PEMBAHASAN
IDENTITAS PASIEN :
Nama :Ny. K
Umur : 70 thn
ANAMNESIS :
Keluhan Utama :
Awal mulanya pasien meminta rujukan untuk kontrol DM ke RSUD Koja, tetapi
keadaan pasien saat ini merasa Tubuhnya terasa Lemas sejak 7 jam yang lalu. Lemas di rasakan
terus menerus dari subuh tadi. Awalnya pasien merasa lemas ini saat subuh tadi yang
disebabkan karena pasien tidak makan sejak kemarin siang akan tetapi pasien masih
mengkonsumsi obat DM. Keluhan disertai keringat dingin, ingin terjatuh bila berjalan, dan
kepala pusing seperti melayang ketika pasien bangun dari posisi tidur, mual +, perut terasa
begah +, nyeri ulu hati +.
- Hipertensi (-).
- Asam urat (-)
- Riwayat asma (-)
- Hiperkolestrol (-)
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Psikososial
Riwayat Pengobatan
- Setelah didiagnosa diabetes mellitus, pasien meminum obat oral antidiabetik yang
dibeli sendiri diapotik : glibenclamide 5 mg sejak 2001
Riwayat Alergi
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital :
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,8°C
Berat badan : 35 kg
2
Tinggi badan : 145 cm
IMT : 16.65 Kurang
Kepala : normocepal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok.
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterus -/-, reflek cahaya (+), pupil isokhor.
Telinga : bentuk normotia, serumen -/-, otorhea -/-, membran tympani intact
Hidung : mukosa hidung merah muda, septum deviasi (-), sekret (-)
Paru :
Jantung :
P : batas atas di ICS III linea parasternalis dextra, batas kanan di ICS IV linea parasternalis
dextra, batas kiri di ICS V linea parasternalis sinistra
Abdomen :
I : supel
3
P : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-, sianosis -/-
Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-, sianosis -/-
Diagnosis Kerja :
1. Hipoglikemi
2. Diabetes Militus tipe 2
GDS : 40 mg/dl
Edukasi :
1. Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien sewaktu waktu dapat berulang
2. Edukasi bahwa Keluhan yang diderita berkaitan dengan DM yg tidak terkontrol
3. Edukasi kontrol teratur DM di Puskesmas
4. Istirahat yang cukup dan teratur meminum obat
5. Makan harus teratur, jangan tidak makan
4
Resume
Awal mulanya pasien meminta rujukan untuk kontrol DM ke RSUD Koja, tetapi keadaan
pasien saat ini merasa Tubuhnya terasa Lemas sejak 7 jam yang lalu. Lemas di rasakan terus
menerus dari subuh tadi. Awalnya pasien merasa lemas ini saat subuh tadi yang disebabkan
karena pasien tidak makan sejak kemarin siang akan tetapi pasien masih mengkonsumsi obat
DM. Keluhan disertai keringat dingin, ingin terjatuh bila berjalan, dan kepala pusing seperti
melayang ketika pasien bangun dari posisi tidur, mual +, perut terasa begah +, nyeri ulu hati +.
Pasien memiliki Riwayat Diabetes Militus sejak 2001 dan tidak terkontrol.
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,8°C
Pemeriksaan Penunjang
GDS : 40 mg/dl
Diagnosis
1. Koreksi Hipoglikemia
- Berikan larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan), permen, sirup, atau bahan
makanan lain yang mengandung gula murni ( bukan pemanis buatan, rendah kalori, atau
gula diabetes/gula diet) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
- Hentikan obat antidiabetik oral yang dicurigai sebagai penyebab
- Interval pemantauan glukosa darah setiap lamanya disesuaikan dengan kemungkinan
penyebab
5
- Monitor glukosa darah dalam rentan waktu yang disesuaikan dengan pemantauan bisa
lebih lama, 1-3x/24 jam
- Apabila pasien menjadi tidak sadar segera rujuk ke RS terdekat
Prognosis
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : dubia
Ad Sanactionam : malam
6
Follow up
O:
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,4°C
P : Non – Farmakologi
o Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien sewaktu waktu dapat berulang
o Edukasi bahwa Keluhan yang diderita berkaitan dengan DM yg tidak terkontrol
o Edukasi kontrol teratur DM di Puskesmas
o Istirahat yang cukup dan teratur meminum obat
o Makan harus teratur, jangan tidak makan
Farmakologi
Metformin 2x 500 mg
Bkompleks 2x1
7
2. Follow up (Home Visit)
22/04/2019
S : (anamnesa Alloanamnesa) Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan, nafsu makan
juga sudah kembali seperti sebelumnya. Pasien masih mengkonsumsi metformin 2x 500
mg dan vit B.kompleks 2x1.
O:
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,6°C
P : Non – Farmakologi
o Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien sewaktu waktu dapat berulang
o Edukasi bahwa Keluhan yang diderita berkaitan dengan DM yg tidak terkontrol
o Edukasi kontrol teratur DM di Puskesmas
o Istirahat yang cukup dan teratur meminum obat
o Makan harus teratur, jangan tidak makan
o Memberikan semangat kepada pasien kalau dengan kita rutin meminum obat dan
kontrol pasien bisa beraktivitas seperti normal lagi.
Farmakologi
Metformin 2x 500 mg
Bkompleks 2x1
8
GENOGRAM KELUARA
DENAH RUMAH
Gudang
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah sangat rendah. Normalnya
tubuh mempertahankan kadar glukosa dalam darah pada rentang 70 mg/dL sampai 110 mg/dL.
Pada beberapa literatur dinyatakan bahwa pada kondisi hipoglikemia, konsentrasi glukosa
dalam darah berada pada level <50mg/dL.
Hipoglikemia sering terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus yang mendapat terapi,
namun dapat juga terjadi pada orang normal pada kondisi tertentu, seperti akibat
mengkonsumsi alkohol atau obat golongan tertentu, atau dengan keadaan klinis lain sepert
gagal organ, sepsis, defisiensi endokrinal, insulinoma, dan gangguan metabolik yang
diwariskan secara genetik.
Pentingnya pengenalan dan penanganan yang tepat dapat mencegah akibat yang fatal
pada kondisi hipoglikemia. Pengenalan penyebab hipoglikemia pada pasien dan
penatalaksanaan yang tepat dapat menghindarkan pasien hipoglikemia dari dampak yang fatal,
bahkan dari kematian.
1.2 Hipoglikemia
1.2.1 Definisi
Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar glukosa dalam darah berada pada
rentang 45 sampai 50 mg/dL. Sumber lain mendefinisikan hipoglikemia sebagai keadaan kadar
glukosa darah <60 mg/dL atau < 80 mg/dL disertai dengan gejala klinis.
Khusus pada pasien dengan diabetes, Assosiasi Diabetes Amerika membuat klasifikasi
dan definisi khusus untuk kondisi hipoglikemia, yang didasarkan pada derajat keparahan tanda
dan gejala pada pasien.
10
1.2.2 Etiologi
11
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat
misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda
akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan
menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin
menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum
sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal
ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin
yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa
yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna
untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa
waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan
mengalami hipoglikemia lagi.
12
- Latihan yang berat tanpa adanya kompensasi karbohidrat
- Konsumsi obat diabetes secara berlebihan dan tidak terkontrol (contoh: insulin, insulin
secretagogues, dan meglitinides)
- Konsumsi alcohol dalam jumlah yang banyak
1.2.4 Patofisologi
Kadar glukosa plasma dalam darah dipertahankan dalam rentang 60 – 150 mg/dL, walaupun
asupan makanan dan tingkat aktifitas berbeda-beda. Hal ini memerlukan pengaturan antara
kadar glukosa yang dilepaskan kedalam sirkulasi dengan tingkat pemakaiannya dalam jaringan
yang perubahannya terjadi sangat cepat dan dinamis. Sumber glukosa umumnya berasal dari
asupan makanan, namun pada periode antara makan dengan puasa, gula darah dipertahankan
umumnya melalui mekanisme pemecahan glikogen dan glukoneogenesis. Umumnya pada tiap
orang, deposit glikogen dapat mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan kadar gula darah
selama 8 jam sampai 12 jam, dan periode ini dipersingkat jika kebutuhan glukosa meningkat
karena aktifitas atau jika penyimpanan glikogen berkurang karena lapar atau penyakit.
Keseimbangan produksi glukosa dan pemakaiannya pada jaringan perifer diatur oleh
kerja hormon, sistem saraf, dan sinyal metabolik. Diantara kontrol tersebut, insulin berperan
secara dominan. Pada kondisi puasa, kadar insulin ditekan, mengakibatkan peningkatan proses
glukoneogenesis di hati dan ginjal dan meningkatkan pembentukan glukosa melalui
Kadar insulin yang rendah juga mengurangi pemakaian glukosa oleh jaringan perifer
sehingga memicu lipolisis dan proteolisis, pelepasan prekursor glukoneogenesis, dan
penyediaan sumber energi alternatif. Hormon lain seperti glukagon, epinefrin, Growth Hormon
(GH), dan kortisol memainkan peran yang kecil dalam pengaturan glukosa dalam kondisi
fisiologis. Namun, hormon ini berperan penting dalam kondisi hipoglikemia.
13
Jika kadar glukosa mencapai level hipoglikemia, maka tubuh akan meresponnya melalui
mekanisme hormonal. Glukagon adalah mekanisme pertama dan terpenting dalam respon ini.
Glukagon mengaktifkan mekanisme glikogenolisis dan glukoneogenesis. Epinefrin juga
berperan pada hipoglikemia akut melalui mekanisme yang serupa. Jika hipoglikemia
berkepanjangan, maka GH dan cortisol akan mengurangi pemakaian glukosa dan membantu
proses produksinya.
Kadar glukosa pemicu mekanisme hormonal ini hampir sama pada orang normal.
Namun, kadar ini dapat dipengaruhi oleh kejadian metabolisme sebelumnya. Pasien dengan
diabetes yang tidak terkontrol akan memiliki kadar glukosa yang lebih tinggi dari normal untuk
memicu mekanisme ini. Hipoglikemia berulang pada pasien diabetes atau pasien dengan
insulinoma menyebabkan perubahan respon pada kadar glukosa yang rendah untuk memicu
mekanisme ini.
