Disusun Oleh:
Asyari
18011865009
Buku dengan judul “Why Nation Fail –Origin of Power, Prosperity and
Proverty” ini, diterbitkan pertama kali oleh Crown Publishing Group di New York
tahun 2012. Tesis awal yang diajukan oleh Acemoglu dan Robinson dari karyanya
“Mengapa Negara Gagal” ialah sistem ekonomi yang bersifat inklusif dengan
perlembagaan ekonomi yang inklusif akan mendorong kemajuan ekonomi,
kemudian sistem ekonomi ekstraktif dengan perlembagaan ekonomi yang ekstraktif
pula akan mendorong kemunduran ekonomi dan menyisakan penderitaan.
Sedangkan dari sudut pandang politik kedua penulis buku tersebut mengungkapkan
kemajuan politik didorong oleh sistem dan perlembagaan politik yang inklusif.
1
Daron Acemoglu dan James A. Robinson, Why Nations Fail: The Origins of Power,
Prosperity and Poverty, (London: Profile Books, 2012) h. 271
insentif yang memadai bagi kehidupannya di negara tersebut, bahkan angka
harapan hidupnya jauh berbeda dengan Nagolas di Amerika Serikat.Untuk
menjawab lebih jauh terkait permasalahan kedua negara ini, Acemoglu dan
Robinson mengungkapkan dalam sejarah penguasaan negara-negara tersebut oleh
bangsa Eropa, bermula dari Bangsa Spanyol yang mendaratkan kakinya di wilayah
Amerika Selatan atas ketertarikannya pada sumberdaya alam yang terkandung
disana, membuat orang-orang Spanyol menjadikan Amerika Latin menjadi daerah
jajahannya, dengan memperlakukannya secara kejam, dimana kepala-
kepalasuku/raja pada wilayah-wilayah yang dikuasainya ditawan dan dirampas
hartanya, kemudian menjarah seluruh kekayaan masyarakat dan alamnya.
Amerika Utara (AS dan Kanada) dijadikan koloni Inggris bukan tanpa alasan,
tetapi memang sudah tidak mendapatkan negara jajahan (habis dikuasai oleh
Spanyol dan Portugis), Akhirnya bangsa Inggris harus bersusah payah dalam
menguasai AmerikaSerikat, mereka akhirnya merumuskan konstitusi untuk setiap
warga negara harus bekerja, setiap keluarga diberikan 50 Ha tanah untuk dikelola,
sehingga kemajuan bidang pertanian berkembang pesat yang mengakibatkan setiap
orang Amerika Serikat yang menguasai tanah untuk dikelola mendapatkan insentif
yang memadai, bahkan dapat ikut serta dalam merumuskan undang-undang,
kebalikan dari wilayah yang dikuasai oleh Spanyol hanya menjadi negara budak
yang tetap miskin. Latar belakang kedua negara tersebut menerangkan cukup
menerangkan bahwa sistem kolonial yang dilakukanlah pembentuk penindasan itu
sendiri, kemudian pada bagian-bagian selanjutnya dalam buku ini disebut sebagai
sistem ekstraktif.
Bab selanjutnya Acemoglu dan Robinson secara terang menolak teori Jared
Diamond (1997) dan Sach (2006) yang mengungkapkan bukanlah iklim, letak
geografis maupun budaya yang menentukan kemakmuran itu sendiri. Ia juga
menolak toeri Max Weber (2002) yang menyatakan bahwa kebangkitan industri
modern di Eropa Barat merupakan merupakan refleksi dari etika Protestan pasca
reformasi agama, atau pandangan Landes (1999) yang berpendapat bahwa negara-
negara Eropa Barat maju berkat kultur yang unik yang mendorong mereka untuk
bekerjakeras dan inovatif.
