Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baja Ringan Canai Dingin


Baja adalah material yang memiliki keunggulan pada kuat tarik dan bersifat
elastis. Kekuatan tarik baja bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa dan
terdistribusi secara merata. Pengujian yang umum dilakukan pada baja adalah
pengujian tarik. Pengujian kuat tarik spesimen baja dapat dilakukan dengan
universal testing machine 9UTM). Bentuk pengujian tarik yaitu dengan
menggunakan alat uji tarik baja dengan gaya yang berubah ubah dari nol kemudian
diperbesar sedikit demi sedikit sampai spesimen putus (Andreas, 2012). Bentuk dari
hasil uji tarik materil baja yang dilakukan pada suhu kamar dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Kurva Hubungan Tegangan dan regangan Baja


Gambar 2.1 tersebut menunjukkan hasil uji tarik dari suatu material baja
yang dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan. Tegangan nominal (f)
yang terjadi dalam benda uji diplot pada sumbu vertical, sedangkan regangan (€)
merupakan perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula
(AL/L) di plot pada sumbu horizontal. (Agus Setiawan, 2008).
Profil baja ringan adalah jenis profil baja ringan yang memiliki dimensi
ketebalan yang relative tipis dengan rasio dimensi lebar setiap elemen profil
terhadap tebalnya sangat besar. Pembentukan profil dilakukan dengan
menggunakan proses pembentukan dingin (cold forming proces). Dalam proses ini,
profil baja ringan dibentuk dari lembaran baja menjadi bentuk yang diinginkan
melalui mesinrol atau mesin tekuk pelat (rolling press atau bending brake machines)
pada suhu ruangan. Ketebalan pelat baja yang umumnya digunakan sebagai bahan
dasar pembentukan profil biasanya berkiar antara 0,3 mm sampai 6 mm (Wei-Wen
Yu, 2000). Baja ringan memiliki perbedaan perilaku bila dibandingkan dengan baja
biasa. Kurva tegangan-regangan baja ringan dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Kurva Tegangan dan Regangan Baja Ringan


Berdasarkan gambar 2.2 menunjukkan bahwa pola kurva yang cenderung
naik secara bertahap sedangkan bila dibandingkan dengan baja biasa pada gambar
2.1, titik leleh menunjukkan tekukan yang tajam setelah fase elastis. Garis yang
menujjukkan pola mendekati linear pada kurva tegangan dan regangan
menggambarkan peralihan dari fase elastis menuju fase plastis. Nilai modulus
elastisitas baja ringan adalah 29,500 ksi (203 GPa) dan ilia modulus gesernya (G)
sebesar 11,300 ksi (77,9Gpa) (Andreas, 2012).
Menurut Wei-WenYu, batang struktiral baja ringan memiliki beberapa
keuntungan dalam pembangunan konstruksi banguna diantaranya;
1. Disbanding dengan baja biasa, produk baja ringan dapat diproduksi dangan
berat yang lebih ringan dan bentang yang lebih pendek
2. Konfigurasi peampang yang tidak biasa dapat diproduks sacara lebih
ekonomis sehibngga perbandingan antara kekuatan dengan berat yang
diinginkan dapat diperoleh.
3. Panel dan dek pemikul beban bisa menyediakan permukaan yang berguna
untuk lantai atap dan konstruksi dinding.
4. Panel dan dek pemikul beban tidak hanya memikul beban normal tetapi juga
mampu memikul geser.
Apabila dibandingkan dengan material struktur yang lain seperti kayu atau
beton, material beja ringan memiliki beberapa kelebihan diataranya:
1. Lebih ringan
2. Kekakuan dan kekuatan tinggi
3. Kemudahan pabrikasi dan produksi
4. Cepat dan mudah dipasang dan didirikan
5. Tidak terlalu terpengaruh oleh cuaca
6. Detail yang lebih akurat
7. Tidak mengalami susut
8. Kualitas yang seragam
9. Proses pembentukan material yang ekonomis
10. Material dapat di daur ulang

Selain kelebihan tersebut terdapat banyak pula kelemahan yang dimiliki


profil baja ringan diantaranya:
1. ketebalan material yang terbatas menyebabkan material tidak dapat
digunakan untuk struktur yang memikul momen dan gaya tekan yang
sangat besar dikarenakan kemungkinan mengalami tekuk pada penampang
profil.
2. Tidak semua jenis sambungan dapat digunakan untuk material yang sangat
tipis.
3. Peraturan yang belum terlalu popular untuk beberapa negara penggunaan
material baja ringan masih merupakan hal yang baru.
4. Standar ukuran profil dari tiap produsen tidak selalu sama
5. Jenis profil tunggal yang terbatas sehingga untuk mendapatkan kekuatan
yang diharapkan banyak dilakukan profil gabungan.
Penggunaan baja ringan diindonesia belum didukung oleh tersedianya
peraturan (design code) tentang penggunaan baja ringan. Baja ringan yang beredar
dipasaran hamper didominasi oleh produk produk yang dikeluarkan oleh
Bluescope, ysaght, Bluescope steel dan pryda yang berasal dari austraalia, dengan
Australian/New Zelan Standart (AS/NZS 46000) sebagai design code.

2.2 Beton
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik, agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa
padat. Beton normal merupakan beton yang mempunyai berat volume 2200 kg/m3
sampai 2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah (SNI-03-2834-2000).
Beton merupakan bahan komposit sehingga kualitas beton sangat bergantung pada
material-meterial peyusunannya.
Nilai kekuatan dan daya tahan beton merupakan hasil dari banyak factor,
diantaranya adalah nilai perbandingan campuran dan mutu bahan penyusun, metode
pelaksanaan pembuatan campuran beton, temperratur dan kondisi perawatan
pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relative lebih tinggi disbanding kuat
tariknya, dan bersifat getas. Nilai kuat tariknya berkisar antara 9%-15% dari kuat
tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya
beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja
sama dan mampu membantu kelemahan beton, terutama pada bagian yang bekerja
menahan tarik (Diposhudo, 1994).

2.3 Komposit Beton-Baja


Struktur komposit beton-baja saat ini telah berkembang pesat. Struktur
komposit beton-baja banyak diaplikasikan pada struktuk komposit balok, kolom
maupun pelat. Telah banyak penelitian yang dilakukan berkenaan dengan komposit
beton-baja sejak tahun 1940. Hasil dari penelitian ini menghasilkan rumusan design
coode tentang komposit yang tercantum dalam eurocode, british Standard dan AISC
(Andreas, 2012). Komposit beton baja yang diaplikasikan pada balok, kolom dan
pelat dapat dilihat pada Gambar 2.3, 2.4, dan 2.5 berikut
Gambar 2.3 Komposit Balok

Gambar 2.4 Komposit Kolom

Gambar 2.5 Komposit Pelat

2.4 Tegangan Lentur


Tegangan lentur atau balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan
oleh beban-beban ini menciptakan aksi internal, atau resultan tegangan dalam
bentuk tegangan normal, tegangan geser dan momen lentur (Edward, 1998).
Menurut Edward, 1998, beban samping (lateral loads) yang bekerja pada
sebuah balok menyebabkan balok melengkung atau melentur, sehingga dengan
demikian mendeformasikan sumbu balok menjadi suatu garis lengkung. Ada dua
jenis lenturan, yaitu lenturan murni (pure bending) dan lenturan biasa (ordinary
bending).
1. Lenturan murni (pure bending) merupakan lenturan yang dihasilkan oleh
kopel dan tidak ada gaya geser transversal yang bekerja pada batang. Balok
dengan lenturan murni hanya mempunyai tegangan normal (tegangan lentur
tarik dan tekan).

2. Lenturan biasa (ordinary bending) merupakan lenturan yang dihasilkan oleh


gaya-gaya yang bekerja pada batang dan tidak terdapat kopel. Balok dengan
lenturan biasa mempunyai tegangan normal dan tegangan geser.

Apabila terdapat gaya luar yang membebani suatu balok dengan nilai yang
ditahan oleh beton dan baja tulangan relatif kecil, dan tegangan pada terluat beton
lebih kecil dari modulus tarik, seluruh serat penampang secara efektif dapat
menahan beban tersebut Bersama dengan baja tulangan.
Karena deformasi baja tulangan dan serat beton pada lapis yang sama adalah
sebanding, gaya internal baja tulangan dapat ditentukan melalui perbandingan
regangan. Konsep material homogen berlaku, dan hubungan antar momen dan
tegangan dapat dirumuskan melalui persamaan berikut
𝑴.𝒚
𝑓= ………………………………………………………………………(2.x)
𝑰

Dimana:
𝑓 ∶ Tegangan pada serat terluar
𝑀∶ Momen lentur penampang
𝑦 ∶ Jarak ke serat terluar
𝐼 ∶ Momen inersia terhadap sumbu netral
Tegangan maksimum terletak di serat paling luar, yang didapat dari
persamaan berikut:
𝑀.𝑐 𝑀 𝑀
𝜎𝑚𝑎𝑥 = =𝐼 = 𝑆 …………………………………………………….(2.x)
𝐼𝑥 𝑥 ⁄𝑐 𝑥

