Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Selulitis Fasialis

Selulitis Fasialis adalah suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut

pada permukaan jaringan lunak dan bersifat difus (Neville, 2004). Selulitis dapat

terjadi pada semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat

longgar, terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap

infeksi pada daerah tersebut kurang sempurna.

Selulitis mengenai jaringan subkutan bersifat difus, konsistensinya bisa

sangat lunak maupun keras seperti papan, ukurannya besar, spongius dan tanpa

disertai adanya pus, serta didahului adanya infeksi bakteri. Tidak terdapat

fluktuasi yang nyata seperti pada abses, walaupun infeksi membentuk suatu

lokalisasi cairan (Peterson, 2002).

Penyebaran infeksi selulitis progressif mengenai daerah sekitar, bisa

melewati median line, kadang-kadang turun mengenai leher (Pedlar, 2001).

2.2 Patofisiologis Selulitis Fasialis

Pada 88,4 % kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenik yang

berasal dari pulpa dan periodontal. Periodontitis apikalis akut atau kelanjutan dari

infeksi/abses periapikal, menyebar ke segala arah waktu mencari jalan keluar.

Ketika itu biasanya periosteum ruptur dan infeksi menyebar ke sekitar jaringan

lunak intra dan/atau extra oral, menyebabkan selulitis. Penyebab utama selulitis

adalah proses penyebaran infeksi melalui ruangan subkutaneus sellular / jaringan

ikat longgar yang biasanya disebabkan dari infeksi odontogenik. Penyebaran ini

4
dipengaruhi oleh struktur anatomi lokal yang bertindak sebagai barrier pencegah

penyebaran, hal tersebut dapat dijadikan acuan penyebaran infeksi pada proses

septik. Barrier tersebut dibentuk oleh tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi

pada tulang tersebut (Berini, et al,1999)

2.2.1 Struktur Anatomi Lokal

Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua

bagian yaitu kranium (kalvaria) yang terdiri atas delapan tulang dan kerangka

wajah yang terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai

permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar

dan pada permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat

sesuai dengan otak dan pembuluh darah. Permukaan bawah dari rongga dikenal

sebagai dasar tengkorak atau basis kranii. Dasar tengkorak ditembusi oleh banyak

lubang supaya dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah (Pearce, EC.,2008).

Otot-otot kepala merupakan otot mimik, yaitu otot yang memancar ke dalam

kulit wajah maupun kepala. Otot bagian kepala dibagi menjadi 5 bagian:

(Syaifudin. 2009)

1. Otot pundak kepala, fungsinya sebagian kecil membentuk gales


aponeurotika disebut juga muskulus oksipitifrontalis, dibagi menajdi
2 baigan:
a. Muskulus frontalis, funsinya mengerutkan dahi dan menarik dahi
mata
b. Oksipitalis terletak di bagian belakang, fungsinya menarik kulit
ke belakang

2. Otot wajah terbagi atas:


a. Otot mata (muskulus rektus okuli) dan otot bola mata sebanyak 4
buah
b. Muskulus oblikus okuli/otot bola mata sebanyak 2 buah,
fungsinya memutar mata
c. Muskulus orbikularis okuli/otot lingkar mata terdapat di sekliling
mata, funsinya sebagai penutup mata atau otot sfingter mata

5
d. Muskulus levator palpebra superior terdapat pada kelopak mata.
Fungsinya menarik, mengangkat kelopak mata atas pada waktu
membuka mata
3. Otot mulut bibir dan pipi, terbagi atas:
a. Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris/otot sudut
mulut, fungsinya menarik sudut mulut ke bawah
b. Muskulus quadratus labii superior, otot bibir atas mempunyai
origo penggir lekuk mata menuju bibir atas dan hidung
c. Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu merupakan
kelanjutan pada otot leher. Fungsinya menarik bibir ke bawah atau
membentuk mimik muka ke bawah
d. Muskulus buksinator, membentuk dinding samping rongga mulut.
Origo pada taju mandibula dan insersi muskulus orbikularis oris.
Fungsinya untuk menahan makanan waktu mengunyah.
e. Muskulus zigomatikus/otot pipi, fungsinya untuk mengangkat
dagu mulut ke atas waktu senyum.

4. Otot pengunyah/otot yang bekerja waktu mengunyah, teerbagi atas:


a. Muskulus maseter, fungsinya mengangkat rahang bawah pada
waktu mulut terbuka
b. Muskulus temporalis fungsinya menarik rahang bawah ke atas dan
ke belakang
c. Muskulus pterigoid internus dan eksternus, fungsinya menarik
rahang bawah ke depan.

5. Otot lidah sangat berguna dalam membantu pancaindra untuk


menunyah, terbagi atas:
a. Muskulus genioglosus, fungsinya mendorong lidah ke depan
b. Muskulus stiloglosus, fungsinya menarik lidah ke atas dan ke
belakang

6
Gambar 2.2.1 Perlekatan otot-otot pada tulang fasial (Topazian, 2004).

2.2.2 Jalur Penyebaran Infeksi Selulitis

Menurut Dimitroulis (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran

dari infeksi adalah mikroorganisme (Virulensi mikroorganisme, jumlah

mikroorganisme, asal infeksi (pulpa, periodontal, luka jaringan) dan toksisitas

yang dihasilkan dan dikeluarkan dari mikroorganisme) dan host (keadaan Umum

(status kesehatan, sistem imun, umur) dan faktor lokal (suplai darah, efektivitas

sistem pertahanan)).

7
Gambar 2.2.2 Perjalanan Infeksi Selulitis (Dimitroulis,1997).

2.3 Diagnosis Selulitis Fasialis

Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit atau anamnesa dan pemeriksaan

klinis (inpeksi, palpasi & auskultasi intraoral dan ekstraoral), yang lebih jauh

menegakkan diagnosa selulitis tersebut berasal dari gigi. Pemeriksaan penunjang

berupa pemeriksaan radiologis, umumnya periapikal foto dan panoramik foto,

walaupun banyak kasus dilaporkan selulitis dapat didiagnosa dengan MRI (Berini

et al, 1999) .

Gejala lokal antara lain pembengkakkan mengenai jaringan lunak/ikat

longgar, sakit, panas dan kemerahan pada daerah pembengkakkan, pembengkakan

8
disebabkan oedem, infiltrasi selular dan kadang karena adanya pus,

pembengkakkan difus, konsistensi kenyal – keras seperti papan, kadang-kadang

disertai trismus dan kadang-kadang dasar mulut dan lidah terangkat

Gambar 2.3.1 gambar selulitis tampak dari ekstra oral.

Gejala sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur,

malaise, lymphadenitis, peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka

kemerah-merahan, lidah kering, delirium terutama malam hari, disfagia dan

dispnoe, serta stridor

Prognosa untuk kasus selulitis fasialis tergantung pada umur penderita,

kondisi pasien datang pertama ke poliklinik dan juga tergantung pada kondisi

sistemik pasien. Pada umumnya segera ditangani dengan cepat dan benar.

2.4 Terapi Selulitis

Apabila terdapat tanda-tanda seperti kondisi sistemik seperti malaise dan

demam tinggi, adanya disfagia atau dispnoe,dehidrasi atau pasien kurang

minum,diduga adanya penurunan resistensi terhadap infeksi, toksis septikemia

9
dan infiltrasi ke daerah anatomi yang berbahaya serta memerlukan anestesi umum

untuk drainase.

Jalan nafas harus selalu dikontrol, intubasi endotracheal atau tracheostomi

jika diperlukan.Empat prinsip dasar perawatan infeksi (Falace, 1995),

yaitu:menghilangkan causa(Jika keadaan umum pasien mungkinkan segera

dilakukan prosedur ini, dengan cara pencabutan gigi penyebab),drainase(Insisi

drainase bisa dilakukan intra maupun extra oral, ataupun bisa dilakukan

bersamaan seperti kasus-kasus yang parah. Penentuan lokasi insisi berdasarkan

spasium yang terlibat).

10
Gambar 2.3.2 Garis Insisi Drainase (Peterson, 2002)

11

Anda mungkin juga menyukai