Chest X-Ray
Disusun oleh:
1. Irma Putri H NIM. 21804101017
2. Lina Budiarti NIM. 21804101018
3. Alif Musdalifa NIM. 21804101020
Pembimbing:
dr. Ressy Adi Nugroho, Sp.Rad.
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga referat tentang “Chest X-Ray” ini
referat ini guna memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya serta melatih dalam
Penyusun menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan referat ini.
Atas saran dan kritik dokter pembimbing dan pembaca, penyusun ucapkan terima
kasih.
kedokteran.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ............................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT...........................................................................2
2.3.5 Paru............................................................................15
2.3.8 Tulang........................................................................16
iii
2.4 Kelainan pada Chest X-ray
3.1 KESIMPULAN...................................................................43
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi
paru, mediastinum dan dinding dada. Pemeriksaan radiografi thorax untuk menilai
jantung dan paru sangat penting untuk penilaian awal dan merupakan pelopor
lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologi. Selain kelainan pada paru, rontgen thorax juga
dapat memberikan informasi tentang bentuk dan ukuran jantung, yang mungkin
dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum kegunaan foto toraks adalah untuk
dicurigai terjadinya kelainan pada organ toraks. Oleh karena itu pengetahuan dan
pemahaman dasar terhadap rontgen toraks dan penilaian yang tepat serta teliti
4. Apa saja kelainan paru dan jantung yang dapat ditemukan pada Chest
Xray ?
1.3 TUJUAN
Chest Xray
Xray
1.4 MANFAAT
sistematika interpretasi, kelainan paru dan jantung yang dapat ditemukan pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Chest X-ray (CXR) atau sering disebut rontgen dada adalah jenis radiasi
berenergi tinggi yang dapat menembus tubuh dan masuk ke film, dengan tujuan
untuk membuat gambaran area di dada (Suzanne, 2017). Selain itu, CXR juga
radiasi berenergi tinggi untuk menghasilkan gambar struktur dada (Jantung, paru-
paru, saluran udara, pembuluh darah, tulang belakang dan dada. CXR dilakukan
(Deborah, 2017).
trakea terlihat sedikit menyimpang ke kanan. Dalam posisi erect, trakea bercabang
ditingkat batas bawah vertebra thorakalis 6. Trakea bercabang dua menjadi bronkus
kanan dan kiri. Sama halnya dengan trakea, bronkus juga terlihat sebagai bayangan
Hilus
Hilus terdiri dari arteri, vena, bronkus dan limfe. Batas bawah hilus kiri
Apeks paru terletak diatas bayangan os. Clavicula. Lapangan atas paru
terletak diatas iga 2 anterior, lapangan tengah di antara iga 2 – 4 anterior dan
lapangan bawah berada di bawah iga 4. Paru terdiri 3 lobus paru kanan dan 2
Jantung
Pada proyeksi PA atau AP, batas bawah kanan dari jantung dibentuk oleh
atrium kanan yang bersambung dengan vena cava superior sedangkan sisi kiri atas
dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di kiri kolumna vertebralis. Di bawah
(left atrial appendage) terletak dibawah penonjolan arteri pulmonalis. Pada batas
bawah kiri jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan
Pada proyeksi lateral, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan.
Batas belakang atas dibentuk oleh atrium kiri sedangkan ventrikel kiri membentuk
CTR diukur pada foto rontgen dada PA, dan merupakan rasio dari diameter
pembesaran bayangan jantung. Pengukuran normal harus kurang dari 50%. CTR
tidak boleh diukur pada rontgen dada AP. Objek yang lebih dekat dengan tabung
x-ray tampak diperbesar secara artifisial karena divergensi dari sinar-x, yang
al., 2019).
