Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK BUDIDAYA TERUNG

UNGU (Solanum melongena L.) DI PUSAT ALIH TEKNOLOGI DAN


PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
(PATPKP-UNAND)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

TEKNIK BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) DI PUSAT


ALIH TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS (PATPKP-UNAND)

Oleh :

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hadiahkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang ini dengan judul “Teknik Budidaya
Terung Ungu (Solanum melongena L. ) Di Pusat Alih Teknologi Dan Pengembangan
Kawasan Pertanian Universitas Andalas”. Shalawat dan salam tak lupa haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW., yang mana berkat rahmat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh
dengan ilmu pengetahuan ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. Terima kasih buat Kedua orang tua saya tercinta Bapak Jumardi dan Ibu Raimah (alm) yang
senantiasa memberikan doa dan dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun
dukungan materil dalam perkuliahan maupun pada saat menyekesaikan praktek lapangan
2. Kemidian penulis juga berteri makasih kepada Dosen pembimbing Ibu Penti Suryani. S.P, M.Si
yang telah membimbing penulis dalan praktek lapang.
3. Ketua Program Studi Agroteknologi Oksana,S.P.,MP
4. Bapak Triana selaku pembimbing lapangan di Pusat Alih Teknologi Dan Pengembangan
Kawasan Pertanian Universitas Andalas.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi dari kegiatan praktek kerja lapang.
Semoga laporan praktek kerja lapang ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun
untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, Bulan Tahun

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN................................................................................... ....... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... ....... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ ....... 2
1.3. Manfaat.............................................................................................. ....... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... ....... 3


2.1. Tanaman Terung Ungu....................................................................... ....... 3
2.2. Morfologi Tanaman Terung Ungu ............................................................ 3
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Terung Ungu .................................................... 5

III. METODE PELAKSANAAN .............................................................. ....... 7


3.1. Tempat dan Waktu............................................................................. ....... 7
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................. ....... 7
3.3. Metodologi ........................................................................................ ....... 7
3.4. Pengamatan ....................................................................................... ....... 8
3.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ................................................................ 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. ..... 10


4.1. Gambaran Umum Lokasi PKL ............................................................... 10
4.2. Pelaksanaan PKL terung Ungu................................................................ 12

V. PENTUP ..................................................................................................... 20
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 20
5.2. Saran .................................................................................................. ..... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..... 21


LAMPIRAN ........................................................................................................ 21
I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Terung atau Terong (Solanum melongena L.) adalah tanaman Hortikultura yang
ditanam untuk dimanfaatkan buahnya.Terung menjadi salah satu bahan pangan yang mudah
di dapat dan murah harganya, Terung juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan
karena dapat menurunkan kolesterol darah, mengandung zat anti kanker. Terung juga
mengandung banyak vitamin dan gizi yang tinggi, seperti vitamin B-kompleks, thiamin,
pyridoxine, riboflavin, zat besi, phosphorus, manganese, dan potassium. Terung adalah salah
satu sumber makanan yang sangat dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Terung menjadi
salah satu menu yang paling diminati berbagai kalangan Untuk membelinya pun tidak sulit
karena tersedia dipasar pasar maupun supermarket. Selain rasanya enak, terung juga bisa
diolah menjadi bermacam - macam menu masakan. Bahkan cara mengolahnya terbilang
sangat muda (Martinus, 2015).
Tanaman ini diduga berasal dari Indonesia dan India. Di kedua kawasan ini terdapat
aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau tumbuh secara liar. Pusat keanekaragaman
terung yang kedua terbesar adalah Cina.Tanaman ini telah tersebar dan dibudidayakan
diseluruh penjuru dunia, Asia, Afrika, Amerika, Australia dan Eropa. Di Indonesia tanaman
ini tersebar di seluruh penjuru tanah air sehingga mempunyai nama yang berbeda-beda
misalnya terong, cokrom (Sunda), encung (Jawa), toru (Nias), tiung (Lampung), poki-poki
(Manado), fofoki (Ternate), dan kauremenu (Timor). Terung sebagai sayuran buah cukup
banyak mengandung vitamin A, B, dan C sehingga cukup potensial untuk dikembangkan dan
mengatasi kekurangan vitamin A. Gejala kekurangan vitamin A yang banyak terdapat di
Indonesia menunjukkan kurangnya konsumsi sayuran (Rival, 2014).
Negara Asia merupakan produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan India
(30%). Kedua negara tersebut merupakan produsen terbesar di Asia, sedangkan Indonesia
hanya menyumbang 1% dari produksi terung dunia. Menurut BPS Indonesia (2012), produksi
terung Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 518.827 ton. Tingginya kandungan gizi pada
terung merupakan salah satu alasan komoditas terung banyak digemari. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, permintaan terhadap terung juga terus meningkat. Akan
tetapi peningkatan permintaan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah produksi.
Salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas terung. Menurut BPS Indonesia
(2012) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), produksi terung nasional sebanyak
518.787 ton dengan luas panen 50.559 ha. Peningkatan produksi terung dapat dilakukan
secara ekstensifikasi dan intensifikasi, salah satunya adalah melalui usaha peningkatan
produktivitas dan efisiensi penggunaan tanah, sehingga intensifikasi merupakan pilihan yang
tepat untuk diterapkan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui penggunaan
pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh atau ZPT (Umi, 2013).

