekerja dengan sistem udara luar penuh. Sarigan udara dipergunakan
hendaknya sirawat dengan cermat, diperiksa dan dibersihkan dengan sebaik-baiknya
untuk mencagah penularan penyakit.
Lobby dan ruang tunggu dapat menggunakan jenis AC central. Sedangkan untuk
ruang operasi hendaknya menggunakan jenis AC khusus dengan filter udara yang
sangat baik. Hal ini dikarenakan ruang operasi adalah ruangan yang benar-benar harus
steril. Oleh karena itu sebaknya menggunakan sistem saluran tunggal dengan penyegar
udara terpisah. Untuk ruang periksan, radioskopi dan ruangan sejenisnya juga dapat
menggunakan jenis penyegaran udara yang sama. Sedangkan untuk ruang karyawan,
pelayanan dan jenis ruangan lain dengan karakteristik yang sama dengan gedung kantor
dapat menggunakan jenis AC yang sama dengan ruang di gedung kantor tersebut.
5. Pusat perbelanjaan
Gedung pusat perbelanjaan atau mall umumnya terdiri dari beberapa lantai dengan
tiap lantainya biasanya menjual barang yang dikelompokkan sesuai dengan jenisnya.
Dalam hal tersebut jumlah pengujung dan pramuniaga berbeda, sehingga beban
kalornya pun berbeda pula. Jadi dalam hal tersebut setiap tingkat dilayani oleh sistem
penyegaran udara khusus. Jenis AC untuk melayani mall dapat menggunakan jenis AC
center. Sedangkan untuk toko-toko dalam mall dapat menggunakan jenis AC split.
113
RANGKUMAN
114
LATIHAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan sistem tata udara dalam bangunan gedung!
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
2. Sebutkan jenis-jenis AC beserta penggunaannya!
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
3. Bagaimanakan tata letak AC yang baik pada ruang kerja ?
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
4. Sebuah kamar tidur akan dipasang AC. Diketahui panjang 4,5 m ,lebar 3,5 m,
tinggi 3,28 m. Hitunglah luas penampang penghantar dan rating MCB yang
diperlukan!
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
115
KEGIATAN
BELAJAR 6
SISTEM POMPA TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini peserta
HIDRAN DAN AIR didik dapat merencanakan panel pompa
hidran dan air bersih sesuai dengan
standar.
116
- PETA KONSEP
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pompa hidran
Pompa Air
Sistem PompaHidran dan
Pompa Air
Tahapan perencanaan instalasi pompa
hidran dan air
117
URAIAN MATERI
A. POMPA HIDRAN
Kebakaran menjadi salah satu bencana yang kerap terjadi di bangunan bangunan
khususnya yang padat penduduk. Kebakaran bisa terjadi karena konsleting listrik
maupun karena pengaruh manusia seperti membuang puntung rokok sembarangan atau
menepatkan lilin di tempat yang mudah terbakar dan lain sebagainya. Oleh karena itu
setiap bangunan haruslah memiliki sistem pemadam kebakaran.
Sistem hidran merupakan satu kesatuan yang terdiri dari jockey pump, electric
pump dan diesel pump untuk bantuan darurat saat terjadi kebakaran. Dapat dikatakan
sistem hidran merupakan salah satu fasilitas pada bangunan gedung yang digunakan
sebagai proteksi kebakaran.
1. Jockey Pump
Berfungsi untuk menjaga/ menstabilkan tekanan air didalam Pipa. Panel kontrol
jockey pump hampir sama dengan panel Control Electric Main Pump, hanya bisa
dihubung DOL (Direct On Line) selama pompa Jocky tidak lebih dari 5 H.
2. Electric Fire Pump
Berfungsi memompa air yang dihisap dari bak air (reservoir) untuk disalurkan ke
distribusi baik ke Hydrant Valve untuk Indoor, Hose reel dan hydrant pillar untuk
outdoor. Main electric pump sebagai pompa pendorong yang digunakan pada saat
terjadi pemadaman api. Panel kontrol untuk electrical main pump harus mencakup
OFF-MANUAL-AUTO, yang bisa di ajust melalui selector switch, OFF apabila sedang
dilakukan perbaikan/maentenance, manual apabila dilakukan pengujian, Auto untuk
stand by. Untuk electrical main pump harus di asut menggunakan Star delta karena
pada umumnya electrical memiliki daya diatas 20 HP.