9
Diafragma
tinggi kedua difragma yang normal sekitar 1 – 1.5 cm. Tinggi kubah diafragma
tidak boleh kurang dari 1.5 cm. Jika tinggi kubah kurang dari 1.5 cm dikatakan
dengan tulang costae sedangkan sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan
Identitas yang lengkap harus tercantum di foto CXR yang akan dibaca untuk
Verifikasi identitas pasien mengenai nama, tanggal lahir, nomor register rumah
sakit dan jenis kelamin (Elizabeth, 2007; Runcie, 2014). Selain itu, tanggal dan
11
waktu pengambilan film juga harus dipastikan untuk mengurangi resiko kesalahan
Orientasi
atau situs inversus. Ada laporan mengenai penempatan Chest drain pada sisi yang
Proyeksi
sinar X yang terletak 1.5 – 1.8 m di posterior pasien dan film diposisikan tepat di
anterior dari dada pasien. Proyeksi anteroposterior (AP) juga dapat digunakan
apabila terdapat kesulitan dalam menentukan posisi pasien karena penyakit akut
atau imobilitas (Elizabeth, 2007). Pada proyeksi AP, skapula dapat menutupi area
paru (Runcie, 2014). Selain itu, jantung dan struktur mediastinum tampak
mengenai ukuran jantung (Elizabeth, 2007; Runcie, 2014). Proyeksi lainnya yang
proyeksi tersebut juga perlu dilaporkan dalam foto. Hal ini dikarenakan posisi
dalam organ thoraks. Posis erect (berdiri) adalah posisi optimal dalam CXR.
AP dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk. Posisi supine juga merupakan
proyeksi AP dan dilakukan pada pasien yang menerima terapi yang intensif
(Elizabeth, 2007).
A B
C D
Inspirasi
dengan diafragma (Elizabeth, 2007; Runcie, 2014). Inspirasi yang tidak adekuat
membuat jantung terlihat lebih lebar dan mendatar, corakan bronkovaskular akan
Rotasi
CXR adalah menilai kesimetrisan yang dilihat dari hubungan antara prosesus
spinosus dengan sisi medial os. Klavikula kanan dan kiri. Posisi simetris jika jarak
antara prosesus spinosus dengan klavikula kanan sama dengan kiri diafragma
peningkatan palsu ukuran jantung dan opaksifikasi pada basis paru karena
15
2.3.3 Trakea
Evaluasi mengenai posisi trakea (di garis tengah atau deviasi) (Elizabeth,
posisi trakea tidak berada di garis tengah. Trakea dapat terdorong kesisi atau
menjauhi area lesi. Pada kondisi tension pneumothora, trakea akan terdorong
2.3.4 Jantung
jantung dapat dihitung dengan CTR. Normalnya CTR dibawah 50% (Runcie,
2014). Selain itu dievaluasi juga mengenai aorta dan pembuluh darah jantung
2.3.5 Paru
diperhatikan pada area yang sulit, yaitu: apeks, sudut costophrenic, hila dan di
16
sekitar jantung. Perhatikan posisi dan ketebalan celah horizontal yang biasanya
memanjang dari tengah hilus kanan dan sangat tipis. Kedua sisi harus memiliki
kepadatan yang sama. Arteri basal harus terlihat lebih tebal dan lebih panjang dari
pada zona atas. Dinding bronkial, harus terlihat tipis dan terbatas pada daerah
itu evaluasi mengenai bayangan abnormal pada paru seperti adanya infiltrat,
2.3.6 Hemidiafragma
termasuk teknik radiografi (Runcie, 2014). Perbedaan tinggi kedua difragma yang
normal sekitar 1 – 1.5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh kurang dari 1.5
cm. Jika tinggi kubah kurang dari 1.5 cm dikatakan diafragma mendatar
sudutnya adalah lancip. Sudut tumpul biasanya dijumpai dalam kondisi adanya
efusi pleura.
2.3.8 Tulang
perubahan osteoblastik atau osteolitik lainnya. Selain itu evaluasi mengenai kurva
Soft tissue atau jaringan lunak dinding thorax, baik yang terletak di depan
dan besarnya tergantung pada besarnya. Pada laki-laki, teristimewa pada mereka
jaringan lunak mungkin pula disebabkan oleh papilla mammae, tumor dinding
thorax, dan benjolan dalam kulit (seperti neurofibromatosis, kutil yang agak besar,
dan corpora aliena). Rambut wanita yang menyebabkan superposisi atas paru-paru
antara lain Posterior Anterior (PA), Anterior Superior Supine maupun Erect (AP),
Lateral, Oblique dan Top Lordotik. Beberapa teknik proyeksi tersebut didasarkan
pada kemungkinan kelainan pada paru yang akan dinilai (Wikanargo dan Thenata,
2018).