Meskipun hipoglikemia dapat terjadi karena iatrogenik, terapi dengan agen hipoglikemik
dapat menimbulkan kejadian hipoglikemia. Selain itu, banyak obat non-anti diabetik yang
lazim digunakan dapat memicu hipoglikemia sebagai imbas obat-obatan baik pada pasien non-
diabetes. Selain itu, interaksi obat dan efek samping yang kumulatif juga dapat memicu
hipoglikemia yang simptomatik ataupun yang asimptomatik.
14
Tabel 4. Obat Non-Diabetes yang berhubungan dengan hipoglikemia
15
Pada pasien DM, penyebab utama terjadinya hipoglikemia karena penggunaan obat yang
tidak teratur. Contoh obat yang dapat mencetuskan kejadian hipoglikemia seperti:
Glibenclamide, dosis disarankan 2-3 kali sehari dalam jumlah sedikit. Jika konsumsi obat
tersebut dengan dosis berlebih dapat menimbulkan hipoglikemia pada pasien. Mekanisme kerja
obat diabetes dengan menurunkan kadar gula darah melalui perangsangan insulin yang
merupakan hormon yang dapat mengendalikan kadar gula darah sehingga gula darah dalam
kondisi normal/stabil. Jika obat diabetes tersebut dikonsumsi secara berlebihan, insulin akan
terus dirangsang pengeluarannya dan membantu proses masuknya gula kedalam sel, sehingga
jika hal ini terus menerus berlangsung, kadar gula darah relative menurun yang akan
menimbulkan gejala hipoglikemia.
16
1.2.5 Manifestasi Klinis
Hipoglikemi tidak selalu menunjukan gejala yang sama untuk setiap orang. Berdasarkan
beratnya gejala, hipoglikemi dibagi menjadi :1
86mg/dl
Insulin sekresi
insulin endogen
17
Mual Sakit kepala
Perasaan Tersengat Pusing
1.2.6 Diagnosis
Untuk membuat diagnosis dari hipoglikemi, berdasarkan definisi diperlukan adanya trias dari
Whipple yang terdiri atas: 1,2
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi penilaian kadar glukosa plasma yakni: 2
18
Pada subjek penderita DM
Sebelum makan : 70-130 mg/dl
-2 jam setelah makan : <180 mg/dl
A. Hipoglikemia reaktif
B. Fasting Hypoglicemia
Diagnosa fasting hypoglicemia dari sampel darah yang menunjukkan kadar glukosa darah di
bawah 50mg/dL sewaktu, antara waktu makan, atau setelah aktivitas fisik. Penyebabnya
termasuk obat-obatan tertentu, minuman beralkohol, penyakit kritis, kekurangan hormon,
beberapa jenis tumor, dan kondisi tertentu yang terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak.3
1.2.7 Komplikasi
Risiko jangka pendek dari hipoglikemia meliputi situasi berbahaya yang dapat timbul ketika
seorang mengalami hipoglikemik, baik saat di rumah atau di tempat kerja (misalnya
mengemudi, mengoperasikan mesin). Selain itu, koma berkepanjangan kadang-kadang
19
dikaitkan dengan gejala neurologis sementara, seperti paresis, kejang-kejang dan
encephalopathy. Komplikasi jangka panjang parah hipoglikemia adalah gangguan intelektual
ringan dan permanen sekuele neurologis, seperti hemiparesis dan disfungsi pontine.
1.2.8 Tatalaksana
3. Mencari Penyebab
Penyebab hipoglikemi pada umunya reversibel, sesuai etiologinya. Oleh karena itu,
penting untuk menentukan etiologi dari hipoglikemi. Pada pasien DM biasanya disebabkan
karena penggunaan yang tidak sesuai antara asupan dan dosis obat, sedangkan pada pasien non-
DM dapat dilihat pada bagan sebelumnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
penatalaksanaan hipoglikemia adalah menentukan derajat hipoglikemia.1
4. Koreksi Hipoglikemia
- Berikan larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan), permen, sirup, atau bahan
makanan lain yang mengandung gula murni ( bukan pemanis buatan, rendah kalori, atau
gula diabetes/gula diet) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
- Hentikan obat antidiabetik oral yang dicurigai sebagai penyebab
- Interval pemantauan glukosa darah setiap lamanya disesuaikan dengan kemungkinan
penyebab
- Monitor glukosa darah dalam rentan waktu yang disesuaikan dengan pemantauan bisa
lebih lama, 1-3x/24 jam
20
- Apabila pasien menjadi tidak sadar segera rujuk ke RS terdekat
1.2.9 Pencegahan
Pada pasien DM :4
1.2.10 Prognosis
Prognosis hipoglikemia tergantung pada penyebab kondisi ini, tingkat keparahan, dan
durasi. Jika penyebab hipoglikemia puasa diidentifikasi dan diobati dini, prognosis yang sangat
21
baik. Jika masalah ini tidak dapat disembuhkan, seperti tumor ganas dioperasi, prognosis
jangka panjang buruk. Namun, perlu diketahui bahwa tumor ini dapat berkembang agak
lambat.
Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat mengancam kehidupan dan mungkin
terkait dengan peningkatan kematian pada pasien dengan diabetes. Jika pasien memiliki
hipoglikemia reaktif, gejala sering spontan meningkatkan dari waktu ke waktu, dan prognosis
jangka panjang sangat baik. Hipoglikemia reaktif sering diperlakukan berhasil dengan
perubahan pola makan dan berhubungan dengan morbiditas minimal. Hipoglikemia reaktif
yang tidak diobati dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan untuk pasien, namun
gejala sisa jangka panjang tidak didapati. Sebuah studi oleh Boucai dkk menemukan bahwa
hipoglikemia yang diinduksi obat tidak dikaitkan dengan risiko kematian meningkat di antara
pasien yang dirawat di bangsal umum. Hal ini menunjukkan bahwa hipoglikemia mungkin
menjadi penanda beban penyakit dan bukan penyebab langsung kematian.
Penyakit diabetes mellitus yang sering juga disebut DM ini bisa timbul secara
mendadak pada anak-anak dan orang dewasa. Pada orang yang telah berumur, penyakit
ini sering muncul tanpa gejala dan kerap baru diketahui bila yang bersangkutan
melakukan pemeriksaankesehatan rutin. Gejala yang ditimbulkannya adalah rasa haus,
sering kencing, banyak makan tetapi berat badan menurun, gatal-gatal, dan badan tersa
lemah.
22
Apabila penyakit ini dibiarkan tidak terkendali atau penderita tidak menyadari
penyakitnya makabertahun-tahun kemudian akan timbul pelbagai komplikasi kronis
yang berakibat fatal. Penyakit jantung, terganggunya fungs iginjal, kebutaan,
pembusukan kakiyang kadang memerlukan amputasi, atau timbulnya impotensi yang
sangat merisaukan adalah beberapa kemungkinan komplikasi tersebut.
Gejala Umum
Pada awalnya gejala diabetes melitus bisa muncul tiba - tiba pada anak dan
orang dewasa muda. Namun, pada orang dewasa (> 40 tahun) gejala dapat muncul tanpa
disadari. Mereka umumnya baru mengetahui mengidap diabetes melitus pada saat
medical check – up atau pemeriksaan kesehatan rutin.
Gejala awal yang timbulpada penderita dewasa yang lebih tuabiasanya ringan
sehingga mereka tidak merasa perlu untuk berkonsultasi ke dokter. Akibatnya sering
mereka baru mengetahui menderita diabetes melitus setelah timbul komplikasi.
Berat badan penderita diabetes melitus memang dapat menurun drastis. Hal ini
disebabkan glukosa di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel jaringan. Seperti
diketahui glukosa sangat dibutuhkan tubuh karena merupakan sumber energi yang utama.
Glukosa sendiri baru bisa diubah menjadi energi atau tenaga bila berada dalam sel
jaringan, misalnya otot. Untuk masuk ke dalam otot diperlukan insulin. Jika tubuh
kekurangan insulin atau sama sekalitidak mempunyai insulin maka tubuh akan
membakar jaringan lemak supaya terbentuk energi yang dibutuhkan agar bisa bertahan
hidup. Apabila keadaan ini berlangsung secara terus - menerus maka dalam waktu relatif
singkat berat badan penderita akan menurun drastis. Dampak lain dengan menipisnya
cadangan lemak tubuh menyababkan energi yang terbentuk semakin berkurang.
Akibatnya timbul keluhan tubuh terasa berat dan badan terasa dingin, bahkan sampai
menggigil kedinginan.
Keluhan lain penderita ialah sering kencing dan setiap kali air kencing
yangdikeluarkan cukup banyak. Keadaaan ini terjadi karena kadar glukosa darah yang
tinggi. Saat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal ( renal threshold ) maka glukosa
yang berlebihan ini akan dikeluarkan ( ekskresi ) melalui kencing. Untuk mengeluarkan
glukosa melalui ginjal dibutuhkan banyak air. Hal inilah yang menyebabkan penderita
23
sering kencing ( poliuria ) yang rasanya manis. Sering kencing selain mengakibatkan
tubuh kekurangan cairan ( dehidrasi ) juga menyebabkan kulit menjadi kering.
Rasa haus yang berlebihan terjadi karena kencing yang terlalu banyak sehingga
tubuh kekurangan air.akibatnya timbul rangsangan ke susunan saraf pusat sehingga
penderita terasa haus dan ingin minum terus ( polidipsi ). Rasa haus yang berlebihan ini
sering disangkah akibat udara panas atau bekerja terlalu berat sehingga penderita pun
banyak minum, terutama yangmanis – manis seperti sirup dan minuman botol lainnya.
Hasilnya, kadar glukosa darah semakin tinggidan kencing pun semakin sering. Penderita
kembali haus dan tubuhnya terasa lemas.
Gejala lainnya ialah banyak makan ( poliphagia ) yang terjadi karena adanya
rangsangan ke susunan saraf pusat ( SSP ) karena kadar glukosa di dalam sel (
intraselluler ) berkurang. Kekurangan glukosa ini terjadi akibat tubuh kekurangan insulin
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat kekurangan glukosa
intraseluler maka timbullah rangsangan ke SSP sehingga penderita meras lapar dan ingin
makan. Akibat penderita sering makan maka glukosa darah semakin tinggi, tetapi tetap
tidak dapat digunakan karena tubuh kekurangan insulin. Untuk mengatasi kekurangan
energimakatubuh menggunakan cadangan lemak. Cadangan lemak dirombak ( lipolisis )
dan mengakibatkan kadar lemak dalam darah meningkat ( hiperlipidemia ). Lipolisis
yang berlebihan mengakibatkan ketoasidosis ( metabolik asidosis ) dan menyebabkan
pernafasan menjadi cepat dan dalam ( pernafasan Kushmaul ).
Badan penderita penyakit diabetes melitus sering terasa lemah dan berat. Hal ini
terjadi akibat tubuh kehilangan banyak cairandan elektrolit karena ikut terbuang melalui
kencing yang berlebihan. Disamping itu, mungkin juga energi yang terbentuk sangat
kurang karena tubuh kekurangan insulin dan cadangan lemak yang bisa dibakar menjadi
tenaga sudah menipis.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan penderita diabetes melitus antara lain
kejang pada kaki atau betis akibat kekurangan cairan dan elektrolit, rasa gatal dibadan,
pada wanita dapat terjadi rasa gatal pada lubang dubur atau kemaluan, bisul – bisul,
infeksi kepala zakar pada laki - laki, mata menjadi kabur, dan sebagainya.
24
pembuluhdarah kecil ( mikroangiopati ). Mikroangiopati menyebabkan kerusakan pada
ginjal, mata, dan saraf. Adapun makroangiopati mengakibatkan kerusakan pada jantung,
otak, dan kaki.
Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang dihasilkan
oleh sel β pulau Langerhans yang berada di dalam kelenjar pankreas. Kelenjar pankreas
ini terletak di dalam rongga perut bagian atas tepatnya di belakang lambung. Insulin
merupakan suatu polipeptida,sehingga dapat juga disebut protein. Dalam keadaan normal
bila kadar glukosa darah naik makainsulin akan dikeluarkan dari kelenjar pankreas
danmasuk ke dalam aliran darah. Dalam aliran darah insulin akan menuju ke tempat
kerjanya (reseptor) yaitu 50% ke hati, 10 – 20 % ke ginjal, dan 30- 40 % bekerja pada sel
darah, otot, dan jaringan lemak. Adanya insulin lah memungkinkan kadar glukosa darah
akan kembali normal.
Glukosa yang kita kenal juga sebagai gula darah, merupakan bahan bakar utama
yang akan diubah menjadi energi atau tenaga. Kadar glukosa darah yang tinggi setelah
makan akan merangsang sel βpulau Langerhans untuk mengeluarkan insulin. Selama
belum ada insulin, glukosa yang ada diperedaran darah ini tidak dapat masuk ke dalam
sel-sel jaringan tubuh seperti otot dan jaringan lemak.ibarat sebuah kunci, insulin
berguna untuk membuka pintusel jaringan, memasukkan glukosa ke dalam sel, dan
selanjutnya menutup pintu sel kembali. Di dalam sel jaringan, glukosa dibakar (
dimetabolisir ) menjadi energi atau tenaga yang berguna untuk kehidupan kita sehari-
hari, misalnya menjaga temperatur tubuh supaya tetap normal, menjadi tenaga untuk
berjalan, berlari, atau melakukan aktivitas lainnya.
Pada pasien diabetes tipe I, sel β pulau Langerhans yang memproduksi insulin
sebagian besar “rusak”. Untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien ini
dibutuhkan insulin dari luar. Pada pasien diabetes tipe II, hanya sebagian kecil sel yang
“rusak”.
25
cocok lagi dengan kunci insulin. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Adanya resistensi
insulin menyebabkan kelenjar pankreas terpacu untuk menghasilkan lebih banyak lagi
insulin, dengan maksud menurunkan kadar glukosa darah. Akibatnya, kadar insulin di
dalam darah menjadi berlebihan. Keadaan ini disebut hiperinsulinemia, dan ini
berbahaya. Dengan mengukur kadar insulin darah dalam keadaan puasa, maka kadar
yang melebihi 30 Mu/ml atau lebih 20 Nu/ml menunjukkan adanya hiperinsulinemia.
Keadaan hiperinsulinemia akan menimbulkan penyakit diabetes melitus, gangguan kadar
lemak darah (dislipidemia), atau tekanan darah tinggi (hipertensi), tergantung pada gen
yang dimiliki penderita. Kesemua penyakit yang timbul ini akhirnya akan merusak
lapisan dalam pembuluh darah (endotelium) dengan berbagai akibatnya.
Mendiagnosis Diabetes
Lebih dari separuh penderita diabetes tidak menyadari bahwa mereka mengidap
diabetes, ribuan orang menghadapi beberapa komplikasi gawat penyakit itu tanpa
mengetahuinya. Pada presentase kecil, penderita diabetes tipe I, gejala-gejala dapat
timbul secara mendadak dan dramatis. Pada penderita diabetes tipe II tanda-tanda dan
gejala-gejala bisa timbul sangat pelan-pelan, kadang-kadang lolos dari pengamatan
selama bertahun-tahun.
Jika seseorang mempunyai lebih dari satu atau dua tanda-tanda atau gejala
berikut, ia harus meminta bantuan dokter untuk pemeriksaan menyeluruh untuk
kemungkinan adanya diabetes. Khususnya jika didalam keluarga ada seseorang yang
sudah menderita diabetes.
Dua gejala dini diabetas adalah rasa dahaga yang sangat dan sering buang aur
kecil.pada anak-anak, sering ngompol mungkin adalah indikasi penyakit diabetes. Kita
telah melihat terdahulu bahwa ginjal membantu mengendalikan jmlah gula dalam darah.
Jika jumlah glukosa dalam darah naik, ginjal mulai menyaringnya dan membuangnya ke
26
air seni. Hal ini membuat penderita sering buang air kecil dari biasanya. Kemudian, oleh
karena tubuh kehilangan banyak cairan seseorang itu akan merasa haus.
Dewasa ini, banyak kasus diabetes ditemukan pada waktu dokter meminta
pasien mengirimkan air seninya ke laboratorium untuk pemeriksaan rutin. Jika laporan
menyatakan adanya gula dalam air seni, dokter sering menyuruh pemeriksaan gula darah
untuk memastikan apakah diabetes penyebab adanya gula di air seni.
27
TANDA-TANDA DAN GEJALA-GEJALA DIABETES
TIPE I TIPE II
Penglihatan kabur
Kurang tenaga
Mual dan muntah
28
Lemah dan lesu
Jika terdapat beberapa gejala di atas, maka segeralah untuk memeriksakan diri ke
dokter.
Faktor Genetika
Pada diabetes Tipe I Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), ada paling
sedikit dua gen khusus yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk
mengidap diabetes tipe I. Gen tersebut termasuk kepada apa yang disebut HLA, yang
mengendalikan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pada Diabetes Tipe II yang tidak tergantung pada Insulin (NIDDM), ada
kecenderungan keturunan yang sangat kuat untuk terkena penyakit diabetes tipe II. Jika
seseorang mempunyai seorang anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes,
kemungkinan seseorang mendapat diabetes adalah dua kali lebih tinggi dari orang-orang
biasa yang tidak mempunyai keluarga yang menderita diabetes. Dan jika seseorang
mempunyai dua anggota keluarga yang menderita diabetes, maka seseorang mempunyai
kemungkinan empat kali lebih tinggi mendapat diabetes.
Para ahli ilmu pengetahuan telah menemukan gen yang cacat atau rusak
mungkin menjadi penyebab dari 10-20% dari semu kasus diabetes tipe II. Gen ini adalah
yang menentukan bagaimana tubuh memproduksi enzim pencernaan yang disebut
glukokinase, yang tanpa memainkan peran utama dalam merangsang sel-sel beta untuk
mengeluarkan hormin insulin.
29
kehamilan atau penyakit bisa membuat tubuh tidak sanggup untuk menanggulangi
glukosa yang diterimanya, dan akibatnya adalah diabetes.
Selain itu, diabetes juga di sebabkan kelebihan berat badan. Bila seseorang
memakan lebih banyak kalori dari yang dibutuhkan oleh tubuh, kalori itu akan disimpan
dalam tubuh dalam bentuk lemak. Insulin bukan hanya saja memindahkan glukosa ke
penyimpanan, tetapi juga lemak. Namun, bila sel-sel lemak sudah penuh, mereka
kehilangan sebagian kemampuannya untuk berespon kepada insulin, oleh karena itu
pankreas memprodiksi lebih banyak lagi insulin dalam usahanya untuk membuka “pintu”
sel-sel tersebut. Dengan demikian pankreas bekerja melebihi waktu karena kelebihan
kalori yang dimakan. Juga pankreas bisa menderita kelelahan sehingga kehilangan
kemampuan untuk memproduksi insulin. Jadi insulin tidak bisa bekerja secara sempurna
bila tubuh mempunyai kelebihan lemak. Selain faktor berat badan, kurangnya olahraga,
umur, jenis kelamin, pengeruh geografis, latar belakang ras dan etnis juga dapat menjadi
penyebab seseorang terkena diabetes.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan
A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah.
B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas
dan maortalitas dini DM.
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
30
Pengelolaan Diabetes Melitus (DM) dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan
jasmani selama beberapa waktu (2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau
suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis berat, stres berat, berat adan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria,
insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan gejala
hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien, sedangkan pemantauan
kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus
(PERKENI, 2006)
Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
- Perjalanan penyakit DM
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
- Penyulit DM dan risikonya
- Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan
- Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau
insulin serta obat-obatan lain
- Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)
- Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia
- Pentingnya latihan jasmani yang teratur
- Masalah khusus yang dihadapi ( missal : hiperglikemia pada kehamilan)
- Pentingnya perawatan diri
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
31
- prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada diabetisi perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Lemak
- Dianjurkan sekitar 20 – 25% kebutuhan kalori
- Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal
- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu penuh (whole milk)
- Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA / Mono Unsaturated Fatty Acid),
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Acid) dan asam lemak jenuh
Protein
- Dibutuhkan sebesar 15 – 20% total asupan energi
- Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang dan kacang-kacangan, tahu, tempe
32
- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik
tinggi
Garam
- Sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau
sama dengan 6 – 7 g (1 sendok teh) garam dapur
- Pembatasan natrium sampai 2400 mg atau sama dengan 6g/hari terutama pada
mereka yang hipertensi
Serat
- Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari, diutamakan serat larut
Pemanis
- Batasi penggunaan pemanis bergizi
- Fruktosa tidak dianjurkan karena efek samping pada lipid plasma
- Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
B. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan diabetisi.
Diantaranya adalah dengan perhitungan berdasarkan kebutuhan kalori basal sebesar
25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa
faktor, yaitu jenis kelamin, umur, aktifitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan ideal ( BBI ) menurut Broca yang dimodifikasi adalah
sebagai berikut :
33
Kurus : < BBI – 10 %
BMI / Body Mass Index = IMT / Indeks Masa Tubuh dan Rumus Broca.
BB ( Kg )
IMT =
TB ( M2 )
Klasifikasi IMT :
Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria. Kebutuhan kalori wanita
sebesar 25 kal / kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal / kg BB
Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5 % untuk dekade
antara 40 an 59 tahun, dikurangi 10 % untuk usia 60 s/d 69 tahun, dan dikurangi 20
% untuk usia diatas 70 tahun
34
Aktifitas fisik atau pekerjaan
Penambahan 10 % dari kebutuhan basal diberikan pada keadaan istirahat, 20 %
pada pasien dengan aktifitas ringan, 30 % dengan aktifitas sedang, dan 50 %
dengan aktifitas sangat berat
Berat badan
- Bila kegemukan dikurangi 20 – 30 % bergantung pada tingkat
kegemukan
meningkatkan BB
1000 – 1200 kkal / hari untukwanita dan 1200 – 1600 kkal / hari untuk
pria
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam
3 porsi besar untuk makan pagi( 20 % ), siang ( 30 % )dan sore ( 25 % ) serta 2 – 3
porsi makan ringan ( 10 – 15 % ) diantaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan
pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan
kebiasaan. Untuk diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + 30 menit yang
sifatnya CRIPE ( Continous Rhytmical Interval Progressive Endurace training ).
- Continous
35
Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa henti. Contoh
: bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pasien melakukan jogging
tanpa istirahat.
- Rytmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan
berelaksasi secara teratur.
- Interval
Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh : jalan cepat
diselingi dengan jalan lambat, dsb.
- Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai
hingga mencapai 30-60 menit.
- Endurance
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan
(jalan santai/cepat, sesuai umur), jogging, berenang dan bersepeda.
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani secara teratur ( 3 – 4 kali seminggu selama
± 30 menit ) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas – malasan
36
Terapi Farmakologis
Intervesi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
TGM dan latihan jasmani (Sudoyo Aru, 2006).
1) SULFONILUREA
Digunakan untuk pengobatan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 sejak tahun
1950-an. Obat ini digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal pengobatan
diabetes dimulai, terutama bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi
gangguan pada sekresi insulin. Sulfonilurea sering digunakan sebagai terapi
kombinasi karena kemampuannya untuk meningkatkan atau mempertahankan
sekresi insulin.
37
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk
melepaskan insulin yang tersimpan. Oleh karena itu hanya bermanfaat untuk pasien
yang masih mempunyai kemampuan untuk sekresi insulin. Golongan obat ini tidak
dapat dipakai pada diabetes mellitus tipe 1.
2) GLINID
Kerjanya juga melalui reseptor sulfonilurea (SUR) dan mempunyai struktur
yang mirip dengan sulfonilurea tetapi tidak mempunyai efek sepertinya.
38
dimetabolisme tetapi secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu
metformin biasanya diberikan dua sampai tiga kali sehari kecuali dalam bentuk
extended release.
Efek samping yang dapat terjadi adalah asidosis laktat, dan untuk
menghindarinya sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (kreatinin >1,3mg/dl pada perempuan dan >1,5mg/dl pada laki-laki) atau
pada gangguan fungsi hati dan gagal jantung serta harus diberikan dengan hati-hati
pada orang usia lanjut.
39
lain ada yang mendapatkan kombinasi metformin dan insulin lebih baik dibanding
dengan insulin saja.
2) GLITAZONE
Merupakan obat yang juga mempunyai efek farmakologis untuk
meningkatkan sensitivitas insulin. Mekanisme kerja Glitazone (Thiazolindione)
merupakan agonist peroxisome proliferators-activated receptor gamma (PPAR)
yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target
kerja insulin seperti jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada
organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit dan
kerja insulin.
Glitazone diabsorbsi dengan cepat dan konsentrasi tertinggi ter jadi setelah
1-2 jam dan makanan tidak mempengaruhi farmakokinetik obat ini. Waktu paruh
berkisar antara 3-4 jam bagi rosiglitazone dan 3-7 jam bagi pioglitazone.
