JUDUL
KATA PENGANTAR
Kota Bogor adalah kota lama dan saat ini sudah menjadi kota yang modern mempunyai Visi
pembangunan untuk menjadikan Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan
Pemerintahan Amanah. Dalam rangka menuju pada visi tersebut, maka salah satu komponen
utama penyelenggaraan pemerintahan adalah kuatnya pengelolaan e-government menuju
good governance.
Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi harus selaras dengan visi organisasi,
pemerintah daerah berada di garda terdepan pada pengembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk layanan masyarakat dalam rangka
sebesar besarnya mensejahterakan rakyatnya, pengelolaan aset informasi daerah yang
akurat dan pengelolaan TIK yang cepat dan handal akan menjamin akurasi pengambilan
keputusan pimpinan daerah dalam memberikan layanan terbaiknya pada masyarakat
disamping meningkatkan akuntabilitas aparatur daerah.
Perencanaan Teknologi Informasi dan komunikasi yang dituangkan dalam dokumen ini
dimaksud sebagai pedoman pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan TIK baik oleh
pemangku kepentingan maupun aktor pelaksana serta evaluator di pemerintah Kota Bogor
dari tahun 2014 sampai dengan 2018. Dokumen ini perlu di tinjau ulang secara berkala untuk
memastikan perencanaan ini dilaksanakan dengan baik dan disesuaikan dengan
perkembangan situasi dan kondisi wilayah Bojonegoro serta perkembangan teknologi dimasa
yang akan datang.
Penyusun
Ringkasan Eksekutif
Kota Bogor sebagai kota modern mau tidak mau pemerintah kotanya harus menyesuaikan
diri dengan tuntutan jaman dan harapan masyarakat untuk menjaidakn pemerintahnya
sebagai pemerintahan yang Smart Government, artinya pemerintah yang cerdas dalam
membangun layanannya pada masyarakat.
Kelemahan di kelembagaan Pemerintah kota lebih pada kurang optimalnya posisi Kantor
kominfo yang selain posisinya kurang setara dengan pengambil kebijakan yang bisa dengan
mudah di taati oleh semua SKPD, juga masih ditambah dengan beban mengurus
permasalahan di luar sektor TIK. SDM yang ada masih kurang banyak dan kompeten
sehingga beban kerja TIK yang sedemikian banyak serasa tidak mampu tertangani dengan
optimal karena kurang banyak pelaksana dan pengetahuan yang kurang memadai
Aplikasi e-Government sudah cukup banyak di bangun oleh Kantor Kominfo dan SKPD yang
merasa betapa sangat penting dan mendesak untuk segera di implementasikannya
otomatisasi layanan pemerintah baik pada masyarakat maupun untuk internal pemerintah
kota
Infrastruktur TIK di pemko Bogor sudah sangat bagus, kedepan perlu di tingkatkan di
permasalahan keamanan informasi, hal ini untuk segera menngimplementasikan UU
keamanan nasional yang amanahnya yaitu pengamanan data / informasi milik pemerintah.
Keamanan informasi sangat membutuhkan effort yang besar dan mengurangi kenyamanan.
Perencanaan TIK di pemerintah Kota Bogor sudah sangat baik hanya saja perlu ketaatan
untuk menjalankan apa yang sudah direncanakan. Selain itu masih banyaknya perencanaan
tindak dan perencanaan keberlanjutan sistem. Apabila sistem perkantoran sudah lebih
banyak berbasis teknologi, maka ketergantungan pada mesin menjadi sangat tinggi, untuk itu
perencanaan keberlajutan system menjadi isu yang paling mendesak untuk segera disusun
sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi e-Government
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
Ringkasan Eksekutif....................................................................................................................3
BAB 1. Pendahuluan...................................................................................................................6
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................6
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran..........................................................................................8
1.3. Ruang Lingkup Dokumen Perencanaan..........................................................................9
1.4. Metodologi.......................................................................................................................9
1.5. Dasar Hukum Pelaksanaan...........................................................................................11
BAB 2. Kerangka Pemikiran......................................................................................................11
2.1. e-Government Framework.............................................................................................11
2.2. Tujuan e-Government....................................................................................................13
2.3. Layanan e-Government.................................................................................................14
2.3.1. Layanan Infrastruktur.............................................................................................15
2.3.2. Layanan Aplikasi.....................................................................................................16
2.4. Sistem Penilaian e-Government ...................................................................................18
BAB 3. Kondisi Terkini...............................................................................................................23
3.1. Pengarahan Pimpinan...................................................................................................23
3.2. Hasil Pemeringkatan e-Government.............................................................................24
3.3. Hasil Tinjauan................................................................................................................25
3.3.1. Kebijakan TIK ........................................................................................................25
3.3.2. Kelembagaan.........................................................................................................27
3.3.3. Aplikasi....................................................................................................................31
3.3.4. Infrastruktur............................................................................................................35
3.3.5. Perencanaan..........................................................................................................43
3.4. Penghargaan Nasional..................................................................................................43
BAB 4. Analisa..........................................................................................................................45
4.1. Analisa Resiko ..............................................................................................................45
4.2. Analisis SWOT dan TOWS Matriks...............................................................................49
4.3. Analisa Stratejik.............................................................................................................51
BAB 5. Perencanaan Strategis.................................................................................................54
BAB 1. Pendahuluan
Dalam UU No. 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah, efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi
dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara. Amanat UU ini menunjukkan bagaimana pentingnnya efisiensi dan
transparansi, sehingga e-government sangat sejalan dengan pengamalannya.
Dalam abad ke-21 ini dimana informasi memegang peranan penting dari segenap kegiatan,
apalagi bangsa kita akan memasuki era baru yang ditandai dengan keterbukaan dan
persaingan bebas. Era baru itu, akan berpengaruh tidak saja di bidang ekonomi, tetapi juga
dalam segi-segi kehidupan kita yang lebih luas lagi. Untuk menghadapinya, kita dituntut untuk
membangun ketangguhan nasional di segala bidang. Tentunya, ketangguhan nasional itu
hanya mungkin terwujud jika semua pelaku pembangunan mempunyai kesiapan yang dapat
diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih
baik atau pelayanan prima menjadikan Pemerintah Kota Bogor mau tak mau harus mengikuti
perkembangan teknologi yang menjanjikan efsiensi yang tinggi dan pelayanan yang lebih
baik.
e-government intinya adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk
membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Didalamnya ada dua hal
utama dalam pengertian e-government di atas yaitu penggunaan TI sebagai alat bantu dan
pemanfaatannya menjadikan pelayanan pemerintahan berjalan lebih efisien. Dalam konsep
e-government , masyarakat masih bisa berhubungan dengan pos-pos pelayanan, berbicara
melalui telepon untuk mendapatkan pelayanan pemerintah, atau mengirim surat. Jadi, e-
government sesuai dengan fungsinya, adalah penggunaan TI yang dapat meningkatkan
hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain.
Dalam UU No. 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah, efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi
dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara; Amanat UU ini menunjukkan bagaimana pentingnnya efisiensi dan
transparansi, sehingga e-government sangat sejalan dengan pengamalannya.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas, penyusunan dokumen Kebijakan e-government ini
dilaksanakan pada tahun ini oleh Kantor Kominfo Kota Bogor. Dimaksudkan dapat digunakan
sebagai kerangka acuan penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam upaya
mengembangkan e-government di Pemerintah Kota Bogor, serta upaya mewujudkan
kepemerintahan yang baik (good governance). Adapun ruang lingkup pengembangan dalam
Dokumen Kebijakan e-government Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Pemerintah Kota Bogor ini terdiri dari 5 (lima) komponen pengembangan yaitu : Kebijakan,
Kelembagaan, Aplikasi, Infrastruktur dan Perencanaan
Pada dokumen ini diuraikan menurut format lima komponen pengembangan e-government
dijelaskan untuk setiap babnya. Bab II terkait dengan perkembangan teknologi informasi serta
kondisi ideal implementasi TIK, untuk pendalaman materi pada bab ini telah tersusun pula
buku 2 dengan judul “penerapan teknologi informasi di pemerintah kota Bogor”. Bab III akan
diuraikan semua hasil capaian pengembangan e-government kota Bogor selama ini, untuk
pendalaman metri pada bab ini akan diuraikan lebih jelas pada buku 3 yang berisi kondisi
terkini dari hasil survey. Bab IV akan dijelaskan berbagai analisa kondisi, resiko dan SWOT,
Bab V berisi kebijakan strategis dan analisa resiko implementasi, Bab VI berisi uraian
kegiatan yang bisa dilakukan selama 5 tahun kedepan dan Bab VI berisi roadmap /miles
stone tahapan implementasi. Bab VII Penutup yang berisi kesimpulan, saran dan
rekomendasi untuk pelaksanaan penyusunan dokumen tahap berikutnya.
Hasil yang diharapkan dengan adanya dokumen Rencana Induk terkait e-government Kota
Bogor ini adalah :
Sedangkan tujuan pekerjaan penyusunan Rencana Induk e-Government Kota Bogor adalah
sebagai berikut :
4. Perencanaan Infrastruktur
1.4. Metodologi
Untuk menyusun Dokumen ITMP ini diperlukan tahapan sebagai berikut :
1. Mendapatkan pengarahan dari pimpinan daerah untuk memastikan peran TIK dalam
mendukung pembangunan daerahnya
6. Melakukan kajian analisa resiko atas kondisi terkini dan analisa gap dari kondisi ideal
yang diharapkan oleh pimpinan daerah
9. Melaksanakan sosialisasi dan menjaring umpan balik atas perencanaan yang telah
diusulkan
6. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2003, tentang Strategi dan
Kebijakan Nasional Pengembangan e-government.
11. KepMendagri No. 45 Th. 1992 tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan Sistem Informasi
Manajemen Departemen Dalam Negeri.
Manfaat dari pelaksanaan e-government diantaranya karayawan bisa bekerja lebih efisiensi,
efektif, transparan, sehingga mampu membangkitkan partisipasif masyarakat dalam
pembangunan kotanya, serta membangkitkan inovasi baru dalam memberikan layanan pada
masyarakat.
Pelaksanaan e-Government harus sejalan dengan visi dan misi pembangunan daerah, pada
tahap awal yang harus dibangun adalah infrastruktur Teknologi Informasi berupa akses
internet ke pemerintah daerah. Selanjutnya secara bertahap dibangun basis data, aplikasi
dan tatakelolanya dimana prosesnya mulai dari perencanaan – tahapan implementasi dan
monitoring serta evaluasi. Seluruh rangkaian aktifitas implementasi e-Government ini, untuk
mencapai misi yang sejalan dengan misi pembangunan kota maka perlu aktor yang
membangun kebijakan dan strategi implementasinya.
4. Information Asset : Segala bentuk data dan informasi sebagai obyek transaksi didalam
e-government
1. Hardware :
1. akses jaringan,
2. storage,
2. Software
1. operating system
2. database
3. monitoring
4. midleware
6. IP
7. bandwidth dll
• G2C : Layanan infrastruktur pada area tertentu dalam kota dalam rangka perluasan
aksesabilitas masyarakat terhadap dunia maya.
• Government to Citizens (G2C). Tipe G2C ini merupakan aplikasi e-Government yang
paling umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai
• Government to Business (G2B). Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan
adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian
sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas
sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali
data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan
juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan
dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit.
Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja
bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda
perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan
pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri swasta.
Contoh dari aplikasi e-Government berjenis G2B ini adalah sebagai berikut : e-tax dan
e-procurement
◦ Antar negara : Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi
untuk mendeteksi cegah dan tangkal; Sistem informasi di bidang hak cipta
intelektual untuk pengecekan dan pendaftaran terhadap karya-karya tertentu yang
ingin memperoleh hak paten internasional; dan lain sebagainya.
◦ Antar instansi dalam negeri : transaksi data / informasi dalam kerangka integrasi
data / informasi untuk sistem informasi bantuan pengambilan keputusan ataupun
sistem informasi pelaporan eksekutif.
Dengan menyadari adanya bermacam-macam tipe aplikasi tersebut, maka terlihat fungsi
strategis dari berbagai aplikasi e-Government yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Keberadaannya tidak hanya semata untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah
kepada masyarakatnya, namun lebih jauh lagi untuk meningkatkan kualitas dari
penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang pada akhirnya bermuara pada kemajuan kota.
Dalam kegiatan PeGI, telah ditetapkan lima dimensi yang akan dikaji, yaitu: kebijakan,
kelembagaan, infrastruktur, aplikasi, dan perencanaan. Masing-masing dimensi memiliki
bobot yang sama dalam penilaian karena semuanya dianggap penting, saling terkait, dan
saling menunjang antara satu dengan yang lainnya.
Kebijakan :
Dimensi kebijakan sangat erat kaitannya dengan produk hukum dan juga dokumen resmi
yang bertujuan untuk memberi arah dan mendorong pemanfaatan TIK yang terdiri dari:
• Visi dan misi yang dijabarkan dengan jelas dan terdokumentasi dalam bentuk surat
keputusan, peraturan, regulasi, kebijakan, pedoman, rencana strategis, atau bentuk
dokumen resmi lainnya.
• Strategi penerapan kebijakan TIK yang dituangkan dalam bentuk rencana kerja,
program, atau bentuk dokumen resmi lainnya.
• Standar atau panduan yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK secara umum maupun
secara spesifik dalam bidang-bidang tertentu.
Kelembagaan :
Dimensi kelembagaan terkait erat dengan keberadaan organisasi yang berwenang dan
bertanggungjawab atas pengembangan dan pemanfaatan TIK dengan indikator:
• Adanya dokumen yang memberikan rumusan yang jelas mengenai Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI).
• Adanya Sistem dan Prosedur Kerja yang lengkap dan terdokumentasi untuk
melaksanakan hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan dan pengembangan TIK.
• Adanya program pengembangan Sumber Daya Manusia TIK yang terencana dan
terlaksana.
Infrastruktur
• Fasilitas pendukung seperti antara lain AC, UPS, Genset, serta sarana pengamanan
fasilitas lainnya.
Aplikasi
Dimensi aplikasi berkaitan dengan ketersediaan dan dimanfaatkannya piranti lunak aplikasi
yang memenuhi kriteria antaralain:
2. Administrasi dan manajemen umum yang meliputi surat elektronik, sistem dokumen
elektronik, sistem pendukung keputusan, kolaborasi dan koordinasi, manajemen
pelaporan pemerintahan, danlain-lain.
3. Administrasi legislasi yang meliputi aplikasi sistem katalog hukum, peraturan dan
perundangan, dan lain-lain.
Perencanaan
Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain:
• Adanya dokumentasi Master Plan yang lengkap, yang mengandung unsur lima
dimensi PeGI.
• Team perencana adalah secara otomatis dilaksanakan oleh struktural atau mulai dari
kepala seksi dan seterusnya ke atas
• Belum ada staf yang bertugas mempunyai fungsi khusus perencanaan yang
menyelenggarakan semua proses perencanaan, semua melekat dengan fungsi tupoksi
masing-masing.
• Belum ada mekanisme perencanaan TIK yang melibatkan seluruh SKPD, padahal
implementasi e-government dilaksanakan oleh seluruh SKPD
Dalam Strategy Map Kota Bogor terdapat arahan strategis yang dapat dijadikan acuan dalam
menyusun perencanaan strategis TIK. Dari wawancara yang dilakukan pada tahapan
requirement capturing, didapat poin-poin utama terkait arahan strategis terhadap TIK di
lingkungan Kota Bogor. Arahan Pimpinan dalam Strategy Map TIK Kota Bogor tersebut
antara lain :
1. Tema utama pengembangan e-government ini adalah integrasi TIK untuk solusi
pelayanan prima.
2. Adanya IT Master Plan yang dapat melihat kondisi TIK sekarang dan melihat rencana
ke depan ( 5 tahun )
3. Adanya sistem informasi yang handal dan mudah digunakan, khususnya di level
eksekutif
4. Sistem informasi yang dapat di akses melalui perangkat bergerak (smartphone/ PDA)
Government
12. Dokumen yang dihasilkan bisa digunakan sebagai panduan implementasi bukan
teoritis,
Berikut hasil pemeringkatan e-Government Kota Bogor tahun 2010 dan 2012, di tahun 2011
tidak ada datanya
Dari ke-5 dimensi diatas skor rata-rata total Pemerintah Kota Bogor adalah 2,192. Dengan
demikian maka dapat diambil kesimpulan posisi peringkat e-Government Pemerintah Kota
Bogor dari sudut pandang penilaian tim internal berada pada kondisi KURANG. Nilai ini akan
berubah apabila master plan dan perencanaannya terimpelemntasi, maka diharapkan akhir
2013 bisa mendapatkan skor rata-rata pada dimensi perencanaan adalah 3.00 jadi rata-rata
nilianya menjadi 2.392, untuk mencapai nilai yang baik maka dalam waktu dekat harus dibuat
beberapa kebijakan sedemikian hingga bisa mencapai nilai rata-rata 3. Dengan demikian
yang perlu segera dibuat adalah pedoman, peraturan, keputusan instansi, skala prioritas dan
3. Pimpinan SKPD sangat berharap adanya peningkatan peran TIK untuk sebagai alat
untuk mempercepat proses bisnis disetiap SKPD dan bisa terintegrasi satu sama lain
4. Sampai dengan saat ini belum ada SOP dan regulasi yang menyeluruh untuk
pengembangan dan pemanfaatan TIK
6. Belum ada SOP atau regulasi terkait pengembangan dan pemanfaatan TIK untuk
setiap SKPD
7. belum ada kebijakan tentang pemanfaatan Internet, sehingga fasilitas ini lebih banyak
digunakan untuk browsing dan email
diperlukan kebijakan yang mengatur area kegiatan mana yang menjadi kewenangan
mutlak Dinas Kominfo dan mana yang bisa didelegasikan ke masing2 SKPD
11. Kebijakan Dinas Kominfo dalam masalah capex / opex masih belum ada, sehingga
implementasi pengadaan barang dan jasa masih belum memiliki acuan yang jelas.
Segala hal terkait keamanan informasi pada dasarnya tidak boleh dilaksanakan oleh
pihak ketiga karena beresiko pada pencurian data yang bersifat rahasia, namun
apabila semua infrastruktur dikelola sepenuhnya oleh internal pemda maka akan
terjadi in-efisiensi sumberdaya. Untuk itu perlu dibuat kebijakan yang mengatur capex
dan opex ini. Sebagai contoh, aplikasi yang ditujukan untuk layanan publik dan harus
bisa diakses dari internet maka sebaiknya dikelolakan oleh pihak ketiga untuk efisiensi
pemanfaatan Bandwidth, perangkat server dan SDM. Aplikasi tersebut diantaranya :
website resmi pemerintah daerah dan subdomainnya serta e-procurement, sedangkan
aplikasi intranet dan ekstranet harus dikelola sendiri oleh internal. Pengelolaan
infrastruktur TIK masih memungkinkan dikelola pihak ketiga apabila memenuhi syarat
jaminan pengamanan data pemerintah dan memiliki performance yang memadai.
12. Total anggaran belanja TI untuk seluruh kebutuhan SKPD baik belanja investasi, sewa,
honor pelaksana, narasumber dll biasanya jika pada tahap pembangunan berkisar 2 %
dari APBD sedangkan pada tahap perawatan dan pengembangan sekitar 1 %. Saat ini
Kantor kominfo malah belum bisa menghitung total anggaran belanja TI dari APBD.
Hal ini karena belanja TIK masih belum terkoordinasi dengan baik, belanja
pengembangan aplikasi juga masih belum ada petunjuk teknisnya, sehingga belum
bisa diukur efisiensinya.
13. Pengelolaan TIK pada dasarnya harus mengacu ke satu standar tertentu diantaranya,
Ruang datacenter harus sesuai standar TIA 942, untuk pengelolaan datacenter
menggunakan SS 502, untuk pengamanan informasi digunakan ISO 27001, Layanan
TI mengacu ke IT-IL, dlsb. Namun sampai saat ini pemko Bogor masih belum
menggunakan standar apapun dalam pengelolaannya, tapi memang sampai saat ini
dirasa masih belum saatnya karena infrastrukturnya masih belum lengkap dan
kepedulian terhadap sistem pengamanan informasi masih harus diperkenalkan ke
seluruh staf dan pimpinan pemko Bogor.
14. Audit TIK diperlukan apabila pemko Bogor memerlukan kepastian tingkat performance
sebagai bagian dari laporan kegiatan kepada publik, selain sebagai bagian dari
pengambilan keputusan untuk pengembangan lebih lanjut. Kota Bogor belum
melaksanakan audit TIK. Audit TIK banyak dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang
sudah merasa yakin akan keberhasilan pembangunannya, diantara pemda yang selalu
mengundang Auditor TI diantaranya pemprov jawa Timur, Pemko Pekalongan, Pemko
Surabaya, Pemkab Jembrana, Pertamina, Bank Indonesia dlsb.
3.3.2. Kelembagaan
1. Keberadaan Kantor Komunikasi dan Informatika dengan Tupoksi : sudah memadai,
namun terhambat diimplementasikan lebih leluasa karena faktor kelembagaan
2. Saat ini, SKPD pengelola urusan Komunikasi dan Informatika di Pemerintah Kota
Bogor adalah Kantor Komunikasi dan Informatika yang dikepalai oleh Kepala Kantor
setingkat eselon III. Adapun struktur organisasi dan tupoksinya seperti berikut ini.
3. Disini ada fungsi aplikasi telematika dan pengolah data elektronik yang merupakan
fungsi pengelolaan data dan aplikasi e-Government serta ada Sarana komunikasi dan
Informatika yang menjalankan fungsi pengelolaan infrastruktur TIK, sedangkan di
Seksi Postel dan Informasi publik menjalankan fungsi untuk diseminasi informasi
publik dan kebijakan sarana telekominikasi publik. Sehingga tidak perlu ada perubahan
pada unit-unit operasional organisasinya.
1. Kantor Kominfo
2. Fungsi :
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Fungsi :
2. Fungsi
4. Tugas pokok dan Fungsi Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan TIK telah
dibebankan sepenuhnya ke Kantor Kominfo, akan tetapi tidak semua permasalahan
TIK mampu ditangani oleh SKPD ini dikarenakan keterbatasan sumberdaya yang ada,
hal ini biasa terjadi disemua SKPD. Pastinya tidak semua kebijakan dan pengelolaan
urusan SKPD mampu ditangani hanya oleh SKPD tersebut, sebagai contoh :
pengelolaan kepegawaian yang seharusnya tupoksinya ada di BKD akan tetapi tidak
semua kewenangan dan operasionalnya dibebankan di BKD, banyak diantaranya yang
diserahkan ke masing2 unit kerja diantaranya ijin cuti, pengawasan disiplin dlsb.
5. Saat ini hampir setiap aktifitas pengembangan dan pemanfaatan TIK lebih banyak
dilaksanakan oleh masing-masing SKPD, Kominfo lebih pada pengelolaan jaringan
utama (backbone) dan help desk apabila terjadi permasalahan jaringan
6. Personil pelaksana pengelolaan TIK disetiap SKPD banyak yang mempunyai latar
belakang pendidikian Non TI tapi mempunyai ketrampilan bidang TI. Ada 70 orang
karyawan berpendidikan TIK akan tetapi tidak di optimalkan untuk melaksanakan
kegiatan di bidang TIK, kurang dari 20 orang yang mendapat penugasan bidang TIK.
SDM TIK pemko Bogor banyak tersebar di semua SKPD, hal ini disebabkan oleh
pembinaan karir karyawan menggunakan perputaran jabatan untuk meningkatkan
karirnya, walaupun sudah diperkenalkan jabatan fungsional untuk lebih
mempertahankan profesionalisme staf bidang TIK, akan tetapi hal ini masih kurang
direspon optimal oleh Badan Kepegawaian Daerah. SDM Komputer se Kota Bogor : 70
Orang : 17 orang bertugas sesuai dengan keahliannya
2. Aplikasi & Data : Kominfo : 2 orang, Dukcapil : 1 , Bag.Dalprog :1, Bag. Umum : 1,
Wasbangkim : 1,BKPP : 1, Dispenda : 2
7. Personil di Kantor Kominfo minimal 4 orang untuk setiap fungsinya. Itupun pengadaan
pengembangan aplikasinya sebagian besar diserahkan ke pihak ketiga,
9. Setiap SKPD sangat berharap ada SDM bidang TIK yang bertugas mengembangkan
dan memelihara aset TIK di setiap SKPD
10. Kendala utama pengembangan dan pemanfaatan TIK lebih pada kurang kuantitas dan
kualitas SDM bidang TIK
11. Sebagian besar SKPD mendapat dukungan dari Kantor Kominfo untuk kebutuhan
pemanfaatan TIK
12. Pemerintah Kota Bogor belum memiliki organisasi pengarah strategis, peran ini masih
di amanahkan ke Kantor Kominfo yang masih berada di eselon 3, posisi eselon ini
tidak optimal untuk memberikan kebijakan strategis yang berlaku untuk seluruh sistem
di pemerintah kota Bogor. Organisasi pengarah strategis, berdasarkan juknis
pelaksanaan e-Government dari Kementerian Kominfo sebaiknya dilaksanakan oleh
Chief Information Officer (CIO) atau Dewan TIK Daerah. Organisasi CIO dipimpin
langsung oleh Kepala Daerah dengan pelaksana harian oleh pimpinan SKPD eselon
tertinggi (Kepala Setda), sedangkan Dewan TIK Daerah dipimpin oleh masyarakat
yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang TIK yang peduli pada
pembangunan TIK daerahnya, organisasi ini bersifat sukarelawan, akan tetapi
anggotanya terdiri dari kepala SKPD terutama yang mempunyai kepentingan
terbanyak pada pengembangan dan pemanfaatan TIK di satkernya. Alasan utama
kenapa perlu dibentuk organisasi semacam ini adalah untuk memastikan
pengembangan dan pemanfaatan TIK harus sejalan dengan visi dan Misi
pembangunan daerah.
13. Pelaksana taktis dan operasional TIK dibanyak pemerintah daerah tidak selalu sama,
ada yang di bawah Setda dengan nama Bagian PDE, ada juga kantor Kominfo
setingkat eselon 3, ada juga bergabung dengan Dinas Hubkominfo dan ada yang
sebagai Dinas di eselon 2. Semua sah saja tergantung strategi pimpinan daerah dalam
menjalankan misi pembangunan daerahnya.
14. Dinas kominfo tidak selalu murni mengurus TIK, kadang masih dibebani dengan tugas
lain selain TIK diantaranya diseminasi informasi pembangunan kota (eks dinas
penerangan di era orde baru), juga mengurus masalah postel dlsb.
15. Ruang lingkup kegiatan TIK terdiri dari 3 bagian penting yaitu :
4. Perencanaan dan Tatakelola TIK biasanya melekat pada ke tiga unit diatas yang
dipimpin langsung oleh kepala unit.
16. Untuk kota Bogor, Kontor Kominfo setingkat eselon 3 dengan fungsi pengelola
infrastruktur mempunyai seksi tersendiri sedangkan untuk pengelola data dan aplikasi
dimasukkan dalam satu seksi. Seksi ke tiga mengurus masalah postel.dan informasi
publik yang tidak terkait langsung dengan telematika
3.3.3. Aplikasi
Berikut Aplikasi yang dikelola oleh Kantor Kominfo dan SKPD lain di Kota Bogor :
Web
MySIAK VB Mysql
Server(Internal)
SIM Kependudukan
Aplikasi Desktop
Web
- Sertifikasi
- Pendataan Diknas
- NTK
Yankes VB Ms Acces
Web
SIM Perpustakaan
Web
E-Procurement, Web
LPSE Kota Bogor
SIM PBB
SIM Surat
21 DPRD Web
22 PDJT Web
3. Sering kali pengelolaan data yang sama tapi dilaksanakan pengelolaannya oleh lebih
dari 1 SKPD sehingga sering terjadi duplikasi dan inkonsistensi kebenaran data
4. Instansi pemerintah wajib menjadi contoh pada masyarakat untuk selalu menggunakan
perangkat kerja yang legal dan diproduksi oleh industri dalam negeri dalam rangka ikut
mensukseskan pembangunan kemandirian bangsa. Setiap terminal komputer yang
digunakan karyawan wajib menggunakan software proprietary legal atau
menggunakan opensource, sedangkan untuk server aplikasinya selayaknya
menggunakan opensource, selain untuk menghemat devisa negara juga
menumbuhkan industri software dalam negeri, Software opensource lebih aman dari
malware dan mudah digunakan. Semua aplikasi, OS servernya menggunakan
opensource, client menggunakan proprietary yang belum seluruhnya legal
5. Website : Website resmi pemerintah kota Bogor tampilannya relatif sama dengan
pemerintah daerah lain, dan menggunakan platform joomla. Sebagai kota modern
yang berdampingan dengan DKI, sebaiknya tampilan website resmi perlu keluar dari
kotak pandangan yang sama dengan pemerintah daerah yang lain, bisa diambil contoh
website resmi pemprov DKI yang hampir sekelas dengan singapore tanpa merobah
ke-khas-an budaya lokal, lebih banyak menampilkan informasi layanan publik. Perlu
ditingkatkan pemanfaatan website untuk interaksi dengan masyarakat dan adanya
transaksi data / informasi. Keunggulan website Kota Bogor http//:www.kotabogor.go.id
adalah datanya sangat banyak, update berita 24 x 7 hari, hits tinggi. Subdamain profil
wilayah sudah terbangun yang berisi tentang profil kecamatan dan kelurahan
http://www.profilwilayah.kotabogor.go.id yang selalu terupdate
3.3.4. Infrastruktur
1. Ruang Laboratorium RICE: sebagai tempat pelatihan dan inovasi aplikasi
3. Bandwith internet Pemerintah Kota Bogor : 40 mbps telah mengkoneksi seluruh SKPD,
di samping beberapa SKPD yang berlangganan sendiri-sendiri
6. Dispenda, Dinkes, Kantor Kesbang, Dinas Bina Marga SDA (milik Pemkot)
9. Radio Sipatahunan
7. Desain topologi masih dalam sebatas komunikasi data untuk keperluan penyediaan
jaringan internet sampai keseluruh SKPD.
9. Belum adanya perencanaan jaringan sistem komunikasi data secara internal (private
network). Diantaranya belum adanya perencanaan penempatan server-server aplikasi
yang dimiliki oleh masing-masing SKPD yang dapat diakses secara private namun
dapat dikoneksi oleh seluruh SKPD dari manapun. Desain belum memperhatikan
aspek sistem komunikasi data yang mengatur komunikasi kedalam dan komunikasi
keluar sehingga tidak menimbulkan beban penyediaan kebutuhan bandwidth internet
yang besar.
10. Belum ada perencanaan penempatan server-server yang dimiliki oleh masing-masing
SKPD untuk ditempatkan di NOC dan dikelola oleh Kantor KOMINFO. Dengan
demikian resiko-resiko terhadap permasalahan jaringan dan server dapat diminimalisir.
11. Belum ada perencanaan server-server aplikasi yang ada untuk disediakan backup
(Data Recovery) pada lokasi lain, mengingat resiko-resiko kerusakan atau kehilangan
data dapat terjadi setiap saat.
12. Sebagian besar SKPD merasa tercukupi jumlah terminal untuk alat bantu kerjanya
13. Sebagian besar SKPD sudah terlayani akses ke internet baik melalui layanan kantor
kominfo ataupun pengadaan sendiri
14. LAN di setiap SKPD diintalasi oleh Kantor Kominfo karena tidak semua SKPD memiliki
tenaga pengelola infrastruktur TIK
Kantor kominfo telah mempunyai NOC namun belum ada datacenternya. Idealnya untuk
datacenter sekelas kota Bogor sebaiknya berada di level 2 pada standar TIA 942 serta
memiliki data recovery center yang disediakan oleh pihak ketiga.
Jaringan backbone sudah terbangun menggunakan Fiber Optic sebanyak 12 titik dari
kebutuhan 110 titik, sisanya menggunakan wireless 5.8 Mhz rencananya akan dibangun FO
sampai dengan tingkat kelurahan dan Puskesmas. Pemanfaatan backbone yang sampai
dengan kecamatan masih belum optimal karena masih belum terbangunnya komunikasi data
dari kecamatan ke SKPD. Sebagian pemanfaatan backbone FO digunakan untuk layanan e-
KTP
Kondisi saat ini secara umum sudah relatif baik. Akan tetapi perlu optimalisasi dan
perencanaan baru dengan migrasi teknologi intranet dari penggunaan jaringan wireless
secara berangsur-angsur digantikan dengan jaringan Fiber Optic. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. Sedangkan untuk bandwidth tahun 2013 ini
memiliki kapasitas 40 Mbps ke koneksi international dan 100 Mbps ke local loop indonesia
atau Indonesia Internet Exchange (IIX). Bandwidth ini secara rasio kecukupan per pengguna
sudah sangat baik akan tetapi perlu adanya pengaturan dan alokasi bandwidth yang lebih
baik lagi. Untuk Data Centre perlu adanya upgrade peralatan dan kapasitas komputasi
(server) agar data centre yang ada mampu menampung seluruh aplikasi dan data serta
memiliki kemampuan backup. Hal –hal tersebut yang akan menjadi prioritas perencanaan
pengembangan ke depan. Sedangkan untuk faktor keamanan masih sangat kurang,
pengamanan fisik jaringan seperti pemasangan firewall kedalam sistem jaringan perlu
dilakukan ke depan. Begitu pula dengan pengamanan dari segi SDM dengan penyusunan
SOP serta Tata Kelola Kebijakan dibidang jaringan perlu segera disusun. Berikut ini adalah
analisa kondisi eksisting Infrastruktur dari hasil survey dan anlisa tim penyusun rencana induk
ini :
Lanjutan 1
mBTS Kel. Ciluar 1 5,8 GHz AP Kel. Cibuluh
PD Pasar 1 5,8 GHz BTS Din Tan / Agribis
2 5,8 GHz BTS Kel. Sindang Sari
3 5,8 GHz BTS Kel. Rancamaya
4 5,8 GHz BTS DLLAJ
5 5,8 GHz AP Kel. Babakan
6 5,8 GHz AP Kel. Sukasari
7 5,8 GHz AP Kel. Babakan Pasar
8 5,8 GHz AP Kel. Baranangsiang
9 5,8 GHz AP Kel. Tegalega
10 5,8 GHz AP Kel. Cimahpar
11 2,4 GHz AP Kel. Tegalgundil
12 2,4 GHz AP Taman Kencana
13 FO Kec. Bogor Timur
Kec. Bogor Barat 1 2,4 GHz AP Kel. Curugmekar
2 2,4 GHz AP Kantor RPH
3 2,4 GHz AP Kel. Semplak
4 5,8 GHz AP Kel. Mekarwangi
5 5,8 GHz AP Kel. Curug
6 2,4 GHz AP Kel. Bubulak
7 2,4 GHz AP Kel. Kayumanis
8 2,4 GHz AP Kel. Cilendek Barat
9 5,8 GHz AP Kel. Sindang Barang
Kec. Bogor Utara 1 FO Disdukcapil
Dispenda 1 FO Kec. Tanah Sereal
2 FO Kantor Kesbang
3 FO Dinkes
4 FO Din Bina Marga SDA
Dinas Pendidikan 1 5,8 GHz BTS Radio Sipatahunan
Lanjutan 2
BTS Din Tan / Agribis 1 2,4 GHz AP Kel. Genteng
BTS Kel. Sindang Sari 1 2,4 GHz AP Kel. Muarasari
2 2,4 GHz AP Kel. Harjasari
3 2,4 GHz AP Kel. Kertamaya
BTS Kel. Rancamaya 1 2,4 GHz AP Kel. Bojongkerta
BTS DLLAJ 1 2,4 GHz AP Kel. Sindangrasa
2 2,4 GHz AP Kel. Tajur
3 2,4 GHz AP Kel. Pakuan
4 2,4 GHz AP Kel. Katulampa
5 2,4 GHz AP Kel. Lawang Gintung
AP Taman Kencana 1 2,4 GHz AP Kel. Sempur
Disdukcapil 1 FO ULP
2 FO Disbudpar
Kec. Tanah Sereal 1 5,8 GHz AP Disperindag
2 5,8 GHz AP Kel. Kebon Pedes
3 5,8 GHz AP Kel. Kedung Badak
Kantor Kesbang 1 FO Kantor PORA
2 FO Badan PLH
3 FO Kel. Tanah Sereal
4 FO Perpustakaan
Berdasarkan skema topologi jaringan tersebut di atas terdapat beberapa saran perbaikan
dalam rangka pelaksanaan e-Government dilingkungan Pemerintah Kota Bogor. Terutama
dalam hal pengaturan pelayanan yang meliputi tiga bagian utama yaitu layanan
kepemerintahan, layanan publik (masyarakat) dan layanan bisnis.
Gambar 11 : Routing
Hal-hal yang dipandang sudah cukup baik dari skema topologi tersebut adalah :
2. Sudah menerapkan VLAN group-group jaringan yang disediakan untuk SKPD dengan
perangkat core switch dan router akan memudahkan mengontrol dan memonitor.
Keamanan Informasi
Sampai saat ini perencanaan TIK Kota Bogor belum sampai pada tahap pengamanan
informasi, hal ini disebabkan oleh karena anggaran yang ada lebih banyak dialokasikan untuk
pembangunan jaringan Backbone Kota Bogor.
Kondisi eksisting infrastruktur di Kominfo Bogor belum memiliki pengamanan yang memadai.
Keamanan yang dimaksud adalah baik pengamanan fisik maupun pengamanan logik jaringan
yang ada di Pemerintah Kota Bogor dari serangan-serangan keamanan informasi
Dalam jaringan komputer hal yang tidak boleh dilupakan adalah masalah keamanan jaringan
dan keamanan data. Apalagi sistem yang akan dikembangkan di Pemerintah Kota Bogor
memiliki data-data yang sangat banyak dan diantaranya merupakan data rahasia yang tidak
perlu diketahui oleh umum. Untuk itu masalah keamanan perlu mendapat perhatian yang
khusus. Keamanan merupakan sebuah proses, bukan sebuah produk akhir karena tidak
mungkin dibuat sebuah sistem yang 100% aman untuk selamanya. Setelah berjalan untuk
suatu waktu akan ditemukan lubang keamanan yang dapat dieksploitasi. Selain ditemukan
adanya lubang keamanan pada sistem yang lama, sistem informasi sering mendapat
perbaikan (upgrade) dengan menambah perangkat dan teknologi baru.
3.3.5. Perencanaan
1. Perencanaan TIK sudah ada tapi tidak tersusun dalam satu dokumen perencanaan
induk yang komprehensif berdasarkan kaidah yang telah ditetapkan oleh
Kemenkominfo.
3. Belum ada unit kerja yang mempunyai fungsi perencaan e-Government yang memiliki
otoritas untuk merancang kegiatan perencanaan e-Government secara rutin
5. Dokumen perencanaan TIK sudah tertuang dalam RPJPD, RPJMD, RKAKL dlsb
1. ICT Pura dari Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi kementerian Kominfo. ICT
Pura adalah sebuah kompetisi antar kota/kabupaten se Indonesia di bidang
implementasi ICT di wilayahnya. Persyaratan Indikator Penilaian ICT Pura
IDSA Award tahun 2013 : Community IDSA Award tahun 2013 : Overall Society
BAB 4. Analisa
• Belum adanya kebijakan di level strategis, dan taktis, baru ada 2 kebijakan yang telah
diterbitkan di level operasional yaitu tata naskah dinas elektronik dan operasional e-
procurement. Kebiajakn level strategis dan taktis sangat dibutuhkan sebagai pedoman
pelaksanaan pengembangan dan pemanfaatan TIK di semua SKPD
• Visi dan Misi yang ada masih sangat general dan tidak mengacu ke tema
pembangunan kota, sehingga sulit menentukan skala prioritas pengembangan e-
governmentnya
4.1.2. Kelembagaan
• Belum dibentuk organisasi fungsional seperti CIO atau Dewan TIK daerah
sebagaimana pengarahan dari kemenkominfo pada Permen Kominfo Nomor 41 th
2007, organisasi ini dipimpin langsung oleh kepala daerah untuk fungsi yang
menentukan kebijakan dan monev pengembangan dan pemanfaatan TIK, hal ini
beresiko banyak usulan kebijakan dari pejabat eselon 3 tidak bisa menjangkau ke
seluruh SKPD yang sebagian besar berada di eselon 2.
• Kantor Kominfo saat ini belum mengontrol sepenuhnya atas pengembangan dan
pemanfaatan TIK serta kontrol anggaran secara terintegrasi, dikarenakan belum
optimalnya kewenangan yang diberikan. sehingga belum mampu menyediakan e-
government yang efektif dan efisien dilingkungan Pemerintah Kota Bogor. Optimalisasi
pengembangan dan pemanfaatan TIK di Pemko Bogor sangat penting sebagaimana
diamanahkan dalam pengembangan e-government yang bertujuan untuk efisien dan
efektifnya kinerja pemerintahan dengan pemanfaatan TIK.
• Karyawan pemerintah kota Bogor yang berlatar belakang TIK sekitar 70 orang, akan
tetapi yang termanfaatkan optimal untuk pekerjaan terkait TIK tidak lebih dari 20
orang. SDM yang dikelola oleh Kantor Kominfo masih jauh dari mencukupi untuk
mengelola TIK di seluruh SKPD, sehingga banyak pekerjaan yang semestinya
dikerjakan sendiri karena alasan keamanan informasi dengan terpaksa dilaksanakan
oleh pihak ketiga selain itu SKPD perlu mengelola sendiri SDM TIKnya, padahal SKPD
tidak mempunyai tupoksi pengelolaan TIK, sehingga kegiatan pengembangan dan
pengelolaan TIK di SKPD non Kominfo tidak bisa didanai langsung oleh SKPD
bersangkutan, hal ini beresiko pada penyalahgunaan administratif untuk mendukung
kegiatan terkait TIK yang tetap saja merupakan kesalahan didepan hukum.
• Pelatihan teknis masih belum memadai hal ini beresiko pada kurang optimalnya
layanan infrastruktur TIK
4.1.3. Aplikasi
• Banyak aplikasi yang sudah dikembangkan oleh SKPD akan tetapi karena SKPD tidak
memiliki sumberdaya yang memadai sehingga aplikasi tersebut menjadi kurang
optimal pemanfaatannya karena tidak didukung oleh infrastruktur TIK yang memadai
yang seharusnya dikelola oleh Kantor Kominfo.
• Resiko yang muncul dari sisi kondisi aplikasi TIK yang ada sekarang adalah sebagai
berikut:
• Data masih terserak di setiap SKPD dan belum di inventarisir oleh satu SKPD. Resiko
yang muncul atas kondisi data yang ada sekarang adalah sebagai berikut:
4.1.4. Infrastruktur
• Setiap SKPD sangat membutuhkan perangkat akses, server dan storage yang dikelola
oleh SKPD Kominfo, Secara bertahap sedang dibangun data center yang sesuai
dengan standar. Pengelolaan datacenter secara mandiri akan mereduksi kerawanan
keamanan informasi
• Seluruh SKPD dan Kelurahan sudah terhubung dengan jaringan internet kecuali
Puskesmas. Dari 110 titik yang direncanakan terlayani backbone FO baru ada 12 titik,
98 titik sisanya menggunakan wireless yang beresiko terjadinya gangguan alam (petir).
4.1.5. Perencanaan
• Rencana Pembangunan Tingkat Kota (RPJMD) belum secara eksplisit menjadikan TIK
sebagai pendukung semua aspek dan diperlukan percepatan untuk pemanfaatannya
• Belum disusun Business Continuity Plan pengelolaan infrastruktur TIK, sehingga jika
suatu saat terjadi kegagalan layanan, maka Konator Kominfo kesulitan untuk
melakukan suatu tindakan yang cepat, akurat dan efektif untuk menjamin
keberlangsungan sistem
• Belum terkoordinasinya pengusulan kegiatan TIK SKPD, hal ini menyulitkan pengambil
kebijakan untuk melakukan optimalisasi anggaran di sektor TIK
• Saat ini belum berjalan fungsi perencanaan dan kontrol atas penerapan e-Government
di Pemerintah kota Bogor. Resiko yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
• Resiko yang muncul dari atas kondisi monitoring dan evaluasi TIK yang ada sekarang
adalah sebagai berikut:
Kesimpulan
Dari hasil analisa terhadap kondisi eksisting implementasi e-government yang ada di
Pemerintah Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa resiko yang harus di kelola
dengan baik. Sehingga resiko-resiko ini menjadi keuntungan (benefit) dalam mendukung
program pembangunan e-government di Pemerintah Kota Bogor. Berikut ini adalah resiko-
resiko tersebut :
2. Risiko atas informasi mencakup akses yang tidak berhak atas aset informasi,
pengubahan informasi oleh pihak yang tidak berhak dan penggunaan informasi
oleh pihak yang tidak punya hak untuk keperluan yang tidak sebagaimana
mestinya.
b) Kontrol atas risiko proyek, risiko atas informasi, dan risiko atas keberlangsungan
layanan secara umum mencakup :
2. Implementasi Security Governance di manajemen TIK dan seluruh sistem TIK yang
berjalan, khususnya untuk meminimumkan risiko atas informasi dan
keberlangsungan layanan.
Kekuatan Kelemahan
1. Pimpinan daerah memiliki e-leadership 1. Belum optimalnya sinergi antar SKPD untuk
membangun e-Govt
2. Adanya regulasi terkait kebijakan TIK
2. Belum banyak regulasi kebijakan untuk
3. Sudah ada SKPD Kominfo pengembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan e-govt yang menjangkau ke
4. Memiliki 70 SDM yang berlatar belakang seluruh sistem pemerintah kota
pendidikan TIK, ditambah dengan SDM yang
berpengetahuan TIK meskipun tidak berlatar 3. SDM praktisi TIK masih belum merata dan
6. Sudah tersedia akses jaringan internet ke 5. Belum memiliki perangkat untuk memastikan
seluruh SKPD sampai dengan kelurahan ketersediaan akan kebutuhan akses jaringan
yang sudah terpasang
7. Adanya peluang untuk membangun
datacenter sendiri 6. Belum memiliki datacenter / data recovery
center serta sistem pengamanan informasi
8. Memiliki pengetahuan yang memadai untuk yang memadai
menyusun perencanaan e-govt yang
komprehensif 7. Belum adanya perencanaan induk dan
detailnya utk pengelolaan e-govt yang
9. Pernah memperoleh award untuk website komprehensif yang bisa dijadikan acuan
terbaik dan pengembangan e-Govt untuk penyusunan RPJPD, RPJMD dan
perencanaan lainnya
Peluang Tantangan
Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah
Pengertian :
1. Kota Jasa mengandung pengertian bahwa Kota Bogor menjadi pusat jasa dalam
pengertian pelayanan (services) dan sektor ekonomi tersier (economic activities). Kota
Bogor akan diarahkan untuk menjadi suatu kota yang aktivitas masyarakatnya
bergerak terutama di sektor jasa. Sektor jasa merupakan sektor yang mendukung bagi
berkembangnya aktivitas-aktivitas yang ada di masyarakat baik aktivitas budaya,
ekonomi, penataan fisik kota, maupun penanganan masalah kota. Sektor ini perlu
diprioritaskan untuk mendorong perekonomian Kota Bogor, terutama pada sub sektor
jasa perdagangan, hotel dan restoran, jasa angkutan dan komunikasi, jasa keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, jasa pendidikan serta jasa-jasa lainnya.
2. Nyaman berarti bahwa Kota Bogor diharapkan menjadi kota yang bersih, indah, tertib
dan aman serta berwawasan lingkungan.
3. Masyarakat madani berarti bahwa masyarakat Kota Bogor harus memiliki derajat
kualitas kehidupan yang tinggi baik dari segi keimanan, pendidikan, keterampilan,
kesehatan, dan daya beli masyarakat yang tercermin dari tingginya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) terutama dari Angka Harapan Hidup (AHH), Angka
Melek Huruf (AMH), dan daya beli masyarakat (Purchasing Power Parity).
2. Mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman (beriman) dengan sarana dan
prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan, adalah
pembangunan diarahkan kepada penampilan kota yang bersih, indah, tertib dan aman
serta berwawasan lingkungan. Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan
akan terus ditingkatkan untuk dapat mengarah kepada pemenuhan kebutuhan
4. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi
supremasi hukum, adalah penyelenggaraan pemerintahan diarahkan kepada
pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab dengan menerapkan
prinsip-prinsip Good Governance dan Clean Goverment, sehingga mampu
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat disertai penegakan
supremasi hukum.
”Komunikasi dan Informatika sebagai Media Peningkatan SDM dan Pelayanan Prima”.
5. Mewujudkan lingkungan masyarakat bogor yang cerdas, dinamis dan kompetitif dalam
persaingan lokal dan global
Berikut analisa kesesuaian antara misi Kominfo dengan misi pembangunan kota :
Misi Kominfo 1 v v v v
Misi Kominfo 2 v v v v
Misi Kominfo 3 v v v v
Misi Kominfo 4 v v v v
Misi Kominfo 5 v v v v
Misi Kominfo 6 v v v v
Misi Kominfo 7 v v v v
Misi Kominfo 8 v v v v
Dari hasil analisa nampak bahwa Misi Kominfo sangat generik yang bisa diterapkan untuk
setiap Misi Kota, Visi dan Misi TI dan bisa dilaksanakan selamanya, tidak secara spesific
melihat pada Visi pembangunan kota yang sedang berjalan. Tidak salah, tapi tidak tematik
yang mengarahkan pada capaian tertentu dalam satu roadmap jangka panjang.
Rencana jangka panjang dengan visi dan strategi yang jelas sangat penting dalam
implementasi e-government, singkatnya keberhasilan e-government membutuhkan :
1. Visi yang jelas dari pemimipin : Beberapa pimpinan yang belum memiliki pemahaman
yang baik tentang teknologi informasi dan komunikasi, akibatnya para pemimpin
tersebut belum dapat menghasilkan visi yang baik dari pengembangan dan
pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam pembanganunan kota Bogor
2. Dukungan yang kuat dari masyarakat : Dukungan yang kuat dari masayarakat,
dukungan akan dapat diperoleh jika masyarakat memahami dengan baik ddampak
penerapan TIK tersebut, masayarakat juga akan mendukung jika masayarakat
membutuhkan dan dapat memanfaatkan layanan yang teradapat dalam TIK tersebut.
Sayangnya sampai saat ini indonesia masih terkendala dengan masalah kesenjangan
digital, artinya masih banyak masyarakat yang belum terjangkau dengan layanan TIK.
3. Penetapan agenda
Adalah penting untuk merancang waktu dan usaha yang cukup untuk perubahan legislatif
yang mungkin diperlukan untuk mendukung implementasi proses yang baru. Aturan hukum
berikut ini perlu dirancang demi keberhasilan e-government :
3. Hukum terkait arsitektur teknologi informasi pemerintahan dan pendirian sebuah pusat
komputer terintegrasi
4. Hukum dan peraturan masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk
membuatnya. Tanpa hukum dan aturan dari pemerintah adalah sebuah keniscayaan e-
Cara mengerjakan bisnis yang sedang berlangsung saat ini bukanlah langkah yang paling
tepat atau efektif. Salah satu alat melakukan inovasi proses bisnis adalah Business Prosess
Reenginering (BPR). Kendala yang perlu disikapi dengan bijak adalah perilaku kerja yang
sudah dijiwai oleh aparatur pemerintahan, perubahan proses bisnis akan menuntut aparatur
pemerintahan untuk beradaptasi dengan sistem yang baru, jika aparatur pemerintahan tidak
siap untuk beradaptasi dengan sistem yang baru akan mengkibatkan sistem tidak dapat
bekerja secara optimal.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih teknologi dan vendor adalah :
• Infrastruktur jaringan
• Interoperabilitas
• Standarisasi
Pemilihan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan saat ini dan prediksi kebutuhan 5 (lima)
tahun kedepan akan datang sangat menentukan keberhasilan secara keseluruhan karena
peran infrastruktur sebagai fondasi utama yang harus kuat dalam pengembangan dan
pemanfaatan TIK.
5.2.1. Visi
Mewujudkan Bogor menjadi Smart Government menuju pemerintahan yang efisien, efektif,
akuntabel dan transparan
5.2.2. Misi
1. Memperkuat tatakelola e-Government
infrastruktur TIK dan kuantitas jaringan kecepatan internet / upload internet dan
untuk meningkatkan internet/intranet di /intranet di pemerintahan intranet
kinerja pemerintah pemerintahan
dan layanan Jumlah downtime per
masyarakat tahun
Jumlah aktifitas
kelompok
masyarakat
pemanfaatan TIK
berbasis wilayah
Untuk mencapai sasaran yang yang dimaksud dalam tabel tersebut diatas, maka perlu dikaji
dan ditentukan kebijakan apa saja yang diperlukan melalui analisa SWOT, pengarahan
pimpinan serta informasi lain yang memungkinkan untuk masuk dalam analisa kebutuhan ini.
Dari hasil kajian kebijakan, nantinya akan di uraikan kegiatan beserta uraian output, input
serta indikator capaian kinerja kegiatan.
2. Adanya regulasi terkait layanan masyarakat yang meningkatkan peran TIK pada
kebijakan TIK baik proses birokrasi dan
mendorong tercapainya good
3. Sudah ada SKPD Kominfo 2. Persaingan yang baik governance
antar pemerintah daerah
4. Memiliki 70 SDM yang dalam meraih 2. Optimalisasi kewenangan
berlatar belakang pendidikan penghargaan nasional SKPD Kominfo untuk
TIK, ditambah dengan SDM melengkapi berbagai regulasi
yang berpengetahuan TIK 3. Peningkatan dan SOP untuk meningkatkan
meskipun tidak berlatar kesejahteraan aparat efisiensi dan efektifitas
belakang pendidikan TIK apabila kinerjanya baik pengembangan, pengelolaan
yang ditandai dengan dan pemanfaatan TIK yang
5. Sudah memiliki banyak indikator kepuasan berlaku untuk semua unit kerja
aplikasi e-Government, baik masyarakat thd layanan
yang dibangun Kominfo pemerintah dan 3. Adanya kebijakan pengarahan
maupun SKPD lain peningkatan kesejahteraan dari pimpinan daerah, serta
kota alat kontrol dan monitoring
6. Sudah tersedia akses untuk implementasi e-govt
jaringan internet ke seluruh 4. Peningkatan peran e-
SKPD sampai dengan government dalam 4. Restrukturisasi Organisasi
kelurahan pembangunan kota untuk optimasi fungsi
pengembangan dan
7. Adanya peluang untuk pengelolaan TIK
membangun datacenter
sendiri 5. Peningkatan kerjasama
dengan instansi pusat,
8. Memiliki pengetahuan yang sesama pemerintah daerah,
memadai untuk menyusun konsultan profesional dan
perencanaan e-govt yang pihak ketiga untuk
komprehensif pengembangan e-Govt
9. Pernah memperoleh award
untuk website terbaik dan Tantangan Strategi S - T
pengembangan e-Govt
1. Memberikan pemahaman 1. Optimalisasi pengadaan dan
kepada seluruh pemanfaatan SDM TIK untuk
stakeholder, pimpinan pengembangan, pengelolaan
daerah serta karyawan dan pemanfaatan TIK
tentang peran strategis e- diseluruh SKPD
Govt yang sejalan dengan
pembangunan kota 2. Peningkatan jumlah dan
kapabilitas SDM TIK untuk
2. Banyaknya contoh kasus selalu mengikuti
kegiatan pengembangan perkembangan Trend
TIK yang tidak sejalan Teknologi Informasi terbaru
dengan tujuan e-govt
3. Koordinasi antar SKPD untuk
8. Website yang ada belum 2. Banyaknya kasus kegiatan 2. Koordinasi antar SKPD untuk
terintegrasi dengan aplikasi pengembangan TIK yang sistem pengamanan informasi
e-govt tidak sejalan dengan
tujuan e-govt 3. Sosialisasi pemahaman
9. Semakin menurunnya hasil kepada seluruh stakeholder,
Pe-GI 3. Kondisi alam ( topografi aparat pemerintah kota serta
dan cuaca) yang sulit masyarakat untuk semakin
dipasang perangkat meningkatkan pemanfaatan
transmisi data TIK.
1. Pemantapan postur kebijakan dan kelembagaan akan fokus dilaksanakan pada tahun
pertama dan kedua perencanaan induk ini (2013), di tahun ke tiga hingga akhir tahun
ke lima hanya tinggal review, dan penambahan SOP seperlunya, sedangkan untuk
SDM lebih mengikuti prosedur umum.
tahun pertama dan 2 tahun berikutnya dan seterusnya tinggal pemeliharaan dan
penggantian perangkat yang sudah waktunya diganti berdasarkan umur efektif dan
tingkat kerusakannya
Perencanaan Strategi berdasarkan Tujuan dan Sasaran untuk menyusun program dan
kegiatan pengembangan e-Government pemerintah kota Bogor selama 5 tahun yang akan
dimulai dari tahun 2014 sampai dengan 2018
eksternal
Pada dimensi kebijakan ini perlu mendapat prioritas utama, karena dari hasil penilaian
pemeringkatan e-Government skor nya paling banyak penurunnya. Untuk meningkatkan nilai
pada pemeringkatan e-government dan untuk mereduksi resiko yang ditimbulkan atas
lemahnya dimensi kebijakan ini :
4. Melakukan sosialisasi, kontrol dan monitoring atas kebijakan strategis yang sah untuk
diimplementasikan, untuk memastikan bahwa kebijakan telah dilaksanakan dengan
baik di seluruh SKPD
1. Pembentukan organisasi fungsional CIO / Dewan TIK dimana kepala daerah atau
minimal kepala SKPD eselon 2 yang kompeten untuk membuat kebijakan TIK yang
memimpin secara langsung pengendalian pengembangan dan pemanfaatan TIK
2. Memperkuat peran lembaga pengelola Kominfo yang secara khusus dan mandiri
dalam pengelolaan e-Government untuk memudahkan koordinasi dengan SKPD
lainnya dalam pengelolaan TIK
3. Peningkatan kapabilitas SDM di bidang TIK baik SKPD yang menangani kominfo
maupun SKPD lainnya
8. Pembentukan fungsi Helpdesk dan monitoring jaringan SKPD baik jaringan eksternal
maupun internal dilakukan secara cepat.