(Kemenkes RI, 2015). Pemeriksaan radiologis pada TB paru secara rutin adalah
menggunakan foto thoraX PA, dan beberapa pemeriksaan lain atas indikasi seperti
foto apikolordotik ataupun oblik. Hal ini didasarkan letak lesi dan bertujuan untuk
melihat gambaran lesi tersebut dengan lebih jelas (Parhusip, 2009). Secara umum
gambaran lesi pada TB paru yang ditemukan pada foto polos dada dapat
limfadenopati hilus
Keterangan: Foto di atas merupakan foto CXR pasien perempuan dengan TB Paru usia
42 tahun, didapatkan gambaran multiple small nodules dan patchy consolidation pada
paru kanan atas dan diantara zona media paru kanan. (Jeong et al, 2017).
20
Keterangan: (A) Konsolidasi pada zona atas paru kanan dengan prominen hilus paru
kanan; (B) Multiple coalescent air space nodul pada zona paru kanan atas; (C) Gambaran
multiple reticulonodular lesi dengan kecurigaan miliary TB; (D) Gambaran post primary
TB aktif dengan cavitas dan konsolidasi pada zona paru kiri atas; dan (E) Gambaran efusi
pleura kanan dengan multiple air space nodule scattered pada kedua paru (Bhala et al,
2015).
Keterangan: (A) Gambaran rongga dengan dinding yang tipis pada paru kiri atas; (B)
Gambaran hilangnya volume pada zona atas dengan penebalan pleura apikal, hilus yang
tertarik, fibro-bronkiektasis dan kalsifikasi; (C) Gambaran fibro-bronkiektasis pada zona
paru atas (Bhala et al, 2015).
21
Pneumonia
seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Pneumonia bakterial tipikal dapat
foto thorax PA dan lateral. Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan ini
gambaran konsolidasi pada paru, air bronchogram (+), sedangkan jika terjadi
lobar pneumonia maka akan ditemukan lesi radiopaque sesuai batas lobus paru
Keterangan: (A) Pneumonia pada lobus media kanan dan kiri atas; dan (B) Pneumonia
luas dengan konsolidasi pada lobus kanan bawah.
PPOK merupakan penyakit paru kronik yang ditandai oleh adanya hambatan
aliran udara di saluran nafas yang bersifat progressif non reversibel atau reversibel
22
parsial. Secara umum PPOK ini terdiri dari bronktis kronis dan emfisema atau
terpajan polusi udara, riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang, defisiensi anti
pemeriksaan ini juga berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Untuk
Destruksi Paru
proses infeksi yang terjadi secara kronis. Penyebab tersering terjadinya destruksi
dan lateral untuk mengetahui lokasi dan luas dari destruksi. Sebagai dasar
2003).
Atelektasis
lateral untuk mengetahui lokasi dan distribusi atelektasis. Sebagai dasar gambaran
sehingga memberi bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dan pergeseran
Keterangan: Pada foto didapat gambaran batas jantung yang menghilang (Silhouetting)
yang menandakan adanya over inflasi pada paru yang masih tersisa. Peningkatan densitas
pada paru kanan karena adanya penurunan aerasi akibat berkurangnya volume paru.
25
Efusi Pleura
akibat peningkatan produksi cairan dan atau berkurangnya absorbsi oleh kelenjar
paru)
Pemeriksaan foto thorax pada efusi pleura dapat menggunakan proyeksi PA,
AP dan Left Lateral Decubitus (LLD). Beberapa penggunaan proyeksi ini dapat
dipilih sesuai dengan kondisi klinis dari pasien, dengan menggunakan konsep
dasar bahwa cairan yang ada keadaan efusi pleura akan berada pada tempat yang
keadaan efusi pleura yang masif dapat ditemukan gambaran opasitas homogen
26
dengan pendorongan jantung dan mediastinum kearah sisi yang sehat (PPDI,
2003).
Pneumothorax
rongga pleura. Umumnya dapat disebabkan oleh adanya riwayat penyakit paru
Keterangan: (A) Pneumothorax minimal dengan gambaran kavitas pada apex paru kiri
dan penurunan batas paru kiri; (B) Tension Pneumothorax yang menggambarkan adanya
pendorongan mediastinum ke sisi kanan, paru kiri kolaps dan hilangnya corakan paru kiri;
dan (C) Tension pneumothorax dengan pergeseran mediastinum ke sisi kiri dan hilangnya
corakan paru pada seluruh lapang paru kanan.