Baginya Ketimpangan ekonomi antara Meksiko dan AS, Jerman Timur dan
Jerman Barat sebelum akhirnya bersatu, dan Korea Selatan dan Korea Utara
merupakan bukti bahwa kekayaan negara tidak ditentukan oleh faktor geografis,
namun karena faktor institusi politik.Selanjutnya menurut mereka, Amerika Serikat
dan Kanada merupakan dua bekas negara jajahan Inggris sama seperti Sierra Leone
dan Nigeria. Namun kedua negara yang disebutkan pertama mampu menjadi negara
besar, sementara dua negara terakhir, masih berkutat sebagai negara berkembang.
Lebih jauh, menurut Acemoglu dan Robinson, berbagai etika yang muncul
seperti semangat gotong royong merupakan hasil dari penerapan dari sebuah
institusi dan tidak berdiri sendiri. Dengan demikian, keyakininan, nilai-nilai dan
etika tidak dapat menentukan kemajuan suatu negara. Dalam teori First Welfare
Theorem, disebutkan bahwa pasar ekonomi berasal dari sudut pandang tertentu.
Tidak adanya kebebasan dalam produksi, jual beli barang dan jasa, akan
menghasilkan kegagalan pasar. Kondisi inilah yang menjadi dasar dari teori
ketimpangan dunia. Negara kaya menjadi kaya karena mereka menerapkan
kebijakan terbaik dan sukses mengeliminasi kegagalan pasar tersebut.
Data dari Fragile State Index 2015 menetapkan Indonesia berada di posisi 88
dari 178 negara. Bisa dikatakan Indonesia masih di posisi tengah, yaitu antara
belum aman dan belum gagal juga. Ini pun tak terlepas dari efek intitusi ekstraktif.
Sehingga menyebabkan negara Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari jaring
korupsi yang begitu mengikat.
2
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melayani Publik (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006), h. 179
3
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.
semakin maju dan mampu bersaing dalam dinamika global yang semakin ketat,
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin baik, SDM aparatur semakin
profesional, serta mind-set dan culture-set yang mencerminkan integritas dan
kinerja semakin tinggi. Pada tahun 2025, diharapkan telah terwujud tata
pemerintahan yang baik dengan birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di
daerahyang profesional, berintegritas tinggi, dan menjadi pelayan masyarakat dan
abdi negara.
4
Lihat BPK: http://www.bpkp.go.id/%20jateng/%20konten/1910/Berburu-Opini-WTP.bpkp
pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan tantangan yang dihadapi, yaitu
perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan persaingan global
yang semakin ketat. Hasil survei integritas sektor publik yang dilakukan oleh KPK
menunjukkan indeks integritas unit layanan di kementerian/lembaga pada tahun
2014 mencapai 7,22, di atas standar minimal yang ditetapkan oleh KPK yakni 6,00.5
Indeks ini terdiri dari indeks pengalaman integritasdan indeks potensi integritas.
5
Komisi Pemberantasan Korupsi.2014. Integritas Sektor Publik Tahun 2014, Fakta Korupsi
Dalam Layanan Publik.
6
Komisi Pemberantasan Korupsi.2014. Integritas Sektor Publik Tahun 2014
kepastian biayadan waktu pelayanan. Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab
munculnya KKN, sebab para pengguna jasa cenderung memilih menyogok dengan
biayatinggi kepada aparatpelayanan untuk mendapatkan kepastian, kecepatan,dan
kualitaspelayanan. Ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
adanya diskriminasidan ketidakpastian pelayanan.
Pada program Nawa Cita ketiga ditetapkan bahwa “Kami akan membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
Kerangka Negara Kesatuan”. Program ini antara lain akan diwujudkan melalui
pengembangan desentralisasi asimetris dengan membantu daerah-daerah yang
kapasitas kepemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan
publik, pengurangan overhead cost (biaya rutin), mengalokasikan dana yang lebih
optimaluntuk pelayanan publik, serta reformasi pelayanan publik melalui
penguatan desa, kelurahan, dan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan publik.
Pada program Nawa Cita keenam ditetapkan “Kami akan meningkatkan
produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa
7
Jokowi-Jusuf Kalla. Visi-Misi dan Program Aksi 2014-2019
8
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015 –2019
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya”. Program
ketiga ini antara lain akan dilaksanakan dengan menciptakan layanan satu atap
untuk investasi, efisiensi perizinan bisnis menjadi maksimal 15 (lima belas) hari.