1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui teknik
budidaya tanaman terung di Pusat Alih Teknologi Dan Pengembangan Kawasan Pertanian
Universitas Andalas (PATPKP-UNAND) serta meningkatkan keterampilan kerja dan
profesiolisme mahasiswa.

1.3 Manfaat
Memperoleh pengalaman kerja dan keterampilan dalam bidang pertanian khususnya
tanaman hortikultura secara langsung di lapangan sehingga dapat diterapkan dengan
sendirinya dan bekal bagi mahasiswa untuk terjun di dunia kerja.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)


Terung merupakan salah satu komoditas sayuran yang berpotensial untuk
dikembangkan. Di pasar Eropa terung menduduki urutan keempat sayuran utama dunia dan
dalam kurun waktu 12 tahun dari tahun 1990 areal penanaman terung naik 95% dengan
produksi naik 158%. Terung merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dengan
pusat keragamannya berada di daerah Cina dan Indo-Burma. Negara Asia merupakan
produsen terbesar (80%), dimana Cina (53%) dan India (30%). Kedua negara tersebut
merupakan produsen terbesar di Asia, sedangkan Indonesia hanya menyumbang 1% dari
produksi terung dunia, produksi terung Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 518.827 ton
(Umi, 2013).
Tanaman terung (S. melongena L.) termasuk dalam famili Solanaceae yang
menghasilkan biji (Spermatophyta), dan biji yang dihasilkan berkeping dua. Beberapa jenis
terung yang sangat dikenal oleh masyarakat di Indonesia yaitu terung kopek yang mempunyai
buah besar dan berbentuk bulat memanjang dengan ujung buah tumpul; terung craigi yang
mempunyai buah berukuran sedang dan berbentuk bulat memanjang sehingga tampak lebih
langsing dengan ujung buah meruncing; terung berbentuk bulat yang memiliki bentuk buah
yang bulat seperti terung pendek, terung gayung, terung rangu dan terung getas. Berdasarkan
taksonominya terung memiliki kalsifikasi botani sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi:
Spermatophyta; Sudivisi: Angiospremae; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Solanales; Family:
Solanaceae; Genus: Solanium; Spesies: S. melongena (Rival, 2014)

2.2. Morfologi Tanaman Terung Ungu


2.2.1. Akar
Tanaman terung ungu memiliki system perakaran tunggang dan serabut. Akar setabut
dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut umumnya tumbuh
menyebar kesamping dan menembus ke tanah dangkal, akar bewarna keputih-putihan dan
halus beruuran kecil.

2.2.2. Batang
Batang tanaman terong dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang
primer) dan percabangan (cabang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya
tanaman, sedangkan percabangan merupakan bagian tanaman yang mengeluarkan bunga.
Bentuk percabangan tanaman terong hampir sama dengan percabangan yaitu menggarpu
(dikotom), letaknya agak tidak beraturan. Percabangan yang dipelihara yaitu cabang
penghasil buah (cabang produksi). Batang utama bentuknya persegi (angularis), sewaktu
muda berwarna ungu kehijauan, setelah dewasa menjadi ungu kehitaman (Johan, 2010).

2.2.3. Daun
Daun terung tertutup oleh bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan
pangkal dan ujungnya sempit, namun bagian tengahnya lebar, letak daun berselang-seling
dan bertangkai pendek. Tangkai daun berbentuk slindris dengan sisi agak pipih dan menebal
di bagian pangkal, panjang berkisar antara 5 – 8 cm. Lebar helaian daun 7 – 9 cm atau lebih
sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 – 20 cm. Daun muda berwarna hijau tua,
sedangkan yang telah tua berwarna ungu kemerahan (Johan, 2010). Daun kelopak melekat
pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan (Nur, 2012).