Hematothorax
Keterangan: Pada foto didapatkan gambaran air fluid level dengan opasitas yang tinggi.
Odem Paru
berlebihan di dalam sel, ruang antar sel, dan rongga alveoli pada paru.
c. Edema paru alveolar: opasitas pada kedua paru yang tebal di bagian sentral
Keterangan: (A) Cephalisasi; (B) Peribronchial Cuffing; dan (C) Bilateral Kerley lines.
massa yang abnormal dalam jaringan paru. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
Proyeksi yang dilakukan pada keadaan curiga adanya massa dalam jaringan
paru dapat disesuaikan dengan kecurigaan posisi massa tersebut dan klinis pasien.
Keterangan: Pada foto CXR diatas didapatkan gambaran massa paru dengan tipe lesi
yaitu tepi tegas dan homogen.
metastasis keganasan pada jaringan paru yang berasal dari jaringan diluar paru.
adalah adanya nodul multipel (miliar) dengan opasitas yang homogen maupun
yang dilakukan ketika diduga adanya penyakit jantung dan lebih umum
digunakan untuk menilai dan mengikuti tingkat keparahan penyakit jantung (Pirro
et al., 2013). Karena Chest X-Ray membentuk gambar dengan proyeksi, teknik ini
mediastinum, dan paru-paru serta yang mengubah struktur pembuluh darah paru.
Anterior (PA), Lateral, dan oblique. Proyeksi PA lebih dipilih karena dapat lebih
jelas menggambarkan jantung karena jantung terletak di anterior dan dekat dengan
(Asriyani, 2017).
32
kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Pembesaran jantung paling
disebabkan oleh:
Pembesaran atrium kanan terisolasi baik dengan proyeksi PA. Gambaran radiologi
dari kontur jantung kanan dan angulasi dari persimpangan vena cava
hasil dari angulasi yang jelas pada superior vena caval-right atrial junction
Keterangan: Pada gambar diatas merupakan dilatasi atrium dan ventrikel kanan karena
regurgitasi trikuspid parah terkait dengan cedera traumatis katup trikuspid.
34
kiri dapat disebabkan oleh stenosis katup mitral akibatoleh penyakit jantung
rematik. Pembesaran atrium kiri terisolasi baik dengan proyeksi PA. Gambaran
seluruh jantung berputar ke kiri di sekitar sumbu panjang dan menggeser ventrikel
kiri ke posterior (Bhattacharya and Sharma, 2019). Etiologi paling umum dari
seperti Pulmonary arterial hypertension (PAH) dan pada anak-anak yang sering
Pembesaran ventrikel kiri dapat disebabkan oleh hipertensi, koarktasio aorta, dan
stenosis katup aorta. Pembesaran ventrikel kiri terisolasi baik dengan proyeksi
tertanam) dan lateral. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan nilai CTR
Efusi Perikardial
perikardial, yaitu antara lapisan visceral dan parietal perikardium. Paling sering
Proyeksi untuk melihat adanya efusi pericardial adalah PA dan juga lateral. Pada
tampilan PA pembesaran jantung simetris seperti air dalam botol atau yang
disebut “water bottle sign”. Pembesaran jantung akibat adanya efusi pericardial
efusi pericardial dapat dilakukan pengambilan foto lateral dan dapat ditemukan
tanda “fat pad sign” karena perikardium tersusun atas lapisan lemak di luar
pericardium sehingga berlapis lapis seperti sandwich (Gaillard and Shah 2009)
38
Keterangan: (Kiri) Foto PA dengan gambaran water botle sign; (Kanan) Foto lateral
dengan gambaran fat pad sign, yaitu garis jaringan lunak > 2 mm antara lemak epikardial
dan lemak mediastinum anterior.
peningkatan tekanan vena pulmonalis adalah adanya disfungsi ventrikel kiri dan
Gambaran radiologi dari hipertensi vena pulmonalis adalah pembuluh darah paru-
paru yang menonjol, baik arteri dan vena. Adanya resistensi terhadap aliran
paru. Tekanan yang meningkat terus menerus dapat meneybabkan endema paru.
kompresibel ketika tekanan onkotik plasma dilampaui oleh tekanan vena paru.
kapiler paru atau arteriolar meningkatkan tekanan arteri paru. Penyebab hipertensi
a. Proses obstruktif (mis., Emboli paru kronis, hipertensi arteri idiopatik atau
Gambaran radiologi dari hipertensi arteri pulmonalis adalah arteri paru melebar
secara terpusat.
