Anda di halaman 1dari 36

Behaviour-Based Safety

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pengantar
Pengantar
Definisi
 Behavior-based safety adalah suatu aplikasi sistematis dari
riset psikologi terhadap perilaku manusia (human
behavior) dalam masalah-masalah K3 di tempat kerja yang
memasukkan proses umpan balik secara langsung dan
tidak langsung.
3 DISTINCT ELEMENTS OF SAFETY
1. HUMAN ATTRIBUTES (KNOWLEDGE,
SKILLS, ABILITY, INTELLIGENCE, MOTIVES,
ETC.

….WHAT DO YOU KNOW


…WHAT CAN I DO
….DOING IT WELL VS. JUST DOING IT
3 DISTINCT ELEMENTS OF SAFETY
2… WORK
ENVIRONMENT:
(EQUIPMENT, TOOLS,
MACHINES,
PROCEDURES, FACILITES,
ETC.)
…INDOORS/OUTDOORS
(OSHA…NO SHADE
PROVIDED & NOT
ENOUGH DRINKING
WATER)
3 DISTINCT ELEMENTS OF SAFETY
3…BEHAVIOR: (WHAT PEOPLE DO)

 WE ARE ATTRACTED TO
NEGATIVE BEHAVIOR

 WHO DROVE THE SPEED LIMIT


THIS WEEKEND/TODAY?

 WHO TEXTED OR TALKED ON


CELL COMING HERE TODAY ?