2.2.4. Bunga
Bunga terong merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin
dua. Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina
(putik). Bunga ini juga dinamakan bunga sempurna atau bunga lengkap, karena perhiasan
bunganya terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla) dan tangkai bunga.
Pada saat bunga mekar, bunga mempunyai diameter rata-rata 2-3 centimeter dan letaknya
menggantung. Mahkota bunga berwarna ungu cerah, jumlahnya 5-8 buah, tersusun rapi
membentuk bangun bintang. Bunga terong bentuknya mirip bintang berwarna biru atau
lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terong tidak mekar secara serempak
(Johan, 2010). Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun menyerbuk
sendiri (Nur, 2012).
2.2.5. Buah
Buah terung digolongkan dalam jenis berryyangdicirikan dengan lapisan luar yang
tipis sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Buah terung memiliki bentuk
beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi: panjang silindris,
panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat (Rival, 2014).
Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah bila buah telah
masak. Kulit buah luar berupa lapisan tipis berwarna ungu hingga ungu gelap yang
mengkilap. Daging buah tebal, lunak dan berair, bagian ini enak dimakan. Biji-biji terdapat
dalam daging buah. Buah menggantung di ketiak daun. Bentuk yang dikenal seperti panjang
silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat. Karena bentuk buah berlainan
maka ukuran berat buah juga sangat berbeda-beda dan berlainan pula, rata-rata 125 gram dan
buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna cokelat
muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif (Johan,
2010).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Terung Ungu


2.3.1. Syarat Iklim
Terung mudah dibudidayakan pada berbagai daerah di Indonesia yang memiliki iklim
tropis, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman terung pada
pertumbuhannya lebih mudah beradaptasi terhadap pengaruh cuaca, kelembaban dan suhu
udara mencapai 22- 30 0C. Pertumbuhan terung pada musim kemarau perlu membutuhkan air
sebagai usaha untuk mempertahankan kelembaban tanah selama proses pertumbuhan.
Tanaman terong dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Selama pertumbuhannya, terong
menghendaki keadaan suhu udara 18-25 ˚C, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga
cocok ditanam pada musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan (Johan, 2010).

2.3.2. Syarat Tanah dan Unsur Hara


Budidaya tanaman terung membutuhkan jenis tanah yang subur, kaya akan unsur hara
atau nutrisi dalam tanah, bertekstur remah atau lempung berpasir dan memiliki aerasi tanah
yang baik, sinar matahari harus cukup dan cocok ditanam musim kemarau. Aerasi tanah
adalah kemampuan tanah dalam menyerap gas seperti oksigen dari udara yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman terung. Tingkat keasaman tanah atau pH tanah yang dibutuhkan dalam
budidaya tanaman
terung ini berkisar antara 6,8 sampai 7,3 dimana unsur hara dapat tersedia dalam jumlah
cukup dan mikroorganisme pengurai dapat hidup di dalam tanah (Nur, 2012).
Tanah latosol bertekstur pasir sangat mudah diolah. Tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik. Namun, tekstur pasir memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat
rendah dan tanahnya lebih cepat kering. Kemampuan menyerap unsur hara juga sangat
rendah. Pemupukan merupakan salah satu usaha memberikan bahan tertentu pada tanah
dengan tujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah, menambah unsur hara yang kurang
dalam tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Johan, 2010).
III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktek kerja lapangan di laksanakan tanggal 16 Juli 2016 sampai 19
Agustus 2016 di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas
Andalas (PATPKP-UNAND) Jorong Galagah, Kenagarian Alahan Panjang, Kecamatan
Lembah Gumati, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Kegiatan kerja lapangan ini disesuaikan
dengan jam kerja di tempat praktek kerja lapangan.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah mesin traktor (bajak), cangkul, meteran, tali raffia,
handsprayer, sprayer mesin, ember plastik, karung, pisau, dan gunting sedangkan bahan yang
digunakan adalah lahan pertanian, benih terong ungu varietas lejatak, bibit terong ungu,
pupuk kandang, dolomite, mulsa plastik, insektisida, pestisida, fungisida, pupuk NPK
PHONSKA, KCL, ZA, dan SP36.

3.3. Metodologi
Metedologi yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini adalah wawancara dan
mengikuti kegiatan secara langsung.

