T
Contents
1 Pendahuluan
5 Pengukuran Gain
7 Pengukuran Polarisasi 2
Where are We ?
7 3
Referensi
Materi di ambil dari berbagai sumber :
“ANTENNAS”
Oleh John D. Kraus
Dan
“ANTENNAS
FROM THEORY TO PRACTICE”
Oleh Yi Huang dan Kevin Boyle
Dan
“ANTENNA THEORY
ANALYSIS AND DESIGN”
oleh Constantine A. Balanis
Dan
IEEE Standard Test Procedures for Antennas, IEEE Std 149-1979,
Published by IEEE, Inc., 1979, Distributed by Wiley-Interscience.
Dan
W. H. Kummer and E. S. Gillespie, “Antenna Measurements —
1978,”Proc. IEEE, Vol. 66, No. 4, pp. 483 – 507, April 1978.
Pendahuluan
Tujuan Pengukuran Antena
5
Pendahuluan
Daerah Antena
Daerah 1 : Daerah antena/Reactive near-field, benda-benda didaerah ini saling
mempengaruhi dengan antena ( impedansi dan pola pancar )distribusi medan
tergantung jarak
Daerah 2 : Daerah medan dekat / daerah Fresnell, di daerah ini medan listrik dan
magnet belum transversal penuhDistribusi medan masih tergantung jarak
Daerah 3 : Daerah medan jauh/ daerah Fraunhofer, di daerah ini, medan listrik dan
magnet transversal penuh daan keduanya tegaklurus terhadap arah perambatan
gelombang Distribusi medan tidak tergantung dari jarak
2
3
L 1 R1
R2
6
L2
R2 = 2
l
Pendahuluan
Kesulitan-kesulitan dalam Pengukuran Antena
Untuk antena besar, diperlukan pengukuran diagram arah yang terlalu
jauh. Persoalannya adalah bahwa pantulan dengan berbagai benda- 2L2
r
benda di sekitar daerah pengukuran akan sulit dihindari l
Sering tidak praktis untuk memindahkan antena dari tempat operasi ke
tempat pengukuran
Untuk sistem pengukuran outdoor, umumnya akan bergantung pada cuaca
saat pengukuran
Teknik pengukuran membutuhkan peralatan dan biaya yang sangat mahal
Sebagian dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi tersebut dapat dipecahkan
dengan :
Pemakaian teknik tertentu, seperti pengukuran medan dekat untuk prediksi medan
jauh (Nearfield-Farfield Measurement)
Pengukuran dengan model diskalakan
7
• Pola Radiasi
• Gain
• Impedansi, VSWR, dan Bandwidth
• Polarisasi
8
Where are We ?
7 9
Persyaratan Umum Pengukuran Antena
10
D r = jarak travelling gelombang dari
tengah antena
r + = jarak travelling gelombang dari
tepi antena
l l 2
D2
2 2 D
r =r r
4 D
D2 r 8
Dari rumusan yang didapatkan, beda fasa = 0 akan dicapai pada jarak r tak
8r berhingga ( Tidak mungkin diaplikasikan ) Perlu toleransi !!
Persyaratan Umum Pengukuran Antena
Sehingga, kemudian….
Cutler, King, dan Koch
merekomendasikan toleransi
beda fasa sebesar 22,5o atau ,
l
=
11
16
Absorber
h1 h2
Menara
Fiber
14
Where are We ?
7 15
Teknik-teknik Pengukuran Antena
Berkaitan dengan lingkungan saat pengukuran, terdapat 2 macam Medan
ukur ( pada referensi yang lain disebut Antenna Range ), yaitu :
20
Teknik-teknik Pengukuran Antena
Anechoic Chamber ...
• Anechoic chamber pertamakali
dikembangkan selama Perang Dunia II oleh
Jerman dan Amerika Serikat. Pembuatan
anechoic chamber menjadi mungkin setelah
materi penyerap gelombang RF ditemukan
dan tersedia secara komersial
• 2 macam tipe anechoic chamber adalah :
Test
Zone
21
(1) Dengan medan ukur yang kecil, dapat diakomodasikan pengukuran yang
dapat direlasikan dengan struktur yang sangat besar
(2) Memungkinkan dilakukannya kontrol eksperimental terhadap
pengukuran,
(3) Minimisasi biaya yang berhubungan dengan struktur yang sangat besar, 24
dan studi parameter-parameter eksperimental yang sesuai
Where are We ?
7 25
Pengukuran Pola Radiasi
Pengukuran Pola Radiasi dilakukan pada suatu permukaan bola dengan radius konstan. Sedemikian,
bahwa pola radiasi dapat kita duga adalah 3 dimensi. Namun akuisisi pola 3D adalah tidak praktis,
sehingga potongan orthogonal diagram arah 2D lebih sering ditampilkan.
Antena sumber / antena referensi : Pemancar : Frekuensi
Sistem pengukuran Pola Radiasi f < 1 GHz : Log periodik / dipole l/2 f stabil dan dapat dikontrol,
> 400 MHz : Parabola / Horn dengan spektrum murni (spurious
bandwidth lebar dan harmonisa kecil)
Sistem penempatan dan
pengarahan :
berupa suatu penyangga
yang dapat diputar
(azimuth dan elevasi),
dikontrol, dengan
indikator posisi
Pengirim
1.8 m Rotator
Spectrum
Sinyal yang tidak Analyzer
diinginkan
Function
Generator
2
2L
R =
l
Langkah-langkah pengukuran:
Hubungkan antena pemancar ke sweep generator dan Antenna Under Test (AUT) dihubungkan ke spectrum analyzer
Pengukuran dilakukan di medan jauh antena
AUT diputar-putar secara azimuth atau elevasi per 100
Catat level terima yang terbaca pada spectrum analyzer. Semakin kecil resolusi sudut pemutaran, maka akan
semakin terlihat pola radiasinya. Hasil pengukuran dicatat sebanyak dua kali dalam rentang waktu yang sama,
tujuan dari ini adalah untuk mencari nilai rata- rata akibat dari fluktuasi level daya yang terus berubah-ubah akibat
multipath. Hasil rata-rata yang didapatkan akan dinormalisasikan terhadap daya yang terbesar. Normalisasi ini
kemudian diplot dan digambarkan sebagai pola radiasi normal dalam skala logaritmis, ini dapat dilihat dalam skala
nilai terbesar adalah 0 dB. 27
Pengukuran Pola Radiasi
28
Where are We ?
7 29
Pengukuran Gain
30
Metode Pengukuran Gain
Metoda yang dipakai untuk mengukur gain antena ada beberapa macam, yaitu
:
• Cara 2 antena
A. Pengukuran absolut • Cara 3 antena
• Dibandingkan terhadap antena • Ekstrapolasi medan dekat
Metoda isotropis
pengukuran • Medan refleksi tanah
gain • Digunakan untuk kalibrasi
standar
1 4R WR
G ( dBi ) = 20 log 10 log 32
2 l WT
Pengukuran Gain
l WT2
Pengukuran Gain
G 2 G 3 = C( dBi ) ABC
G1 = dBi
2
ABC
G2 = dBi
2
ABC
G3 = dBi 34
2
Pengukuran Gain
WRX
G AUT dBi = G REF dBi 10 log dBreff
WREF
WREF = daya terima antena referensi
WRX = daya terima AUT
GREF = gain antena referensi absolut terhadap isotropik (diketahui) 35
Langkah-langkah Pengukuran Gain
Pengirim Switch
1.8 m Reference
Spectrum
antenna
Sinyal yang tidak Analyzer
diinginkan
Function
Generator
2
2L
R =
l
dimana : G AUT = (P
dBi yang diukur
AUT dBm P
REF dBm ) 2.14
GAUT(dbm) = gain antena
PAUT(dbm) = level daya terima AUT 36
PREF(dbm) = level daya terima antena referensi
Where are We ?
7 37
Pengukuran Impedansi, VSWR, dan BW
38
Pengukuran Impedansi, VSWR, dan BW
(1) Pengukuran Impedansi ( Melalui Pengukuran SWR / Koefisien Refleksi )
Impedansi antena dihitung dari koefisien refleksi yang terukur pada terminal antena.
Di bawah ini adalah kaitan beberapa pengukuran dengan pengukuran impedansi
Pengukuran
Standing Wave Ratio
Ukur :
• Vmax Vmax
• Vmin SWR =
• Fasa koefisien pantul Vmin
SWR 1
1 =
Z A = Z0 SWR 1
1 = d 1
= 720 0 vm 39
l 4
Pengukuran Impedansi, VSWR, dan BW
Network Analyzer
40
Pengukuran Impedansi, VSWR, dan BW
41
Contoh Tampilan layar NA pengukuran Impedansi
42
Pengukuran Impedansi, VSWR, dan BW
VSWR
BW
1,1
fL f
fH
44
Where are We ?
7 45
Pengukuran Polarisasi
= 0o
â r
• Polarisasi didefinisikan sebagai “
Kurva yang dijejaki oleh kuat medan listrik
â sesaat yang dipancarkan oleh antena pada
lokasi
antena
â = 90 o
frekuensi tertentu pada bidang tegak lurus
= 90o arah radial “, seperti
ditunjukkan gambar di samping !
= 90o • Polarisasi biasanya berbentuk ellips dan
= 0o
pada sistem koordinat bola dibentuk oleh
komponen medan listrik di arah dan
( E dan E)
• Umumnya karakteristik polarisasi antena
Arah propagasi
ditentukan oleh : (1) Perbandingan
sumbu (axial ratio : AR), (2) Arah putar (
CW atau CCW ) , atau Right Hand (RH)
atau Left Hand (LH), dan (3) Sudut
condong (tilt angle = ) 46
Right hand / Left hand /
putar kanan putar kiri
Pengukuran Polarisasi
47
Pengukuran Polarisasi
• Polarisasi Sirkular
• Polarisasi Elliptik
49