 WE PUSH THE ENVELOPE


Mengapa BBS ???
 Kelebihan pendekatan BBS (Eckenfelder, 2003):
 Mengutamakan pekerja
 Mendefinisikan safe/unsafe behavior
 Melatih perilaku yang diharapkan dan mengurangi perilaku yang
salah
 Melibatkan partisipasi pekerja dalam prosesnya
 Melibatkan top supervisor untuk pelaksanaan program
Mengapa Fokus pada Unsafe/at Risk Behaviour ?
 Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa 65.3% dari
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja disebabkan oleh
perilaku tidak aman (unsafe behaviour)
 Perilaku ini mempunyai kecenderungan negatif untuk
mengganggu lingkungan kerja secara umum
 Pelaku K3 menyadari bahwa peningkatan pengelolaan K3
dapat dicapai dengan lebih memfokuskan pada unsafe
behavior di tempat kerja
Mengapa BBS ???
Geller (2001a) menyebutkan bahwa penelitian yang
dilakukan oleh Stephen Guastello pada tahun 1993
mengemukakan bahwa pendekatan BBS perilaku
merupakan program yang paling efektif menurunkan
kecelakaan kerja dibandingkan pendekatan lainya
seperti pengendalian teknik, stress management,
management audit dll
Model ABC
BBS approach
 Within BBS, behaviour is explained in terms of the ABC
model (Antecedent, Behaviour, Consequence)
Behavior Based Safety (BBS)
 Behavior Based Safety (BBS) atau perilaku berbasis
keselamatan menurut Krause (1999) dalam Syaaf (2008)
merupakan proses yang membantu pekerja
mengidentifikasi dan memilih perilaku aman dan selamat
atau tidak dengan proses sebagai berikut:
 Mengidentifikasi perilaku yang berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja.
 Mengumpulkan data kelompok pekerja.
 Memberikan feedback dua arah mengenai perilaku keselamatan
dan kesehatan kerja.
 Mengurangi atau meniadakan hambatan sistem untuk
perkembangan lebih lanjut.
Model ABC
 Model ABC dapat mempromosikan perilaku sehat dan
selamat. Sebagai contoh, analisis ABC dapat digunakan
untuk menyelidiki mengapa pekerja tidak mengunakan
APT pada lingkungan yang bising dan mengidentifikasi
bagaimana cara untuk mempromosikan penggunaan APT
sehingga dapat mengurangi penurunan kesehatan pada
indra pendengaran (Fleming, M. & R. Lardner, 2002)
Antesedent (Antecendent)
 Adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau
memicu perilaku seseorang atau kejadian yang mendasari
perilaku seseorang
 Antesedent dapat bersifat alamiah (dipicu oleh peristiwa
lingkungan) dan terencana (dipicu oleh pesan/peringatan
yang dibuat oleh komunikator)
Antesedent (Antecendent)
 Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap
atau pemicu perilaku. Anteseden yang secara reliable
mengisyaratkan waktu untuk menjalankan sebuah perilaku dapat
meningkatkan kecenderungan terjadinya suatu perilaku pada saat
dan tempat yang tepat. Anteseden dapat bersifat alamiah (dipicu
oleh peristiwa-peritiwa lingkungan) dan terencana (dipicu oleh
pesan/peringatan yang dibuat oleh komunikator) (Graeff, dkk.
1996).
 Contoh anteseden yaitu peraturan dan prosedur, peralatan dan
perlengkapan yang sesuai, informasi, rambu- rambu, keterampilan
dan pengetahuan, serta pelatihan . Menurut Anne R. French
seperti yang dikutip Roughton (2002), anteseden dapat berupa
safety meetings, penetapan tujuan, peraturan, perjanjian kontrak,
kebijakan dan prosedur, penambahan dan pengurangan insentif,
intruksi, penempatan rambu label keselamatan, pelatihan,
permodelan (Fleming dan Lardner, 2002).
Antesedent (Antecendent)
 Meskipun anteseden diperlukan untuk memicu perilaku,
namun kehadirannya tidak menjamin kemunculan suatu
perilaku. Sebagai contoh, adanya peraturan dan prosedur
keselamatan belum tentu memunculkan perilaku aman.
Bagaimanapun anteseden yang memiliki efek jangka
panjang seperti pengetahuan sangat penting untuk
menciptakan perilaku aman. Anteseden adalah penting
untuk memunculkan perilaku, tetapi pengaruhnya tidak
cukup untuk membuat perilaku tersebut bertahan
selamanya. Untuk memelihara perilaku dalam jangka
panjang dibutuhkan konsekuensi yang signifikan bagi
individu (Fleming dan Lardner, 2002).
Konsekuensi (Consequences)
 Konsekuensi adalah peristiwa lingkungan yang mengikuti
sebuah perilaku, yang juga menguatkan, melemahkan atau
menghentikan suatu perilaku. Secara umum, orang
cenderung mengulangi perilaku-perilaku yang membawa
hasil-hasil positif dan menghindari perilaku-perilaku yang
memberikan hasil-hasil negatif (Graeff, dkk, 1996).
 Konsekuensi didefenisikan sebagai hasil nyata dari perilaku
individu yang mempengaruhi kemungkinan perilaku
tersebut akan muncul kembali. Dengan demikian, frekuensi
suatu perilaku dapat meningkat atau menurun dengan
menetapkan konsekuensi yang mengikuti perilaku
tersebut. (Fleming dan Lardner, 2002).
Konsekuensi (Consequences)
 Konsekuensi dapa berupa pembuktian diri, penerimaan
atau penolakan dari rekan kerja, sanksi, umpan balik,
cedera atau cacat, penghargaan, kenyamanan atau
ketidaknyamanan, rasa terimakasih, penghematan waktu
(Roughton, 2002).
 Ada tiga macam konsekuensi yang mempengaruhi
perilaku, yaitu penguatan positif, penguatan negatif, dan
hukuman. Penguatan positif dan penguatan negatif
memperbesar kemungkinan suatu perilaku untuk muncul
kembali sedangkan hukuman memperkecil kemungkinan
suatu perilaku untuk muncul kembali (Fleming dan
Lardner, 2002).
Konsekuensi (Consequences)
Penguatan positif dapat berupa mendapatkan sesuatu yang
diinginkan seperti umpan balik positif terhadap pencapaian,
dikenal oleh atasan, pujian dari rekan kerja, dan penghargaan.
Penguatan negatif dapat berupa terhindar dari sesuatu yang
tidak diingiinkan seperti terhindar dari pengucilan oleh
rekan kerja, terhindar dari rasa sakit, terhindar dari
kehilangan insentif, dan terhindar dari denda. Hukuman
dapat berupa mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan
atau kehilangan sesuatu yang dimiliki atau diinginkan seperti
kehilangan keuntungan, aksi pendisiplinan, rasa sakit/cedera,
perasaaan bersalah (Fleming dan Lardner, 2002).
Konsekuensi (Consequences)
 Konsekuensi diatas dapat digunakan satu saja atau
gabungan ketiganya untuk mengubah perilaku. Sebagai
contoh, frekuensi seorang manajer mengadakan inspeksi
dapat ditingkat dengan :
 Penguatan positif berupa pujian dari atasan setelah melakukan
inspeksi.
 Penguatan negatif untuk menghindari pengucilan oleh rekan
kerja jika tidak melaksanakan inspeksi.
 Hukuman berupa bonus bagi manajer dikurangi jika tidak
melakukan inspeksi.
Konsekuensi (Consequences)
 Penguatan positif dan penguatan negatif sama-sama
meningkatkan frekuensi kemunculan suatu perilaku,
keduanya menimbulkan hasil yang berbeda. Penguatan
negatif hanya menghasilkan perilaku untuk menghindari
sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan kata lain
mempengaruhi penilaian individu. Seseorang memunculkan
perilaku karena memang keinginannya bukan karena
keharusan (Fleming dan Lardner, 2002).
Faktor Yang Mempengaruhi Efek Konsekuensi pada Perilaku
(Fleming M R Lardner, 2002)