3. Diesel Pump
Sebagai back up & membantu pompa pendorong dimana pada saat kebakaran pada
umumnya power listrik yang mensupply electric pump off (mati) . Diesel Pump
berfungsi :
Dalam keadaan listrik hidup; membantu kerja electric pump guna memenuhi
kebutuhan air yang diharapkan jika tekanan dan volume air berkurang pada
pillar
118
Dalam keadaan listrik mati ; menggantikan fungsi kerja electric pump.
Panel Control Diesel Pump, dalam system diesel pump bisa diberikan sistem
ATS/AMF seperti halnya pada panel Genset dan juga bisa dijalankan menggunakan
pressure switch/bekerja berdasarkan tekanan, atau bisa dibuat system interlock.
Hidran harus mudah dikenali dan mudah dicapai. Instalasi dan penempatannya
harus memperhitungkan bentuk hidran dan sesuai dengan posisi dari pipa dan
outputnya. Hidran harus sederhana, dapat bekerja dan beroprasi dengan efektif dan
efisien. Bagian pengoprasian seharusnya segi lima atau segi tiga untuk menghindari
pemalsuan oleh orang yang tidak berkompeten.
2. Pompa Sumpit
Pompa sumpit termasuk pompa air kotor. Pompa sumpit adalah pompa submersible
(celup) yang digunakan untuk menghantarkan air dari bak penampungan ke saluran
pembuangan. Pompa sumpit selalu diletakkan disebuah bak yang disebut Sump Tank
yang merupakan tempat pertama pembuangan air kotoe pada sebuah gedung. Pompa
sumpit berfungsi untuk mendorong air kotor ini menuju septic tank atau biotech.
Pada sebuah gedung dapat menggunakan satu atau dua pompa sekaligus dengan
sistem Single Alternatif / paralel alternatif.
- Single Alternatif yaitu pompa bekerja secara bergantian dengan pengaturan control
panel dan Water Lever Control (WLC).
- Parallel Alternate yaitu pompa bekerja bergantian dan akan bekerja bersama-sam
bila satu pompa tidak mampu mengalahkan jumlah debit air yang masuk ke
penamungan.
3. Pompa Booster
119
Pompa booster atau pompa air dorong berfungsi untuk memenuhi distribusi air
pada lokasi dengan jarak atau ketinggian tertentu yang secara teknis sulit dijangkau
dengan maksmal jika hanya menggunakan pompa air sumur dengan spek total dead
rendah. Pompa ini merupakan alternatif jika penggunaan penggunaan mesin pompa
sumur dangkal yang tidak mampu memberikan tekanan distribusi atau tekanan output
debit air yang kuat.
Keenam jenis pompa ini dapat bekerja secara otomatis maupun manual. Oleh
karena itu pada panel pompa dilengkapi dengan kendalinya. Pompa hidrand dan pompa
air umumnya menjadi satu panel kecuali pompa booster (biasanya disatukan dengan
penerangan lantai atas) dan diesel pump.
Panel pompa hidran dan air bersih umumnya berada di ruang pompa yang
bergabung bersama panel pompa lainnya. Ruang ini umumnya berada di basemen.
Hidran box berada di tempat yang mudah dijangkau dari berbagai area gedung.
120
Umumnya hidran box berada di dekat tangga. Sedangkan untuk hidran pilar juga berada
di tempat yang mudah dijangkau dari berbagai area gedung. Umumnya berada di
halaman gadung.
Gambar 51. Wiring Kontrol Pompa Booster Gambar 52. Pintu Panel Pompa Booster
121
Gambar 53. Diagram Satu Garis Sistem Penangkal Kebakara
122
RANGKUMAN
1. Sistem pompa umumnya terdiri dari 3 jenis yaitu pompa transfer, pompa sumpit
dan pompa booster.
2. Instalasi pompa booster umumnya berada pada panel pompa yang terletak di
baseman, namun juga dapat digabung dengan panel penerangan pada lantai atas.
3. Instalasi pompa sumpit dan transfer umumnya berada pada panel pompa (air bersih)
atau dapat digabung bersama pompa hidran.
4. Sistem hidran merupakan salah satu fasilitas pada bangunan gedung yang
digunakan sebagai proteksi kebakaran.
5. Sistem hidran terdiri dari 3 jenis pompa yaitu jockey pump, electric pump dan
diesel fire hydrant pump.
