Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium Pengendalian Korosi

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2017/2018


PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

MODUL : Proteksi Katodik 1

PEMBIMBING : Ir. Yunus Tonapa Sarungu, MT

Tanggal Praktikum : 15 Maret 2018

Tanggal Penyerahan : 22 Maret 2018

Oleh : Kelompok VI

Nama : Rizka Elfanti (161411085)

Rizqi Amaliyah (161411086)

Sani Kartika (161411087)

Saraswati Ayu Kamadheni (161411088)

Kelas : 2C

Prodi : D III-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018
BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 Pendahuluan

Dalam industry kimia system perpipaan merupakan aspek penting yang


mendukung proses produksi. System perpipaan banyak digunakan sebagai
alat distribusi fluida. Bahan baku system perpipaan biasanya berupa logam
untuk menahan tekanan tinggi yang dialirkan pada pipa. Menurut Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M-PE/1997,
sistem perpipaan industri harus ditanam di dalam tanah. Hal ini menimbulkan
permasalan bagi industri karena di dalam tanah banyak terdapat mineral-
mineral yang dapat menyebabkan serta memacu terjadinya korosi.

Untuk menjaga pipa dari korosi maka diperlukan pencegahan dan


perawatan pada pipa agar umur pakai pipa menjadi lebih lama. Pencegahan
dan perawatan yang biasa dilakukan pada pipa adalah proses coating dengan
penerapan metode proteksi katodik. Metode ini terdiri dari dua jenis yaitu
anoda korban (sacrificial anode) dan arus paksa (impressed current). Pada
dasarnya metode ini dilakukan dengan membanjiri pipa dengan arus
eksternal. Pada metode anoda korban, sumber arus yang digunakan berasal
dari logam yang kurang mulia yang dihubungkan dengan konduktor logam
pada struktur yang dilindungi. Sementara itu pada metode arus paksa, sumber
arus yang digunakan adalah arus listrik yang bermuatan negative.

Pada kenyataannya sistem perpipaan dapat berjarak ratusan kilometer


maka sering ditemukan sistem perpipaan yang dibagi menjadi ruas yang
berbeda-beda. Pengaplikasian sistem proteksi katodik tidak harus saling
menyambung secara langsung. Proteksi katodik yang telah diaplikasikan pada
suatu titik harus disekat agar arus listrik antar metode proteksi yang berbeda
tidak saling tercampur dan juga tidak mengganggu sistem pengukuran yang
peka terhadap arus. Maka dari itu proteksi katodik harus disekat dengan
menggunakan insulation joint yang bersifat sebagai insulator.
1.2 Tujuan
 Anoda Korban
1. Mahasiswa mengetahui proses pengendalian korosi pada pipa
menggunakan metode proteksi katodik
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh keberadaan backfill terhadap
kinerja sistem proteksi anoda korban dalam tanah
3. Mahasiswa mengetahui pengaruh jarak pipa terhadap sistem anoda
korban
4. Mahasiswa mengetahui pengaryh jarak terhadap CSE terhadap
pengukuran potensial proteksi pada perpipaan
 ICCP
1. Mahasiswa mengetahui proses pengendalian korosi pada pipa
menggunakan metode proteksi katodik
2. Mahasiswa melakukan uji karakterisitik sistem impressed current
pada simulator dengan pengaruh panjang ground bed yang masuk ke
dalam tanah terhadap potensial proteksi
3. Mahasiswa melkaukan uji karakteristik sistem impressed current
pada simulator dengan pengaruh groundbed dari pipa terhadap
potensial proteksi
4. Mahasiswa melkaukan uji karakteristik sistem impressed current
pada simulator dengan posisi groundbed di sekitar pipa terhadap
potensial proteksi
5. Mahasiswa melkaukan uji karakteristik sistem impressed current
pada simulator dengan pengaruh output transformator dan rectifier
dengan posisi groundbed di sekitar 1 terhadap potensial proteksi
6. Mahasiswa melkaukan uji karakteristik sistem impressed current
pada simulator dengan pengaruh output transformator dan rectifier
dengan posisi groundbed di sekitar 2 terhadap potensial proteksi
BAB II

LANDASAN TEORI

Proteksi korosi logam dalam lingkungan aquatik (mengandung air)


merupakan reaksi elektrokimia yang meluputi perpindahan massa dan muatan.
Bila suatu logam dicelupakn dalam larutan elektrolit maka akan terbentuk dua
lokasi yang disebut katoda dan anoda. Pada anoda terjadi rekasi osidasi dan pada
katoda terjadi rekasi reduksi.