Effects Time frame Predictability Significance

Large impact on Soon Certain Important to


behavior individual

Limited on Distant Uncertain Unimportant to


behavior individual
Faktor Yang Mempengaruhi Efek Konsekuensi pada Perilaku

 Krause , 1996 dan Bayu 2007 menyatakan bahwa kekuatan


konsekuensi dalam mempengaruhi perilaku ditentukan
oleh:
 Waktu, konsekuensi yang segera (sooner) mengikuti perilaku
berpenaruh lebih kuat dibandingkan dengan konsekuensi yang
munculn belakangan (later)
 Konsistensi, konsistensi yang lebih pasti mengikuti perilaku
(certain) berpengaruh lebih kuat daripada konsistensi yang tidak
dapat diprediksi atau tidak pasti (uncertain)
 Signifikansi, konsekensi positif berpengaruh lebih kuat
dibandingkan dengan konsekuensi negatif
Konsekuensi
Faktor-faktor yg Berhubungan dengan Perilaku
Kerja

 Pelatihan
 Peraturan
 Pengawasan
 Ketersediaan Fasilitas
 Hukuman dan penghargaan
Peraturan
Petunjuk untuk membangun peraturan keselamatan (Goestch,
1996) antara lain:
 Kurangi jumlah peraturan. Terlalu banyak peraturan dapat
menimbulkan overload.
 Tulis peraturan dalam bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
Langsung pada poin pentingnya saja dan hindari penggunaan
kata-kata yang memiliki makna ambigu atau sulit dipahami.
 Tulis hanya peraturan penting untuk memastikan keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja.
 Libatkan pekerja dalam perumusan peraturan yang berlaku bagi
area operasi tertentu.
 Rumuskan hanya peraturan yang dapat dan akan ditegakkan.
 Gunakan akal sehat dalam merumuskan peraturan.
Peraturan
 Secara umum, kewajiban manajemen dalam peraturan
keselamatan dapat dirangkum sebagai berikut (Goestch,
1996):
 Manajemen harus memiliki peraturan yang memastikan
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
 Manajemen harus memastikan bahwa setiap pekerjanya
memahami peraturan tersebut.
 Manajamen harus memastikan bahwa peraturan tersebut
dilaksanakan secara objektif dan konsisten.
Pengawasan
 Kelemahan dari peraturan keselamatan adalah hanya
berupa tulisan yang menyebutkan bagaimana seseorang
bisa selamat, tetapi tidak mengawasi tindakan aktivitasnya.
Pekerja akan cenderung melupakan kewajibannya dalam
beberapa hari atau minggu (Roughton, 2002). Oleh karena
itu, dibutuhkan pengawasan untuk menegakkan peraturan
di tempat kerja.
Pihak yang terlibat dalam pengawasan
Menurut Roughton (2002), beberapa tipe individu yang
harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja yaitu :
 Pengawas (Supervisor)
 Pekerja
 Safety Professional
Ketersediaan Fasilitas