3.3.1. Sosialisasi
Sebelum melakukan kegiatan praktek kerja lapangan, pihak Pusat Alih Teknologi dan
Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND)
memperkenalkan kawasan PATPKP dan memberikan pengarahan serta penjelasan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan selama melaksanakan praktek kerja lapang dilingkungan
PATPKP-UNAND.

3.3.2. Mengikuti Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Dalam metode ini mahasiswa PKL ikut serta dalam kegiatan teknik budidaya tanaman
kentang, seperti, penyiapan lahan, persiapan bibit, pemanenan, pemeliharaan tanaman
kentang, pengendalian hama dan penyakit dan pemanenan tanaman kentang.

3.3.3. Wawancara
Dalam pengumpulan data ini didapatkan melalui wawancara langsung dengan
pembimbing lapang, dosen-dosen UNAND dan para petani yang berada di daerah kawasan
Pusat Alih Teknologi Dan Pengembangan Kawasan Pertanian Alahan Panjang.

3.3.4. Survei Lapangan


Kegiatan survei lapangan ini dilakukan sebagai pendahuluan untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang lokasi dan kondisi lahan di Pusat Alih Teknologi dan
Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND)

3.4. Pengamatan
Pengamatan yang di lakukan oleh mahasiswa prektek kerja lapang ialah teknik
budidaya tanamanterong ungu, serta hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman terung
ungu dan cara panen dari tanaman terung ungu.

3.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Melakukan pengamatan dan ikut aktif dalam melakukan kegiatan yang dilakukan
Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP
UNAND).
Kegiatan praktek kerja lapang ini secara umum di lakukan selama tiga tahap, dimana
pada tahap pertama mengikutisemua kegiatan pertanian yang ada di lahan PATPKP UNAND
yaitu berupa pengenalan komuditi yang ada di alahan panjang, pemanenan bawang merah,
penggilingan sekaligus pecking kompos, pemanenan cabai merah, mencabut gulma, panen
kol, memupuk tanama kentang. pada tahap yang pertama inidi lakukan mulai dari awal PKL
hingga empat minggu berjalan.
Untuk tahap yang kedua mahasiswa PKL konsentrasi pada masing-masing topik,
dimana pada tahap ini mahasiswa melakukan proses kegiatan berdasarkan topik yang di
ambil, hingga mengumpulkan data dan informasi untuk kepentingan masing-msing, tahap
kedua ini dilakukan selama 1 minggu, yaitu minggu ketiga.
Tahap yang ketiga yaitu minggu tenang, dimana kegiatan praktek kerja lapang di
lapangan dihentikan,sehingga waktu digunakan pembuatan laporan, baik itu laporan untuk
keperluan kampus, maupun laporan untuk kepentingan di tempat PKL.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi PKL


4.1.1. Letak dan Keadaan Wilayah Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan
Pertanian Universitas Andalas (PATPKP UNAND)
Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian Universitas Andalas
(PATPKP UNAND) merupakan suatu kawasanatautempat dimana proses diseminasi alih
teknologi pertanian dilakukan. Pada kawasan tersebut dapat dilihat implementasi berbagai
kegiatan, khususnya bidang pertanian dalam arti luas meliputi pertanian, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Tempat tersebut juga diharapkan dapat menjadi tempat
berinteraksi antara penghasil teknologi dan pengguna teknologi. Lokasi tepatnya adalah di
Jorong Galagah, Kenagarian Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten
Solok. Lokasinya berjarak sekitar 70 km dari Kota Padang yang berada pada 010 050 38.30 LS
dan 1000 470 30.30 BT dengan ketinggian ± 1.620 m dpl.
PATPKP UNAND berada di daerah yang beriklim dingin dengan suhu rata-rata 15 0C-
20 0C dan tingkat kelembaban udara berkisar antara 80-90%. Curah hujan rata-rat 3.000-
4.000 mm/th. Adapun jenis tanah yang terdapat di PATPKP UNAND adalah Podzolik merah
kuning (PMK) dan Andosol.
Gambar 4.1.Gedung PATPKP UNAND Sumber :Pribadi (2016).
4.1.1. Sejarah Berdirinya Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian
(PATPKP UNAND)
Inisiasi Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian (PATPKP
UNAND) dimulai pada sekitar pertengahan tahun 2011. Awalnya lokasi tersebut merupakan
salah satu lokasi pengujian adaptasi tanaman gandum yang berasal dari Republik Slowakia.
Pada saat pengujian gandum berlangsung, tepatnya pada tanggal 19 November 2011 lokasi
tersebut sempat mendapat kunjungan dari Duta Besar RI untuk Slowakia (Harsha E. Joesoef).
Dubes Harsha E. Joesoef dan Rektor UNAND pada saat itu (Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim,
M.S.) merupakan inisiator kerjasama penelitian gandum antara Unand dan salah satu institusi
perbenihan gandum di Slowakia (OSIVO as).
Tahun 2012 lokasi tersebut ditetapkan sebagai lokasi pengembangan kampung
industri berbasis gandum atau disebut dengan Kampung Gandum. Kampung industri adalah
satu sistem terdiri atas industri primer (sarana produksi dan infrastruktur), industri sekunder
(bahan baku untuk industri di desa), industri tersier (prosesing) yang menghasilkan produk
jadi. Pengembangan Kampung Gandum diarahkan kepada pengembangan agroindustri skala
kecil dengan memberdayakan kelompok tani atau gabungan kelompok tani
(poktan/gapoktan). Untuk itu dibutuhkan dukungan teknologi mulai dari budidaya,
pengolahan gandum menjadi tepung, dan pengolahan tepung menjadi berbagai bentuk
panganan yang sederhana dan dapat diterapkan dalam skala industri kecil di pedesaan. Dalam
mengembangkan kawasan ini, Universitas Andalas bekerjasama dengan Pondok Pesantren
Muhammad Natsir yang dipimpin oleh H. Darman.
Akhir tahun 2013, dari hasil diskusi dengan berbagai pihak serta dengan berbagai
masukan dan pertimbangan, maka Kawasan Industri Berbasis Gandum diperluas cakupan
komoditasnya, bahkan sekaligus dijadikan tempat untuk dijadikan sebagai lokasi kegiatan
pertanian terpadu (Integrated Farming System), yang meliputi bidang pertanian,peternakan,
perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Tujuan dari dibentuknya lokasi kegiatan pertanian
terpadu yang diberi nama Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian
Universitas Andalas (PATPKP UNAND) ini adalah untuk mensinergikan berbagai kegiatan
pertanian secara luas, sehingga akan memberikan dampak lebih luas kepada masyarakat tani
di sekitar lokasi dan/atau siapa saja yang membutuhkan informasi teknologi di bidang
pertanian.

4.1.2. Struktur Organisasi Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian
(PATPKP UNAND)
Struktur organisasi Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan Pertanian
(PATPKP UNAND) yang dibuat berdasarkan kebijakan perusahaan dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut.

Direktur / ketua
Dr. Ir. Irfan Suliansyah, M.S.

Pengurus
Dosen-dosen UNAND

5.

Triana
Karyawan tetap
Karyawan tidak tetap
Pekerja lepas

6.
Gambar 4.2.StrukturOrganisasi PATPKP UNAND

4.2. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Budidaya Terung Ungu


4.2.1. Penyiapan Lahan
Penyiapan dan pengolahan lahan secara intensif melalui beberapa tahap yaitu:
Tahap pertama, perencanaan awal dari kegiatan pengolahan tanah yang meliputi
penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit seperti di PATPKP, selanjutnya
pembuatan parit, pemeliharaan dan pemupukan.
Tahap kedua, pengaolahan tanah yaitu dengan cara dibajak atau di cangkul agar tanah
gembur dengan kedalaman 30 cm. Kemudian tanah dibiarkan selama 1-2 minggu, selanjutnya
pembuatan bedengan secara membujur searah timur barat, agar penyebaran matahari dapat
merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar sekitar 100-120 cm, tinggi 30
cm, jarak antar bedengan 50 cm dan panjang sekitar 19-20 meter atau disesuaikan dengan
kondisi lahan.
Tahap kegita, pengapuran yaitu memberikan kapur pada setiap bedengan yang telah
disediakan agar keadaan tanah netral, kemudian bedengan ditutupi dengan mulsa. Selanjutnya
mulsa dilubangin sesuai dengan yang diinginkan petani untuk ditanami terung. Budidaya
terung bisa mengunakan ajirataupun tidak, pengunaan ajir dilakukan agar tanaman terung
tidak mudah rebah.
Tahap keempat, pemberian pupuk organik, setelah diberikan kapur dan dan ditutupi
dengan mulsa didiamkan selama 1 minggu baru diberikan pupuk kandang di setiap lubang
yang akan ditanami terung, pupuk kandang yang digunakan yaitu dari kotoran ayam
didapatkan dari kota paya kumbuh. Kebutuhan pupuk mencapai 15-20 ton/ha.