Kalsifikasi Perikardial
radiologi dari kalsifikasi perikardial dapat berupa penebalan garis putih pada
Aorta Diseases
gambaran seperti lipatan dan ektasia (dilatasi dan perpanjangan) dari aorta.
Lipatan atau ectasia dari aorta asendens akan menghasilkan gambaran konveksitas
mediastinum superior kanan pada radiologi dada dengan proyeksi PA. (Breen and
Callahan, 2019). Aorta dikatakan mengalami dilatasi jika ukuran dari garis terluar
Keterangan: Pada dilatasi aorta didapatkan gambaran aortic knob > 4cm dihitung dari
tepi luar trakea.
Keterangan: Pada aorta sklerotik didapatkan gambaran kalsifikasi pada aortic knob.
43
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Chest X-ray (CXR) atau sering disebut rontgen dada adalah jenis radiasi
berenergi tinggi yang dapat menembus tubuh dan masuk ke film, dengan tujuan
untuk membuat gambaran area di dada. Selain itu, CXR juga merupakan
saluran udara, pembuluh darah, tulang belakang dan dada. CXR dilakukan untuk
3.2 SARAN
dokter umum nantinya. Makalah ini masih jauh dari kesempunaan, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Asriyani, S. 2017. Basic Of Chest X-Ray. diunduh pada tanggal 19 Juli 2019.
https://www.hagaziekenhuis.nl/media/483069/x_thorax_beoordelen.pdf.
Bhala A.S, Goyal A,Guleira R, Gupta A.K. 2015. Chest Tuberculosis
:Radiological Review and Imaging Recomendation. Indian Journal of
Radiology And Imaging 25(3): 213-225.
Bhattacharya, P, T and Sharma, S. 2019. Right Ventricular Hypertrophy.
StatPearls Publishing LLC. Treasure Island (FL).
Breen, J, F and Callahan, M, J. Diunduh pada tanggal 19 Juli 2019.
http://lcbaxterlibrary.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/mayocar
diaccxrreview.pdf.
Deborah, W. 2017. Chest X-ray. Available from:
https://www.healthline.com/health/chest-x-ray. Accessed on July 24th, 2019.
Elizabeth, P. 2007. Interpretation of the Chest Radiograph. Continuing Education
in Anaesthesia, Critical Care & Pain. 7(3): 71 – 75.
Gaillard, F and Shah, V. 2009. From The Case: Pericardial Efusion-Water Bottle
Sign. Diakses pada tanggal 19 Juli 2019. Radiopaedia.
https://radiopaedia.org/images/31601.
Irianti I.T. 2013. Atelektasis Paru. Referat. Program Pendidikan Dokter
Departemen Ilmu Bedah FK UNHAS/SMF Bedah Thoraks Kardiovaskuler.
Jeong Y.J et al. 2017. The Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis : A Korean
Prespective. Sungkyunkwan University School Of Medicine.
Kemenkes RI. 2015. Tuberkulosis. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI.
Kemeristekdikti. 2016. Penuntun Keterampilan Klinis Pemeriksaan Radiografi
Toraks Edisi 1. FK Universitas Andalas: Padang.
Parhusip M.B. 2009. Peranan Foto Dada Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis
Paru Dengan BTA Negatif di Puskesmas Kodya Medan. Thesis. Program
Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Penyakit Paru FK USU/SMF
Paru RSUP H. Adam Malik Medan.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Penyakit Paru di Indonesia. Jakarta.
Pierro,F, et .al., 2013. Chest X-ray cardiac anatomy and pathology: correlation
with Angiocardiography, CT, and MR imaging. Department of Bioimaging
and Radiological Sciences. Page 3-4.
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi diagnostik. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. 2 ed.
45