Reaski Katodik dan Anodik ini berlangsung secara bersama-sama di


permukaan logam (Yunus Tonapa dkk. 2002). Reaksi reduksi dan oksidasi pada
proses korosi besi adalah:

Katoda : ½ O2 + H2O + 2e-  2 OH-

Anoda : Fe  Fe2+ + 2e-

Pada rekasi reduksi di katoda terbentuk ion hidroksil (OH-) dan pada
reaksi oksidasi di anoda terbnetuk ion ferro (Fe2+) sehingga berlangsung reaksi
antara kedua ion tersebut seperti rekasi :

Fe2+ + 2OH-  Fe(OH)2

2 Fe(OH)2 + ½ O2  Fe2O3.nH2O (karat)

Terbentukya Fe(OH)2 jika kontak dengan lingkuna (O2) akanmembentuk


senyawa Fe2O3.nH2O pada permukaan besi, senyawa inilah yang disebut karat
(Sudrajat dan Liim. 2006)

2.1 Diagram E-pH


Berdasarkan termodinamika korosi, korosi terjadi karena adanya
kecenderungan suatu logam kembali pada keadaan lebih stabil, dengan reaksi
reduksi oksidasi. Hasil reaksi oksidasi membebaskan energi. Kecenderungan
oksidasi bermacam-macam logam berkaitan dengan potensial elektrodanya.
Kesetimbangan potensial elektroda (Eeq) suatu logam sesuai dengan
kesetimbangan oksidasi dan reduksinya (Yunus Tonapa dkk, 2002).
Termodinamika korosi dapat dipelajari berdasarkan diagram E-pH
(diagram Pourbaix). Diagram E-pH menapilkan daerah-daerah kestabilan air,
daerah-daerah logam pada kondisi imun, terkorosi, atau terpasivasi sebagai
fungsi dari potensial setengah sel dan pH.

2.2 Proteksi Katodik


Proteksi Katodik (cathodic protection) adalah teknik yang digunakan
untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan
permukaan logam tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia. Proteksi
katodik ini merupakan metode yang umum digunakan untuk melindungi
struktur logam dari korosi. Sistem proteksi katodik ini biasanya digunakan
untuk melindungi baja, jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan
lepas pantai dan casing (selubung) sumur minyak di darat. Proteksi katodik
adalah cara yang effektif dalam mencegah stress corrosion cracking (retak
karena korosi).
2.3 Metode Pengendalian Impressed Current
Sumber arus pada system arus tanding berasal dari luar, biasanya berasal
dari DC dan AC yang dilengkapi dengan penyearah arus (rectifier), dimana
kutub negative dihubungkan ke struktur yang dilindungi dan kutub positif
dihubungkan ke anoda. Arus mengalir dari anoda melalui elektrolit ke
permukaan struktur, kemudian mengalir sepanjang struktur dan kembali ke
rectifier melalui konduktor elektris. Karena struktur menerima arus dari
elektrolit, maka struktur menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus rectifier
diatur untuk mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah arus
korosi yang akan meninggalkan daerah anoda pada struktur yang dilindungi.
Dengan keluaran arus dari anoda ini maka anoda tersebut terkonsumsi. Untuk
itu maka sebaiknya menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah
dari magnesium, zinc dan alumunium yang biasa dipakai untuk system
tersebut, umumnya digunakan paduan kombinasi bahan yang khusus.
Tipe sistem ICCP ysg umum untuk jslur pipa terdiri dari rectifier
bertenaga arus bolak-balik (AC) dengan output arus DC maksimum antara
10-50 ampere dan 50 volt. Terminal positif dari output DC tersebut
dihubungkan melalui kabel ke anoda-anoda yang tertanam dalam tanah.
Banyak aplikasi menanam anoda hingga ke dalaman 60 m (200 kaki) dengan
diameter 25 cm (10 inchi) serta ditimbun dengan conductive coke (material
yang dapat meningkatkan performa dan umur anoda).
2.4 Metode Pengendalian Sistem Anoda Korban
Prinsip proteksi katodik anoda korban adalah korosi galvanik antara dua
logam yang potensialnya berbeda. Jika dua buah logam yang berbeda
potensialnya (dalam deret galvanik) digabung, maka logam yang lebih mulia
akan terproteksi. Elektron akan mengalir dari anoda tumbal menuju katoda
(logam yang diproteksi).
Skema kerja dari proteksi katodik ditampilkan pada gambar berikut:
Anoda korban ditimbun di dalam tanah, dengan dibungkus backfill. Di
dalam backfill terdapat:
 Gypsum 75%
 Bentonit 20%
 Natrium Sulfat (Na2SO4) 5%
Backfill adalah kantung kecil yang berisi campuran material dengan
komposisi tersebut, campuran inilah yang dapat membuat resistivitas 50
ohm.cm apabila dijenuhkan oleh air.

Penentian material yang digunakan sebagai anoda korban dilakukan


berdasarkan kemampuan material tersebut dalam menurunkan potensial
logam yang diproteksi mencapai daerah imun dengan cara membanjiri
struktur dengan arus searah melalui lingkungan. Faktor lainnya yaitu biaya
yang murah, mampu dibentuk sesuai ukurannya, dan dapat terkorosi secara
merata. Anoda korban yang biasa digunakan disajikan dalam tabel berikut

Tabel 2.1 Jenis Anoda dengan Resistivitas Lingkungan

Anoda Resistivitas Lingkungan (lbm.cm)


Aluminium (Al) Resistivitas < 150
Seng (Zn) 150 – 500
Magnesium >500
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


 Metode Sacrificial Anode
Alat :
 Simulator sistem proteksi katodik metode anoda korban dalam
sistem perpipaan
 Avometer (Multimeter)
Bahan :
 Elektroda CuSO4
 Metode Impressed Current
Alat :
 Simulator Perpipaan
 Anoda Reference
 Transformator
 Recifier
 Test Box
 Control Panel
 Elektroda reference (CSE)
 Tembaga Sulfat
 Kertas abrasive
 Avometer dan perangkatnyav
 Anoda Inert (grafit atau silicon cast iron)

3.2 Prosedur kerja


3.2.1 Pengukuran Potensial Natural Pipa

Start

Melepaskan sambunganterminal merah dan hitam

Menghubungkan terminal hitam dengan avometer

Mengamati dan mencatat nilai potensial natural pipa pada


avometer

Menyambungkan kembali terminal merah dengan terminal


hitam pada test box

Finish

3.2.2 Prosedur Pengukuran Potensial Anoda Korban

Start

Melepaskan sambungan terminal merah dengan terminal hitam

Menghubungkan terminal merah dengan avometer

Mengamati dan mencatat nilai potensial anoda korban

Menyambungkan kembali terminal merah dengan terminal


hitam pada test box

Finish
3.2.3 Prosedur Pengukuran Potensial Proteksi

Start

Menghubungkan terminal hitam dengan avometer

Mengamati dan mencatat nilai potensial proteksi lalu


bandingkan dengan nilai potensial standar (-0,85)

