Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK PENELITIAN DENGAN PENDEKATAN KUANTITATIF

Reno Fernandes/19169026
Devy Kurnia Alamsyah/19169004
Universitas Negeri Padang

Abstrak

Artikel ini menyajikan informasi mengenai hakikat penelitian dan karakteristik


penelitian kuantitatif. Manusia sebagai makluk sosial memiliki beragam
permasalahan yang harus diselesaikan secara baik. Masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yaitu dengan menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Agar dapat mengenal dan mengoperasionalkan penelitian
kuantitatif, artikel ini akan membatasi permasalahan pada karakteristik penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif memiliki karakteristik diantaranya: 1).
Menggunakan rancangan yang terstruktur, formal, dan spesifik, serta mempunyai
rancangan operasional yang mendetail. 2) Data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif
atau dapat dikuantitatifkan dengan menghitung atau mengukur. 3). Penelitian
kuantitatif membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu dijawab, untuk
membimbing arah dan pencapaian tujuan penelitian. 4).Penelitian kuantitatif
membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu dijawab, untuk membimbing arah
dan pencapaian tujuan penelitian 5).Analisis data dilakukan dengan menggunakan
statistik, baik statistik diferensial maupun inferensial. 6).Penelitian kuantitatif lebih
berorientasi kepada produk dari proses. 7). Sampel yang digunakan: Iuas, random,
akurat, dan representatil. 8).Peneliti kuantitatif menganalisis data secara deduktif. 9).
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hendaklah dapat dipercaya
(valid), andal (reliable), mempunyai norma dan praktis.
Kata Kunci : Kuantitatif, Penelitian, Metode, Pendekatan

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makluk sosial yang mampu berpikir dan menalar. Dalam
menghadapi kehidupan yang cendrung dinamis manusia harus mampu beradaptasi
dengan lingkungan yang berubah. Untuk itu diperlukan wawasan dan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan yang cukup andal serta sikap terbuka dan orisinil
dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi. Perubahan sosial yang terjadi

1
membawa tantangan dan tuntutan masyarakat yang bertambah kompleks di
lingkungannya membuat manusia tidak terlepas dari berbagai masalah. Dalam
kehidupan sering terjadi jurang antara apa yang diharapkan dan realitas dalam
masyarakat. Masalah itu berbeda pada setiap manusia dalam kehidupannya, dan
sangat tergantung pada kekuatan, kelemahan, ambisi serta, kompleksitas hidup yang
dilalui seseorang (Yusuf, 2014).

Sebagai makluk hidup manusia sudah dibekali dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan
mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang
berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip,
maupun prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya
pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara
universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan
manusia yaitu: (1) logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; (2) etika
yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta (3) estetika yang dapat
membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan
modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut (Raharja, Wibhawa, & Lukas,
2018).

Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah
yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak
semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari
oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan
bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan
pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan
logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan bahwa suatu
pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut didasarkan atas fakta atau realita.
Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan empirik atau berangkat

2
dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara
rasional dan dibuktikan secara empirik.

Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah


melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar
memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang rasional
berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk
mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Penelitian sebagai upaya untuk
memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan
dalam metode ilmiah.

Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah.


Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur
penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Dalam
mengetahui kebenaran penyelesaikan masalah dikenal dua metode penelitian ilmiah
diantaranya pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Artikel ini akan mengkhususkan
kajian pada metode penelitian kuantitatif yaitu hakikat dan karakteristik penelitian
kuantitatif. Dengan demikian diharapkan pembaca dapat memahami dan
membedakan metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian lainnya.

PEMBAHASAN
a. Pendekatan ilmiah dalam mencari kebenaran

Kebenaran keilmuan dapat didekati melalui pengalaman, penalaran, dan


penyelidikan ilmiah. Sesuai dengan keberadaan masing-masing individu, baik dilihat
dari tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang, pengalaman yang pernah
dilaluinya, maupun kemampuan dalam memecahkan dan mencari pemecahan
terhadap sesuatu masalah dengan mempertimbangkan juga tingkat kompleksitas
masalah yang dihadapi maka penghampiran dalam mendekati suatu masalah yang
dihadapi, dan dalam mencari kebenaran akan berbeda-beda di antara sesama manusia.

3
Demikian juga balikan yang dirasakan setelah melewati suatu hambatan. Ada
sebagian individu baru merasa puas kalau apa yang mereka inginkan terpenuhi.
Pengetahuan yang mereka inginkan adalah pengetahuan yang benar (menurut
kenyataannya); namun ada pula sebagian manusia lain telah merasa puas kalau
sesuatu yang dihadapkan padanya selesai. Mereka kurang mempersoalkan bagaimana
dan mengapanya, yang penting selesai dan ada pemecahannya.