2. Untuk pengelolaan aset data dan informasi di pemkot Bogor, maka perlu kebijakan
sentralisasi data dan informasi yang dihasilkan dari pemrosesan data di SKPD pada
datacenter SKPD kominfo.
3. Setiap SKPD memiliki sistem informasi baik untuk layanan masyarakat (G2C), dunia
usaha (G2B) maupun layanan internal (G2E), sesuai dengan prioritas kebutuhan
secara bertahap
2. Penyusunan dokumen action plan untuk setiap kegiatan TIK yang berdampak luas
terhadap kinerja SKPD
A Dimensi Kebijakan
Center Center
B Dimensi Kelembagaan
Pendampingan Dokumen
pengembangan
aplikasi e-
Government
terintegrasi
C Dimensi Infrastruktur
D Dimensi Aplikasi
E Dimensi Perencanaan
F Dimensi Informasi
A Dimensi Kebijakan
B Dimensi Kelembagaan
C Dimensi Infrastruktur
D Dimensi Aplikasi
E Dimensi Perencanaan
A Layanan Publik
Web
Web BPPTPM
Pelayanan
D Pembangunan Keuangan
Pengelolaan Proyek
Perencanaan
F Kepegawaian Keuangan
G Dinas Lembaga
1 Kepemerintahan Keuangan
Pembangunan
2 Kewilayahan
BLHD
SETDA
3 Kemasyarakatan Pelayanan
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan
Potensi daerah
Keterangan :
L : Sudah lengkap
1. Konten
1. Profil Wilayah
2. Profil Pemerintahan
7. Gallery Kota
1. Layanan Masyarakat
2. Layanan Usaha
2. Spesifikasi
8. Setiap fitur bisa dikembangkan sendiri sendiri oleh masing masing administratornya
9. Setiap data dan informasi disimpan dan dikelola oleh SKPD sesuai tupoksinya,
backup data dan pengemanan system dikelola oleh Kominfo
penilaian kinerja, P
diklat P
Kinerja
2 Pemerintahan Data Pembangunan, P
Website Pemko, P
e-Filling, P
Perencanaan Daerah, P
Pembangunan, P
Sistem anggaran, P
akuntansi daerah, P
Layanan
3 Masyarakat Kependudukan, P
Pengaduan Masyarakat, P
kesehatan, P
pendidikan, P
ketenaga kerjaan, P
transportasi, P
komunikasi, P
air bersih P
Administrasi DPRD, P
Katalog Hukum, P
potensi daerah, P
pariwisata, P
KUKM, P
Industri perdagangan, P
Model-model metadata :
1. Elemen : Definisi
6. Sumber : Sebuah referensi ke sumber daya dari mana sumber daya ini berasal .
9. Creator: Sebuah entitas terutama bertanggung jawab untuk membuat isi dari
sumber daya .
10. Penerbit : Entitas bertanggung jawab untuk membuat sumber daya yang tersedia .
11. Kontributor : Sebuah badan yang bertanggung jawab untuk membuat kontribusi
untuk isi
13. Hak : Informasi tentang hak dan diadakan di atas sumber daya tersebut .
14. Data: Data yang terkait dengan suatu peristiwa dalam siklus sumber daya.
16. Identifier : Sebuah referensi ambigu ke sumber daya dalam konteks tertentu .
1. Elemen: Definisi
10. Pelestarian: Informasi untuk mendukung pelestarian jangka panjang sumber daya.
kelembaban ruang
5. Lantai anti statis ( raised
Floor System)
6. Memilih Jenis Rack
Server& Pengaturan
Kabel
7. Pemadam kebakaran &
System keamanan lainnya
Pemanfaatan DRC milik pihak
ketiga
2 Jaringan Topologi dan WAN, MAN, Redundant Star Down Time <22
cabling LAN jam/thn
Catatan alamat asal dan
tujuan setiap kabel dan
wireless
Setiap kabel mempunyai label
alamat asal dan tujuan
70 % dr dan pengembangan
kapasitas
Pengadaan bandwidth
terpasang
1. Data Recovery center dititipkan ke pihak ketiga yang mempunyai standar pengamanan
informasi yang baik, lebih diutamakan yang sudah memiliki ISO 27001:2005 atau
SS504 atau juga yang menggunakan standar itu meskipun belum bersertifikat
2. Ruangan : 2.5 x 4 meter, tanpa jendela / dinding kaca yang mepet ke pinggir luar
gedung
3. Jumlah rack minimal 3 : Rack keamanan dan storage, rack server dan rack distribusi
5. Raise floor dan atap: apabila menggunakan bahan standar dan aman dari akses
binatang (pengerat, serangga ataupun melata), maka sangat baik digunakan sebagai
jalur kabel, tinggi raise floor sekitar 30 Cm.
No Jalur Pengembangan
Bawasda/Inspektorat - Kelurahan Mengganti Radio 5.8 GHz dari link Kec. Bogor
2 Empang Selatan dengan FO
Ketahanan Pangan - Distani + Mengganti Radio 5.8 GHz dari link PD Pasar
4 Kelurahan Cipaku dengan FO
Kesbang - Lingkungan Hidup + Dispora Koneksi baru ke GOR dengan FO dari link
5 + Perpustakaan + GOR Perpustakaan.
Kecamatan Tanah Sareal - Kelurahan Mengganti Radio 5.8 GHz dari link Kec. Tanah
7 Kedung Badak Sareal dengan FO
Kelurahan Kedung Badak - Kelurahan Koneksi baru Kel. Kedung Badak ke Kel. Kedung
8 Kedung Jaya Jaya dengan FO.
Kelurahan Kedung Jaya - Mainhole Koneksi baru Kel. Kedung Jaya ke Mainhole Jalan
9 Jalan Baru Baru dengan FO.
Mainhole Jalan Baru - Kelurahan Koneksi baru Mainhole Jalan Baru ke Kel.
10 Sukadamai Sukadamai dengan FO.
Kecamatan Bogor Tengah - Kelurahan Mengganti Radio 2.4 GHz dari link Kec. Bogor
11 Cibogor Tengah dengan FO
Mainhole Bangbarung - Dinas Mengganti Radio 5.8 GHz dari link Balaikota
14 Pendidikan dengan FO
2. Telah ada regulasi tentang implementasi 2. Belum ada regulasi dan standar tentang
e-government : UU ITE dan keamanan informasi untuk manajemen
Penyelenggaraan e-Government resiko keamanan informasi pemerintah
daerah
Ancaman serangan terhadap Infrastruktur nasional dapat berupa secara fisik dan non fisik.
Infrastruktur nasional yang rentan terhadap serangan dapat disebut dengan critical
infrastructure (infrastruktur kritis). Serangan keamaman sistem informasi yang bersifat tidak
langsung, seperti; virus, worms, malware dan lain sebagainya dalam wujud kode-kode
perangkat lunak yang disampaikan melalui jaringan internet nasional terhadap infrastruktur
nasional akan berdampak seperti serangan keamanan secara fisik. Hal ini disebabkan oleh
karena informasi merupakan asset yang sangat berharga bagi pemerintahan sebuah Negara.
Perlu adanya suatu proses dan manajemen yang mengatur Keamanan Informasi. Prosedur
dan pengelolaan yang efektif untuk menjaga keamanan informasi. Keamanan informasi
membutuhkan pengelolaan terhadap nilai aset informasi, serta kerentanannya terhadap
adanya berbagai ancaman. Pengelolaan aset informasi terhadap ancaman dan
kerentanannya lazim disebut manajemen resiko. Metode manajemen resiko sbb :
• Metode Pemindahan Risiko - Jika risiko sangat tinggi atau organisasi tidak mampu
mempersiapkan kendali yang diperlukan, risiko dapat dipindahkan keluar dari
organisasi.
• Metode Penghindaran Risiko - Jika ancaman dan kerentanan sangat mungkin terjadi
dan dampaknya juga sangat tinggi, lebih baik menghindari risiko dengan misalnya
melakukan alih daya perangkat pemrosesan data dan juga staf
Risiko keamanan informasi berbanding lurus dengan nilai aset informasi, ancaman dan
kerentanan. Jadi, risiko dapat meningkat atau berkurang dengan cara memanipulasi besar
atau kecilnya ancaman dan kerentanan yang mempengaruhi nilai aset informasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan manajemen risiko.
Saat ini di Indonesia sudah menerapkakan standard keamanan informasi yang mengadopsi
ISO 27001 untuk menilai (asses) tingkat kematangan keamanan sistem informasi yang
diterapkan pada instansi pemerintah. Standar yang diadopsi tersebut mengintegrasikan
ISO27001 dengan CMMI. Penilaian standar keamanan informasi ini diimplementasikan dalam
Indeks Keamanan Informasi (Indeks KAMI).
Resiko Implementasi
Permasalahan
Keamanan Fisik Keamanan Logika
- ketidak SOP pengelolaan Infrastruktur TIK SOP Pemanfaatan sumber daya TIK
sengajaan
+ Keamanan Datacenter : - Pemanfaatan Akses internet/intranet
- ketidak tahuan
- Kunci biometrik - Pengelolaan IP
- kenakalan
- Kebersihan - Password
- kejahatan - Suhu dan kelembaban
- Pemadam Kebakaran
Knowledge dan kepedulian yaitu Sosialisasi Knowledge dan kepedulian yaitu dengan
berkesinambungan untuk Tidak Sosialisasi berkesinambungan untuk selalu
menggunakan perangkat TIK yang diluar berhati hati dalam transaksi data / informasi
kewenangannya dan kebersamaan elektronik serta menyimpannya sesuai SOP
menjaga perangkat TIK yang telah ditetapkan, atau menjaganya
sedemikian hingga hanya personil yang
berwenang saja yang boleh melakukan akses
data / informasi sesuai tugas pokok dan
fungsinya.