4.2.2. Penyemain dan Pembibitan


Berdasarkan yang dikerjakan di PATPKP Benih tidak diberikan perlakuan sama
sekali, setelah benih dibeli ditoko pertanian sekitar, benih langsung di sebar ke bedengan
persemaian menurut barisan yang telah disiapkan, jarak antara benih 10-15 cm. varietas benih
yang digunakan yaitu varietas Lejatak. Bedengan tempat persemaian juga diberikan pupuk
kandang, sebelum benih di sebar, tanah di semprot dengan insektisida terlebih dulu agar
hama dan penyakit yang terdapat didalam tanah mati. Kemudian benih ditutup dengan tanah
yang tipis dan penutup diatasnya seperti karung ataupun daun pisang. Bibit disiram pada pagi
dan sore hari, agar bibit tidak terserang hama dan penyakit maka dilakukan penyemprotan
dengan pertisida kimia. Setelah bibit berumur 1-1,5 bulan bibit siap dipindahkan. kebutuhan
benih kurang lebih 500 gram/ha.

4.2.3. Penanaman
Mulsa yang telah di beri lubang dengan jarak lubang yang akan ditanami tanaman
terung 50 x 60 cm, Jarak tanam hendaknya teratur, agar
tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Tiap
lubang ditanami dua benih yang sehat dan kuat (Karim, 2013).

Penanaman bibit terung dengan membuat tugalan sedalam 5 cm sambil ditekan ke


bawah sambil di timbun dengan tanah yang ada disekitar mulsa sebatas leher akar (pangkal
batang). Selanjutnya Benih yang telah disemai selama 1-1,5 bulan dapat dipindahkan ke
bedengan yang telah disediakan. Ciri dari bibit yang telah siap ditanam adalah munculnya
atau keluar 3 helai daun sempurna dan bibit sehat serta normal atau mencapai tinggi 7,5 cm .
penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Terung bisa ditanam satu baris dalam setiap
satu bedengan ataupun dua baris per bedengan. Setelah ditanam disiram agar keadaan tanah
tetap lembab.

4.2.4. Pemeliharaan Tanaman


1. Penyulaman
Bibit yang tumbuh tidak baik ataupun mati harus segera di ganti atau disulam dengan
bibit yang baru. Waktu penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan
dengan cara mengambil bibit yang mati kemudian diganti dengan bibit yang baru,
penyulaman baik dilakukan pada pagi taupun sore hari.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya gulma (rumput) yang tumbuh
disekitar tanaman terung yang bisa menganggu proses pertumbuhan tanaman terung. Waktu
penyiangan umumnya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari, penyiangan dilakukan
dengan hati-hati, sebaiknya menggunakan kater untuk menyiang gulma yang besar agar
perakaran tanaman terung tidak rusak. Proses penyiangan dilakukan terus menerus selama 15
hari sekali sampai tanaman terung mati.

3. Pengairan
Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering,
penyiraman dapat dilakukan dengan mengunakan selang saluran air ataupun gembor.

4. Penyemprotan Obat-Obatan Tanaman


Penyemprotan dilakukan 1-2 kali dalam seminggu dengan menyemprotkan pestisida,
fungisida, insektisida dan bahan lainya, penyemprotan dilakukan agar tidak terjadi kerusakan
biologis pada tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Penggunaan pestisida sesuai
dengan yang telah dianjurkan. Penyemprotan dilakukan terus menerus sampai tanaman
terung mati. Adapun bahan aktif yang digunakan unuk pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman terung adalah Metazeb Spring, Ziflo, , Demolis, Ludo, Optima dan Primastik. Obat-
obatan tanaman ini didapatkan dari toko pertanian terdekat.
.
5. Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan 25-30 hari setelah tanam yaitu dengan memberikan
pupuk organik yaitu NPK PHONSKA, KCL, SP36, ZA. Pemberian pupuk secara rutin yaitu
saat tanaman berumur, 15 hari, 25 hari, 35 hari dan 45 hari setelah tanam, dengan dosis yang
sama. Pupuk tunggal seperti Urea, SP36, dan KCl mengandung unsur hara tunggal yaitu
unsur hara makro, masing-masing adalah nitrogen, fosfor, dan kalium Penambahan pupuk
sumber N, P, dan K (50 kg N, 75 kg, P2O5 dan 75 kg K2O per hektar) dapat meningkatkan
tinggi tanaman, diameter batang dan bobot buah total per petak pada tanaman (Mega, 2008 )
Pemupukan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam memaksimalkan
hasil tanaman. Pemupukan dilakukan sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman agar tujuan produksi dapat dicapai (Doni, 2015).
Memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur atau zat
hara ke dalam tanah dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan juga
akan memperbaiki pH tanah dan memperbaiki lingkungan tanah sebagai tempat tumbuh
tanaman (Karim, 2013).
4.2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman terung dilakukan dengan
penyemprotan pestisida, fungisida, insektisida dan bahan kimia lainya, penyakit pada
tanaman terung tidak terlalu banyak ditemukan jika tanaman masih muda tetapi, hama dan
penyakitnya akan banyak pada saat tanaman telah mengalami berkali-kali masa panen.
Adapun hama dan penyakit yang ditemui pada tanaman terung ungu sebagai berikut:
a. Hama Pada Tanaman Terong Ungu
1. Kutu aphid hijau (Myzus persicae sulz)
Kutu aphid hijau menyebabkan daun menjadi kuning, rapuh dan kerdil. Kotoranya
dapat mengundang semut dan jamur sehingga menyebabkan daun bewarna hitam. Kondisi
seperti ini dapat menghambat proses fotosintesis.
Pengendalian: dengan disemprotkan pestisida.
2. Kumbang daun hitam (Epitrix parvula F)
Serangan kumbang ini dapat menyebabkan daun berlubang sehingga terlihat seperti
saringan bewarna kelabu. Akibatnya bunga menjadi berguguran.
Pengendalian: dapat dikendalikan dengan cara mekanis yaitu menggunakancorong
lampu yang bagian dalamnya diberi minyak tanah atau minyak goring. Sehingga kumbang
melekat pada minyak goring, selain itu juga bisa disemprot dengan pestisida kimia/alami.
3. Lalat Buah (Dacus dorsalis)
Lalat buah menyerang dengan cara menusuk buah dan meninggalkan telur didalam
buah. Lubang bekas tusukan sering ditumbuhi cendawan yang bisa menyebabkan busuk
buah.
Pengendalian: dapat dikendalikan secara mekanis yaitu dengan membuang buah yang
telah busuk. Atau dengan penyemprotan dengan pestisida pada buah.
4. Pengerek batang (Dihammus fistulator)
Hama ini sering menyerang tanaman yang telah dewasa atau telah berbuah. Cabang
atau pokok tanaman terlihat layu. Dan meninggalkan lubang yang berisi kotoran berupa butir-
butir kayu bekas gerakan. Dari lubang keluar larva yang bewarna putihdengan kepala coklat
tua, bisa menyebabkan batang rapuh, patah dan mati.
Pengendalian: upaya pengendalian dapat dilakukan yaitu dengan memotong dan
membelah batang bagian bawah lubang larva pupa, setelah dipotong masih bisa
menghasilkan tunas baru, tapi bila serangan dipangkal batang kemungkinan besar tanaman
mati.
5. Tungau Merah (Tetranychus telaris L)
Tungau ini bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan sel tanaman, gejalanya
daun berbintik kemerahan. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun layu dan rontok,
terutama pada musim kemarau.
Pengendalian: agar serangan tungau tidak meluas bisa mengunakan bahan kimia, tau
dengan lebatnya hujan bisa merontokan tungau.
6. Ulat Grayak
Ulat grayak ini bisa merusak daun, tapi tempat utama penyerangannya adalah bakal
buah.
Pengendalian: bisa denag pestisida kimia ataupun buah dan daun yang terserang ulat
grayak dipotong dan dibuang (Pracaya, 2016)

b. Penyakit Pada Tanaman Terong Ungu


Penyakit yang sering menyerang tanaman terung diantaranya cendawan tepung, busuk
buah, layu cendawan dan layu bakteri.
1. Cendawan tepung
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan (Eryshiphe polygoni DC). Seranganya di
tandai dengan adanya tepung putih pada daun. Serangan akan semakin hebat pada musim
kemarau. Apabila ada angin, tepung tersebut akan berhamburan dan berkecambah ditempat
lain.
Pengendalian: bisa dikendalikan dengan menyerbukan tepung belerang atau
mrnyrmprotkan fungisida pada tanaman.
2. Busuk buah
Ada beberapa cendawan yang menyebabkan busuk buah yaitu, Phomopsis vexans,
Phytophthora nicoteanae var, Parasicita dan Pythium aphanidermatum. Serangan terjadi
pada buah, cabang, ranting dan daun. Semua cendawan ini akan mengakibatkan Pada buah
dan permukaan daun akan terlihat bercak coklat. Serangan yang terjadi pada fase semai dapat
menyebabkan tanaman roboh buah terung akan menjadi busuk dan rontok.
Pengendalian: Buah yang telah terkena bercak di panen dan dibuang, namun jika yang
terserang hebat pada tanamannya sebaiknya dibakar.
3. Penyakit Layu Cendawan
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Fusarium oxysporum f. tanaman yang
terserang tampak segar di siang dan malam hari, tapi pada siang hari akan layu, keadaan ini
berlangsung dalam beberapa hari hingga akhirnya tanaman ini mati. Apabila dibiarkan
pangkal batang akan membusuk dan terkadang habis di makan rayap.
Pengendalian: Tanaman yang terkena segera dicabut dan dibakar, tanah jangan
disebar agar tidak menular pada tanaman lain.
4. Penyakit layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala
serangannya hampir sama dengan penyakit layu cendawan. Namun, jika batang yang sakit di
potong melintang, akan keluar lender bewarna putih, dan tahan bertahun-tahun didalam tanah
dan susah diobati.
Pengendalian: sama dengan pengendalian layu cendawan.

5.2.6. Panen
Tanaman terung mulai berbunga sekitar umur 2 bulan, dan buahnya bisa di panen
pada umur 3-4 bulan. Buah metangtidak secara bersamaan sehingga panen dilakukan 2 kali
seminggu. Panen dilakukan saat buah berukuran maksimal, tapi belun tua, buah yang sudah
tua memiliki rasa yang kurang enak dan bijinya sudah mulai keras.
Panen bisa dilakukan pagi maupun sore hari. Buah yang dipanen pun harus disertakan
dengan tangkai agar buah tidak mudah busuk. Pemanenan dilakukan dengan manual yaitu
mengunakan gunting panen atau pisau yang tajam agar mudah memotong tangkai. Kemudian
buah yang telah dipanen di masukan ke dalam keranjang baru di angkut ke tempat
penyortiran buah terung.
Buah yang telah di sortir bagus dikumpulkan kepada pengumpul dan kemudian di jual
kepasar. Harga buah terung per kilo 2500 dari petani sedangkan di pasar dijual 5000 per
kilonya. Buah busa diolah menjadi sayur, di sambal dan digulai sesuai selera.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kegiatan budidaya tanaman terung ungu di Pusat Alih Teknologi dan Pengembangan
Kawasan Pertanian Universitas Andalas (PATPKP-UNAND). Di lakukan secara rinci mulai
dari persiapan bibit, pengolahan lahan, penentuan jarak tanam dan lubang tanam, pemupukan,
pemeliharaan tanaman, sampai panen. Untuk benih tidak dihasilkan sendiri oleh PATPKP-
UNAND, namum bibit yang ditanam, benih yang di gunakan benih hibrida varietas lejatak
yang di beli di took pertanian sekitar.
Proses pemanenan terung ungu dilakukan setelah 3-4 bulan setelah tanam, panen
terung ungu dilakukan 2 kali seminggu. Tanaman terung ungu bisa tumbuh sampai 1 tahun
lebih. Jika budidaya dilakukan dengan baik maka hasil yang didapatkan akan maksimal dan
menyukupi kebutuhan masyarakat di sekitar Sumatra barat.

5.2. Saran
Pembudidayaan tanaman terung ungu sebaiknya lebih di perbanyak dan di perluas
lagi di alahan panjang Serta pemeliharan harus dilakukan dengan baik dan tepat, agar
produksi yang dihasilkan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Sumatra barat dan
sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fahri Karim, Dkk. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terung (Solanum Melongena
L.) Terhadap Perlakuan Pupuk Phonska. Kabupaten Bone Bolango.

Hendri Martinus, Dkk. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Npk Mutiara Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum Melongena L. ). Universitas 17
Agustus 1945. Samarinda. Volume Xiv. Hal 214.

Herwindo. Rival 2014. Kajian Jenis Kemasan Dan Simulasi Pengangkutan Terhadap Mutu Fisik
Buah Terung (Solanum Melongena L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pracaya, Gema Juang Kartika. 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pudji Umi Astuti, dkk. 2013. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Pupukdan Frekuensi Pemberian Zpt
Terhadap Tanaman Terung Ungu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Bengkulu.

Sasongko Johan. 2010. Pengaruh Macam Pupuk Npk Dan Macam Varietas Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum melongena L.). Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Sriyanto Doni, Dkk. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Terung Ungu Dan Terung Hijau (Solanum Melongena L .). Universitas 17 Agustus
1945. Samarinda. Volume XIV. Hal 40.

Anda mungkin juga menyukai