Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN ANAK

KASUS I

DI SUSUN OLEH KELOMPOK I

DEDE JULIANSYAH (KETUA)

ADE ASMASARI (SEKERTARIS)

AYU WULANDARI

AHLAN

ABDUL HAMID

ALVIN ANUGRAH P.

WIDYA WARDANI

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia- yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil Laporan Tutorial
ini sesuai waktu yang ditentukan.

Dalam penyusunan tutorial penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan


didalam penyajianya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidak
mungkin hasil laporan tutorial dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Allah SWT berkat rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik
2. Ns.E, Sp. Kep. An. selaku dosen pembimbing kelompok 1, atas segala masukkan ,
bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis
3. Teman teman kelompok yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan.

Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan
balasan dari Allah SWT, serta Laporan Tutorial dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
para pembaca umumnya.

Mataram 2019
Penulis kelompok 1 tutotial

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus tutorial

Anak bayi yang baru 2 hari lahir di RS dibawa ibunya ke RS sumber sehat lagi karena badannya
tampak kuning. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh doter, ternyata bayi susah minum asi, dan
sering kembung, perawat memeriksa payu dara tampak putting susu ibu masuk dan tidak menonjol
keluar, kemudian perawat mengajarkan tindakan breast care, pijat oksitoksin, dan penggunaan
nipple shield. Sementara oleh dokter bayi dilakukan pemeriksaan bilirubin dan diberikan tindakan
keperawatan di RS dengan pemberian sinar UV B dan asi tetap dilanjutkan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan tutorial adalah

1. Untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing tutorial ?


2. Untuk mengetahui kasus yang diderita pasien tersebut ?

C. Tujuan Masalah

1. Seberapa jauh mahasiswa mengetahui kasus tutorial yang diderita pasien.


2. Seberapa jauh mahasiswa mampu menyelesaikan tugas yang di berikan.
BAB II

PEMBAHASAN

STEP 1

Menentukan kata sulit

1. Breast care
2. Pijat oksitoksin
3. Nipple shield
4. Sinar UV B
5. Bilirubin

STEP 2

Merumuskan Masalah

1. breast care

a. Pengertian breast care?


b. Manfaat dari breast care?
c. Tujuan dari breast care?
d. Prosedur dari breast care?

2. pijatan oksitoksin

a. Pengertian pijatan oksitoksin?


b. Manfaat dari pijatan oksitoksin?
c. Bagaimana prosedur dari pijatan oksitiksin?
d. Indikasi dan kontrak indikasi?

3. Nipple shield

a. Pengertian dari nipple shield?


b. Apa saja keuntungan dan kerugian nipple shild?

4. sinar UV B

a. Pengertian dari sinar UV B?


b. Tujuan dari pemberian sinar UV B?
c. Manfaat dari pemberian sinar UV B?
d. Bagaimana cara tindakan pemberian dari sinar UV B?

5. Blieubin

a. Pengertian bilirubin?
b. Apa saja tanda dan gejala bilirubin?
c. Bagaimana cara pemeriksaan bilirubin?
d. Berapa nilai normal bilirubin?
e. Apa kaitan bayi bilirubin dengan bayi kuning?

STEP 3

Brainstorming dan peryataan sementara

1. breast care

a. Pengertian breast care?


Adalah prosedur perawatan pada payu dara ibu selesai melahirkan yang bertujuan untuk
memperlancarkan asi.
Breast care adalah mesagi yang dilakukan ke payu dara ibu agar asi yang tersumbat terbuka
dengan lancer.
b. Manfaat dari breast care?

1. Untuk memperlancarkan produk asi


2. Menjaga payu dara agar tidak turun
3. Melancarkan peredaran darah
4. Mencegah kangker pada payudara
5. Pencegah payu dara bengkak saat menyusui

c. Tujuan dari breast care?

1. Memelihara kebersihan pada payu dara


2. Memperlancar dan memperbanya asi
e. Prosedur dari breast care?
1. Lakukan pemijatan secara melingkar pada payu dara
2. Kemudian tekan arah payu dara ke puting susu dan lakukan sebanyak 15 kali
3. Lakukan pemijatan oksitoksin yang bertujuan sebagai relasaksi
4. Kompa payu dara dengan air hangat
5. Cuci bersih payu dara
6. Setelah itu segera menyusui bayinya

2. pijatan oksitoksin

a. Pengertian pijatan oksitoksin?


Pijatan oksitoksin adalah pijatan yang dilakukan di punggung pijatan ini membantu untuk
pengeluaran asi

.b. Manfaat dari pijatan oksitoksin?

1. Mengurangi stress
2. Membuat kita lebih nyenyak tidur
3. Untuk meningkatkan air susu
4. Meningkatkan prosedur asi

c. Bagaimana prosedur dari pijatan oksitiksin?

1. Duduk cara posisi bersandar


2. Pijat kedua sisi tulang belakang
3. Pijat kuat dengan gerakan melingkar
4. Pijat posisi tulang belakang
5. Pijat selama 2-3 menit

3. Nipple shield

a. Pengertian dari nipple shield?


Nipple shield adalah suatu alat yang dapat membantu ibu menyusui secara aman dan berpungsi agar
putting susu ibu tidak lecet. Nipple shide pelindung putting susu berbentuk silicon
b. Apa saja keuntungan dan kerugian nipple shild?

Keuntungan:

1. Membuat moms merasa lebih nyaman saat menyusui, terutama buat moms yang
mengalami puting lecet.
2. Membantu penyembuhan untuk para moms yang mengalami puting lecet untuk sementara
waktu. Agar luka moms tidak tambah parah, menggunakan nipple shield ini berguna untuk
mencegah perluasan luka.
3. Membantu bayi menemukan puting ibu yang rata atau terbenam
Eits, tapi tunggu dulu moms, dibalik beberapa keuntungan di atas, ada juga lho efeknya
yang bisa moms pertimbangkan sebagai berikut.
Kerugian:
1. Menurut dr. Willey Eliot, M.Kes dalam seminar online, beliau menjelaskan bahwa
dampak penggunaan nipple shield dalam jangka panjang dapat menyebabkan produksi
ASI semakin berkurang karena areola tidak terangsang utk memproduksi ASI yang
tertutup oleh nipple shield
2. Bayi menjadi terbiasa menggunakan nipple shield sehingga akan bingung ketika moms
melepas nipple shield tersebut.
3. Jika nipple shield tidak pas dengan ukuran puting moms, bayi justru akan kesulitan
menghisap sehingga kegiatan mengASIhi terganggu.
4.
4. sinar UV B

a. Pengertian dari sinar UV B?


Sinar UV B adalah radiasi glombang yang lebih pendek , Dan Dapat Terserap Oleh Awan dan tidak
dapat menembus kaca. UV B dapat menyebabkan kulit kemerahan dan terbakar, namun
paparannya hanya dapat menjangkau epidermis kulit. (lapisan yang lebih dangkal)
b. Manfaat dari pemberian sinar UV B?
1. Untuk mengurangi kadar bilirubin pada bayi
2. Untuk menangani bayi kuning

STEP 4

Problem Tri

1. nilai normal bilirubin


2. indikasi dan kontak indikasi pijatan oksitoksin
3. tujuan sinar UV B
4. bagaimana tindakan pemberian sinar UV B

STEP 5

L.O (learning objektif) / tujuan pembelajaran

1. hyperblirubin

STEP 6

Hasil Belajar Mandiri


1. nilai normal bilirubin
Kadar Bilirubin Normal
Pada anak - anak dan orang dewasa, nilai normal bilirubin direk adalah 0 - 0.4 mg per desiliter (mg /
dL). Nilai normal bilirubin total adalah 0,3 - 1,0 mg / dL.Pada bayi baru lahir, bilirubin tinggi
adalah normal karena stres lahir. Bilirubin normal pada bayi yang baru lahir akan berada di
bawah 5 mg / dL, namun banyak bayi yang baru lahir memiliki beberapa jenis penyakit kuning
dan bilirubin di atas 5 mg / dL.
2. indikasi dan kontak indikasi pijatan oksitoksin
indikasi pijatan oksitoksin
a. ibu yang mempunyai bayi dan mengginakan ASI eklusip
b. ibu postpartum maupun section cesarean

kontraindikasi pijatan oksitoksin

a. ibu yang sedang hamil

3. tujuan sinar UV B
a. Bayi mendapat vitamin D

Matahari pagi mengandung vitamin D yang sangat baik utuk kesehatan bayi. Dijemur rutin selama
15 menit saja udah bagus mendatangkan manfaat untuk si kecil, Bun. Seperti kita tahu, paparan
vitamin D bisa membantu memperkuat tulang dan gigi bayi.

b. Meningkatkan kadar serotonin


Sinar matahari dapat meningkatkan zat serotonin pada bayi saat dijemur. Jika kadar serotonin
dalam tubuh bayi berkurang, dampaknya bisa pada perkembangan dan pencernaan bayi. Serotonin
merupakan zat yang mencipatkan rasa bahagia dan aman.
c. Meningkatkan kadar insulin
Matahari pagi dapat membantu mencegah penyakit diabetes dan mengatur kadar insulin pada bayi.
d. Menyehatkan system saraf dan meningkatkan imunitas
Vitamin D yang diterima oleh tubuh dapat membatu sistem saraf menjadi lebih baik. Dengan
bantuan sinar matahari, imunitas bayi juga lebih baik sehingga kondisi tubuhnya lebih kuat
e. Mempercepat pembekuan darah
Bukan nggak mungkin bayi juga akan mengalami luka kan, Bun? Nah, dengan rutin dijemur, bayi
akan mendapat paparan vitamin D yang bersama vitamin K membantu mempercepat pembekuan
darah. Vitamin D dapat membantu menghentikan aliran darah dengan cara mempertahankan
tekanan darah.
f. Mencegah penyakit kuning
Penyakit kuning dapat dialami bayi akibat pertumbuhan bilirubin dan fungsi hati yang tidak
terkontrol. Nah, dengan rutin menjemur bayi risiko penyakit kuning pun bisa diturunkan.
g. Bayi lebih nyenyak tidur
Paparan sinar matahari dapat membantu produksi hormon melatonin yang berpengaruh pada
proses tidur bayi. Jika kadar melatonin di tubuh cukup, seseorang termasuk bayi pun lebih mudah
tertidur.
4. bagaimana tindakan pemberian sinar UV B
● bayi tidak mengenakan pakaian kecuali popok, sehingga memungkinkan sebanyak
mungkin kulit tubuhnya dapat terkena sinar,
● Mata bayi ditutup dengan untuk melindungi lapisan saraf di bagian belakang mata
(retina) dari cahaya terang Mama tetap dapat menyusui sesuai jadwal yang
dianjurkan,
● Tingkat bilirubin diukur paling sedikit sekali sehari,
● Prosedur ini akan berlangsung selama beberapa hari.

STEP 7

Laporan Pembahasan

1. Pengertian Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin di dalam darah. (Wong,


2003 : 432)

Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari
bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan joundice pada kulit, sklera
mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih
dari normal. (Suriadi dan Rita, 2001 : 143)

Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek (bilirubin bebas) yaitu bilirubin tidak
larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam
lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk (bilirubin terikat) yaitu bilirubin larut dalam air
dan tidak toksik untuk otak.

Perbandingan jenis-jenis utama hiperbilirubinemia tak terkonjugasi (Wong, 2003 : 432) :


Ikterik
Ikterik berhubungan
Ikterik ASI Penyakit hemolitik
fisiologis dengan menyusui
ASI
Penyebab Fungsi hepatik Masukan susu yang Faktor-faktor yang Ketidakcocokan
imatur buruk berhubungan mungkin terdapat antigen darah
ditambah dengan sedikitnya dalam ASI yang menyebabkan
peningkatan kalori yang memecahkan hemolisis sejumlah
beban bilirubin dikonsumsi oleh bilirubin menjadi besar SDM
dari hemolisis bayi sebelum ASI bentuk lemak yang Hati tidak mampu
SDM terbentuk dapat larut, yang mengkonjugasi dan
direabsorpsi dari mengekskresikan
usus kelebihan bilirubin
Defekasi kurang dari hemolisis
sering
Awitan Setelah 24 jam Hari kedua-ketiga Hari keempat- Selama 24 jam
(bayi prematur, kelima pertama
lebih lama)
Puncak 72 jam Hari kedua-ketiga Hari kesepuluh- Bervariasi
kelimabelas
Durasi Menurun pada Dapat tetap ikterik
hari ke lima selama beberapa
sampai ke tujuh minggu
Terapi Fototerapi bila Sering menyusu Penghentian ASI Pasca natal-
kadar bilirubin ASI sementara sampai fototerapi, bila hebat,
meningkat Suplemen kalori 24 jam untuk transfusi tukar
terlalu cepat Fototerapi untuk menentukan Pra natal-transfusi
bilirubin 18-20 penyebab; bila (janin)
mg/dl kadar bilirubin Pencegahan
menurun, ASI dapat sensitisasi
diminum lagi (ketidakcocokan Rh)
Dapat meliputi dari ibu Rh negatif
fototerapi di rumah dengan RhoGAM
dengan pemberian
ASI tanpa gangguan

2. Patofisiologi

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.

Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar


Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi
Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.

Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).

3. Ekskresi Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel-sel pada sistem
retikuloendotelial yang mencakup sel-sel Kupffer dari hati. Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari
dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya lewat konjugasi menjadi asam glukuronat
yang membuat bilirubin lebih dapat larut di dalam larutan yang encer. Bilirubin terkonjugasi
disekresikan oleh hepatosit ke dalam kanalikulus empedu di dekatnya dan akhirnya dibawa dalam
empedu ke duodenum.(Brunner & Suddart, 2001 : 1152).

Dalam usus halus, bilirubin dikonversikan menjadi urobilinogen yang sebagian akan
diekskresikan ke dalam feses dan sebagian lagi diabsorpsi lewat mukosa intestinal ke dalam darah
portal. Sebagian besar dari urobilinogen yang diserap kembali ini dikeluarkan oleh hepatosit dan
disekresikan sekali lagi ke dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Sebagian urobilinogen
memasuki sirkulasi sistemik dan dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Eliminasi bilirubin dalam
empedu menggambarkan jalur utama ekskresi bagi senyawa ini.(Brunner & Suddart, 2001 : 1152).

Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit hati, bila aliran
empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu dalam saluran empedu) atau bila terjadi penghancuran
sel-sel darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran empedu, bilirubin tidak memasuki
intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak terdapat dalam urin. (Brunner & Suddart,
2001 : 1152).

4. Metabolisme Bilirubin

Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi bilirubin (merubah bilirubin yang larut
dalam lemak menjadi bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah
konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan
albumin (albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah
matang dan menghasilkan enzim glukoronil transferase yang memadai sehingga serum bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu
diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus. Bilirubin merupakan produk yang
bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari
degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau eritropoesis yang tidak efektif.
Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta
beberapa zat lain.
Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX
alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik
yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak.
Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar.
Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor
membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi
persenyawaan dengan ligandin (protein-Y) protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke
retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase yang kemudian
menghasilkan bentuk bilirubin indirek. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar
tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini
dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi
urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali
oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus.
Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang
lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi
pada hari ke 2-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun kembali pada
hari ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan
kurang dari 12 mg/dl pada bayi kurang bulan.
Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal dan karenanya disebut
ikterus fisiologik. Masalah akan timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau
konjugasi hati menurun sehingga kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang
berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu, misal kerusakan sel otak yang akan
mengakibatkan gejala sisa dihari kemudian.

3. Etiologi

Etiologi pada bayi dengan hiperbilirubinemia diantaranya :

1. Produksi bilirubin berlebihan, yang dapat terjadi karena; polycethemia, issoimun,


hemolytic disease, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat (hemolisis
kimia : salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler,
cephalhematoma, ecchymosis.
2. Gangguan fungsi hati; obstruksi empedu/atresia biliari, infeksi, masalah metabolik;
hypothyroidisme, jaundice ASI.
3. Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
4. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
5. Gangguan dalam ekskresi.
6. Peningkatan reabsorpsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik).

(Mitayani, 2012 : 191) dan (Suriadi dan Rita, 2001 : 144)

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada bayi dengan hiperbilirubinemia diantaranya
:

1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan akan
timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.

Proses Keperawatan Klien Dengan hiperbkirubin

1. Pengkajian

a.Idenitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku bangsa :
Alamat :
Diagnosa medis :
Alasan masuk :
Sumber informasi :
Yang dapat dihubungi :

b. Pengkajian Data Fokus

a. Sirkulasi
- Mungkin pucat, menandakan anemia.
- Bertempat tinggal di atas ketinggian 5000 ft.
b. Eliminasi
- Bising usus hipoaktif.
- Pasase mekonium mungkin lambat.
- Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
- Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
c. Makanan/cairan
- Riwayat pelambatan/makan oral buruk, lebih mungkin disusui dari pada menyusu
botol.
- Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.

2. diagnosa keperawatan

a. gangguan intigritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek, dalam
darah
b. resiko tinggi kekurangan cairan akibat efek samping poto terapi berhubungan dengan
pemaparan sinar dengan itensitas tinggi
c. resiko terjadinya gangguan suhu tubuh akibat efek samping foto terapi berhubungan
dengan efek mekanisme regulasi tubuh
d. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan
prosedur invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.

3. intervensi keperawatan

a. gangguan intigritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek, dalam
darah

Intervensi Rasional

● monitor warna dan ● warna kulit


keadaan kulit setiap 4-8 kekuningan atau
jam jingga yang semakin
● monitor keadaan tepat menandakan
bilirubin indirek konsentrasi bilirubin
(kelaborasi dengan dalam darah tinggi
dokter dan analis) ● kadar bilirubin indirek
● ubah posisi miring atau merupakan indicator
tengkurap perubahan berat ringn yang
posisi setiap 2 jam diderita
berbarengan dengan ● menghindari adanya
perubahan posisi penekanan pada kulit
massage dan monitor yang terlalu lama
keadaan kulit sehingga mencegah
● jaga kesehatan kulit dan terjadinya iritasi pada
kelembapan kulit kulit bayi
/memandikan dan ● kulit yang bersih dan
pijatan bayi lembab membantu
emberi rasa nyaman
dan menggindari kulit
bayi mengelupas atau
bersisik

b. resiko tinggi kekurangan cairan akibat efek samping poto terapi berhubungan dengan
pemaparan sinar dengan itensitas tinggi

Intervensi Rasional

● pantau masukan dan ● peningkatan


haluan cairan: timbang kehilangan air melalu
berat badan bayi 2 kali feses dapat
sehari menyebabkan
● perhatikan tanda-tanda dehidrasi
dhidrasi (misalnya, ● bayi dapat tidur lebih
penurunan saluran urin, lama dalam
kulit hangat atau kering hubungannya dengan
dengan turgor buruk fototerapi
dan mata cekung) meningkatkan resiko
● perhatikan warna dan dehiderasi bila jadwal
prekuensi dan urine pemberian makan
● tingkat masukan cairan yang sering tidak
per oral sedikitnya 25% dipertahankan
beri air diantaranya ● defeksi encer, sering
menyusui atau dan kehijauan serta
memberikan susu botol urine kehijauan
● pantau turgor kulit menandakan
keefektifan fototerapi
dengan pemecahan
● berikan cairan per bilirubin feses yang
parenteral sesuai encer meningkatkan
indikasi risiko kekurangan
volume cairan akibat
pengeluaran
berlebihan
● meningkatkan cairan
sebagai kompensasi
pengeluaran feses
yang encer sehingga
mengurangi risiko
bayi kekurangan
cairan
● turgor kulit yang
buruk, merupakan
indicator kekurangan
volume cairan dalam
tubuh bayi
● mungkin perlu untuk
memperbaiki atau
mencegah dehidrasi
berat.

c. resiko terjadinya gangguan suhu tubuh akibat efek samping foto terapi berhubungan dengan
efek mekanisme regulasi tubuh

Intervensi Rasional

● pantau kulit dan suhu ● suhu tubuh dapat


setiap 2 jam atau lebih terjadi sebagai respon
sering sampai stabil( mis:
suhu aksila) dan atur suhu terhadap pemajaran
incubator dengan tepat sinar radiasi.
● monitor nadi dan respirasi ● Peningkatan suhu
● pertahankan suhu tubuh tubuh dapat terjadi
36,5 C- 37,5 C jika demam karena dehidrasi
lakukan konpres akibat paparan sinar
● cek tanda-tanda vital setiap dengan intesitas tinggi
2-4 jam sesuai yang sehingga akan
dibutuhkan menpengaruhi nadi
● kelaborasi pemberian dan respirasi
antifiretik jika demam merupakan aspek
penting yang
merupakan harus
diwaspadai
● Suhu dalam batas
normal mencegah
terjadinya cold/stress
● Untuk mengetahui
keadaan umum bayi
sehingga
memungkinkan
pengambilan tindakan
yang cepat ketika
terjadi suatu dalam
tanda-tanda vital
● Antipiretik cepat
membantu
menurunkan
demambayi
d. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan prosedur
invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.

Kriteria hasil :
Bayi baru lahir akan:
- Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi.
- Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.

Intervensi Rasional

● Pastikan golongan ● Transfusi tukar paling


darah serta faktor sering dihubungkan
Rh bayi dan ibu. dengan masalah
Perhatikan inkompatibilitas Rh.
golongan darah dan Dengan menggunakan
faktor Rh darah darah Rh0 (D)-positif
untuk ditukar. akan hanya
(Darah tukar akan meningkatkan
sama golongannya hemolisis dan kadar
dengan darah bayi, bilirubin, karena
tetapi darah Rh- antibodi pada sirkulasi
negatif atau bayi akan merusak
golongan O-negatif SDM yang baru.
yang telah ● Membuat nilai data
dicocokan silang dasar,
dengan darah ibu mengidentifikasi
sebelumnya). potensial kondisi tidak
● Pantau tekanan stabil (mis; apnea atau
vena, nadi, warna disritmia atau henti
dan frekuensi jantung), dan
pernapasan/kemuda mempertahankan jalan
han sebelum, napas. (Catatan :
selama transfusi. Bradikardia dapat
Lakukan terjadi bila kalsium
penghisapan bila diinjeksikan terlalu
diperlukan. cepat).

● Kaji bayi terhadap ● Penginfusan darah


perdarahan yang diberi
berlebihan dari heparin(atau darah
lokasi I.V. setelah sitrat tanpa
transfusi. penggantian kalsium)
mengubah koagulasi
selama 4 sampai 6 jam
setelah transfusi tukar
dan dapat
mengakibatkan
perdarahan.

5. implemtasi
implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun
4. Evaluasi
e. gangguan intigritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek,
f. resiko tinggi kekurangan cairan akibat efek samping poto terapi
g. resiko terjadinya gangguan suhu tubuh akibat efek samping foto terapi berhubungan
dengan efek mekanisme regulasi tubuh
h. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar
5. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan
pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB III

PENUTUP

a. kesimpulan

Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari
bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan joundice pada kulit, sklera
mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih
dari normal. (Suriadi dan Rita, 2001 : 143)
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, S., 2008. Hiperbilirubinemia, in Kosim M. Sholeh et al. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penebit IDAI. pp 147

American Academy of Pediatrics, 2004. Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management


of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. pp 114; 294.

Faiqah S. Hubungan Usia Gestasi dan Jenis Persalinan dengan Kadar Bilirubinemia pada Byi
Iktertus di RSUP NTB. J Kesehat Prima.

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi. 2008.

Wilar R, Wahani A, Mathindas S. Hiperbilirbinemia Pada Neonatus. 2013;5. 12. Juffrie M. Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatalogi. 2009. 13. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical
Physiology. 11th ed.; 2006.

Anda mungkin juga menyukai