- ketidak - Aman dari binatang pengganggu - manajemen dan personil pelaksana Security
sengajaan operasional control (SOC)
- Gangguan alam
- ketidak tahuan
+ Keamanan Jaringan
- kenakalan
- Gangguan alam
- kejahatan
- Gangguan pencurian dan perusakan
(sengaja / tidak sengaja)
Untuk melakukan
Pengadaan : Pengadaan :
akses logic dan
fisik oleh pihak
Ruang datacenter standard Sistem routing standard berpengaman
luar yang tidak
berhak
Perangkat Routing : Firewall dan IDS Internet – firewall – router + (monitoring) –
DMZ / Intranet / Internet / Extranet / Client
(NAT / IP Private)
terjadi kebutuhan yang sama antara satu SKPD dengan yang lain. Agar terjadi tumpang tindih
kepentingan teknis dan administrasinya, maka perlu diatur koordinasinya untuk bisa
bersinergi dalam rangka memenuhi semua kebutuhan oleh masing-masing pihak. Para pihak
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. SKPD Pengelola TIK Pemerintah Kota Bogor, yaitu SKPD yang menangani urusan
sbb:
4. sosialisasi system,
2. migrasi sistem,
3. pengamanan system,
4. Monitoring system
2. SKPD pemilik proses birokrasi yaitu SKPD selain SKPD pengelolaan TIK sebagai
pemilik data / informasi dan proses birokrasinya sebagai pengguna sarana dan
prasarana TIK dan sistem informasi bertugas :
2. kebijakan data / informasi yang dihasilkan dari pemrosesan data melalui sistem
informasi
3. Pengembangan system
4. Berkoordinasi dengan SKPD lain dalam hal akuisisi data, pengelolaan dan
tanggung jawab kepemilikannya.
4. Pemanfaatan infrastruktur TIK
1. Setiap SKPD berkoordinasi dengan SKPD Kominfo dalam hal :
1. Kapasitas yang dibutuhkan
2. Jumlah dan kualitas media komunikasi data
3. Tingkat keamanan
4. Sistem jaringan yang dibutuhkan
5. Kompatibilitas hardware
6. Spesifikasi teknis kebutuhan untuk pekerjaan
7. Mekanisme pemeliharaan, pengoperasian dan pengendaliannya
2. Setiap SKPD tidak seharusnya melaksanakan pengadaan, Perawatan dan
pengendalian infrastruktur TIK sendiri apalagi tanpa berkoordinasi dengan
SKPD Kominfo, hal ini dimaksudkan untuk pengendalian keamanan aset
informasi pemerintah kota. Namun apabila sudah ada system yang dibangun
dari pusat untuk kepentingan nasional, maka system bisa diatur sedemikian
rupa agar tidak terjadi masalah teknis operasional akses informasi yang
mengganggu kinerja seluruh jaringan pemerintah kota. SKPD Kominfo yang
memiliki kewenangan kebijakan untuk pengamanan seluruh sistem.
3. Berdasarkan UU pemerintah daerah pada :
1. pasal 10 ayat 2 : pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan
2. pasal 10 ayat 3 : Urusan pemerintah pusat adalah politik luar negeri;
pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama.
3. Pasal 14 ayat 1 huruf l : bahwa urusan pelayanan kependudukan, dan
catatan sipil adalah kewenangan penuh pemerintah kota / kabupaten
sehingga data, infrastruktur, SDM dan tatakelolanya semuanya menjadi
kewenangan penuh pemerintah kota.
4. Walikota memiliki kewenangan penuh untuk mengendalikan dan memanfaatkan
seluruh sumber daya yang ada di wilayahnya untuk sebesar besarnya
kepentingan masyarakatnya, untuk itu setiap SKPD wajib tunduk pada
kebijakan Walikota. Termasuk diantaranya adalah kepemilikan data / informasi
sebagai aset informasi kota
1. Kepala SKPD
2. Sekretaris
3. Bidang Aplikasi Telematika dan Pengelola Data Elektronik yang terdiri dari
7.3.2. TUPOKSI
1. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tupoksi lama :
2. Fungsi :
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. TUPOKSI Baru
2. Fungsi :
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
7.3.3. SDM
1. Infrastruktur TIK : 6 orang, dengan penugasan khusus sbb:
2. Jaringan MAN, WAN, LAN untuk melayani seluruh SKPD : 2 orang dengan tugas
yaitu intalasi dan perawatan media transmisi, routing, cabling, data traffic
monitoring, kerjasama dengan pihak ketiga dalam penyediaan local loop
Gambar 19 : Mekanisme kerja antar fungsi pada unit kerja bidang pengembangan system
2. Dokumen proses bisnis di rubah dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD) oleh staf
seksi Data, karena seksi ini yang mengetahui pemetaan data milik pemerintah
kabupaten
5. Setiap tahapan yang telah disetujui oleh staf tester maka dibuat dokumentasi
teknisnya
6. Staf tatalaksana juga membuat buku petunjuk penggunaan (manual book) atas sistem
yang sedang dibangun
7. setelah tahap pemrograman selesai maka dilakukan integrasi dengan sistem lain oleh
team integrator
8. selama pelaksanaan pembangunan data yang digunakan adalah data dummy yang
telah disiapkan oleh seksi Data
9. setelah seluruh system siap dan mendapat persetujuan dari seksi tatalaksana, maka
seksi tatalaksana membuat kegiatan sosialisasi, SOP pemanfaatannya, serta
regulasinya. Sedangkan seksi pengembangan aplikasi dan data melakukan instalasi
ke SKPD pengguna serta melakukan backup ke datacenter.
10. Masa implementasi adalah 6 bulan sejak instalasi, dan selama itu, seksi
pengembangan aplikasi, data dan tatalaksana terus menerus melakukan perbaikan
yang diperlukan untuk kesempurnaan system tersebut.
11. Data adalah milik SKPD sesuai tupoksinya. Pelaksanaan data entry dilakukan oleh
SKPD pengguna, proses dan data / informasi hasil proses disimpan dan dimiliki oleh
SKPD pengguna, semua data / informasi wajib di back up di datacenter. Seksi data
dan pengelola datacenter dilarang melakukan perubahan data, apabila ada usulan
perubahan data maka hal itu hanya bisa dilakukan oleh SKPD pengguna.
12. Format standar meta data hanya bisa dilakukan setelah ada kesepakatan tertulis
antara seksi data dengan SKPD pengguna / pemilik system.
13. Penyusunan data dummy untuk pengembangan aplikasi, harus sepengetahuan SKPD
pemilik data.
14. Pemanfaatan data yang tersimpan di datacenter hanya bisa dilakukan setelah
mendapatkan ijin tertulis dari SKPD pengguna.
15. Pengedalian software proprietary dilakukan oleh staf seksi pengembangan aplikasi
jaringan lebih ke pengelolaan media transmisi dan pengaturan topologinya sedangkan bidang
keamanan informasi lebih fokus ke tatakelola pemanfaatan TIK serta insident handling
masalah keamanan informasi. Kebijakan pengadaan dan instalasi perangkat TIK serta help
desk untuk problem solving masalah infrastruktur TIK bisa diberikan kepada seksi manapun
tergantung kebijakan kepala bidangnya.
Perwali - Kebijakan Organisasi Pengelola e-Government yang berisi tentang Ketetapan Visi dan
Misi, Bentuk Organisasi, Tupoksi, Indikator keberhasilan dan Honor
3. Secara berkala (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang) harus dibuat
perencanaan e-Government yang tertuang dalam dokumen resmi yang ditetapkan
melalui peraturan walikota
BAB 8. Penutup
Dokumen Rencana Induk e-Government Pemerintah Kota Bogor 2014 – 2018 ini merupakan
buku induk akan tetapi bukan kitab suci yang tidak bisa disesuaikan dengan kondisinya
sejalan dengan perkembangan politik, kondisi sosial kemasyarakatan serta perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat. Sebaiknya dokumen ini ditinjau ulang
setiap tahunnya oleh seluruh SKPD beserta kantor Kominfo sebagai leading sektornya.
Apalagi didalam dokumen ini terdapat isu-isu sensitif yang beresiko munculnya resistensi dari
komponen pemkot yang terkurangi kenyamanannya dan terpaksa harus berubah sejalan
dengan kebijakan otomatisasi perkantoran.
Pengadaan perangkat komputer tidak serta merta menjadi solusi atas permasalahan
peningkatan kinerja pemerintah, output dari pengadaan perangkat adalah berupa alat untuk
pelaksanaan implementasi e-government sedangkan e-government itu sendiri merupakan
sistem pemerintahan berbasis elektronis, pemahaman ini harus dimiliki oleh seluruh
pengelola pemerintah kabupaten sehingga beban kerja implementasi e-government bukan
hanya oleh Kantor Kominfo akan tetapi merupakan gerakan bersama seluruh SKPD yang
dipimpin langsung oleh Walikota untuk melaksanakannya. Kunci utama gerakan ini adalah
perubahan paradikma dari kinerja berbasis manual menjadi kinerja berbasis elektronik.
Didalam bab cetak biru dan perencanaan tindak implementasi e-government telah disebutkan
hasil dan cara mencapai hasil kegiatan pengembangan e-government ini, namun apabila
pimpinan dan staf kurang memahaminya maka akan lebih baik jika kerjasama dengan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi ini diteruskan dalam bentuk pendampingan
implementasinya, lebih ideal lagi jika pihak pemerintah kota juga bekerjasama dengan
perguruan tinggi terdekat di kota Bogor untuk mengawal suksesnya implementasi percepatan
pengembangan e-government dan sesegera mungkin, membuka lowongan kerja bidang TIK
untuk mengisi fungsi pengembangan TIK yang masih jauh dari memadai.
Seberapapun investasi dikucurkan untuk pengadaan teknologi informasi, tapi jika tidak
didukung dengan SDM yang memadai serta kebijakan TIK yang masih lemah maka semua
akan sia-sia saja karena perangkat TIK pastinya memiliki umur yang terbatas. Pemeliharaan
perangkat TIK tanpa ilmu yang memadai akan menambah permasalahannya dan melenceng
dari tujuan e-government sendiri yaitu efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah kota.