Hal di atas menunjukkan pelayanan publik di bidang perizinan menjadi prioritas
pemerintahan Jokowi dalam mendorong pertumbuhan investasi
untukdapatmeningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat alinea
keempat Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan baseline yang ditentukan
dalam 156 indikator sasaran pokok pembangunan nasional pada pelaksanaan
Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Tahun 2015, yakni meningkatkan iklim
investasi dan iklim usaha dengan indikator sasaran pokok beruparealisasi PMA,
PMDN, dan kinerja dari badan/dinas/kantor pelayanan perizinan terpadu satu
pintu.9
Namun sayangnya, hasil dari institusi ekstraktif membuat korupsi yang ada
di Indonesia tersistem dan tersusun rapi. Karena institusi ekstraktif tidak pernah
lepas dari KKN imbasnya pun tidak kalah besar, dan seakan-akan Indonesia tidak
9
Kementerian PPN/Bappenas. 2016. Panduan EKPD (Evaluasi Kinerja Pembangunan
Daerah) di 34 Provinsi.
bisa lepas dari rantai institusi ekstraktif ini. Menjadi rantai yang tak bisa dilepaskan
dari tubuh negara Indonesia. Dengan hanya memodifikasinya dan kekuasaan elit
tetap berkuasa.
10
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kronologi Penangkapan Dewie
Yasin Limpo dkk",
https://nasional.kompas.com/read/2015/10/21/17131581/Ini.Kronologi.Penangkapan.Dewie.Yasin.
Limpo.dkk?page=all.
11
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kronologi Tangkap Tangan
Kasus Suap yang Libatkan Politisi PDI-P",
https://nasional.kompas.com/read/2016/01/14/19363541/Ini.Kronologi.Tangkap.Tangan.Kasus.Su
ap.yang.Libatkan.Politisi.PDI-P.
12
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Parpol, Korupsi, dan Penguasaan
Elite",
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/07/05100071/Parpol.Korupsi.dan.Penguasaan.Elite?pag
e=all.
Pembenahan pada partai politik dibenarkan oleh Agus Rahardjo selaku Ketua KPK
yang menilai perlu adanya saluran dana APBN kepada parpol. Sehingga nantinya
parpol tidak perlu mencari dana ke mana-mana, karena sudah mendapat jatah dari
total keseluruhan anggaran yang mencapai 2.100 triliun.
D. Penutup
Acemoglu, Daron dan James A. Robinson. Why Nations Fail: The Origins of
Power. London: Prosperity and Poverty. Profile Books. 2012
Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance Melayani
Publik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2006
Jokowi-Jusuf Kalla. Visi-Misi dan Program Aksi 2014-2019
Kementerian PPN/Bappenas. 2016. Panduan EKPD (Evaluasi Kinerja
Pembangunan Daerah) di 34 Provinsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi.2014. Integritas Sektor Publik Tahun 2014,
Fakta Korupsi Dalam Layanan Publik.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015 –2019.
Sumber Online
BPK. Berburu Opini WTP. 2018
(http://www.bpkp.go.id/%20jateng/%20konten/1910/Berburu-Opini-WTP.bpkp)
Kompas.com dengan judul “Ini Kronologi Penangkapan Dewie Yasin
Limpo dkk” 2015
(https://nasional.kompas.com/read/2015/10/21/17131581/Ini.Kronologi.Penangka
pan.Dewie.Yasin.Limpo.dkk?page=all)
Kompas.com dengan judul "Ini Kronologi Tangkap Tangan Kasus Suap
yang Libatkan Politisi PDI-P" 2016
(https://nasional.kompas.com/read/2016/01/14/19363541/Ini.Kronologi.Tangkap.
Tangan.Kasus.Suap.yang.Libatkan.Politisi.PDI-P)
Kompas.com dengan judul "Parpol, Korupsi, dan Penguasaan Elite", 2016
(https://nasional.kompas.com/read/2016/03/07/05100071/Parpol.Korupsi.dan.Pen
guasaan.Elite?page=all)