6. Pompa hidran memiliki daya yang cukup besar, oleh karena itu sumber listrik panel
hidran dapat langsung dari LVMDP
123
LATIHAN
1. Jelaskan jenis-jenis pompa yang umum digunakan pada bangunan gedung!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
2. Sebuah bangunan gedung membutuhkan pompa untuk mencukupi kebutuhan air
bersih, pembuangan air kotor. Diketahui spesifikasi pompa sebagai berikut:
Pompa transfer Pompa sumpit Pompa booster
Daya output : 3000 watt Power : 0,75 kW/1 HP/ 3 ph/ Daya output : 600 watt
Daya hisap : 4 meter max 380 V/ 2 pole/ 50 HZ Daya hisap : 8 meter max
Daya input start : 3400 W Head max: 11 m Daya dorong : 40 meter
Daya dorong : 30 meter Kap max: 150 l/men Kapasitas : 50 l/men
Kapasitas : 70 l/men Pipa out : 2 inch Inlet : 1 inch
Inlet : 2,5 inch Otomatis : ya ( 2 bola Outlet : 1 inch
Outlet : 2 inch pelampung) Otomatis : ya
Otomatis : tidak
Voltage : 3
a. Hitungah luas penampang kabel dan jenis kabel yang tepat digunakan sebagai
penghantar dari panel ke motor!
b. Jenis pengaman arus lebih apakah yang tepat digunakan sebagai proteksi
pompa tersebut? Hitunglah rating pengamannya!
c. Buatlah wiring diagram apabila input pompa berasal dari SDP gedung!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
3. Sebuah bangunan gedung akan dipasang sistem hidran. Diketahui spesifikasi
pompa sebagai berikut:
Spesifikasi Jockey pump Electric pump Diesel pump
Type pompa Centrifugal multi stage Centrifugal End
Centrifugal end suction
pump Suction
Kapasitas 56 l/men 2800 l/men 2850 L/men
Head pompa 85 m 85 m 85 m
Putaran pompa 2.900 rpm 2900 rpm 2900 rpm
Daya pompa 3 kW +- 75 kW +- 90 HP
380 V/ 3 ph/50 Hz// 380 V/ 3 ph/50 Hz/ star Accu 24 V/80 Amp/2
Karakteristrik listrik
variabe speed drived delta start buah type maintenance
124
free
Jumlah 1 unit 1 unit 1 unit
a. Hitungah luas penampang kabel dan jenis kabel yang tepat digunakan sebagai
penghantar dari panel ke motor!
b. Jenis pengaman arus lebih apakah yang tepat digunakan sebagai proteksi
pompa tersebut? Hitunglah rating pengamannya!
c. Buatlah wiring diagram apabila input pompa berasal dari LVMDP gedung!
Jawab : ___________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
125
KEGIATAN
BELAJAR 7
SISTEM TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini peserta
LIFT/ESKALATOR
didik dapat merencanakan panel
lift/eskalator sesuai dengan standar.
126
PETA KONSEP
Lift/eskalator
127
URAIAN MATERI
A. LIFT/ESKALATOR
Gambar 48.Llift
Elevator (Lift) adalah alat transportasi pada bangunan yang bergeraksecara vertikal
yang membawa penumpang, peralatan, dan muatan dari satu tingkat ke tingkat yang
lain. Elevator atau lift memakan volume gedung sehingga turut menentukan efisiensi
gedung. Pemilihan kapasitas lift yang akan digunakan pun akan menentukan jumlah lift
yang harus disedakan, yang sekaligus berpengaruh terhadap kualitas pelayanan gedung,
terutama pada gedung-gedung yang dibangun dengan tujuan komersial.
SSDP lift/eskalator biasanya diletekkan di ruang panel bersama panel instalasi yang
lainnya atau di samping lift itu sendiri. Satu SSDP lift/eskalator digunakan untuk satu
lift/eskalator. SSDP lift/eskalator sudah termasuk rangkaian kontrolnya.
128
Gambar 49. Wiring diagram lift
RANGKUMAN
1. Elevator (Lift) adalah alat transportasi pada bangunan yang bergeraksecara vertikal
yang membawa penumpang, peralatan, dan muatan dari satu tingkat ke tingkat yang
lain.
2. SSDP lift/eskalator biasanya diletekkan di ruang panel bersama panel instalasi yang
lainnya atau di samping lift itu sendiri.
129
LATIHAN
1. Apa tujuan pemasangan lift pada bangunan gedung bertingkat banyak?
Jawab: ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
2. Untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit akan dipasang 3 buah lift yang terdiri
dari 2 buah lift pengunjung dan 1 buah lift pasien. Daya diasumsikan.
a. Hitungah luas penampang kabel dan jenis kabel yang tepat digunakan sebagai
penghantar dari panel ke motor!
b. Jenis pengaman arus lebih apakah yang tepat digunakan sebagai proteksi
pompa tersebut? Hitunglah rating pengamannya!
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
3. Berdasarkan soal nomer 3, buatlah wiring diagram apabila input pompa berasal dari
SDP gedung!
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
4. Dimanakah letak panel lift yang baik?
Jawab : ________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
130
KEGIATAN
BELAJAR 8
RANCANGAN ANGGARAN TUJUAN KEGIATAN BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini peserta
BIAYA (RAB) didik dapat membuat RAB dan RKS
DAN
RENCANA KERJA DAN
SYARAT-SYARAT (RKS)
131
PETA KONSEP
-
-
-
-
-
-
Tahapan Membuat
RAB
RAB
Contoh RAB
RAB dan RKS
Bagian-bagian RKS
RKS
Contoh RKS
132
URAIAN MATERI
RAB adalah perhitungan rincian biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan
dalam proyek konstruksi, sehingga diperoleh estimasi biaya total yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek tersebut. Perhitungan RAB ini didasarkan pada gambar kerja.
RAB berapa berapa pada proposal biaya dil uar proposal teknis yang merupakan
kelengkapan administrasi sebuah perusahaan jasa konstruksi. RAB merupakan
perkiraan yang dibuat sebelum pelaksanaan suatu proyek fisik dimulai. RAB dibuat
oleh pemilik bangunan, konsultan teknik dan perencana kontaktor.
133
Tahapan membuat RAB antara lain sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Gambar Teknik
Gambar teknik digunakan sebagai rujukan dalam menentukan item-item pekerjaan
yang akan dihitung dalam pembuatan RAB.
c. Menentukan Volume
Volume yaitu jumlah kebutuhan masing-masing jenis pekerjaan dalam satuan.
Contohnya kebutuhan kabel NYM 3 x 2,5 mm2 Supreme sebanyak 9 meter. 9 adalah
volume sedangkan meter adalah satuannya.
d. Menentukan Satuan
Satuan tergantung kepada jenis pekerjaan atau material yang diukur. Satuan yang
umum digunakan untuk mengukur banyaknya material antara lain m, m2, m3, buah, rol
(kabel), lusin, unit dsb. Sedangkan satuan upah tergantung kesepakatan, biasanya
menggunaan satuan hari.
134
f. Menghitung jumlah biaya pekerjaan
Setelah volume dan harga satuan direncanakan selanjutnya yaitu menghitung
jumlah biaya pekerjaan dengan rumus sebagai berikut:
3. Contoh RAB
Tabel 30 . Contoh RAB Pekerjaan Elektrikal
HARSAT JUMLAH
No JENIS PEKERJAAN VOL SATUAN
(Rp) (Rp)
135
Panel Box 120x80x40 cm 1 bh 3.206.250,00 3.206.250,00
Grounding panel BC 95 mm2 1 unit 1.144.486,00 1.144.486,00
Cabling / wiring & assembling 1 ls 4.049.300,00 4.049.300,00
136
Cabling / wiring & assembling 1 bh 476.109,60 476.109,60
Jasa 10% 1 ls 571.300,00 571.300,00
137
Klem 6,075 bh 350,00 2.126,25
Tee Doss 1 bh 3.000,00 3.000,00
Supporting material (Fisser + Baut, lasdop,
1 ls 1.603,28 1.603,28
isolasi)
Alat bantu 1 ls 1.619,31 1.619,31
Upah :
- Tukang 30 hr 80.000,00 2.400.000,00
- Pekerja 30 hr 60.000,00 1.800.000,00
- Mandor 30 hr 85.000,00 2.550.000,00
RKS merupakan buku yang berisi tentang syarat-syarat umum, administrasi dan
teknis berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan tertentu. RKS berisi
informasi yang diperlukan oleh pelaksana-kontraktor untuk menyiapkan penawarannya
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pengguna jasa. Informasi tersebut
berkaitan dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran dan
penunjukanpenyedia jasa.
RKS harus dibuat lengkap dan rinci yang dibuat oleh konsutan untuk bahan review
oleh kontraktor. RKS harus memperhatikan lingkup pekerjaan dan tingkat kesulitan
138
pekerjaan. Syarat material harus memperhatikan ketersediaan material di pasaran.
Revew RKS sangat penting. Banyak kejadian dimana RKS tidak applicable terhadap
kondisi aktual di lapangan. Semua pihak wajib melakukan review RKS demi
pelaksanaan proyek yang baik dan lancar.
Kalimat yang digunakan pada RKS dibuat sejelas dan seefektif mungkin. Cukup
berupa pointer dan akan lebih baik bia dibuat summary pada tiap item pekerjaan. Hal in
dikarenakan seringkali pada saat lelang, tidak diberikan waktu yang cukup bagi
kontraktor untuk melakukan review. Adanya summary penting berupa kalimat pointer
atau scedule akan sangan membantu proses review.
1. Bagian-Bagian RKS
Bagian-bagian RKS sebagai berikut:
a. Syarat-syarat umum
Syarat-syarat umum berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberian tugas dan
pengawas bangunan. Isi bagian ini antara lain:
1) Pemberian tugas/pemilik proyek
2) Perencanaan/desain
3) Syarat lelang
4) Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya
b. Syarat-syarat administrasi
Syarat-syarat administrasi umumnya berisi tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
2) Tanggal waktu penyerahan
3) Syarat pembayaran
4) Denda atas keterlambatan
5) Besar jaminan penawaran
6) Besar jaminan pelaksanaan
c. Syarat-syarat teknis
Syarat-syarat teknis adalah rincian syarat setiap bagian pekerjaan yang akan
dilaksanakan dimulai pekerjaan persiapan sampai finishing. Syarat-syarat teknis
umumnya meliputi:
1) Jenis dan uraian pekerjaan
139
2) Jenis dan mutu bahan
3) Cara pelaksanaan pekerjaan
4) Merk materia/ bahan
2. Contoh RKS
140
141
142
143
144
145
146
RANGKUMAN
1. RAB adalah perhitungan rincian biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan
dalam proyek konstruksi, sehingga diperoleh estimasi biaya total yang diperlukan
untuk menyelesaikan proyek tersebut.
2. RKS merupakan buku yang berisi tentang syarat-syarat umum, administrasi dan
teknis berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan tertentu.
3. RKS berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana-kontraktor untuk menyiapkan
penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pengguna jasa.
Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan,
evaluasi penawaran dan penunjukanpenyedia jasa.
147
LATIHAN
148
BAB III EVALUASI
Bualah diagram satu garis sistem distribusi listrik dan wiring diagram pada
perumahan tersebut beserta RAB!
149
Gambar 50. Denah Perumahan
150
Gambar 51. Denah Rumah Lantai 1
151
Gambar 52. Denah Rumah Lantai 2
152
BAB IV PENUTUP
GLOSSARY
153
DAFTAR PUSTAKA
Harten, P.Van. 1986. Instalasi Listrik Arus Kuat Jilid 1. Nederland : Wolters-Noodhoff.
PUIL 2011
Ismansyah. 2009. Perencanaan Instalasi Listrik Pada Rumah Dengan Daya Listrik
Besar. UI: Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Diakses pada tanggal 29
Januari 2018.
Mohammad Hasan Bashri. 2008. Rancangan Bangun Diagram Satu Garis Rencana
Sistem Distribusi Tenaga Listrik Di Gedung Bertingkat (Highrises Building). UI:
Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Diakses pada tanggal 6 Februari
2018
Santoso, Iksan, Moh.Dhofir, Hadi Suyono. 2014. Perancangan Instalasi Listrik Pada
Blok Pasar Modern dan Apartemen di Gedung Kawasan Pasar Terpadu
Blimbingan Malang.Universitas Brawijaya: Fakultas Teknik. Diakses pada
tanggal 6 Februari 2018.
154
SNI-03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada banguna
gedung.
SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung.
SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung.
Arismunandar, Wiranto dan Heizo Saito. 2005. Penyegaran Udara. Jakarta: PT.Pradnya
Pratama.
155