 Penggunaan APD merupakan penyambung dari berbagai upaya


pencegahan kecelakaan lainnya atau ketika tidak ada metode
atau praktek lain yang mungkin untuk dilakukan (Roughton,
2002).
 Pekerja membutuhkan pelatihan tentang APD agar dapat
dimengerti arti pentingnya penggunaan APD dan bagaimana
cara menggunakan serta merawatnya dengan baik. Pekerja juga
harus diberitahu mengenai keterbatasan dari APD. APD tidak
selalu cocok untuk digunakan dalam setiap situasi karena
memang didesain secara khusus untuk suatu pekerjaan saja.
Selain pelatihan, penguatan positif dan peraturan yang
mengatur tentang penggunaan APD juga sangat dibutuhkan.
Hukuman dan Penghargaan

 Menurut Geller (2011) hukuman adalah konsekuensi yang


diterima individu atau kelompok sebagai bentuk akibat dari
perilaku yang tidak diharapkan. Hukuman dapat menekan atau
melemahkan perilaku. Hukuman tidak hanya berorientasi untuk
menghukum pekerja yang melanggar peraturan, melainkan
sebagai control terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja
terlindung dari kecelakaan (Roughton, 2002).
 Penghargaan menurut Geller (2001) dalam Syaaf (2008) adalah
konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau
kelompok dengan tujuan mengembangkan, mendukung dan
memelihara perilaku yang diharapkan. Jika digunakan
sebagaimana mestinya, penghargaan dapat memberikan yang
terbaik kepada setiap orang karena penghargaan membentuk
parasaan percaya diri, penghargaan diri, pengendalian diri,
optimisme, dan rasa memiliki.
Hukuman
 Menurut Wilde dalam Syaaf (2008) penekanan pada
hukuman dapat memotivasi perilaku seseorang dalam
keselamatan, namun bukti dari efektifitasnya tidak
diketahui dengan pasti. Adapun kelemahan dari hukuman
ini :
 Efek Atribusi
 Penekanan pada pengendalian proses pembentukan
perilaku
 Hukuman membawa efek samping negatif
Model ABC
Model Dasar Perubahan Perilaku

 Classical Conditioning (merubah perilaku dengan


memberikan conditioned stimulus, perubahan tersebut
menghasilkan conditioned response)
 Operant Conditioning (merubah perilaku dengan
menghubungkan akibat yang didapatkannya)
 Social Learning (merubah perilaku melalui pengaruh
model)
 Developing Job Pride Through Behavior Reinforcement
(menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh efek yang
didapatkannya)
 Giving Feedback (Proses perubahan perilaku memerlukan
feedback sebagai mekanisme untuk meningkatkan kepekaan
terhadap error generating work habits, terutama kekeliruan
yang potensial menimbulkan kecelakaan)
Karakteristik feedback
 Speed, lebih cepat feedback diberikan setelah terjadinya
kekeliruan, lebih cepat pula tindakan perbaikan yang akan
dilakukan.
 Specificity, lebih tajam feedback difokuskan pada kekeliruan
secara spesifik, maka akan lebih efektif hasilnya.
 Accuracy, feedback harus teliti, kekeliruan pada feedback
menimbulkan tindakan yang keliru.
 Content, isi dari informasi yang akan disampaikan harus sesuai
dengan perilaku yang diinginkan. Perilaku yang komplek
memerlukan elaborasi informasi lebih rinci.
 Amplitude, feedback harus cukup menimbulkan perhatian
terhadap pekerja, namun demikian feedback yang berlebihan
dapat mengacaukan performance yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai