Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Akta otentik yang dibuat oleh notaris tak jarang dipermasalahkan oleh
salah satu pihak atau oleh pihak lain karena dianggap merugikan
kepentingannya, baik dengan pengingkaran akan isi akta,
tandatangan maupun kehadiran pihak di hadapan notaris, bahkan
adanya dugaan dalam akta otentik tersebut ditemukan keterangan
palsu. Perbuatan notaris yang diduga telah memasukkan keterangan
palsu ke dalam suatu akta otentik dapat dikenakan sanksi pidana
sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. Hal ini dimungkinkan dengan begitu banyaknya jenis akta
otentik yang dapat dibuat oleh notaris, dan atas dasar tersebut
dibutuhkan suatu perlindungan hukum terhadap notaris dalam
menjalankan jabatannya selaku pejabat umum.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Sebagai jabatan
Jabatan notaris merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang
sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi
tertentu serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan
pekerjaan tetap. Notaris sebagai jabatan, maka ia wajib diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia), sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
Hal ini dapat dilihat sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1870
KUHPerdata yang menyatakan bahwa Suatu akta otentik
memberikan kepastian hukum diantara para pihak berserta ahli waris
ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak daripada mereka,
suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya.
Pidana dalam hal ini adalah perbuatan pidana yang dilakukan oleh
seorang notaris dalam kepastian sebagai pejabat umum yang
berwenang membuat akta, bukan dalam konteks individu sebagai
1. Perbuatan manusia;
2. Memenuhi rumusan peraturan perundang-undangan, artinya
berlaku asas legalitas, nullum delictum nulla poena sine praevia
lege poenali (tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana jika hal tersebut tidak atau belum dinyatakan
dalam undang-undang);
3. Bersifat melawan hukum;
4. Tanggung jawab notaris berdasarkan UUJN;
5. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya
berdasarkan kode etik notaris.
Untuk itu notaris harus berhati-hati dalam membuat akta agar tidak
terjadi kesalahan atau cacat hukum. Karena akta yang dibuat notaris
harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan tidak luput
dari penilaian hakim. Rumusan pasal dalam Undang-Undang Jabatan
Notaris tidak menjelaskan tentang tanggungjawab notaris terhadap
akta yang dibuatnya.
Akta notaris yang batal demi hukum tidak dapat dimintakan untuk
memberikan penggantian biaya, ganti rugi dan bunga. Penggantian
biaya, ganti rugi dan bunga dapat digugat kepada notaris dengan
mendasarkan pada hubungan hukum notaris dengan para pihak yang
menghdap notaris. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dari
akta yang dibuat oleh notaris, maka yang bersangkutan dapat secara
langsung mengajukan tuntutan secara perdata terhadap notaris
tersebut sehingga notaris tersebut dapat bertanggung jawab secara
perdata atas akta yang dibuatnya.
Dengan adanya akta yang dapat dibatalkan atau batal demi hukum,
mengakibatkan timbulnya suatu kerugian, sehingga unsur harus ada
kerugian telah terpenuhi. Gugatan ganti kerugian atas dasar
perbuatan melanggar hukum apabila pelaku melakukan perbuatan
yang memenuhi keseluruhan unsur Pasal 1365 KUHPerdata,
mengenai siapa yang diwajibkan untuk membuktikan adanya
perbuatan ini.
***