Referat GAM - RS Polri
Referat GAM - RS Polri
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam,
dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman
baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti
hidup. Kecemasan juga merupakan sinyal kewaspadaan terhadap ancaman internal maupun
eksternal. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun dan merupakan respons
adaptif yang bersifat lifesaving. Namun, cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah
menjadi gangguan, akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
Gangguan cemas merupakan gangguan mental dengan prevalensi yang cukup tinggi
pada populasi masyarakat. Sebanyak 30 juta penduduk di Amerika Serikat didiagnosis
mengalami gangguan cemas, dengan jumlah wanita dua kali lipat lebih banyak daripada
pria. Gangguan cemas berhubungan dengan morbiditas yang signifikan, kronis, dan sulit
untuk mendapatkan tata laksana yang tepat. Manifestasi fisiologis dari kecemasan adalah
diare, merasa pusing dan melayang (light-headedness), hiperhidrosis, hiperrefleks,
hipertensi, palpitasi, midriasis pupil, tidak bisa beristirahat atau tidak bisa bersantai, sinkop,
takikardia, kesemutan di ekstremitas tubuh, tremor, dan peningkatan frekuensi buang air
kecil.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
GAM biasanya dimulai pada usia dewasa muda, dan lebih banyak terjadi pada
wanita daripada pria, dengan rasio 2 : 1.
Adanya riwayat keluarga dengan GAM, peningkatan stress individual, dan riwayat
trauma fisik atau emosional, meningkatkan faktor resiko GAM. Sebuah studi juga
melaporkan bahwa terdapat hubungan antara merokok dan GAM. Seorang perokok berat
memiliki resiko 5-6 kali lebih tinggi menderita GAM daripada non-perokok. Berbagai
penyakit organik juga turut memicu terjadinya GAM pada seorang pasien. Sebagai contoh,
sebanyak 14% pasien diabetes mellitus (DM) mengalami GAM.
Depresi berat adalah gangguan mental terbanyak yang biasanya menyertai GAM.
Hal ini terjadi pada 2/3 pasien dengan GAM. Gangguan panik terjadi pada1/4 pasien dengan
GAM, sedangkan pecandu alkohol terdapat pada 1/3 pasien dengan GAM. Beberapa variasi
gen serotonin-transporter dilaporkan berperan pada faktor resiko seseorang mengalami
GAM ataupun depresi berat.
2
2.4. Etiologi
1. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAM adalah lobus oksipitalis, yang
mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan
korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAM.
2. Teori Genetik
Sebuah studi menyatakan bahwa terdapat hubungan genetik pada pasien GAM.
Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAM juga menderita gangguan yang
sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar, didapatkan angka 50% pada kembar
monozigot dan 15% pada kembar dizigot.
3. Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada
tingkat yang paling primitif, kecemasan dihubungkan dengan perpisahan dengan objek
cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi, kecemasan dihubungkan dengan kehilangan
cinta dari objek yang penting. Kecemasan kastrasi berhubungan dengan fase oedipal,
sedangkan kecemasan superego merupakan bentuk kecemasan yang paling matang, dengan
ciri adanya ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri.
4. Teori Kognitif-Perilaku
Penderita GAM berespons secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya
distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.
3
2.5. Gambaran Klinis
Gejala Fisiologis
Tegang otot.
Gangguan Ansietas Menyeluruh
Gangguan tidur.
Palpitasi, jantung berdebar-debar.
Berkeringat, tubuh gemetaran.
Sensasi kesulitan bernafas atau nafas pendek-pendek.
Merasa tercekik.
Gangguan Panik
Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada.
Nausea atau distress pada abdomen.
Merasa pusing, tidak stabil, light-headed, pingsan.
Merasa kedinginan atau kepanasan.
Reaktivitas fisiologis dari paparan yang berhubungan
4
Pasien dengan GAM biasanya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan,
meskipun terkadang gejalanya mampu membuat fungsi sosial pasien terganggu. Oleh
karena itu, pasien GAM biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatik, atau
datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik, seperti diare kronik. Sangat jarang
ditemukan pasien GAM datang mencari psikiater (dokter spesialis kesehatan jiwa dan
perilaku), karena pasien merasa tidak terjadi gangguan mental. Pasien biasanya
memperlihatkan perilaku mencari perhatian (seeking behavior). Beberapa pasien menerima
diagnosis GAM dan terapi yang adekuat, dan beberapa lainnya meminta konsultasi medik
tambahan untuk masalah-masalah mereka.
Diagnosa Klinis
Gangguan Ansietas Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan pada berbagai
Menyeluruh peristiwa kehidupan atau aktivitas (terutama aktivitas yang
akan dilakukan), yang terjadi minimal selama 6 bulan.
Kecemasan sulit untuk dikontrol.
Kecemasan berhubungan dengan minimal 3 gejala, yaitu :
mudah merasa lelah, sulit untuk berkonsentrasi,
iritabilitas, tegang otot, gangguan tidur, dan selalu merasa
di ujung tanduk.
Kecemasan dan kekhawatiran dapat menyebabkan distress
yang signifikan dan disfungsi dalam kehidupan sosial,
5
okupational, atapun fungsi kehidupan lainnya.
Serangan panik yang tiba-tiba terjadi dengan diikuti oleh
minimal 4 hal, yaitu : palpitasi, berkeringat, tubuh
gemetar, nafas pendek-pendek, merasa tercekik (air
hunger), nyeri dada, nausea atau nyeri perut, merasa
pusing / light head / pingsan, derealisasi atau
depersonalisasi, takut kehilangan kontrol / takut
mengalami gangguan jiwa, takut meninggal, baal atau
Gangguan Panik
kesemutan, serta kedinginan atau kepanasan.
Peduli yang persisten terhadap serangan panik berikutnya.
Cemas akan konsekuensi dari adanya serangan panik,
seperti serangan jantung ataupun stroke.
Adanya perubahan perilaku yang signifikan, yang
berhubungan dengan serangan panik, misalnya
menghindari tempat dimana serangan panic pernah terjadi
sebelumnya.
Merasa takut berada di tempat atau situasi dimana
kesempatan untuk melarikan diri menjadi sulit ataupun
memalukan.
Biasanya akan mengakibatkan ketakutan berada di
6
orang lain, terkadang masih dapat melakukan
performance, tetapi diikuti oleh kecemasan yang terus
menerus.
Rasa takut yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap
objek atau situasi spesifik tertentu, seperti terbang,
ruangan tertutup, ketinggian, badai, suntikan, darah,
beberapa jenis binatang tertentu (ular, laba-laba, kecoak),
Phobia Spesifik
dan sebagainya.
Rasa takut dicetuskan oleh respons kecemasan yang
langsung.
Menyadari bahwa rasa takut itu berlebihan dan tidak
masuk akal.
Memiliki obsesi atau kompulsif. Obsesi adalah pemikiran,
impuls, atau gambaran yang persisten dan rekuren, dan
bersifat intrusif dan tidak layak, seperti terkontaminasi,
permintaan, impuls, serta gambaran seksual. Kompulsif
adalah perilaku atau sikap mental yang dilakukan berulang
kali, dengan tujuan untuk mencegah atau untuk
Gangguan Obsesif-
mengurangi kecemasan, seperti mencuci tangan, meminta,
Kompulsif
melakukan pengecekan, berdoa, menghitung, dan
mengulang kata-kata.
Menyadari bahwa rasa takut itu berlebihan dan tidak
masuk akal.
Obsesi tersebut menyebabkan distress, menghabiskan
waktu lebih dari 1 jam per hari, dan menggangu berbagai
aktivitas harian lainnya.
Gangguan Kecemasan Kecemasan yang berlebihan dan tidak tepat, terkait dengan
Berpisah perpisahan dari rumah atau perpisahan dengan figur
tertentu, dengan minimal 3 karakterisasi berikut ini, yaitu :
1. Distress yang berlebihan dan berulang ketika berpisah
dengan rumah atau berpisah dengan figur tertentu.
2. Kecemasan berlebihan dan persisten ketika figur
tertentu itu menghilang atau disakiti orang lain.
3. Kecemasan berlebihan dan persisten ketika terdapat
sebuah peristiwa yang menyebabkan terjadinya
perpisahan dengan figur tertentu, contohnya diculik
7
penjahat.
4. Rasa takut yang persisten dan berulang ketika sedang
sendiri atau sedang tidak bersama figur tertentu di
dalam rumah.
5. Menolak atau merasa keberatan untuk tidur di luar
rumah atau tidur berjauhan dengan figur tertentu.
Durasi kecemasan minimal 4 minggu.
Usia onset sebelum 18 tahun.
Menyebabkan distress atau kerusakan fungsi psikososial.
Adanya berbagai gejala fisik, seperti sakit kepala, sait
perut, nausea, dan muntah, ketika perpisahan terjadi atau
perpisahan sedang diantisipasi.
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian, seperti aktivitas pekerjaan atau sekolah.
Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak
terjadi selama 6 bulan terakhir) :
o Kegelisahan
o Merasa mudah lelah
o Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
o Iritabilitas
o Ketegangan otot
o Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan tidak
memuaskan)
Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I, misalnya,
kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan panik
(seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum (seperti pada fobia
sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh dari
rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan
berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda
(seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada
8
hipokondriasis), serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata
selama gangguan stres pasca trauma.
Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan zat, medikasi), atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.
GAM perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis umum maupun
gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pula pemeriksaan medis,
termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus
menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat
atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif, dan anxioltik.
2.9. Prognosis
GAM merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsung semur hidup.
Sebanyak 25% penderita biasanya akan mengalami gangguan panik dan disertai dengan
gangguan depresi berat.
1. Farmakoterapi
Benzodiazepine
9
dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata
adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu,
kemudian menghentikan konsumsinya.
Buspiron
Buspiron efektif pada 60%-80% pasien GAM. Buspiron lebih efektif dalam
memperbaiki gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatik pada GAM.
Buspiron tidak menyebabkan ketergantungan atau withdrawal, serta tidak merusak
sistem motorik, memori, dan kemampun konsentrasinya. Kekurangan dari buspiron
adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa
penderita GAM yang sudah mengkonsumsi benzodiazepine tidak akan memberikan
respons yang baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara
benzodiazepine dengan buspiron, kemudian dilakukan tapering off benzodiazepine
setelah 2-3 minggu, di saat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
10
Somnolen
Diare
37,5 mg setiap 37,5 mg – 225 mg
Venlafaxine Disfungsi seksual
hari setiap hari
Reaksi withdrawal
Somnolen
Ataksia
Benzodiazepin Gangguan memori
- -
e Nausea
Ketergantungan
Reaksi withdrawal
2. Psikoterapi
Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif
dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik utama
yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan
belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi
sosial dan pekerjaannya.
Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan diri pasien. Dari pemahaman akan
komponen-komponen tersebut, maka dapat diperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur. Bila tidak tercapai pun, minimal terapis dapat
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
3. Intervensi Lainnya
Intervensi terhadap pasien dengan GAM perlu dilakukan, seperti terapi
okupasional, pendekatan dengan keluarga atau caregiver. Penatalaksanaan pasien
dengan gejala kecemasan memerlukan suatu upaya yang holistik dan mencakup
berbagai terapi yang bermanfaat bagi pasien tersebut.
11
BAB III
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
12
GAM merupakan gangguan yang memerlukan tata laksana yang holistik dalam
mengatasinya. Adanya kecenderungan dari penderita yang sering tidak menganggapnya
sebagai gangguan, membuat GAM menjadi semakin sulit untuk teratasi. Penulis
mengharapkan adanya sosialisasi yang baik kepada masyarakat, terutama individu dengan
faktor resiko yang tinggi, agar individu tersebut dapat mengenali gejala-gejala dari GAM
dan mengkonsultasikannya kepada psikiater, sehingga mendapatkan tata laksana yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ebert, MH. Loosen, PT. Nurcombe, B. Leckman, JF. Current Diagnosis and Treatment
Psychiatry (International Edition). Second Edition. The McGraw-Hill Education
(Asia). Singapore : 2008.
Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedoktera
Universitas Indonesia. Jakarta (Indonesia) : 2010.
Maramis, WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Kesembilan. Airlangga University
Press. Surabaya (Indonesia) : 2005.
Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta (Indonesia) : 2007.
13
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral
Sciences / Clinical Psychiatry. Tenth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia (USA) : 2007.
14