Dimana:
𝜎𝑚𝑎𝑥 : Tegangan maksmum serat terluar
𝑐 : Jarak dari garis netral ke serat terluar
𝑆𝑥 : Modulus penampang elastis terhadap sumbu putar momen
Tegangan tarik pada serat terlua akan lebih besar dari modulus tarik jika
beban tersebut meningkat hingga melampaui kekuatan tarik betonnya sehingga
reta akibat tarik akan terjadi. Oleh karena serat beton tarik telah mengalami retak
maka pengaruhnya dalam menahan gaya interna dapat diabaikan. Seluruh tarikan
akan diarahkan oleh baja tulangan (Edward, 1998)

2.5 Uji Lentur Balok


Uji lentur adalah salah satu parameter yang menentukan kekuatan dari beton
bertulang terhadap lentur. Acuan standar yang digunakan dalam penelitian kali ini
adalah SNI 4431:2011 (Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal dengan Dua Titik
Pembebanan). Standar ini menetapkan cara uji kuat lentur beton normal dengan dua
titik pembebanan.
Kuat lentur beton sendiri merupakan kemampuan balok beton yang
diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arag tegak lurus sumbu
benda uji, yang diberikan kepadanya sampai benda uji patah, dinyatakan dalam
Mega Pascal (MPa) gaya per satuan luas (SNI 4431:2011).

2.6 Pola Retak Balok


Retak merupakan jenis kerusakan yang paling sering terjadi pada struktur
beton, dimana terjadi pemisahan antara massa beton yang relatif Panjang dengan
yang sempit. Retak pada struktur beton terjadi sebelum beton mengeras maupun
setelah beton mengeras (Nawy, 1998).
Retak struktural adalah retak yang terjadi setelah beton mengeras, terjadi
karena adanya pembebanan yang mengakibatkan timbulnya tegangan lentur,
tegangan geser dan tegangan Tarik. Meskipun retak tidak dapat dicegah, namun
ukurannya dapat dibatasi dengan cara menyebar atau mendistribusikan tulangan.
Apabila struktur dibebani dengan suatu beban yang menimbulkan momen lentur
masih lebih kecil dari momen retak makan tegangan yang timbul masih lebih kecil
dari modulus of rufture beton. Bila beban ditambah sehinnga tegangan Tarik
mencapai fr, maka retak keil akan terjadi. Apabila tegangan Tarik sudah lebih besar
dari fr, maka penampang akan retak (Nawy, 1998).
Menurut Nawy, 1998, pada dasarnya ada tiga jenis keretakan pada balok :
1. Retak lentur (flexural crack)
Retak lentur terjadi di daerah yang mempunyai nilai momen lentur lebih
besar dan gaya geser kecil. Arah retak terjadi hamper tegak lurus pada
sumbu balok. Ilustrai dari retak lentur dapat dilihat pada gambar 2.5
dibawah ini

Gambar 2.x Retak Lentur

2. Retak Geser Paga Bagian Balok (web shear crack)


Retak geser yaitu keretakan miring yang terjadi pada daerah garis netral
penampang dimana gaya geser maksimum dan tegangan aksial sangat kecil.
Ilustrasi dari retak geser web dapat dilihat pada gambar 2. 6

Gambar 2.x Retak Geser

3. Retak Geser-lentur (flexural shear crack)


Retak geser-lentur terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah terjadi
keretakan lentur. Retak geser lentur merupakan perambatan retak mirik dari
terak lentur yang sudah terjadi sebelumnya. Ilustrasi dari retak geser-lentur
dapat dilihat pada gambar 2.7

Gambar 2.x Retak Geser-Lentur


2.7 Analisa Numerik
Analisa numerik dilakukan untuk menganalasa

2.8 Penelitian Terdahulu


Penulis dan Tahun
No Hasil Penelitian
Publikasi
1 Andreas, 2012 Studi Eksperimental Balok Komposit Baja Ringan
dengan Balok Beton Bertulang
Hasil:
Penggunaan profil C100 tebal 0,75 mm pada specimen
balok komposit dan 2D10 pada balok beton bertulang
memiliki kuat tulangan yang berbeda yakni pada balok
komposit sebesar 76024 N dan pada balok baton
bertulang sebesar 61230 N
2

Anda mungkin juga menyukai