Finish

3.2.4 Pengukuran Input Dan Output Tranfomator

Start

Menghubungkan transformator dengan sumber arus

Mengukur potensial input trafo menggunakan avometer

Mengatur output transformator di 220 V lalu menggunakan


avometer untuk mengetahui output sebenarnya

Mengulangi dengan variasi set output transformator pada 200,


180, 160, 140, 120 hingga 100V

Finish
3.2.5 Pengukuran potensial proteksi

Start

Merangkai keseluruhan sistem impressed current

Mengatur output transformator pada 220V dan output recifier


3V

Mengukur potensial proteksi pipa dengan menggunakan


avometer di setiap test box impressed current

Finish

3.2.6 Pengukuran potensial proteksi akibat pengaruh panjang Grounbed yang


tertancap ke dalam tanah

Start

Melakukan variasi kedalaman penancapan groundbed mulai dari


8, 16, 24, 32, 40 hingga 56 cm

Melakukan pengukuran potensial menggunakan avometer

Mencatat nilai proteksi pada test box yang terjauh

Finish
3.2.7 Pengukuran potensial proteksi akibat pengaruh jarak groundbed yang
terhadap pipa
Start

Melakukan keseluruhan sistem impressed current

Menancapkan grounbed dengan jarak 108 cm ke pipa

Melakukan pengukuran potensial proteksi menggunakan


avometer di semua test box impressed current

Mengulangi dan memvariasikan jarak ground bed dari 153, 198,


dan 243 cm

Finish

3.3 Keselamatan Kerja


1. Usahakan tidak kontak langsung dengan bahan kimia
2. Cuci mata dengan air mengalir aapabila tercipat oleh larutan CuSO4
3. Berhati-hati dalam mengoperasikan perangkat listrik
BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1 Data Anoda Korban


Keterangan Potensial
1 2 3
Potensial Natural Pipa -0,755 V -0,709 V -0,707 V
Ptensial Anoda Korban -1,701 V
Potensial Proteksi -1,599 V
Dengan Backfill -1,701 V

4.2 Pengukuran Potensial Variasi Kedalaman Grounbed


No Kedalaman (cm) Potensial (V)
1. 10 -1,045
2. 20 -1,223
3. 30 -1,280
4. 40 -1,290

4.3 Pengukuran Potensial Variasi Jarak Grounbed


No Jarak (m) Potensial (V)
1. 1 -1,330
2. 2 -1,290
3. 3 -1,160
4. 4 -

4.4 Nilai potensial jembatan dan pipa

Potensial (V/CSE)

Jembatan Pipa
Ujung kanan -0.273 -1.13

Ujung kiri -0.303 -0.65


4.5 Impressed Current

Potensial Pipa (V/CSE)

-1.198
Testbox 1
-0.335
Testbox 2
-0.268
Testbox 3
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses
pengendalian korosi pada pipa menggunakan metode proteksi katodik.
Beberapa cara proteksi katodik yang bisa dilakukan untuk melindungi besi
yang ditanam dalam tanah yaitu menggunakan Impressed Current Catodic
Protection (ICCP) dan Sacrificial Anode.
Dalam aplikasi di lapangan, penggunaan proteksi dapat dilihat dari
banyaknya kabel. ICCP biasanya hanya memiliki 1 kabel utama yang
langsung di sambungkan ke pipa. Sedangkan anoda korban biasanya
memiliki 3 kabel utama yang terdiri dari 2 kabel untuk pipa dan satu lagi
untuk anoda korban. Apabila dalam test box terdapat 3 kabel namun belum
terdeteksi mana yang tersambung ke pipa atau ke anoda korban maka yang
harus dilakukan adalah mengukur 2 potensial kabel yang ada. Jika 2 kabel
tersebut memiliki nilai potensial yang sama atau berdekatan maka dapat
dipastikan bahwa 2 kabel tersebut merupakan sambungan untuk pipa , dan
1 kabel lagi merupakan sambungan ke anoda korban.
Pada praktikum kali ini, kami melakukan empat macam proteksi
katodik, yaitu Sacrificial Anode, Impressed Current Catodic Protection
(ICCP), Insulation Joint dan jembatan perpipaan.

1. Sacrificial Anode (Anoda Korban)


Proteksi katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan
menghubungkan anoda korban terhadap material yang akan diproteksi.
Elektron akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kabel
penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron di katoda sehingga
menjadi jenuh dan terlindungi dari korosi. Prinsip proteksi ini
digunakan untuk besi yang tertanam didalam tanah dengan
menggunakan logam tertentu untuk anoda korbannya tergantung
tempat dari penanaman besi tersebut.
Berdasarkan percobaan, potensial pipa/besi disetiap testbox hampir
mengalami kenaikan setelah diproteksi dengan anoda korban.Lamanya
pipa dapat terproteksi itu dapat diketahui dari banyaknya anoda korban
yang digunakan untuk panjang pipa tersebut dengan semakin banyak
anoda korban dan pipa panjang nya tidak terlalu maka akan lama.

2. Impressed Current
Prinsip utama system impressed current adalah menekan arus
eksternal ke dalam material sehingga potensial material turun ke
daerah imun. Pada metode impressed current struktur yang dilindung
mendapat supply elektron sehingga potensialnya menjadi lebih
katodik.
Pengaruh pada prinsip ICCP yaitu kedalaman arus yang diberikan dan
besarnya arus. Dimana jika semakin dekat dengan pipa maka nilai
terproteksinya semakin baik begitu juga dengan besar nya arus yang
digunakan, dimana semakin besar arus maka pipa akan lebih
terproteksi.
Berikut beberapa hubungan antara nilai potensial dengan jarak dan
kedalaman pada grounbed.

 Hubungan Potensial dengan variasi Kedalaman Groundbed

Grafik Hubungan Kedalaman Grounbed VS


Potensial (V)
-0.8
0 10 20 30 40 50
-0.9
Potensial (V)

-1
-1.1
-1.2
-1.3
-1.4
Kedalaman Groundbed (cm)
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin dalam
grounbed maka nilai potensial akan semakin negatif (semakin kecil).

 Hubungan Potensial dengan variasi Jarak Groundbed

Grafik Hubungan Jarak Grounbed VS Potensial (V)


-1.14
-1.16 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
-1.18
-1.2
Potensial (V)

-1.22
-1.24
-1.26
-1.28
-1.3
-1.32
-1.34
Jarak Grounbed (m)

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak


grounbed maka nilai potensial akan semakin besar, dan semakin kecil
jarak grounbed maka nilai potensial nya akan semakin kecil (semakin
negative).

3. Insulating Join
Pada insulating join, potensial pada bagian bawah selalu lebih besar
daripada potensial pada bagian atas. Hal itu karena arus mengalir
melalui bawah.Sedangkan pada insulating join yang menggunakan
sekat karet, potensial bawah dan atas tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Hal itu terjadi karena hambatannya pun kecil.
Terdapat simulasi pengukuran pipa dengan nilai potensial yang sangat
kecil (-0,268 V) . Nilai potensial yang sangat kecil ini disebabkan
karena tidak ada arus sehingga diperlukan Insulating Join untuk dapat
mengamankan arus tersebut.

4. Jembatan Perpipaan
a. Tidak ada kebocoran di Jembatan
Dilakukan simulasi pengukuran potensial pada ujung jembatan kanan
dan kiri, potensial yang dihasilkan sebesar -0,303 V dan -0,273 V.
Karena terdapat perbedaan nilai potensial maka jembatan dikatakan
tidak mengalami kebocoran.

b. Kebocoran Perpipaan di Dekat Jembatan


Dilakukan simulasi pengukuran seolah-olah arus pipa bocor ke
jembatan. Diperoleh potensial pengukuran hampir sama antara pipa
dengan jembatan, yaitu sebesar -1,130 V. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa terdapat kebocoran pada system perpipaan karena
potensial pipa dan jembatan hampir sama. Maka disimpulkan bahwa
jembatan mengalami kebocoran arus.
Jika potensial pipa kiri-kanan dan konstruksi kiri-kanan nilainya
hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kebocoran arus pada
pipa dan konstruksi.
Pada praktikum ini dilakukan pula pengukuran pH tanah.
Pengukuran ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui kondisi
lingkungan tempat pipa dibenamkan. Dengan diketahuinya pH tanah,
maka dapat diketahui perlakuan proteksi yang tepat untuk meproteksi
perpipaan, karena pH tanah yang kecil akan mudah mengalami korosi.
pH tanah yang terukur pada saat praktikum, dirincikan sebagai berikut:
 pH awal (pusat pengukuran) dekat septic tank sebesar 4,5
 pH 4 meter dari pusat sebesar 6,8
 pH 8 meter dari pusat sebesar 7
 pH 12 meter dari pusat sebesar 6
 pH 16 meter dari pusat sebesar 5,4
 pH lebih jauh dari pusat sebesar 7.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, apabila kita menanam
pipa dalam tanah dan terletak dekat dengan septic tank, maka
diperlukan proteksi katodik. Hal ini dikarenakan pH tanah dekat septic
tank sangat asam, sehingga akan mudah mengalami korosi.
5.2 KESIMPULAN

Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa

1. Proteksi katodik dengan metode arus paksa dengan mengalirkan arus


dari anoda melalui elektrolit menuju permukaan struktur dan kembali
ke rectifier melalui konduktor. Tegangan proteksi yang digunakan
maksimal adalah 1.2 V, lebih dari itu maka akan terjadi over
protection. Struktur yang telah menerima arus melalui elektrolit maka
struktur tersebut menjadi terproteksi. Oleh karena itu dilakukan
pengendalian pada arus rectifier untuk mencegah arus korosi yang
akan meninggalkan daerah anoda yang dilindungi.
2. Prinsip proteksi katodik anoda korban adalah korosi galvanik antara
dua logam yang potensialnya berbeda. Pada praktikum digunakan
logam magnesuim untuk melindungi pipa baja. Magnesium memiliki
potensial yang lebih rendah dari potensial bajanya, sehingga
magnesium akan terkorosi lebih dulu dibandingkan baja. Pipa besi
yang ditanam dalam tanah belum terkorosi karena potensial pipa (besi)
yang diukur senilai –707 mV sampai (-0,755 mV), sedangkan
potensial pipa sebenarnya ˗850 mV.
3. Elektroda standar yang digunakan adalah half cell CuSO4 jenuh karena
merupakan larutan elektrolit.
4. Semakin jauh jarak pipa terhadap sistem anoda korban potensialnya
semakin kecil, tetapi jarak proteksi nya makin panjang.
5. Semakin dalam menancapkan obeng ke dalam tanah maka nilai
potensial akan semakin besar (berbanding terbalik).
6. Pada pengukuran proteksi, di bagian jembatan harusnya nilai
potensialnya lebih kecil dibandingkan nilai potensial pipa yang depan
Gedung TKA. Akan tetapi di bagian jembatan terdapat batu-batu besar
didalamnya yang terkubur sehingga batu-batu tersebut mengalirkan
potensial tersebut ke jembatan sehingga nilai proteksinya lebih besar.
7. Data yang diperoleh dari hasil praktikum yaitu
a. Anoda korban
Keterangan Potensial
1 2 3
Potensial Natural Pipa -0,755 V -0,709 V -0,707 V
Ptensial Anoda Korban -1,701 V
Potensial Proteksi -1,599 V
Dengan Backfill -1,701 V

b. Arus Paksa (Pengukuran Potensial Variasi Kedalaman Grounbed)


No Kedalaman (cm) Potensial (V)
1. 10 -1,045
2. 20 -1,223
3. 30 -1,280
4. 40 -1,290

c. Arus Paksa (Pengukuran Potensial Variasi Jarak Grounbed)


No Jarak (m) Potensial (V)
1. 1 -1,330
2. 2 -1,290
3. 3 -1,160
4. 4 -
DAFTAR PUSTAKA
Bushman, James B. 202. Corrosion and Cathodic Protection. Bushman and
Associate, Inc. Medina. Ohio. USA
Dosen Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung. 2008. Jobsheet
Praktikum Pengendalian Korosi. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Bandung.
Ngatin, Agustinus. Dkk. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
A.W. PEABODY. 2001. Peabody’s Control Of Pipeline Corrosion, Second
Edition. Texas: NACE International The Corrosion Society.
Nurcahyo. Tanpa tahun. Aplikasi Proteksi Katodik. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai