KEPERAWATAN ANAK
KASUS I
AYU WULANDARI
AHLAN
ABDUL HAMID
ALVIN ANUGRAH P.
WIDYA WARDANI
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia- yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil Laporan Tutorial
ini sesuai waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Allah SWT berkat rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik
2. Ns.E, Sp. Kep. An. selaku dosen pembimbing kelompok 1, atas segala masukkan ,
bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis
3. Teman teman kelompok yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan
balasan dari Allah SWT, serta Laporan Tutorial dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
para pembaca umumnya.
Mataram 2019
Penulis kelompok 1 tutotial
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus tutorial
Anak bayi yang baru 2 hari lahir di RS dibawa ibunya ke RS sumber sehat lagi karena badannya
tampak kuning. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh doter, ternyata bayi susah minum asi, dan
sering kembung, perawat memeriksa payu dara tampak putting susu ibu masuk dan tidak menonjol
keluar, kemudian perawat mengajarkan tindakan breast care, pijat oksitoksin, dan penggunaan
nipple shield. Sementara oleh dokter bayi dilakukan pemeriksaan bilirubin dan diberikan tindakan
keperawatan di RS dengan pemberian sinar UV B dan asi tetap dilanjutkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
STEP 1
1. Breast care
2. Pijat oksitoksin
3. Nipple shield
4. Sinar UV B
5. Bilirubin
STEP 2
Merumuskan Masalah
1. breast care
2. pijatan oksitoksin
3. Nipple shield
4. sinar UV B
5. Blieubin
a. Pengertian bilirubin?
b. Apa saja tanda dan gejala bilirubin?
c. Bagaimana cara pemeriksaan bilirubin?
d. Berapa nilai normal bilirubin?
e. Apa kaitan bayi bilirubin dengan bayi kuning?
STEP 3
1. breast care
2. pijatan oksitoksin
1. Mengurangi stress
2. Membuat kita lebih nyenyak tidur
3. Untuk meningkatkan air susu
4. Meningkatkan prosedur asi
3. Nipple shield
Keuntungan:
1. Membuat moms merasa lebih nyaman saat menyusui, terutama buat moms yang
mengalami puting lecet.
2. Membantu penyembuhan untuk para moms yang mengalami puting lecet untuk sementara
waktu. Agar luka moms tidak tambah parah, menggunakan nipple shield ini berguna untuk
mencegah perluasan luka.
3. Membantu bayi menemukan puting ibu yang rata atau terbenam
Eits, tapi tunggu dulu moms, dibalik beberapa keuntungan di atas, ada juga lho efeknya
yang bisa moms pertimbangkan sebagai berikut.
Kerugian:
1. Menurut dr. Willey Eliot, M.Kes dalam seminar online, beliau menjelaskan bahwa
dampak penggunaan nipple shield dalam jangka panjang dapat menyebabkan produksi
ASI semakin berkurang karena areola tidak terangsang utk memproduksi ASI yang
tertutup oleh nipple shield
2. Bayi menjadi terbiasa menggunakan nipple shield sehingga akan bingung ketika moms
melepas nipple shield tersebut.
3. Jika nipple shield tidak pas dengan ukuran puting moms, bayi justru akan kesulitan
menghisap sehingga kegiatan mengASIhi terganggu.
4.
4. sinar UV B
STEP 4
Problem Tri
STEP 5
1. hyperblirubin
STEP 6
3. tujuan sinar UV B
a. Bayi mendapat vitamin D
Matahari pagi mengandung vitamin D yang sangat baik utuk kesehatan bayi. Dijemur rutin selama
15 menit saja udah bagus mendatangkan manfaat untuk si kecil, Bun. Seperti kita tahu, paparan
vitamin D bisa membantu memperkuat tulang dan gigi bayi.
STEP 7
Laporan Pembahasan
1. Pengertian Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari
bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan joundice pada kulit, sklera
mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih
dari normal. (Suriadi dan Rita, 2001 : 143)
Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek (bilirubin bebas) yaitu bilirubin tidak
larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam
lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk (bilirubin terikat) yaitu bilirubin larut dalam air
dan tidak toksik untuk otak.
2. Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
3. Ekskresi Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel-sel pada sistem
retikuloendotelial yang mencakup sel-sel Kupffer dari hati. Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari
dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya lewat konjugasi menjadi asam glukuronat
yang membuat bilirubin lebih dapat larut di dalam larutan yang encer. Bilirubin terkonjugasi
disekresikan oleh hepatosit ke dalam kanalikulus empedu di dekatnya dan akhirnya dibawa dalam
empedu ke duodenum.(Brunner & Suddart, 2001 : 1152).
Dalam usus halus, bilirubin dikonversikan menjadi urobilinogen yang sebagian akan
diekskresikan ke dalam feses dan sebagian lagi diabsorpsi lewat mukosa intestinal ke dalam darah
portal. Sebagian besar dari urobilinogen yang diserap kembali ini dikeluarkan oleh hepatosit dan
disekresikan sekali lagi ke dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Sebagian urobilinogen
memasuki sirkulasi sistemik dan dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Eliminasi bilirubin dalam
empedu menggambarkan jalur utama ekskresi bagi senyawa ini.(Brunner & Suddart, 2001 : 1152).
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit hati, bila aliran
empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu dalam saluran empedu) atau bila terjadi penghancuran
sel-sel darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran empedu, bilirubin tidak memasuki
intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak terdapat dalam urin. (Brunner & Suddart,
2001 : 1152).
4. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi bilirubin (merubah bilirubin yang larut
dalam lemak menjadi bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah
konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan
albumin (albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah
matang dan menghasilkan enzim glukoronil transferase yang memadai sehingga serum bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu
diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus. Bilirubin merupakan produk yang
bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari
degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau eritropoesis yang tidak efektif.
Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta
beberapa zat lain.
Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX
alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik
yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak.
Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar.
Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor
membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi
persenyawaan dengan ligandin (protein-Y) protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke
retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase yang kemudian
menghasilkan bentuk bilirubin indirek. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar
tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini
dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi
urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali
oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus.
Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang
lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi
pada hari ke 2-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun kembali pada
hari ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan
kurang dari 12 mg/dl pada bayi kurang bulan.
Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal dan karenanya disebut
ikterus fisiologik. Masalah akan timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau
konjugasi hati menurun sehingga kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang
berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu, misal kerusakan sel otak yang akan
mengakibatkan gejala sisa dihari kemudian.
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada bayi dengan hiperbilirubinemia diantaranya
:
1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan akan
timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.
1. Pengkajian
a.Idenitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku bangsa :
Alamat :
Diagnosa medis :
Alasan masuk :
Sumber informasi :
Yang dapat dihubungi :
a. Sirkulasi
- Mungkin pucat, menandakan anemia.
- Bertempat tinggal di atas ketinggian 5000 ft.
b. Eliminasi
- Bising usus hipoaktif.
- Pasase mekonium mungkin lambat.
- Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
- Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
c. Makanan/cairan
- Riwayat pelambatan/makan oral buruk, lebih mungkin disusui dari pada menyusu
botol.
- Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.
2. diagnosa keperawatan
a. gangguan intigritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek, dalam
darah
b. resiko tinggi kekurangan cairan akibat efek samping poto terapi berhubungan dengan
pemaparan sinar dengan itensitas tinggi
c. resiko terjadinya gangguan suhu tubuh akibat efek samping foto terapi berhubungan
dengan efek mekanisme regulasi tubuh
d. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan
prosedur invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
3. intervensi keperawatan
a. gangguan intigritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek, dalam
darah
Intervensi Rasional
b. resiko tinggi kekurangan cairan akibat efek samping poto terapi berhubungan dengan
pemaparan sinar dengan itensitas tinggi
Intervensi Rasional
c. resiko terjadinya gangguan suhu tubuh akibat efek samping foto terapi berhubungan dengan
efek mekanisme regulasi tubuh
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Bayi baru lahir akan:
- Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi.
- Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.
Intervensi Rasional
5. implemtasi
implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun
4. Evaluasi
e. gangguan intigritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek,
f. resiko tinggi kekurangan cairan akibat efek samping poto terapi
g. resiko terjadinya gangguan suhu tubuh akibat efek samping foto terapi berhubungan
dengan efek mekanisme regulasi tubuh
h. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar
5. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan
pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
a. kesimpulan
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari
bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan joundice pada kulit, sklera
mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih
dari normal. (Suriadi dan Rita, 2001 : 143)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, S., 2008. Hiperbilirubinemia, in Kosim M. Sholeh et al. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penebit IDAI. pp 147
Faiqah S. Hubungan Usia Gestasi dan Jenis Persalinan dengan Kadar Bilirubinemia pada Byi
Iktertus di RSUP NTB. J Kesehat Prima.
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi. 2008.
Wilar R, Wahani A, Mathindas S. Hiperbilirbinemia Pada Neonatus. 2013;5. 12. Juffrie M. Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatalogi. 2009. 13. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical
Physiology. 11th ed.; 2006.