Sehubungan dengan itu, ada dua pendekatan dalam mencari kebenaran: (1)
pendekatan non-ilmiah dan (2) pendekatan ilmiah. Pendekatan non-ilmiah tidak
menggunakan seperangkat aturan tertentu yang logis dan sistematis, atau dalam
kondisi tertentu secara kebetulan sesuatu itu datang, dan jalan keluar dapat diberikan.
Adapun pendekatan ilmiah merupakan suatu proses dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu, secara sistematis, teratur, dan terkontrol terhadap variable yang
ingin diketahui. Burn dalam (Yusuf, 2014) mengemukakan ada empat karakteristik
ilmu, yaitu: (1) dapat dikontrol; (2) dapat diulang (3) dapat dirumuskan/dijabarkan
langkah-langkah untuk mengukurnya (operational definition) dan (4) dapat diuji
kebenarannya.

Pengetahuan dan kebenaran yang didapat melalui pendekatan ilmiah dengan


menggunakan penelitian atau penyelidikan sebagai wahana, serta berpijak pada teori
tertentu yang berkembang berdasarkan penelitian secara empiris sebelumnya akan
mempunyai kekuatan yang sangat berarti dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.Teori yang digunakan sebagai dasar pengkajian, telah diuji
kebenarannya kecanggihan maupun keterandalannya. John Dewey dalam (Suyanto,
2011) mengemukakan lima langkah yang perlu diperhatikan dalam menemukan
kebenaran. Kelima langkah itu sebagai berikut: Adanya kebutuhan yang dirasakan,
Merumuskan masalah, Merumuskan hipotesis/ pertanyaan, Melaksanakan
pengumpulan data, Menarik kesimpulan.

4
Hakikat Fungsi dan Proses Penelitian
Manusia hidup dalam lingkungan yang selalu berubah dan berkembang.
Kompleksitas dan keberagaman lingkungan menimbulkan kesulitan dan berbagai
masalah yang bervariasi menurut keadaan masing-masing. Ada yang merasa faktor
ekonomi yang utama, tetapi ada pula yang merasakan kesulitan pada sektor sosial dan
budaya. Bahkan banyak pula yang terganggu karena persoalan pribadi, baik dilihat
dari sikap maupun dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesulitan atau persoalan
itu hanya dapat didekati menurut keadaan sebenarnya dan untuk apa serta bagaimana
arah yang ingin dipecahkan. Mungkin juga didekati secara sporadis, tidak terkendali
ataukan akan diselesaikan secara sistematis dan ilmiah.

Penelitian (research) sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan suatu


masalah atau mencari jawab dari persoalan yang dihadapi Secara ilmiah,
menggunakan cara berpikir reflektif, berpikir keilmuan dengan prosedur yang sesuai
dengan tujuan dan sifat penyelidikan. Penelitian ilmiah menggunakan langkah-
langkah yang sistematis dan terkendali, bersifat hati-hati dan logis, objektif dan
empiris serta terarah pada sasaran yang ingin dipecahkan. Penelitian yang
dilaksanakan itu hendaknya mampu menjawab masalah yang ada, mengungkapkan
secara tepat atau memprediksi secara benar (Manggala et al., 2009)

Oleh karena sifat masalah atau objek yang diteliti itu berbeda, maka perlu
dipilih tipe dan jenis penelitian yang sesuai dengan tujuan dan objek penelitian, Baik
melalui penelitian kuantitatil maupun penelitian kualitatif, penelitian survei maupun
penelitian non survei baik melalui penelitian pustaka maupun penelitian, atau
penelitian ex post facto maupun penelitian eksperimen

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

Pendekatan penelitian kuantitaif adalah suatu pendekatan yang secara primer


menggunakan paradigma positivistik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
(seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan

5
pertanyaan spesifik menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori),
menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan
data statistik (Purwanto, 2012). Cara pandang positivistik, merupakan cara pandang
yang menyatakan bahwa eksistensi kenyataan/realitas sosial dan realitas fisik adalah
independent atau terpisah bebas atau berada di luar diri peneliti. Oleh karena itu
siapa saja yang akan meneliti realitas tersebut, dapat mengamati atau mengukurnya,
dan apabila pengamatan/pengukurannya tidak bias maka hasil-hasil penelitian
tersebut dapat dikategorikan sebagai pengetahuan ilmiah (Sugiyono, 2012).
Cara pandang positivisme memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) asumsi
bahwa realitas adalah objektif, terpisah di luar peneliti, dapat diamati dan diukur; (2)
tujuan penelitian adalah mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan antar variabel
yang diukur; (3) fokus pada reduksi realitas menjadi variabel dan variabel dapat
diukur dengan instrumen dan menghasilkan data numerik; (4) asumsi metodologis:
proses deduktif, hubungan antar variabel, sebab-akibat, disain statis-telah ditentukan
sebelum penelitian, bebas konteks (context-free), hasil prediksi-eksplanasi dapat
digeneralisasikan, validitas dan reliabilitas dapat diketahui; (5) analisis data
menggunakan analisis statistika: (6) peranan kajian teoretik sangat dominan untuk
menjelaskan dan menjawab pertanyaan penelitian/rumusan masalah; (7) Data
kuantitatif berpusat pada unit analisis dan berbentuk distribusi (Creswell, 2017)
Penelitian kuantitatif memusatkan perhatiannya pada gejala yang mempunyai
karakteristik tertentu yang bervariasi dalam kehidupan manusia, yang dinamakan
variabel. Hakikat hubungan antarvariabel dianalisis dengan menggunakan teori yang
objektif. Karena sasaran kajian dari penelitian kuantitatif adalah gejala, sedangkan
gejala yang ada dalam kehidupan manusia tidak terbatas dan tidak terbatas pula
kemungkinan variasi dan hierarkinya. Penelitian kuantitatif berfokus pada variabel,
bahkan sebelum penelitian dilakukan telah ditentukan terlebih dahulu variabel yang
akan diteliti. Dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati
merupakan hal yang sangat penting. Pengumpulan data dilakukan dengan

6
menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan indikator dari variabel yang
diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif (Kasirom, 2010).
Pendekatan kuantitatif memandang tingkah laku manusia dapat diramal dan
memandang realitas sosial; objektif dan dapat diukur. Oleh karena itu, penggunaan
penelitian kuantitatil dengan instrumen yang valid dan reliabel serta analisis statistik
yang sesuai dan tepat menyebabkan hasil penelitian yang dicapai tidak menyimpang
dari kondisi yang sesungguhnya. Hal itu ditopang oleh pemilihan masalah,
identifikasi masalan pembatasan dan perumusan masalah yang akurat, serta dibarengi
dengan penetapan populasi dan sampel yang benar.Berbeda dengan pendekatan yang
lain, pendekatan kuantitatif mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut;

1. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan rancangan yang


terstruktur, formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional
yang mendetail.

Setiap penelitian kuantitatit haruslah dengan persiapar dan operasional yang


matang. Ini berarti dalam rancangan itu telah terdapat antara lain masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, kegunaan penelitian, studi
kepustakaan, jenis instrumen, populasi dan sampel, serta teknik analisis yang
digunakan. Semuanya itu diungkapkan dengan jelas dan benar menurut ketentuan
yang berlaku dan telah disepakati.

2. Data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan


dengan menghitung atau mengukur.

ini berarti sebelum turun ke lapangan jenis data yang dikumpulkan telah jelas,
demikian juga dengan respondennya. Data yang dikumpulkan merupakan
datakuantitatif; lebih banyak angka bukan kata-kata atau gambar.

7
3. Penelitian Kunatitatif bersifat momentum atau menggunakan selang waktu
tertentu, atau waktu yang digunakan pendek; kecuali untuk maksud
tertentu.

Apabila kita melakukan eksperimen, maka waktu yang digunakan dapat diatur
setepat mungkin. Di samping itu dapat juga dilakukan dengan sekali pukul dan
selesai serta tidak diperlukan peneliti untuk selamanya melakukan observasi pada
objek yang sedang diteliti.

4. Penelitian kuantitatif membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu


dijawab, untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan penelitian

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu dibuktikan. Untuk itu


diperlukan seperangkat data yang dapat menunjang pembuktian tersebut melalui
penyelidikan ilmiah. Data tersebut dapat dikumpulkan dengan mengguna kan
interview terstruktur, angket, skala, dan sebagainya.

5. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik, baik statistik


diferensial maupun inferensial.

Pembuktian hipotesis dapat dilakukan secara manual atau dengan komputer.


Dengan menggunakan statistik peneliti dapat mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang berarti antara satu ubahan dan ubahan yang lainnya, atau
terjadinya peristiwa itu karena disebabkan oleh ubahan yang lain. Tingkat
pengaruh atau hubungan suatu ubahan terhadap yang lain, atau sumbangan
ubahan yang satu terhadap ubahan lainnya akan dapat dinyatakan dengan jelas.
Contoh: Intelegensi, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan nilai tes masuk
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa FIP IKIP Padang sebesar 29,7% (A.
Muri Yusuf-1984).

8
6. Penelitian kuantitatif lebih berorientasi kepada produk dari proses.

Karena yang akan dicari adalah pengujian/pembuktian hipotesis, maka pengkajian


proses tidaklah begitu dipentingkan, sebab yang ingin dilihat bagaimana
hubungan antara satu variabel dengan yang lain, bagaimana hasil belajar dengan
membelajarkan (bukan prosesnya), atau apakah ada pengaruh umur terhadap
kelambatan belajar dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa penelitian kuantitatif
tidak terikat betul pada natural setting, karena arti dari suatu tindakan atau
perbuatan telah dinyatakan secara kuantitas dapat diukur melalui produk/hasil.

7. Sampel yang digunakan: Iuas, random, akurat, dan representatil.

Dalam penelitian kuantitatit, peneliti akan selalu berupaya ingin membuktikan


hipotesis, dan menggeneralisasi atau memprediksi hasil penelitiannya. Untuk
dapat membuktikan suatu hipotesis, peneliti akan menggunakan analisis statistik
yang dalam pelaksanaannya membutuhkan persyaratan tertentu, seperti jumlah
sampel, homogenitas, dan linearitas. Hal itu hanya dimungkinkan apabila sampel
diambil dari populasi yang luas, random, akurat, dan representatif. Demikian juga
untuk membuat generalisasi, sampel yang diambil hendaklah mewakili "kepada
apa atau kepada siapa" hasil penelitian itu akan digeneralisasikan. Setiap langkah
yang dilakukan hendaklah akurat, sehingga kesimpulan yang diambil benar dan
dapat dipercaya secara ilmiah.

8. Peneliti kuantitatif menganalisis data secara deduktif

Hal ini terjadi karena hipotesis yang disusun berdasarkan teori yang sudah ada
Teori tersebut menggambarkan keadaan umum suatu konsep atau konstruk. arena
penelitian kuantitatif ingin membuktikan hipotesis yang telah disusun atau ingin
menggambarkan sesuatu secara umum, maka analisis data harus pula dilakukan
secara deduktif, dari umum ke khusus, bukan sebaliknya.

9
9. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hendaklah dapat
dipercaya (valid), andal (reliable), mempunyai norma dan praktis.

Penyusunan instrumen yang valid sangat diperlukan. Untuk itu perlu diikuti
langkah-langka dalam penyusunan instrumen yang baik sehingga terdapat
"content validity" atau "predictive validity" Instrumen itu hendaklah mudah
dilaksanakan/diadministrasikan dan mempunyai norma tertentu dalam
menentukan angka yang mereka dapat. Justru karena itu, instrumen penelitian
kuantitatif perlu dimantapkan dan ditimbang oleh orang yang ahli dalam bidang
yang diteliti sebelum diujicobakan dandigunakan dalam pengumpulan data yang
sebenarnya.

Kesimpulan
Pendekatan penelitian kuantitaif adalah suatu pendekatan yang secara primer
menggunakan paradigma positivistik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
(seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan
pertanyaan spesifik menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori).
Penelitian kuantitatif memiliki karakteristik diantaranya: 1). Menggunakan rancangan
yang terstruktur, formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang
mendetail. 2) Data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan
dengan menghitung atau mengukur. 3). Penelitian kuantitatif membutuhkan hipotesis
atau pertanyaan yang perlu dijawab, untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan
penelitian. 4).Penelitian kuantitatif membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang
perlu dijawab, untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan penelitian 5).Analisis
data dilakukan dengan menggunakan statistik, baik statistik diferensial maupun
inferensial. 6).Penelitian kuantitatif lebih berorientasi kepada produk dari proses. 7).
Sampel yang digunakan: Iuas, random, akurat, dan representatil. 8).Peneliti
kuantitatif menganalisis data secara deduktif. 9). Instrumen yang digunakan dalam
mengumpulkan data hendaklah dapat dipercaya (valid), andal (reliable), mempunyai
norma dan praktis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. (2017). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Approaches. Journal of Social and Administrative Sciences.
https://doi.org/10.1453/jsas.v4i2.1313
Kasirom, M. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. In Malang: UIN
Maliki Press.
Manggala, D., Pakki, G., Soenoko, R., Santoso, P. B., Desy Emilasari, Iwan Vanany,
… Jansen, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jurnal Teknik Industri.
https://doi.org/10.4128/9781606494080
Purwanto, M. P. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. In Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Raharja, S., Wibhawa, M. R., & Lukas, S. (2018). MENGUKUR RASA INGIN
TAHU SISWA [MEASURING STUDENTS’ CURIOSITY]. Polyglot: Jurnal
Ilmiah. https://doi.org/10.19166/pji.v14i2.832
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyanto, B. (2011). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian
Gabungan. In Prenada media grop. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai