Anda di halaman 1dari 29

Pengertian Adiwiyata -

Adiwiyata atau Green School adalah salah satu program kementrian negara lingkungan hidup
yang bertujuan untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam pelestarian lingkungan hidup.

Pengertian Adiwiyata Peraturan Menurut Menteri Lingkungan Hidup


Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata mengatakan bahwa sekolah adiwiyata
adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dan program adiwiyata adalah
program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

Adiwiyata memiliki pengertian atau makna sebagai salah satu tempat yang baik dan juga ideal
yang diperoleh segala ilmu pengetahuan dan beragai norma serta etika yang menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita untuk menuju kepada cita-cita
pembangunan berkelanjutan.

Fungsi program adiwiyata adalah agar seluruh pelajar ikut terlibat dalam segala aktivitas
persekolahan demi menuju lingkungan yang sehat serta mampu menghindari dampak
lingkungan yang negatif.

Berdasarkan pengertian Adiwiyata dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2
Tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata. Pengertian adiwiyata pada
pasal 1 adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh segala ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju
terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Sedangkan pada pasal 1 point 2, bahwa Program Adiwiyata adalah salah satu program kerja
berlingkup nasional yang dikelola oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka
mewujudkan pengembangan pendidikan lingkungan hidup.

Adapun pedoman pelaksanaan program Adiwiyata bertujuan untuk memberikan acuan kerja
pelaksanaan program Adiwiyata bagi tim peninjau lapangan program Adiwiyata.

Menurut Arjuna dan Salmonsius yang dikutip oleh Saragih (2012), ketika sebuah sekolah
sudah mengikuti program Adiwiyata maka sekolah tersebut akan mendapatkan bantuan dana
pendampingan, sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh sekolah dan disetujui oleh
Kementrian Lingkungan Hidup.

Tujuan Adiwiyata

Tujuan sekolah Adiwiyata yang secara umum menerangkan untum mewujudkan masyarakat
sekolah yang peduli dan juga berbudaya dalam lingkungan dengan:

Menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sekolah untuk menjadi wadah pembelajaran dan
juga penyadaran segenap warga sekolah diantaranya Murid, Guru, Orang Tua/Wali Murid,
dan lingkungan masyarakat demi terciptanya upaya pelestarian lingkungan hidup.

Warga sekolah turut bertanggung jawab dalam mengupayakan penyelamatan lingkungan


hidup dan pembangunan yang berkelanjutan.

Mendorong dan membantu sekolah untuk turut serta dalam melaksanakan upaya pemerintah
demi melestarikan lingkungan hidup dalam pembangunan yang berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan demi hadirnya kepentingan generasi yang akan datang.

Target Sasaran Adiwiyata


Target sasaran Adiwiyata terdapat pada pendidikan formal setingkat SD, SMP, SMA atau
sederajad. Hal itu bukanlah sebab, lantaran sekolah menjadi target pelaksanaan karena
sekolah memiliki fungsi atau peran yang turut andil dalam membentuk nilai-nilai kehiudpan,
khususnya nilai akan kepedulian berbudaya lingkungan hidup.

Dalam melaksanakan program Adiwiyata tersebut, sekolah-sekolah mendapatkan penilaian


dan jug akan diberikan berupa penghargaaan yang diberikan secara berjenjang.

Jenis-Jenis Penghargaan Adiwiyata

Jenjang atau jenis penghargaan Adiwiyata yang mampu diterima oleh sekolah dengna
tingkatan sebagai berikut:

 Penghargaan Adiwiyata Kabupaten/Kota, penghargaan yang diberikan oleh


Bupati/Walikota.
 Penghargaan Adiwiyata Nasional yakni penghargaan yang diberikan langsung oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
 Penghargaan Adiwiyata tingkat Provinsi merupakan penghargaan yang diberikan oleh
Gubernur.
 Penghargaan Adiwiyata Mandiri merupakan penghargaan khusus bagi setiap sekolah
dengan penilaian berupa sekolah yang mempunyai minimal 10 sekolah binaan yang
telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Kabupaten/Kota, penghargaan yang
diberikan oleh Presiden.

Kriteria Penilaian Penghargaan Adiwiyata

Kriteria penilaian penghargaan Adiwiyata terdiri dari 4 aspek antara lain:

 Aspek kebijakan sekolah yang memiliki wawasan lingkungan hidup.


 Aspek kurikulum sekolah yang berbasis lingkungan hidup.
 Aspek pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang ramah
lingkungan.
 Aspek kegiatan lingkungan di sekolah yang berbasis partisipatif.

Manfaat Program Adiwiyata

Manfaat program Adiwiyata adalah diharapkan bagi setiap sekolah dalam menerapkan
Program Adiwiyata tersebut dapat menerapkan bagi pelajar, proses belajar dan hasil
pembelajaran khusus bagi peserta didik. Adapun manfaat program adiwiyata antara lain:

 Mengubah perilaku warga sekolah untuk melakukan budaya pelestarian lingkungan.


 Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan sumber daya dan
energi.
 Dapat menghindari sejumlah resiko dampak lingkungan yang terdapat di wilayah
sekolah.
 Meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah.
 Menciptakaan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah.
 Menjadikan tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan juga benar.
 Meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi segenap
seluruh warga sekolah.

Prinsip Program Adiwiyata


Dalam pelaksanaannya, program Adiwiyata diletakkan dalam tiga prinsip-prinsip dasar dalam
pelaksanaannya. Adapun prinsip tersebut antara lain:

1. Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi


keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab
dan peran.
2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus
menerus secara komprehensif.
3. Edukatif (Permen LH, 2013).

Menurut Chaeruddin (2009:12) bahwa dalam pelaksanaan program Adiwiyata diletakkan


pada dua prinsip antara lain:

1. Partisipatif, maksudnya dimana seluruh komponen sekolah terlibat dalam keseluruhan


proses yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan
tanggung jawab dan perannya masing-masing.
2. Berkelanjutan (sustainable), yang diartikan kepada seluruh kegiatan harus dilakukan
secara terencana dan terus menerus secara komperehensif.

PENGERTIAN DAN TUJUAN ADIWIYATA


Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam
rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan keasadaran warga sekolah dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat
dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghidarkan dampak
lingkungan yang negatif.
Dalam implementasinya Kementrian Negara Lingkungan Hidup berkerjasama dengan para
stakeholders, menggulirkan Program Adiwayata ini dengan harapan dapat mengajak warga
sekolah dapat melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut
berpartisipasi melestarikan dan menjaga lingkungan hiudup di sekolah dan sekitarnya.

Kata ADIWIYATA berasal dari 2 kata Sansekerta “ ADI “ dan “ WIYATA “. ADI mempunyai
makna besar, agung, baik, ideal atau sempurna. WIYATA mepunyai makna tempat dimana
seseorang menedapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial.
Bila kedua kata tersebut digabungkan, secara kelseluruhan ADIWIYATA mempunyai
pengertian atau makna ; Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju
terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita – cita pengembangan
berkelanjutan.
Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi
tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya – upaya penyelamatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli
dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia.
Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata
Dalam mewujudkan Program Adiwiyata telah ditetapkan beberapa indikator
A. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
B. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
C. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
D. Pengembangan dan atau Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah

Tujuan program Adiwiyata


 menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran &
penyadaran warga sekolah (guru, murid & pekerja lainnya), sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan
lingkungan & pembangunan berkelanjutan.

Prinsip-prinsip Dasar
Partisipatif
Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yg meliputi keseluruhan proses
perencanaan, pelaksanaan & evaluasi sesuai tanggungjawab & peran.

Berkelanjutan
Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana & terus menerus secara komprehensif.

Indikator Sekolah Adiwiyata


1. Pengembangan kebijakan sekolah
2. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan Pengembangan kegiatan berbasis partisipatif
3. Pengembangan dan atau Pengelolaan sarana pendukung sekolah

Kebijakan Sekolah
Pengembangan Kebijakan Lingkungan
1. Filosofi visi, misi sekolah yang peduli dan berbudaya, lingkungan
2. Kebijakan dalam pengembangan materi pembelajaran Lingkungan Hidup
3. Kebijakan tentang peningkatan kapasitas SDM
4. Kebijakan penghematan sumber daya alam
5. Kebijakan untuk pengalokasian dana bagi kegiatan lingkungan hidup
6. Kebijakan lain yang mendorong terwujudnya sekolah peduli dan berbudaya lingkungan

KURIKULUM / MATERI PLH


Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
1. Pengembangan model pembelajaran LH
2. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di
masyarakat sekitar (isu lokal)
3. Pengembangan metode pembelajaran
4. Pengembangan kegiatan kurikuler bertema LH

Pengertian Singkat Adiwiyata


Sekolah adiwiyata adalah Sekolah yan peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan
yang indah. Dengan adanya program adiwiyata diharapkan seluruh masyarakat di sekitar
sekolah agar dapat menyadari bahwa lingkungan yang hijau adalah lingkungan yang sehat
bagi kesehatan tubuh kita.ADIWIYATA berasal dari 2 kata sansekerta yaitu ADI dan
WIYATA. Adi sendiri mempunyai arti yaitubesar, agung, baik, ideal atau sempurna.
Sedangkan Wiyata mempunyai arti tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu
pengetahuan, norma dan etika. ADIWIYATA artinya tempat yang besar, agung, baik dan
indah yang dimana tempat itu digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan, norma, dan etika.
Tujuan Adiwiyata
Tujuan Umum
Membentuk sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi dan
melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi
kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang
Tujuan Khusus
Mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan melalui tata kelola sekolah yang baik untuk untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan.
Prinsip-prinsip Dasar Program Adiwiyata
1. Partisipatif
Komunitas sekolah terlibat dalam manjemen yang meliputi
keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran.
2. Berkelanjutan
Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.

Komponen Adiwiyata
Untuk mencapai tujuan Adiwiyata ada empat komponen program yang merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Kebijakan Berwawasan
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipasif
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

Keuntungan Program Adiwiyata


 Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan standar
kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah
 Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan
dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi
 Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi bejar mengajar yang lebih
nyaman dan kondusif
 Menjadikan tempat pembelajaran nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang baik dan bemar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar
 Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan
pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi
lingkungan sekolah
Konsep 5 R dalam Lingkungan
Cara Menerapkan
Konsep 5 R sendiri berasal dari 5 kata dalam bahasa Inggris yaituReduce (Mengurangi),
Reuse (Menggunakan kembali), Recycle (Mendaur Ulang), Replace (Menggunakan kembali)
dan Replant (Menanam Kembali).
Berikut ini dijelaskan tentang konsep 5 R:
1. Recycle
Recycle atau mendaul ulang adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang. Pada
perinsipnya, kegitan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk
dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah
organik untuk dijadikan pupuk kompos.
2. Reuse
Reuse atau penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau
bahan yang masih layak pakai. Sebagai contoh, kantong plastik atau kantng kertas yang
umumnya didapa dari hasil kita berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk
digunakan kembali saat dibutuhkan. Contoh lain ialah menggunakan baterai isi ulang.

3. Reduce
Reduce atau Pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian atau pola perilaku yang
dapat mengurangi produksi sampah serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan.
Contoh menggunakan alat-alat makan atau dapur yang tahan lama dan berkualitas sehingga
memperpanjang masa pakai produk atau mengisi ulang atau refill produk yang dipakai seperti
aqua galon, tinta printer serta bahan rumah tangga seperti deterjen, sabun, minyak goreng
dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi bertumpuknay sampah wadah produk
di rumah Anda.
4. Replace
Replace atau Penggantian adalah kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau
memakai barang alernatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali.
Upaya ini dinilai dapat mengubah kebiasaan seseorang yang mempercepat produksi sampah.
Contohnya mengubah menggunakan kontong plastik atau kertas belanjaan dengan
membawa tas belanja sendiri yang terbuat dari kain.
5. Replant
Replant atau penamanan kembali adalah kegiatan melakukan penanaman kembali.
Contohna melakukan kegiatan kreatif seperti membuat pupuk kompos dan berkebun di
pekarangan rumah. Dengan menanam beberapa pohon, lingkungan akanmenjadi indah dan
asri, membantu pengauran suhu pada tingkat lingkungan mikro (atau sekitar rumah anda
sendiri), dan mengurnagi kontribusi atas pemanasan global.
Dengan menerapkan konsep 5 R yang telah dibahas, kita dapat ikut serta dalam melestarikan
dan memelihara lingkungan agar tidak rusak atau tercemar.

Teknik Pembuatan Kompos


Berikut ini cara pembuatan pupuk yang ramah lingkungan yaitu pupuk kompos yang
berasal dari sampah tanam-tanaman.dan sampah rumah tangga Karena sampah tanam-
tanaman dan sampah rumah tangga kalau di biarkan akan menimbulkan penyakit, maka
sampah tersebut akan di jadikan Pupuk Kompos yang tadinya sampah sekarangf jadi pupuk.
Caranya :
1. Kumpulkan sampah 500 kg yang organik dan nonorganik sampah
2. Sampah sampah ini di potong kecil-kecil baik secara manual maupun memakai mesin
pemcacah sampah ,
3. Sampah yang terpotong kecil dicampur dedak 1 kg hingga rata ,
4. Setelah itu masukkan 20 mm EM 4 yang merupakan bakteri Fermentasi dan di campur
dengan 20 mm Molase dan air tanah, air tanah mutlak diperlukan karena mempertahan
kan mikroba yang diperlukan untuk kesuburan tanaman, campuran bahan kimia tersebut
dipercikkan kedalam sampah yang bercampur dedak, kelembaban sampah harus dijaga
hingga mencapai 40 % kandungan air.
5. Setelah selesai sampah di masukkan kedalam tong/karung selama 5 hari dengan
kondisi suhu sampah 500° C setelah dua hari kemudian sudah terjadi Fermentasi dan
pupuk kompos telah siap di gunakan . Sampah harus terlindung dari hujan dan sengatan
matahari jika di taruh dalam ketinggian maksimal 40 cm maka sampah akan berubah
jadi pupuk Kompos
6. Kompos siap untuk dipakai
Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara
terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama
serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di
lingkungan sekolah.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha


kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta
lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada
gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi
beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta
lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan
sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.

Sejarah Singkat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi
yang merupakan Kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri.

Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes
tentang kelompok kerja UKS. Untuk mencapai Pemantapan dan pembinaan secara terpadu
ditetapkan Surat keputusan bersama antara Mendikbud, Menkes, Mendagri dan Menag
Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan UKS N0.
408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984.

Sedangkan tentang Tim Pembina UKS, No 408b, No 319a/MenkesSKB/VI/1984, No


74a/1984, No 61/1984 yang disempurnakan dengan No 0372a/P/1989, No
390a/Menkes/SKB/VI 1989, No 140a/1989, No 30a tahun 1989 Tanggal 12 Juni 1989.

Dasar Kebijaksanaan

Dasar kebijaksanaan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah adalah Undang-Undang Nomor


4 tahun 1979 tentang Pembinaan Anak Sekolah.

Pola Pembinaan

Pembinaan Kesehatan Anak, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Pembinaan bayi, balita dan anak pra sekolah (umur 0 – 6 tahun)


2. Pembinaan kesehatan anak usia sekolah (umur 7 – 21 tahun), yang dibagi menjadi 3
kelompok :

 Pra remaja (umur 7 – 12 tahun)


 Remaja (13 — 21 tahun)
 Dewasa muda (19 – 21 tahun)

Pola pembinaan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan kesehatan sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Alasan Perlunya Upaya Kesehatan Sekolah

1. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan.
2. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat.
3. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik.
4. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
yang dicapai.
5. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anak-anak yang
menerapkan wajib belajar.
6. Pendidikan kesehatan melalui anak-anak Sekolah sangat efektif untuk merubah perilaku
dan kebisaan ibu sehat umumnya.

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta
menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan Khusus

Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik
yang mencakup:

1. menurunkan angka kesakitan anak sekolah


2. meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun sosial.
3. agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan
di sekolah.
4. meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
5. meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alkohol dan Obat berbahaya lainnya.

Sasaran UKS

Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
 sekolah taman kanak-kanak
 pendidikan dasar
 pendidikan menengah
 pendidikan agama
 pendidikan Kejuruan
 pendidikan khusus (sekolah luar biasa)

Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada Kelas I, III dan kelas VI.
Alasannya adalah:

Kelas I, merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari
pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar
karena ketidaktahuan dan ketidakmengertiannya tentang kesehatan. Disamping itu kelas satu
adalah saat yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini dilakukan
penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga
mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya.

Kelas III, dilaksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu
dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan
UKS.

Kelas V1, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan
selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

Sasaran Pembinaan UKS

 peserta didik
 pembina UKS (teknis dan nonteknis)
 sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan lingkungan
sekolah.

Ruang Lingkup Kegiatan UKS

Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan Trias UKS, yang terdiri dari:

1. pendidikan kesehatan
2. pelayanan kesehatan
3. pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.

Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dengan upaya
pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas belajar dan
prestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan.
gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam
lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.
KABUPATEN NGANJUK

Kabupaten Nganjuk (Hanacaraka: ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ , Pegon: ‫)ڠَن ُجق َكبُڤَت َين‬, adalah

sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten
Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Pada zaman Kerajaan Medang,
Nganjuk dikenal dengan nama Anjuk Ladang yaitu Tanah kemenangan. Nganjuk juga dikenal
dengan julukan Kota Angin.

Geografi
Kabupaten Nganjuk terletak antara 111o5' sampai dengan 112o13' BT dan 7o20' sampai
dengan 7o59' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar 122.433 km2 atau setara dengan
122.433 Ha yang terdiri dari atas:

 Tanah sawah 43.052 Ha


 Tanah kering 32.373 Ha
 Tanah hutan 47.007 Ha
Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk
memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik
tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang
pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini
sekaligus ditunjang adanya sungai Widasyang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi
daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawahseluas 12.705 Ha.
Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu
7.416 mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada
bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada
bulan Junisampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali.
Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), Kabupaten Nganjuk menjadi salah satu daerah
fokus pemerintah untuk menyerap bawang merah dan menjadi stok pemerintah tiap tahunnya.
Daerah-daerah di Indonesia yang menjadi fokus penyerapan bawang merah adalah, Nganjuk,
Brebes, Bima dan Solok.

Sebagai sentra penghasil bawang merah di Jawa Timur dan salah satu fokus penyerapan
bawang merah oleh pemerintah, bukan hal yang mengherankan bagi warga Kabupaten
Nganjuk bila di mana-mana terlihat banyak orang menanam, memanen, menjemur, atau
memperjualbelikan bawang merah.Namun, bagi pendatang atau mereka yang baru
mengetahui fakta ini, menganggap Nganjuk ibarat sekumpulan surga bawang merah, tidaklah
keliru.
Bila mengunjungi Nganjuk atau bermaksud membeli bawang merah langsung ke pusatnya,
pasar Sukomoro dapat dipilih sebagai surga bawang merah. Pasar yang terletak di Jalan
Surabaya-Madiun, Kecamatan Sukomoro ini dikenal sebagai pasar yang mengkhususkan diri
pada transaksi jual-beli bawang merah. Di setiap sudut pasar ini hanya akan ditemui penjual
dan pembeli bawang merah. Beberapa kecamatan yang menjadi penyuplai stok bawang
merah di sentra bawang merah Sukomoro adalah Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Bagor.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti Tanah
Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.[2]
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat
dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-
1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang
daerah Nganjuk. Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4
daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang
dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan
mancanegara kasunanan Surakarta.
Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua
kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk di bawah kekuasaan dan
pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat
dari keberadaan kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng
Sosrokoesoemo 1. Di mana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu
mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK
Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas
Ibukota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan: III
tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs :de
Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong
Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di
atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten
Berbek berkedudukan di Nganjuk.

Peninggalan Bersejarah
 Prasasti Kinawe
Prasasti Tanjung Kalang atau Prasasti Kinawe dari daerah Berbek, Kabupaten
Nganjuk, Jawa Timur ini, untuk pertama kalinya dilaporkan oleh Hoepermans dalam
Hindoeoudheiden van Java (1864-1867). Selanjutnya dicatat dalam Notulen tahun 1889
dan dibahas oleh Rouffaer, dan diberi kode D.66 (Rouffaer, 1909). Prasasti yang terdiri
dari 13 baris itu, berasal dari tahun saka 849, dikeluarkan oleh seorang Pejabat tinggi
Rake Gunungan Dyah Muatan, bersama ibunya yang bernama Dyah Bingah. Di
dalamnya juga menyebut nama Raja Wawa, serta nama pejabat tinggi rakriyan Mapatih
Mpu Sindok Isana Wikrama. (Brandes, 1913:49). Berdasarkan nama desa yang disebut
dalam prasasti, piagam yang dikeluarkan bertepatan dengan tahun Masehi 28 Nopember
928 ini, disebut prasasti Kinawe (Damais, 1952 : 55; 1955 : 53-54).
Prasasti ini meresmikan desa (wanua) Kinawe watek Kadangan, dengan hak Sima
sebagai desa yang dibebaskan dari pembayaran kepada raja. Berdasarkan unsure
penanggalannya, prasasti ini dikeluarkan bertepatan dengan hari pekan Sadwara,
Warukung (hari ketiga), Wagai hari Pancawara, Wrhaspati hari ke 5 Saptawara. Dapat
disimpulkan bahwa Prasasti Kinawe dari desa Tanjungkalang ini dikeluarkan pada hari
Kamis Wage tahun 928 Masehi atau secara lengkap bertepatan dengan hari : Kamis
Wage bulan November 928.[1]

 Prasasti anjuk ladang


Prasasti Anjuk Ladang adalah piagam batu berangka tahun 859 Saka (versi L.-C.
Damais, 937 M) atau 857 Saka ((versi Brandes, 935 M) yang dikeluarkan oleh Raja Sri
Isyana (Pu Sindok) dari Kerajaan Medang setelah pindah ke bagian timur Pulau Jawa.
Prasasti ini juga disebut Prasasti Candi Lor karena ditemukan pada reruntuhan Candi
Lor, di Desa Candirejo, Loceret, Nganjuk, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk.
Penamaan "Anjukladang" mengacu pada nama tempat yang disebutkan dala prasasti ini
dan kemudian dikaitkan dengan asal mula nama Nganjuksekarang dan prasasti ini
menyebut pertama kali toponim tersebut.
Beberapa bagian prasasti ini telah aus sehingga tidak dapat terbaca seluruhnya, terutama
pada bagian atas prasasti. Dari beberapa tulisan yang tidak mengalami aus didapatkan
keterangan bahwa "Raja Pu Sindok telah memerintahkan agar tanah sawah kakatikan (?)
di Anjukladang dijadikan sima dan dipersembahkan kepada bathara di sang hyang
prasada kabhaktyan di Sri Jayamerta, dharma dari Samgat Anjukladang".
Menurut J.G. de Casparis, penduduk Desa Anjukladang mendapat anugerah raja
dikarenakan telah berjasa membantu pasukan raja di bawah pimpinan Pu Sindok untuk
menghalau serangan tentara Malayu (Sumatera) ke Mataram Kuno yang pada saat itu
telah bergerak sampai dekat Nganjuk. Atas jasanya yang besar, maka Pu Sindok
kemudian diangkat menjadi raja. Selain itu, prasasti ini juga berisi tentang adanya sebuah
bangunan suci. Dalam makalahnya yang berjudul Some Notes on Transfer of Capitals in
Ancient Sri Lanka and Southeast Asia, de Casparis mengatakan bahwa dalam prasasti itu
disebutkan bahwa Raja Pu Sindok mendirikan tugu kemenangan (jayastambha) setelah
berhasil menahan serangan raja Malayu, dan pada tahun 937 M, tunggu tersebut
digantikan oleh sebuah candi. Kemungkinan besar bangunan suci yang disebutkan dalam
prasasti ini adalah bangunan Candi Lor yang terbuat dari bata yang terletak di Desa
Candirejo.
Kutipan isi prasasti Anjuk Ladang yang menyebutkan hal itu: A. 14 – 15: … parnnaha
nikanaŋ lmah uŋwana saŋ hyaŋ prasada atêhêra jaya[sta]mbha wiwit
matêwêkniraŋlahakan satru[nira] [haj]ja[n] ri [ma]layu (= di tempat ini [yang telah terpilih]
agar menjadi tempat didirikannya bangunan suci, sebagai pengganti tugu kemenangan,
[di sanalah] pertamakali menandai saat ia [raja] mengalahkan musuhnya raja dari Malayu).
Prasasti ini sekarang menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta dengan Nomor
Inventaris D.59

 Prasasti Hering
Prasasti Hering adalah prasasti yang ditemukan pada tahun 1869 di Desa Kujon
Manis, Warujayeng, Nganjuk. Berdasarkan unsur penanggalannya, Damais mengatakan
bahwa prasasti ini dikeluarkan pada tahun 856 Saka (934 M).
Maklumat dalam prasasti ini cukup panjang, terdiri atas 35 baris di bagian muka, di bagian
belakang mulai dari baris 11 hingga baris 38, bagian samping kiri 45 baris, dan samping
kanan 47 baris. Prasasti ini menceritakan tentang Sri Maharaja Pu Sindok Sri
Isanawikrama Dharmmotunggadewa yang membebaskan sawah di Desa Hering dari
pajak.
Prasasti ini terpahat dalam batu, dan sekarang menjadi koleksi Museum Nasional
Indonesia dengan No. Inventaris D.67

 Candi Lor
Candi Lor merupakan bangunan candi yang terbuat dari batu bata merah yang diyakini
sebagai monumen cikal bakal berdirinya kabupaten Nganjuk yang diperingati setiap
tanggal 10 April setiap tahunnya.
Dari prasasti Anjuk Ladang, diketahui bahwa Mpu Sindok, raja Mataram Hindu yang
bergelar Sri Maharaja Sri Isyana Wikrama Dharmottunggadewa memerintahkan Rakai
Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun
sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan
kawasan Anjuk Ladang (kemudian nama ini menjadi "Nganjuk") sebagai kawasan
swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.
Pada areal Candi Lor terdapat dua makam abdi dalem kinasih Mpu Sindok yang disebut
Eyang Kerto dan Eyang Kerti, dan sebatang pohon kepuh yang telah tumbuh sejak tahun
1866, diketahui dari tulisan Hoepermans

 Candi Ngetos
Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah
selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir dan
Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad XV
(kelimabelas) yaitu pada zaman kerajaan (Majapahit). Dan menurut perkiraan, candi
tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk dari Majapahit.
Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang,
sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.
Berdasarkan arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu,
dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan
dengan agama yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu.
Menurut seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri
candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), namun bentuk keduanya sama. N.J.
Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok
yang berbentuk bulat cincin.
Bangunan utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak.
Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa
dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut :

 Panjang candi (9,1 m)


 Tinggi Badan (5,43 m)
 Tinggi keseluruhan (10 m)
 Saubasemen (3,25 m)
 Besar Tangga Luar (3,75 m)
 Lebar Pintu Masuk (0,65 m)
 Tinggi Undakan menuju Ruang Candi (2,47 m)
 Ruang Dalam (2,4 m).

Relief[sunting | sunting sumber]


Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu,
yang tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak
ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng, terbagi dalam jendela-
jendela kecil berhiaskan belah ketupat, tepinya tidak rata, atau menyerupai bentuk banji.
Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedankan tepi
bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.
Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang di atasnya terdapat
ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih
saksama, ternyata suatu bentuk spiral besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong,
tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung
ke bawah dan horisaontal, melingkari tubuh candi bagian atas.
Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8
meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan
ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan
agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada
seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal
dari India, kemudian masuk Indonesia pada Zaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif
semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.

Arca Candi[sunting | sunting sumber]


Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan
beberapa penduduk yang dapat dipercaa, bahwa di dalam candi ini terdapat dua buah
arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah
mengatakan, bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu, yang kemudian disimpan
di Kediri. Sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa
dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca
Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang
utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat di Simping, Sumberjati yang
berciri Wisnu.

Cerita Rakyat[sunting | sunting sumber]


Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun
atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat
penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di situ
karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung
Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya
diserahkan pada pamannya raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo, yang
kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwotoo. Raja ini mempunyai seorang patih
bernama Raden Bagus Condrogeni, yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat
Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km.
Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama
Hayam Wuruk yang menjadi Raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering
mengunjungi pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam
Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan
pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama
(kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih
besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini
terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk.
Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah
menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan
akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa
setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah
Berbek, Kediri.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai
saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo,
yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk
untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas
Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian
di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut
dapat diselesaikan sesuai petunjuk.

 Makam Mbah Raden


 Monumen Dr. Sutomo
 Makam Kanjeng Jimat
 Masjid Yoni Al-Mubarok
Pemerintahan
Daftar Bupati
No Bupati Mulai Akhir Wakil Bupati Keterangan
Jabatan Jabatan
1. K. R. T. Sosrokoesoemo I 1760
(Kanjeng Jimat)
2. K. R. T.Sosrodirjo 1760
3. K. R. T.Sosrokoesoemo II 1831 1852
4. R. Ng. Pringgodigdo 1852 1866
5. K. R. T. Soemowilojo 1866 1878
6. K. R. T. Sosrokoesoemo III 1878 1901
7. R. M. A. A. 1901 1936
Sosrohadikoesoemo
8. R. T. A. Prawirowidjojo 1936 1943
9. R. Mochtar Praboe 1943 1947
Mangkoenegoro
10. Mr. R. Iskandar Gondowardojo 1947 1949
11. R. M. Djojokoesoemo 1949 1951
12. K. I. Soeroso Atmohadiredjo 1951 1955
13 M. Abdoel Sjoekoer 1955 1958
Djojodiprodjo
14 M. Poegoeh Tjokrosoemarto 1958 1960
15. Soendoro Hardjoamidjojo, SH 1960 1968
16 Soeprapto, BA 1968 1978
17 Drs. Soemari 1978 1983
18. Drs. Ibnu Salam 1983 1993
19. Drs. Soetrisno Rachmadi 1993 2003
20. Ir. Siti Nurhayati 2003 2008 Djaelani Iskak
21 Drs. H. Taufiqurrahman 2008 2018 K. H. Abdul Wahid
Badrus, M.Pd.I
22. Novi Rahman Hidayat, S.Sos., 2018 Sekarang Dr. drs. H. Marhaen
M.M. Djumadi, S.E., S.H.,
M.H., MBA.
Dewan Perwakilan
DPRD Kabupaten Nganjuk hasil Pemilu 2014 tersusun dari 10 partai politik, dengan perincian
sebagai berikut:

Partai Kursi

PDI-P 11

7
Partai Gerindra

6
PKB

Partai Golkar 6

4
Partai NasDem

Partai Demokrat 4
Partai Hanura 3

PPP 2

1
PKS

1
PAN
Total 45

Kecamatan
Nganjuk mempunyai 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut
adalah:

1. Bagor
2. Baron
3. Berbek
4. Gondang
5. Jatikalen
6. Kertosono
7. Lengkong
8. Loceret
9. Nganjuk
10. Ngetos
11. Ngluyu
12. Ngronggot
13. Pace
14. Patianrowo
15. Prambon
16. Rejoso
17. Sawahan
18. Sukomoro
19. Tanjunganom
20. Wilangan

Kependudukan[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan
kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan dan sisanya 64% tinggal di pedesaan.[3]

Agama dan budaya[sunting | sunting sumber]


Mayoritas penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dan sisanya menganut
agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu.[3]

Transportasi[sunting | sunting sumber]


Nganjuk dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta dengan kode Jalan Nasional 15, serta
menjadi persimpangan dengan jalur menuju Kediri. Nganjuk juga dilintasi jalur kereta api Daerah
Operasi 7 Madiun dengan jurusan Surabaya - Yogyakarta - Bandung / Jakarta.
Pariwisata

 Air terjun Sedudo


Air Terjun Sedudo adalah sebuah air terjun dan objek wisata yang terletak di
Desa Ngliman Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Jaraknya sekitar
30 km arah selatan ibu kota kabupaten Nganjuk. Berada pada ketinggian 1.438 meter dpl,
ketinggian air terjun ini sekitar 105 meter. Tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup
baik, dan jalur transportasi yang mudah diakses.
Masyarakat setempat masih mempercayai, air terjun in memiliki kekuatan supra natural.
Lokasi wisata alam ini ramai dikunjungi orang pada bulan Sura (kalender Jawa). Konon
mitos yang ada sejak zaman Majapahit, pada bulan itu dipercaya membawa berkah awet
muda bagi orang yang mandi di air terjun tersebut.
Setiap Tahun Baru Jawa, air terjun Sedudo dipergunakan untuk upacara ritual, yaitu
memandikan arca dalam upacara Parna Prahista, yang kemudian sisa airnya dipercikan
untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan dan awet muda. Hingga sekarang
pihak Pemkab Nganjuk secara rutin melaksanakan acara ritual Mandi Sedudo setiap
tanggal 1 Suro.
Tradisi yang tak kalah penting yaitu adalah Jamasan Pusaka, di mana biasanya dilakukan
di kantor Desa Ngliman. Jamasan Pusaka dilaksanakan dengan mencuci pusaka-pusaka
seperti keris, tombak dan pusaka-pusaka peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya.

 Air terjun Singokromo


 Air Merambat Roro kuning
Air Terjun Roro Kuning adalah sebuah air terjun yang berada sekitar 27-30 km selatan
kota Nganjuk, di ketinggian 600 m dpl dan memiliki tinggi antara 10-15 m. Air terjun ini
mengalir dari tiga sumber di sekitar Gunung Wilis yang mengalir merambat di sela-sela
bebatuan padas di bawah pepohonan hutan pinus. Kemudian menjadi air terjun yang
membentuk trisula. Dan karena proses mengalirnya itulah maka masyarakat Desa Bajulan
menamakan air terjun merambat.
Selain keindahan alam, air terjun Roro Kuning juga memiliki nilai sejarah. Di sekitar lokasi
ini terdapat monumen perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Monumen ini
dibangun untuk mengenang perjuangan Jenderal Sudirman saat memimpin perang
gerilya melawan Belanda pada tahun 1949.[1]
Selain menumen, di tempat ini juga terdapat sebuah rumah sangat sederhana yang pada
masa perjuangan dahulu sempat ditempati Panglima Besar Sudirman selama satu
minggu. Karena itulah selain menikmati keindahan alam, pengunjung air terjun Roro
Kuning juga bisa sekaligus mengenang perjuangan Panglima Besar Sudirman.
Menurut legenda, nama Roro Kuning ini berasal dari Ruting dan Roro Kuning, dua putri
raja yang berasal dari kerajaan Kadiri dan kerajaan Dhoho yang berkuasa sekitar abad ke
11-12 M. Nama asli Ruting adalah Dewi Kilisuci, sedangkan nama asli Roro Kuning adalah
Dewi Sekartaji.

 Goa Margo Tresno


Goa Yang alam Sekitarnya memiliki panorama Pegunungan Yang Indah Dan cukup sejuk
inisial terletak di desa Sugihwaras, kec. ngluyu, kab. nganjuk.
Sejauh 650 meter sebelum masuk Pintu goa terdapat KOLAM Yang airnya begitu jernih.
Luas goa inisial kurang lebih 15 x 50 meter Dan berhubungan Artikel Baru goa Lemah
Jeblong. Di sekitar goa terdapat inisial JUGA pula goa Yang Lain seperti, goa Gondhel,
goa Bale, goa Pawon, goa Omah, goa Landak.
 Candi Ngetos
 Candi Lor
 Taman Wisata Anjuk Ladang
Taman yang indah ini terletak di sekitar Stadion olahraga Anjuk Ladang hanya +/- 2 km
arah selatan pusat kota Nganjuk. Merupakan taman yang rindang dan sejuk. Taman ini
dilengkapi dengan fasilitas mainan anak seperti: Jogging track dan perkemahan dengan
udara yang sejuk dan segar.
Taman Anjuk Ladang juga memiliki koleksi hewan dan para pengunjung dapat mengambil
gambar dengan mereka, seperti; rusa, monyet, burung, dll. Taman Anjuk Ladang sering
direkomendasikan sebagai taman rekreasi keluarga di Nganjuk dan sering digunakan
sebagai kegiatan berkemah. Taman ini juga memiliki panggung untuk beberapa acara
khusus, seperti; musik dan teater.

 Air Terjun Gedangan


 Air Terjun Sumber Manik
 Air Terjun Pring Jowo
 Air Terjun Tirto Panji
 Sendang Putri Wilis
 Air Terjun Selo Leter dan Air Terjun Watulumbung
 The Legend Waterpark Kertosono

Tokoh Terkenal

 Dr. Soetomo, Pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia, pendiri Boedi Oetomo yang
merupakan organisasi modern pertama di Indonesia.
 Marsinah, aktivis buruh wanita.
 Harmoko, Menteri Penerangan orde baru
 Eko Patrio, Politikus, Pelawak, Aktor, Presenter
 Eva Kusuma Sundari, Anggota DPR Periode 2009-2014
 Sri Rahayu, Anggota DPR Periode 2009-2014
 Shendy Puspa Irawati, Pemain bulu tangkis wanita dari Indonesia berpasangan dengan Fran
Kurniawan
 Novita Anggraini, juara pertama KDI 5
 Abdul Kohar, jurnalis senior, pembedah Editorial Media Indonesia, Wakil Pemimpin
Redaksi Metro TV
 Eny Sagita, dinobatkan sebagai Duta Anti Narkoba oleh BNN Nganjuk pada 2014

Kesenian Tradisional

 Tayub
Tari Tayub, atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang
mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan
tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam
melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih
populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta
acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan
dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian
ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub
bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan
acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub
lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.
tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial
masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama
, dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat
menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan
cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak
menari tersebut. serinng terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari
pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah
penari tayub wanita).persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.

 Wayang Timplong
Wayang Timplong adalah sejenis kesenian wayang dari daerah Nganjuk, Jawa Timur.
Kesenian tradisional ini konon mulai ada sejak tahun 1910 dari Dusun Kedung Bajul
Desa Jetis, Kecamatan Pace, provinsi Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kayu, baik
kayu waru, mentaos, maupun pinus. Instrumen gamelan yang digunakan sebagai musik
pengiring, juga sangat sederhana. Hanya terdiri dari Gambang yang terbuat dari kayu atau
bambu, ketuk kenong, kempul dan kendang

 Tari mung dhe


Tari Mung Dhe adalah tari tradisional yang berasal dari Desa Garu, kecamatan Baron,
Nganjuk. Dalam tari ini bertemakan kepahlawanan dan cinta tanah air,
heroik, patriotisme. Selain itu tari ini berkaitan erat dengan kalahnya
prajurit Diponegoro yang dipimpin oleh Sentot Prawirodirdjo).
Dalam tari ini menggambarkan beberapa prajurit yang sedang berlatih perang yang
lengkap dengan orang yang membantu dan memberi semangat kepada kedua belah
pihak yang sedang latihan. Pihak yang membantu dan memberi semangat, di sebut
botoh. Botohnya ada dua yaitu penthul untuk pihak yang menang dan tembem untuk
pihak yang kalah. Sikap dan tingkah laku kedua botoh ini gecul atau lucu, sehingga
membuat orang lain yang menyaksikan tari Mung Dhe, terkesan tegang dan kadang
merasa geli, karena yang berlatih perang memakai pedang, sedangkan botohnya lucu .
Secara keseluruhan, tari Mung Dhe melibatkan 14 pemain dengan masing-masing peran
pada awalnya, yaitu :

 2 orang berperan sebagi penari /prajurit.


 2 orang berperan sebagi pembawa bendera.
 2 orang berperan sebagai botoh
 8 orang berperan sebagai penabuh /pengiring.
Pada perkembanganya sekarang hanya melibatkan 12 orang, yaitu 6 alat untuk 6 orang
pemain. Di dalam pengaturan organisasi tari Mung Dhe untuk penarinya adalah laki-
lakiserta perempuan dan dalam tingkatan usia dewasa [baik yang menikah atau yang
belum]. Pada perkembangan sekarang ini, tari Mung Dhe sering ditampilkan pada acara-
acara yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten
Nganjuk, seperti Pemilihan Duta Wisata, maupun Grebeg Suro, maupun Jamasan
Pusaka, serta saat Upacara Wisuda (gembyangan-red) Waranggono

 Jaranan

Seni Jaranan itu mulai muncul sejak abad ke 10 Hijriah. Tepatnya pada tahun 1041. atau
bersamaan dengan kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 yaitu bagian timur Kerajaan
Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan sebelah Barat Kerajaan Panjalu atau Kediri
dengan Ibukota Dhahapura.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Raja Airlangga memiliki seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit. Dia adalah
orang kediri yang sangat cantik. Pada waktu itu banyak sekali yang melamar, maka dia
mengadakan sayembara. Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka
sama-sama memiliki kekuatan yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau
menikah dan dia Ingin menjadi petapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo
Langit Untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Barang siapa
yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia mau menjadi suaminya.
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono
Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha
seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar
bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka
berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertengkar dahulu sebelum
mengikuti sayembara di kediri. Dalam peperangan itu dimenangkan oleh Klana
Sewandono atau Pujangganom. Dalam peperangan itu Pujangganom menang dan Singo
Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo itu rupanya singo Ludoyo memiliki janji
dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya
menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo
Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Iring-iringan temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah
dengan diiringi oleh alat musik yang berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang
besi ini menjadi kenong. Dan bambu itu menjadi terompet dan jaranan.
Dalam perjalanan mengiringi temantenya Dewi Songgo Langit dengan Pujangganom itu,
Singo Ludoyo beranggapan bahwa dirinya sudah sampai ke Wengker, tetapi ternyata dia
masih sampai di Gunung Liman. Dia marah-marah pada waktu itu sehingga dia
mengobrak-abrik Gunung Liman itu dan sekarang tempat itu menjadi Simoroto. Akhirnya
sebelum dia sampai ke tanah Wengker dia kembali lagi ke Kediri. Dia keluar digua
Selomangklung. Sekarang nama tempat itu adalah selomangkleng.
Karena Dewi Songgo Langit sudah diboyong ke Wengker oleh Pujangganom dan tidak
mau menjadi raja di Kediri, maka kekuasaan Kahuripan diberikan kepada kedua adiknya
yang bernama Lembu Amiluhut dan Lembu Amijaya. Setelah Sangga Langit diboyong
oleh Pujangganom ke daerah Wengker Bantar Angin, Dewi Sangga Langit mengubah
nama tempat itu menjadi Ponorogo Jaranan muncul di kediri itu hanya untuk
menggambarkan boyongnya dewi Songgo langit dari kediri menuju Wengker Bantar
Angin. Pada saat boyongan ke Wengker, Dewi Sangga Langit dan Klana Sewandana
diarak oleh Singo Barong. Pengarakan itu dilakukan dengan menerobos dari dalam tanah
sambil berjoget. Alat musik yang dimainkan adalah berasal dari bambu dan besi. Pada
zaman sekarang besi ini menjadi kenong.
Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit dan
Pernikahanya dengan Klana Sewandono atau Pujangga Anom inilah masyarakat kediri
membuat kesenian jaranan. Sedangkan di Ponorogo Muncul Reog. Dua kesenian ini
sebenarnya memiliki akar historis yang hampir sama. Seni jaranan ini diturunkan secara
turun temurun hingga sekarang ini.

Jaranan Dan Representasi Abangan[sunting | sunting sumber]


Jaranan pada zaman dahulu adalah selalu bersifat sakral. Maksudnya selalu
berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya gaib. Selain untuk tontonan dahulu jaranan
juga digunakan untuk upacara-upacara resmi yang berhubungan dengan roh-roh leluhur
keraton. Pada zaman kerajaan dahulu jaranan seringkali ditampilkan di keraton.
Dalam praktik sehari-harinya para seniman jaranan adalah orang-orang abangan yang
masih taat kepada leluhur. Mereka masih menggunakan danyangan atau punden sebagai
tenpat yang dikeramatkan. Mereka masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap roh-
roh nenek moyangnya. Mereka juga masih melaksanakan praktik-praktik slametan
seperti halnya dilakukan oleh orang-orang dahulu.
Pada kenyataanaya seniman jaranan yang ada di kediri adalah para pekerja kasar
semua. Mereka sebagian besar adalah tukang becak dan tukang kayu. Ada sebagian dari
mereka yang bekerja sebagai sebagai penjual makanan ringan disepanjang jalan Bandar
yang membujur dari utara ke selatan.
Cliford Geertz mengidentifikasi mereka dengan sebutan abangan. Geertz memberikan
penjelasan tentang praktik abangan. Masayarakat abangan adalah suatu sekte politio-
religius di mana kepoercayaan jawa asli melebur dengan Marxisme yang Nasionalistis
yang memungkinkan pemeluknya sekaligus mendukung kebijakan komunisdi Indonesia.
Sambil memurnikan upacara-upacara abangan dari sisa-sisa Islam (Geertz 1983).
Dalam perkembanganya kesenian jaranan mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan
kondisi social masyarakat yang sudah berubah dalam memaknai dan mengambangkan
jaranan. dari tahun-ke tahun jaranan mulai berubah dari yang sifatnya tuntunan menjadi
tontonan dan yang paling menarik adalah jaranan sebagai alat untuk menarik simpatisan
dan untuk pengembangan pariwisata.
Jaranan pada tahun 1960-an menjadi alat politik PKI untuk menopang kekuasaanya dan
menarik masa. Pada tahun-tahun itu kebijakan Sukarno tentang Nasakom sangat
mempengaruhi keberadaan lembaga-lembaga yang ada di bawah. Dari nasionalisme,
Agama dan komunis ini, memiliki lembaga-lembaga sendiri. Kelompok itu memiliki basis
kesenian sendiri-sendiri. Lekra, lesbumi dan LKN adalah lembaga kesenian yang ada di
tingkat bawah.
Pada tahun itu jaranan sudah ada dan kebetulan bernaung dibawah pengawasan Lekra.
Jaranan pada saat itu sudah sangat digemari masyarakat. Bahkan dikediri pada saat itu
sudah berdiri beberapa kelompok jaranan. kelompok jaranan ini banyak digawangi oleh
orang-orang yang berada di lembaga kesenian. Dari ketiga lembaga kesenian yang ada,
semuanya memiliki kesenian sendiri-sendiri yang sesuai dengan misinya masing-masing.
Pada tahun 60an itu masing-masing kelompok jaranan berkontestasi dengan sehat.
Walaupun mereka berasal dari lembaga kesenian yang berbeda, tapi pada saat itu
mereka masih bisa berbagi ruang dan berkontestasi. Mereka saling mendukung dan
mengembangkan kreatifitasnya dalam berkesenian. Jaranan pada saat itu masih tampil
dengan polos sekali. Pemainya hanya mengenakan celana kombor dan tanpa make up.
Tidak ada batas antara pemain, penabuh dan penonton. Mereka sama-sama berada di
tanah. Mereka bisa saling tukar main antara satu dengan lainya. Berbeda dengan zaman
jepang pada yang masih menggunakan goni sebagai pakaiannya. Pada tahun-tahun
60an jaranan bisa tampil vulgar di manapun dia berada.
Pada tahun 1965 terjadi peristiwa pembersihan dari kalangan agamawan kepada
kelompok-kelompok abangan. Pembersihan ini dilakukan tas kerjasamama Negara
dengan kaum agamawan. Akibat dari pembersihan itu masyarakat abangan yang ada di
Kediri pada saat itu sempat kocar-kacir. Terlebih pada orang-orang yang memang
bergelut di lembaga PKI ataupun pernah terlibat.
Orang-orang yang terlibat sebagai anggota partai komunis dibunuh. Para seniman-
seniman yang berada dibawah PKI yaitu Lekra dihabisi semua. Danyangan dan beberapa
punden banyak yang dirusak. Bahkan patung-patung dan arca yang sekarang berada di
museum Airlangga terlihat banyak yang hancur. Ini adalah akibat pertikaian politik 1965.
segala property yang berhubungan dengan tradisi orang abangan dimusnahkan.
Termasuk didalamnya adalah jaranan.
Setelah kejadian berdarah tahun 1965 itu jaranan yang dahulu adalah kesenian yang
sangat dibangggakan masyarakat hilang seketika. Jaranan adalah representasi dari
kaum abangan yang mencoba untuk memberikan eksistensi dirinya pada kesenian.
Mereka benar-benar mengalami trauma yang berkepanjangan. Sehingga kesenian
jaranan pada paska 65 mundur. Kondisi politik 65 ini telah membawa jaranan pada titik
kemandekanya. Kecuali jaranan yang bernaung di bawah komunis aman dari
pembersihan ini. Keberadaan jaranan pada saat itu juga masih relative sedikit. Trauma
itu ternyata tidak dirasakan oleh orang-orang yang berasal dar lekra saja. Seniman dari
lesbumi dan LKN waktu itu juga agak ketakutan untuk tampil di public. Kebanyakan dari
seniman yang ada dikediri pada waktu itu juga berhenti dari kesenian untuk semantara
waktu.
Pasca peristiwa berdarah itu seluruh elemen masyarakat memberikan identifikasi yang
negatif terhadap kesenian jaranan. dari kalangan agamawan. Para agamawan
beranggapan bahwa jaranan itu mengundang setan. Sehingga wajar jika pada saat itu
para agamawan terlebih ansor menghabisi seniman-seniman yang berbau komunis di
kediri.
Negara yang mulai memberikan pengngontrolan seniman dengan membuatkan Nomor
Induk Seniman (NIS) pada kurun waktu tahun 1965-1967. Dengan memberikan NIS ini
pemerintah bisa mengontrol lebih jauh seniman yang terlibat dengan komunis. Bagi yang
tidak memiliki NIS biasanya mereka dikasih nomor aktif sebagai seniman. "Tanpa
memiliki kartu ini, seniman tidak boleh tampil di ruang publik" kata Mbah Ketang.
Praksis paska 65 jaranan jarang sekali tampil di ruang public. Seniman-seniman jaranan
yang berasal dari LKN mungkin masih bisa berunjuk kebolehanya di ruang public.
Misalnya jaranan Sopongiro di Bandar dan jaranan Turnojoyo Pakelan. Dua jaranan ini
bisa eksis dan tidak terberangus pada tahun 65 karena mereka adalah kelompok
kesenian yang berasal dari LKN.
Stigmatisasi yang dikembangkan oleh agamawan dan Negara rupanya telah meberangus
nalar masyarakat. Paska 65 masyarakat secara tidak langsung memberikan identifikasi
negatif terhadap kesenian jaranan. Mereka masih menganggap bahwa kesenian jaranan
itu adalah kesenian milik PKI.
Masyarakat tidak mau dicap merah oleh pemerintah dan kaum agamawan sebagai
pengikut PKI. Akhirnya kesenian jaranan dijauhi oleh masyarakat. Pasca terjadi peristiwa
berdarah rtahun 1965 itu, kesenian jaranan mulai lumpuh total. Baru pada tahun 1977
jaranan mulai menggeliat lagi. Jaranan menjadi sebyuah idiom baru yang tampil berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya. Jaranan pada tahun sebeliumnya banyak berafiliasi
dengan komunis akan tetapi pada tahun itu jaranan mulai menggandeng militer untuk
dijadikan alat untuk melindungi dirinya.
dan musikpun sudah mulai dilakukan. Para seniman jaranan mulai memodifikasi jaranan
dari pakaian, make up, dan tarian serta musiknya. Dalam berebagai pertunjukan jaranan
pemain jaranan harus memiliki sifat yang arif, sopan dan memiliki tata karama yang tinggi
kepada masyarakat dan para penanggap. Sifat itu harus diperankan oleh para Dalam
rangka memperbaiki citra jaranan di muka masyarakat, seniman jaranan mulai
menghaluskan jaranan. Pada senimaSelainn dalam berbagai waktu dan kesempatan.

Samboyo Spirit Baru Jaranan Kepang Kediri[sunting | sunting sumber]


Dalam rangka memperbaiki citra jaranan di muka masyarakat, seniman jaranan mulai
menghaluskan jaranan. Pada tahun 70an gerakan untuk merevitalisasi jaranan sudah
mulai diupayakan. Penghalusan dalam wilayah tarian, dandanan dan musikpun sudah
mulai dilakukan. Para seniman jaranan mulai memodifikasi jaranan dari pakaian, make
up, dan tarian serta musiknya. Dalam berebagai pertunjukan jaranan pemain jaranan
harus memiliki sifat yang arif, sopan dan memiliki tata karama yang tinggi kepada
masyarakat dan para penanggap. Sifat itu harus diperankan oleh para seniman dalam
berbagai waktu dan kesempatan.
Selain strategi berselingkuh dengan militer, jaranan juga memiliki strategi lain yaitu
dengan cara menghaluskan tarianya, musiknya, dan danadananya serta tingkah lakunya
harus lebih baik. Penghalusan ini dilakukan oleh seniman jaranan karena pada saat-saat
itu monitoring dari pewemerintah masih sangat kuat. Untuk menghilangkan stigma itu
seniman harus melakukan strategi itu untuk menjaga kesenian jaranan.
Kemudian pada tahun 1977 setelah berdirinya Samboyo Putro, jaranan mulai mendapat
pengakuan dari masyarakat dan pemerintah. Jaranan Samboyo Putro ini didirikan oleh
mantan polwil Kediri dari Bandar Lor yang bernama pak Sukiman (samboyo). Dengan
adanya jaminan dari pihak kepolisian inilah jaranan mulai berani bertengger di kediri
bersaing dengan kesenian lainya. Jaranan Samboyo itu dahulu mendapatkan wangsit
dari Pamenang Joyoboyo. Pak Sukiman mendapatkan wahyu dari Pamenang agar
mendirikan jaranan dan menguri-uri kesenian asli kediri ini dan untuk memperbaiki citra
kesenian jaranan yang dahulu dianggap jelek atau ilmu sesat di mata masyarakat.
Atas wangsit yang berasal dari Pamenang itulah Sukiman berusaha sekuat tenaga untuk
mengembalikan citra negative masyarakat terhadap kesenian jaranan. Pak sukiman
mulai berafiliasi dengan pemerintah, agamawan serta masyarakat untuk mendukung
eksistensi jaranan di kediri.pasca tahun 1977 inilah jaranan mulai bisa dipercayai
sepenuhnya oleh masyarakat kediri sebagai kesenian yang bebas dari komunis.
Dahulu sebelum ada pertunjukan jaranan seluruh personel jaranan pasti pergi ke
pamenang terlebih dahulu. Kalau sekarang hanya dilakukan oleh para gambuhnya saja.
Perubahan ini disebabkkan lebih pada ketakutan pemain jika menjadi korban pamenang.
Pemain-pemain itu takut kalu suatu saat dia mengingkari janjinya dengan pamenang.
Pada saat berdirinya jaranan samboyo putro tahun 1977 itu, Pak sukiman berusaha
keras. Usaha ini lebih dimaksudkan untuk mengambalikan citra jaranan yang sudah buruk
di muka masyarakat. Salah satu cara pak Samboyo pada saat itu adalah dengan cara
mengadakan dukun tiban. Inspirasi tentang dukun tiban itu dia dapatkan dari pamenang.
(Pardi dan Endah)
Pada masa kejayaan Samboyo Putro pernah memperoleh beberapa prestasi yang
gemilang. Beberapa tahun setelah berdirinya Samboyo, langsung mendapatkan Juara 1
festifal jaranan sejawa Timur. Kemudian dalam perjalananya mulai tahun 1977 sampai
1990 Samboyo Putro pernah tanggapan sebanyak 1674 kali. Selain itu Samboyo Putro
Personelnya banyak yang melatih jaranan ke komunitas-komunitas kesenian jaranan lain
di Kediri.
Hingga kini masyarakat menyakini bahwa jaranan samboyo Putro itu memiliki jasa yang
sangat besar untuk mengambalikan citra jaranan di kediri. Pandangan agamawan dan
Negara serta masyarakat yang dahulu memandang jaranan sebagai kesenian yang jelek,
akhirnya berubah haluan. Paska tahun 1977 ini, masyarakat mulai memandang bahwa
jaranan ini adalah kesenian yang berasal dari kediri. Keberadaan kesenian ini harus tetap
dilestarikan keberadaanya.
Pada masa kejayaan Samboyo putro pada tahun 1985 pak sukiman dahulu memiliki
hubungan erat dengan pak sudiono (ngetrep lor-prambon-nganjuk). yang sekarang
menjadi pemimpin samboyo putro dari tahun 1990-an sampai sekarang). hubungan erat
seperti keluarga sendiri,karena sebelum pak sudiono menjadi pemimpin samboyo putro
pengganti pak sukiman,pak sudiono dulu bekerja sebagai bisnis kayu,apabila pak
sudiono mengadakan tebang pilih pohon dihutan,pak sukiman selalu memberikan izin
tebang pohon,sebaliknya. Apabila pak sukiman membutuhkan bahan baku untuk
membuat barongan/klono,pak sudiono selalu membantu memilih kayu.
Ketika diacara pementasan Samboyo Putro, pak sukiman selalu mengundang pak
sudiono supaya hadir diacara tersebut, padahal waktu itu pak sudiono kurang berminat
dengan kesenian jaranan. Kemudian di sela-sela acara, ketika pementasan berlangsung
pak sukiman berkata sambil bercanda "No..!!! samboyo ki mbesok sing ngopeni wong
nganjuk loh...!" pak sudiono tidak tahu kalau yang dimaksut pak sukiman adalah dirinya
sendiri, kemudian pak sukiman mengajak pak sudiono ke petilasan sri aji joyoboyo di
pamenang. "olehku biyen ki ko kene loh...!" kata pak sukiman,pak sudiono tidak mengerti
apa yang dimaksud. ketika perjalanan pulang, pak sudiono tidur kaget dalam mimpi pak
sudiono memegang pecut/cemethi dan memakai baju bopo/gambuh. yang diartikan
generasi penerus samboyo putro setelah pak sukiman adalah pak sudiono sendiri.
Pada tahun 1990 Pak samboyo atau pak sukiman meninggal,dan samboyo putro hampir
bubar, karena personel/gambuh banyak yang tidak mau meneruskan,mereka memilih
bubar atau mendirikan grup jaranan lain. kemudian samboyo putro sementara dipimpin
oleh pak sumantri atau pak tri,tetapi tidak berangsur lama,setelah banyak konflik-konflik
yang berlanjut,akhirnya pak tri hanya memimpin samboyo putro selama 2 tahun.
Kemudian pak sudiono mendapat wangsit dari pamenang. Dalam wangsitnya pak
samboyo harus meneruskan generasi samboyo putro,tetapi dalam arti samboyo putro
harus diboyong di daerah asal pak sudiono di ngetrep lor-prambon-nganjuk. karena pada
saat masa itu banyak sekali saingan antar grup jaranan dan konflik yang
berlanjut,akhirnya pak sudiono memboyong semua peralatan samboyo putro dari bandar
lor (kediri kota) ke ngetrep lor-kurungrejo-prambon (nganjuk) dan memulailah pak
sudiono merintis kembali samboyo putro yang dulu vakum selama satu tahun kemudian
dihidupkan kembali. untuk mengenang jasa pak sukiman,pada barongan samboyo putro
(barongan samboyo putro yang bernama mbah legi,pak dhe sukiman,dan pakdhe cokro
miharjo) diberi nama "bhayangkara" yang artinya keberanian melawan
bebaya/marabahaya. Dahulu samboyo putro pernah mendapatkan penghargaan dari
sinuwun HamengkuBuwono X berupa kenang-kenangan berwujud logo keraton
ngayogjakarta. barongan mbah legi mendapatkan sematan langsung dari sinuwun H.B X
sendiri.
setelah pak sukiman pendiri samboyo putro meninggal pada tahun 1990. sebagian grup
ini bereankarnasi dan terpecah belah menjadi grup jaranan lain di bandar lor seperti
SANJOYO PUTRO yang dahulu didirikan oleh pak sarpan.
Sebelum samboyo berdiri jaranan pakelan adalah jaranan yang sudah bisa berdiri
dengan eksis di kediri. Para pemain jaranan pakelan itu rata-rata dahulu berasal dari LKN.
Samboyo bubar pada tahun 1990an bersamaan dengan meninggalnya bapak Samboyo
sebagai pimpinan jaranan itu. Pasca Samboyo bubar, kesenian jaranan sudah mulai
merebak hampir diseluruh desa yang ada di kota kediri memiliki jaranan masing-masing.
Akan tetapi mereka juga masih berkiblat dan memiliki karakter seperti jaranan Samboyo.
(Pardi dan endah)

Kreasi Baru dan Proyek Dinas Pariwisata Kediri[sunting | sunting sumber]


Dalam pandangan Mbah Ketang, Gerakan joget pada jaranan itu adalah pakem dan tidak
bisa diubah. Kalau jaranan Wijaya Putra itu memiliki 24 macam gerakan. Berubahnya
jaranan itu hanya pada peralatan yang dimainkan saja. Kalau Wijaya Putra dan Sanjaya
Putra masih mempertahankan pakem yang ada pada jaranan. kepakeman jaranan akan
senantiasa dipertahankan oleh Sanjaya Putra da Wjaya Putra. Kedua jaranan ini
beranggapan bahwa joged yang sekarang mereka gunakan itu adalah warisan dari
leuhurnya. Pakem yang ada itu bagi 2 Komunitas ini harus selalu digunakan pada saat-
saat pertunjukan. Kalau pakemnya sudah habis ditampilkan baru boleh memberikan
jaranan yang sudah dikombinasi. Bagi Samboyo dan Wijaya meninggalkan yang pakem
itu sangat menghilangkan naluri jaranan dan menghina tinggalan nenek moyang mereka.
Berbeda halnya dengan Jayoboyo Putra yang lebih suka berkreasi dengan model-model
baru. Jaranan ini mencoba untuk mengawinkan antara kesenian tradisional dengan
modern. Misalnya dalam lagu-lagunya dicampur dengan samroh ataupun dicampur
dengan dangdut. Hal ini dilakukan oleh Joyoboyo Putro untuk mengikuti permintaan
pasar. Ranggalawe juga memiliki paradiga yang sama dengan Joyoboyo Putro. Dia lebih
mengembangkan kesenian pada proyek modifikasi tarianya.
Perkembangan jaranan paska tahun 1977 meluncur pesat. Kemunculan jaranan kreasi
baru ini tidak lepas dari apa yang dinginkan penonton ataupun yang diinginkan oleh
zamanya. Seniman jaranan biasanya lebih suka bermain dengan jaranan pakem. Akan
tetapi biasanya kelompok seniman jaranan itu memiliki 2 versi. Pertama versi baru yaitu
versi kolaborasi dengan kesenian modern. Kalau yang modern biasanya ditambah
dengan sinden, dram dan keyboard. Yang kedua adalah versi jaranan pakem. Kesenian
jaranan pakemanya menggunakan ketuk kenong, gong gumbeng, kendang dan terompet.
Untuk masalah tarianya nanti disesuaikan dengan pakemnya kelompok masing-masing.
Misalnya, jaranan wijoyo Putro 24 gerakan, Sanjoyo Putro 24 gerakan, Joyoboyo 14
gerakan, ronggolawe malaah cumin sedikit antara 5-6 gerakan saja. Seniman jaranan
selalu memberikan tawaran kepada para penanggap untuk meimilih versi yang mana.
Kalau pada saat gebyakan atau pada saat upacara nazar mereka selalu menggunakan
yang pakem. Kalau pada saat tanggapan mereka menyerahkan kepada penanggapnya
memili yang mana. Akan tetapi mereka memiliki pakem sendiri-sendiri dalam jogedanya.
Jaranan dahulu untuk penabuhnya tidak ada panggungnya seperti sekararang. Mulai
tahun 1980an jaranan sudah mulai ada panggungnya untuk penabuh. Panggung ini
dimaksudkan agar penabuh dapat leluasa dalam melihat gerakan pemain jaranan.
Jaranan di sini tidak ada yang berada di atas panggung seperti jaranan Safitri Putro.
Kalau jaranan Safitri Putro itu bukan jaranan namanya. Kalau Cuma nari saja dan tidak
ada ndadinya namanya adalah campur sari. karena yang namanya jaranan itu harus ada
yang ndadi kalau tidak ada yang ndadi itu namanya bukan jaranan.
Persaingan antar seniman jaranan satu dengan yang lainya rupanya cukup tinggi.
Berbagai kelompok jaranan yang memikliki bos, mereka lebih berani untuk membanting
harga. Bagi jaranan yang sifatnya paguyuban seperti halnya jaranan Wijaya Putra. Akan
keberatan dengan penjatuhan harga seperti ini. Para seniman tidak akan bisa makan
apa-apa kalau harga tanggapan itu anjlok.
Tarif tanggapan untuk jaranan Wijaya Putra itu berkisar antara 1500.000 sampai
1000.000 rupiah. Sedangkan kalau ada jaranan lain yang memiliki bos, pasti berani
mengambil di bawahnya. 800.000 sampai 600.000 itu bisa diladeni. "Saya kasihan
dengan jaranan-jaranan yang kecil-kecil itu. Karena saya kira jaranan yang kecil itu nanti
tidak akan bisa hidup" kata pak gendut dari jaranan Wijaya Putra itu.

Jaranan Dalam Proyek Pariwisata[sunting | sunting sumber]


Pemerintah kota kediri dengan menggunakan organya DK3 (Dewan Kesenian Kota
Kediri) beserta Dinas Pariwisata akan membuat semacam buku panduan untuk jaranan.
Buku ini akan mengulas banyak tentang pakem jaranan khas kediri. Mereka bersama
timnya sudah mempersiapkan segalanya unruk membuat buku itu.
Proyek pemakeman jaranan ini direncanakan pada tahun 2008 nanti. Selama ini yang
sudah dilakukan oleh dinas pariwisata Kediri untuk melakukan pakemisasi jaranan adalah
dengan menggali data-data yang ada. Data-data itu mereka dapatkan dari para sesepuh
jaranan. "Kita tidak bisa sembarangan untuk menentukan semuanya itu. Usaha kita
adalah mengumpulkan para sesepuh untuk membincang bareng tentang kesenian
jaranan. Kemudian diseminarkan dan disepakati bersama'. Ujar Pak Guntur.
Rencana pemakeman ini akan melibatkan berbagai tokoh sesepuh seniman jaranan dan
sejarawan. Mereka juga mengupayakan agar pemakeman ini bisa benar-benar tidak
meninggalkan tradisi yang ada pada kesenian di Kediri. Sebelum pemakeman itu
dilakukan dinas pariwisata akan menggali sejarah kota kediri teerlebih dahulu.
Program Dinas Pariwisata untuk tahun ini dan 1 tahun mendatang adalah mencari pakem
jaranan terlebih dahulu. Untuk pengembangan dan pembimbingan pada jaranan-jaranan
yang ada Kediri, dinas pariwisata mengundang kelompok-kelompok jaranan untuk tampil
Taman Wisata Selomankleng setiap Minggu. Komunitas jaranan itu disuruh tampil untuk
mengisi hiburan di Selomangleng secara bergiliran.
Pada saat-saat tertentu Dinas pariwisata juga mengajak para seniman jaranan untuk
tampil mengisi hiburan di Taman Mini Indonesia Indah. Pada saaat jaranan tampil di
taman mini sudah berbeda dengan jaranan yang ada disini. Mereka sudah dikolaborasi
dengan tari-tarian lain.
Bagi kami jaranan itu yang penting adalah dimunculkan saja supaya keberadaanya tetap
bisa lestari. Pada saat ini pemerintah kota kediri sedang mempelajari dan menggali
kesenian jaranan yang khas Kediri. Baik itu dari segi pakaianya, jogednya maupun alat
musik yang dimainkan. Proyek ini masih terhenti karena dana yang diajaukan untuk
mengerjkakan ini belum turun dari pemerintahan kota Kediri. Dana pembakuan Jaranan
ini akan dianggarkan pada RAPBD tahun depan.
Kita memerlukan dokumentasi, dana dan lain sebagainya. Kita rencananya akan
mengupas sejarah jaranan dari sungai Brantas. Kita akan melihat perkembangan jaranan
dari zaman Praislam. Jaranan Kediri memiliki pakem sendiri-sendiri. Kita sudah mulai
merancang jaranan masing-masing misalnya yang pegon tidak memakai baju, untuk yang
jaranan door dan senterewe masih kami pikirkan bersama teman-teman seniman
jaranan. kata pak Guntur Dinas Pariwisata akan merumuskan secara bersama-sama
dengan seniman jaranan kemudian menyepakatinya. Dinas Pariwisata sebenarnya
hanya memfasilitasi mereka dan jangan sampai muncul bahwa ide pakemisasi ini adalah
proyek Dinas Pariwisata. Mereka akan bermusyawarah dengan para seniman dalam
menetapkan kesenian jaranan. Sebenarnya kita berpikir jauh kedepan untuk menjaga
keberadaan jaranan pada tahun-tahun yang akan datang.
Dinas pariwisata beranggapan, kalau tidak ada pakem sendiri jaranan ini nanti akan
semakin jauh dari aslinya. Karena tidak ada buku petunjuk jaranan. Mereka hanya
mengembangkan tradisi lisan. Sedangkan tradisi lisan itu akan senantiasa berubah setiap
tahunya.
Setiap jaranan memiliki pakem masing-masing dan tidak mau mereka diseragamkan
antara kesenian jaranan yang satu dengan yang lainya. Menurut pak Guntur bahwa
kesenian jaranan itu memang memiliki pakem masing-masing akan tetapi saya mencoba
urntuk bisa masuk dengan pelan-pelan agar mereka bisa menerima saya. Misalnyua
pada saat pertemuan saya dengan para seniman beberapa waktu yang lalu. Saya pernh
mengetes mereka untuk menunjukan tarianya di depan forum. Saya meminta misalnya
yang beraliran pegon maju. Mereka antara pegon jaranan satu dengan yang lainya
berbeda. Senterewe juga berbeda satu sama lainya. Dalam perbedaan itu mereka
berdebat sengit dan saling menunjukan bahwa jarananya yang paling benar pakem.
Setiap ada festifal jaranan saya mengumpulkan para seniman dan mengajak mereka
supaya bisa menyeragamkan tarian jaranan. Pada saat festifal kemarin para juri
kebingungan untuk menilai jaranan mana yang baik. Karena setiap jaranan memiliki
karakter masing-masing. Sehingga kita tidak bisa melihat mana yang harus dinilai.
Akhirnya siapa yang baik itu yang menang. Tapi mereka juga banyak yang protes tentang
penilaian juri. Karena mereka juga menganggap bahwa jarananya yang memiliki tarian
paling bagus akan tetapi tidak menang dalam festifal.
Pemerintah daerah itu haruslah pandai-pandai memasarkan kesenian daerah. Jadi tidak
hanya kesenian yang sudah tenar saja yang kita suruh main. Juga bagi mereka-mereka
yang belum punya nama harus kita angkat. Saya tidak memandang kualitas yang ada
akan tetapi saya selalu memberikan contoh pada jaranan yang kecil supaya mengikuti
jaranan yang sudah besar.
Seniman di Kediri ini seringkali pindah-pindah ruang. Maksudnya mereka selalu
mengiikuti kesenian mana yang populis dan digemari masyarakat. Kalau dahulu ludruk
ya seluruh seniman banyak yang di ludruk. Kalau sekarang ludruk dilarang main, mereka
beramai-ramai pindah pada seniman jaranan.

Lagu Jaranan[sunting | sunting sumber]


Jaranan adalah lagu daerah dari Jawa Tengah, Indonesia

Lirik[sunting | sunting sumber]


Jaranan, jaranan jarané jaran Tèji
Sing numpak Mas Ngabèhi, sing ngiring para abdi
Jrèk jrèk nong, jrèk jrèk gung jrèk è jrèk turut lurung
Gedebuk krincing gedebuk krincing thok thok gedebuk jedhèr
Gedebuk krincing gedebuk krincing thok thok gedebuk jedhèr.
Karya : Ki Hadi Sukatno

 Tari Salipuk

Tari Salipuk adalah tarian asli dari kota Nganjuk, tarian ini ditarikan oleh sepasang muda mudi
yang berarti tarian pergaulan Tari Salipuk adalah pengembangan dari Tari Tayub yang
sebelumnya sudah ada di Nganjuk, Tari ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang
berawal dari pengamen yang bernama Salipuk, pekerjaan setiap hari adalah berkeliling
kampung untuk menghibur orang sambil membawa kendang. Orang-orang sangat menyukai
hiburan yang diberikan oleh Salipuk, sehingga dia sering dipanggil ke kampung-kampung
untuk menghibur orang. Lalu dia akhirnya mengembangkannya menjadi tari yang
berpasangan. Sampai saat ini tari Salipuk masih banyak ditarikan pada acara-acara tertentu
seperti acara resmi, acara perkawinan atau pada saat upacara adat. Meskipun tarian ini hanya
melibatkan dua orang, tetapi atraksi tari ini membutuhkan tempat yang luas karena
gerakannya sangat dinamis dan penarinya harus berlari kesana-kemari. Tari Salipuk
menggunakan iringan musik tradisional Jawa dengan tembang khusus yang liriknya sesuai
dengan jalan cerita tarian.

Kuliner[sunting | sunting sumber]

 Nasi becek, sejenis gulai kambing yang memiliki rasa khas dengan penambahan irisan
daun jeruk nipis.
 Nasi becek atau dalam bahasa Belanda De trieste rijst, adalah hidangan khas yang
berasal dari Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia. Di tempat asalnya hidangan ini dikenal
dengan nama sego becek.
Nasi becek adalah hidangan yang telah ada sejak zaman Belanda sekitaran tahun
1915-1920, bentuknya mirip dengan kari kambing. Isi dari nasi becek nyaris serupa
dengan soto babat, namun daging yang digunakan adalah daging kambing, yang
setiap porsi diberi beberapa potong dadu atau irisan. Tidak lupa diberi irisan-
irisan bawang merah atau bawang bombay yang menambah kelezatan.
Secara keseluruhan, rasanya cenderung mirip dengan mayoritas makanan sejenis
yang berkembang di daerah Solo, Jawa Tengah; manis dan tidak asin, berbeda
dengan umumnya hidangan utama ala Jawa Timur yang cenderung asin.
Pada tahun 2018 Masehi, seporsi hidangan ini dijual di pulau Jawa seharga antara
10,000 hingga 14.000 rupiah, sedangkan di berbagai hotel di pulau Jawa, Kalimantan,
Sumatra dan Sulawesi harga seporsinya dapat mencapai 24,000 rupiah. Para penjual
nasi becek biasanya dapat dengan mudah dijumpai di daerah sekitar jalan Dr.
Soetomo di kota Nganjuk, atau di hotel-hotel di kota Balikpapan, Kalimantan dan
Makassar.

 Dumbleg, sejenis dodol yang terbuat dari ketan. Makanan ini hanya ada pada hari-hari
tertentu di Pasar Gondang (tiap Pasaran Pon) dan Pasar Rejoso (tiap pasaran kliwon).
 Onde-onde Njeblos, semacam onde-onde tetapi tidak berisi. Berbentuk seperti bola yang
ditaburi wijen.
 Nasi Pecel: menu nasi dengan sayur (kulup) kangkung, toge, kacang panjang, kembang
turi dll disiram dengan kuah sambal kacang dengan ciri khas pedas dan disertai tempe,
tahu goreng serta rempeyek yang renyah.
 Nasi Tumpang, seperti halnya nasi pecel namun ada menu tambahan berupa sayur
(sambal) tumpang, yg terbuat dari tempe "busuk" (tempe difermentasikan) yang dimasak
dengan bumbu lain yang rasanya gurih dan pedas.
 Kerupuk Upil, adalah kerupuk kecil yang digoreng tanpa minyak tetapi menggunakan
pasir
 Tepo Mbah Umbruk, seperti lontong bungkusnya dari daun pisang bentuknya kerucut
dan agak miring dengan sayur kacang panjang tetapi di ambil isinya atau disebut kacang
tolo dan bumbu dan bahan bahan lain. Sampai saat ini pun, Tepo Mbah Umbruk bisa
dinikmati.
 Kerupuk pecel adalah kerupuk bakar yang dicampur dengan sayuran,yang terdiri dari
capar (toge), bayam, bung (rebung), kenikir, mbayung (daun kacang) dan kacang panjang
yang kemudian di siram dengan bumbu pecel dan minumnya adalah es rujak.

Media Massa
Media yang menyampaikan informasi wilayah Nganjuk antara lain media massa cetak : Jawa
pos (RadarNganjuk), Surya, Bhirawa, Memo X. Media Online antara lain : Wartajatim.com,
Tribun.com, Kompas.com, suaraindonesia.com, suarajatimpost.com,
Faktualnews.co, nganjuk.suara indonesia.co.id, dll. Adapun Media Eletronik Televisi,: TVRI,
Bayutv, SCTV, RCTI, Trans tv, Metro tv, Tv-one, NET, Kompas TV dll. itu ulasan media
informasi yang menyajikan berita seputaran Kabupaten Nganjuk.

Anda mungkin juga menyukai