Secara klinik rosiglitazone dengan dosis 4 dan 8 mg/hari (dosis tunggal atau
dosis terbagi 2 kali sehari) memperbaiki konsentrasi glukosa puasa sampai 55 mg/dl
dan A1C sampai 1,5% dibandingkan dengan placebo. Sedang pioglitazone juga
mempunyai kemampuan menurunkan glukosa darah bila digunakan sebagai
monoterapi atau sebagai terapi kombinasi dengan dosis sampai 45 mg/dl dosis
tunggal. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung
kelas I – IV karena dapat memperberat udem / retensi cairan dan juga pada
gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan
pemantauan faal hati secara berkala. Saat ini tiazolidindion tidakdigunakan sebagai
obat tunggal.
C. Penghambat Glukoneogenesis
1) METFORMIN
40
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan perifer. Terutama dipakai
pada diabetisi gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien – pasien
dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,
syok, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi efek samping tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
a. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan
secara bertahap.
b. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat-obat tersebut (misalnya klorpropamid jangan diberikan 3 kali 1 tablet,
karena lama kerjanya 24 jam).
c. Bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya
interaksi obat.
d. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal baru beralih kepada
insulin.
e. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh pasien.
41
Tabel 5
Mekanisme kerja, efek samping utama dan pengaruh OHO terhadap penurunan A1C
( Hb-glikosilat )
Golongan Cara kerja utama Efeksamping utama Penurunan A1C
Meningkatkan BB naik,
sekresi insulin hipoglikemia
Sulfonilurea 1,5 – 2 %
Meningkatkan BB naik,
sekresi insulin hipoglikemia
Glinid 1,5 – 2 %
Menambah Edema
sensitifitas terhadap
Tiazolidindion 1,3%
insulin
42
Cara pemberian OHO terdiri dari (PERKENI, 2006) :
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respon kadar
glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal
Sulfonilurea generasi I & II : 15 – 30 menit sebelum makan
Glimepiride : sebelum / sesaat sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid : sebelum / sesaat sebelum makan
Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan karbohidrat
Acarbose : bersama suapan pertama makan
Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan
43
Tabel 6
Obat Hipoglikemik Oral di Indonesia
Golongan Generik Mg/tab Dosis Lama Frek/hari Waktu
harian kerja
44
2. INSULIN (Sudoyo Aru, 2006)
Insulin diperlukan pada keadaan :
45
Table 7
Insulin di Indonesia
Panjang
Humulin-R 100
Humulin-N 100
46
Humulin-30/70
Lantus
Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi. Terapi OHO dengan
kombinasi harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai alasan klinik dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, dipilih terapi kombinasi dengan tiga OHO.
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa
darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja
menengah / panjang adalah 10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa
keesokan harinya.
Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
terkendali, maka obat hpoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja
(PERKENI, 2006)
47
KOMPLIKASI
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun
I. Penyulit akut
Penyulit akut DM sampai saat ini masih merupakan kegawatan yang harus
ditangani dengan tepat dan benar karena hanya dengan cara itulah angka kematiannya
dapat ditekan serendah mungkin.
Ketoasidosis diabetik
Hiperosmolar nonketotik
Hipoglikemia
2. Mikroangiopati:
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
3. Neuropati
PENGENDALIAN DM
48
Tabel 8
Kriteria pengendalian DM
HDL >45
PROGNOSIS
Sekitar 60% pasien DM yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal, sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronis, dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat( Mansjoer, 2001).
49
BAB III
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
a. Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala (rasa haus yang berlebihan,
sering kencing terutama pada malam hari, banyak makan serta badan yang turun
dengan cepat) yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif baik yang
disebabkan oleh autoimun, obesitas sentral, diet tinggi lemak dan rendah
karbohidrat, gerak badan kurang dan keturunan (herediter). Prevalensi DM
diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun di mana 120 juta orang
di seluruh dunia terkena DM, sehingga perlu adanya upaya pencegahan seperti
dengan uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring.
b. Gejala Diabetes Melitus (DM) dapat berupa banyak makan (polifagia), sering
merasa haus (polidipsia), sering kencing (poliuria) terutama malam hari, lemas,
berat badan menurun, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal,
penglihatan kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita, luka sukar
sembuh, melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg.
c. Diagnosis Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan pada orang yang
mempunyai risiko DM, tetapi tidak menunjukan gejala DM melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa,
kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.
d. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM) terdiri dari edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
e. Dalam perjalanan penyakit Diabetes Melitus (DM), dapat terjadi penyulit akut
yang merupakan kegawatan dan penyulit menahun yang dapat menimbulkan
kecacatan.
50
DAFTAR PUSTAKA
4. Clayton, D. Woo, V. Yale, J.F. 2013. Clinical Practice Guidelines Hypoglycemia. Can
J Diabetes Vol. 37. S69-S71
5. Hamdy, O. 2015. Hypoglicemia. Dikutip dari
:http://emedicine.medscape.com/article/122122 (31 oktober 2015)
6. Gustaviani Reno. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2006; 1857-9.
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelelolaan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. PB Perkeni, Jakarta: 2002; hal 1-19
8. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Indonesia. Semarang: 2006.
9. Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 4 jl 2. Perhimpunan Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: 2005; Hal 1974-80.
10. Subekti I (2004). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004; Hal 217-23.
11. Suyono S. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2007; Hal 7-14
51