Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FARMASI INDUSTRI

Di susun oleh :

Anna Nurlativah (180802012)

Tita Fitriani (1808020127)

Rina Rayagunita Sari (1808020154)

PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah, rahmat dan karunianya
serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
dengan judul “FORMULASI TABLET”. Makalah ini disusun sebagai tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing mata kuliah Farmasi Industri, selain itu bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai formulasi tablet.

Kemudian juga menyadari bahwa materi dan teknik yang saya sampaikan dalam makalah ini
masih memiliki beberapa kekurangan.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 29 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG .....................................................................................................

RUMUSAN MASALAH .................................................................................................

TUJUAN ..........................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN ..............................................................................................................

KESIMPULAN ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desain dan formulasi obat harus mempertimbangkan karakteristik fisika, kimia,
dan biologi semua zat aktif dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan suatu
produk. Zat aktif dan eksipien yang digunakan harus kompatibel satu sama lain untuk
menghasilkan suatu sediaan yang stabil, menarik, mudah digunakan dan aman.
Tujuan Formulasi Sediaan Obat yaitu agar jumlah zat aktif yang benar mencapai
tempat yang benar dalam tubuh, dihantarkan dalam jangka waktu yang memadai,
sedangkan keutuhan kimia zat aktif terlindung sampai ketempat yang dinginkan,
formulasi tablet dapat digunakan untuk memodifikasi kerja zat aktif dalam hal
kecepatan atau keruangan, memberikan zuatu zat aktif yang dapat diterima oleh pasien
dan sesuai bagi dokter penulis resep dan bentuk sedian dapat dibuat dengan mudah,
ekonomis, dan reprodusibel.
Pada makalah ini, akan di jelaskan bagaimana cara memformulasi tablet mulai
dari preformulasi yang meliputi organoletik, parameter yang mempengaruhi absorbsi,
stabilitas, kompatibilitas, dan sifat fisika kimia (kelarutan dan pH) serta contoh
formulasi tablet mulai dari preformulasi, formulasi, metode pembuatan dan evaluasi
sediaan tablet.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tablet ?
2. Apa saja keuntungan dan kerugian tablet ?
3. Bagaimana preformulasi dalam formulasi tablet ?
4. Bagaimana formulasi dalam sediaan tablet ?
5. Apa saja metode pembuatan tablet ?
6. Bagaimana prosedur uji dan evaluasi tablet, serta kriteria mutu tablet ?
7. Bagaimana formulasi tablet aspirin dengan metode cetak langsung?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tablet
2. Mahasiswa dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian tablet
3. Mahasiswa dapat menjelaskan preformulasi dalam formulasi tablet
4. Mahasiswa dapat menjelaskan formulasi dalam sediaan tablet
5. Mahasiswa dapat menjelaskan metode pembuatan tablet
6. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur uji dan evaluasi tablet, serta kriteria mutu
tablet
7. Mahasiswa dapat menjelaskan formulasi tablet aspirin dengan metode cetak
langsung
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TABLET
Menurut FI edisi IV Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram
pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong, dan sebagainya.
B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TABLET
1. Keuntungan :
a) Tablet dapat diproduksi dalam skala besar
b) Memiliki ketepatan dosis tiap tablet/tiap unit pemakaian
c) Lebih atau tidak mudah ditumbuhi mikroba
d) Pasien dapat dengan mudah membawa tablet kemanapun
2. Kerugian :
a) Onsetnya lebih lambat dibandingkan dengan sediaan parenteral, larutan
oral dan kapsul
b) Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat/trup ke dalam
tablet sangat kecil
c) Kesulitan menelan kepada anak-anak, orang sakit, parah dan pasien lanjut
usia
d) Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi
dan tidak larut, serta disolusinya rendah (Sulaiman, 2001).
C. PREFORMULASI
Pengkajian Preformulasi
1. Uraian Fisik
Kebanyakan (sebagian besar) zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan
padat. Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang berbentuk
amorf atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang jauh lebih kecil, gas
bahkan lebih jarang lagi. Berikut contoh bahan farmasi resmi :
a. Zat Penyalut : digunakan untuk melapisi tablet yang telah berbentuk untuk tujuan
melindungi terhadap peruraian obat dengan oksigen atmosfer/ kelembapan untuk
memberikan pola penglepasan yang dikehendaki untuk zat obat setelah pemberian,
untuk membungkus rasa dan bau dari zat obat, atau untuk tujuan estetik. Contohnya
selulosa asetat, ftalat, sukrosa, pemoles sediaan farmasi.
b. Penghancur Tablet : digunakan dalam bentuk sediaan padat untuk mendorong
hancurnya massa padat menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang mudah
terdispersi atau melarut. Contohnya tepung jagung, natrium alginat.
c. Pelincir Tablet : zat yang digunakan dalam formulasi tablet dan kapsul untuk
memperbaiki sifat aliran dari campuran serbuk. Contohnya silika koloid, tepung
jagung, talk.
d. Pelumas Tablet : zat yang digunakan dalam formulasi tablet untuk mengurangi
gesekan selama kompresi tablet. Contohnya kalsium stearat, magnesium stearat,
asam stearat
e. Zat Pengkilap : digunakan untuk mengkilapkan tablet salut sehingga menarik.
Contohnya malam carnauba, malam putih.
2. Pengujian Mikroskopik
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap
penting dalam kerja (penelitian) preformulasi. Ia memberikan indikasi indikasi
(petunjuk) ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal. Fotomikrograf
dari lot-lot batch awal dan berikutnya dari zat murni dapat memberikan informasi
penting jika masalah timbul dalam proses formulasi, diakibatkan oleh perubahan-
perubahan dalam karakteristik partikel atau kristal dari obat tersebut.
3. Ukuran Partikel
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavaibilitas, keseragaman isi, rasa,
texture, warna dan kestabilan. Tambahan pula, sifat-sifat seperti karakteristik aliran
dan laju sedimentasi, di antara lainnya juga merupakan faktor-faktor penting yang
berhubungan dengan ukuran partikel adalah penting untuk memantapkan sedini
mungkin bagaimana ukuran partikel dari zat murni tersebut yang dapat
mempengaruhi formulasi dan kemanjuran (efikasi) produk. Khususnya yang
menarik adalah efek ukuran partikel terhadap absorpsi obat. Ukuran partikel
terbukti secara bermakna mempengaruhi profil absorpsi oral dari obat-obat tertentu
seperti spironolakton, penisilin, dan lainnya.
Keseragaman isi yang memuaskan dalam bentuk sediaan padat sangat
tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan aktif pada seluruh formulasi
yang sama. Ada beberapa metode tersedia untuk mengevaluasi ukuran partikel dan
distribusi yang meliputi pengayakan, atau penyeleksian, mikroskopi, sedimentais, dan
stream scanning. Untuk serbuk-serbuk dalam kisaran kira-kira 44 mikron atau lebih
besar, pengayakan atau penyeleksian merupakan metode yang paling luas digunakan
dari analisis ukuran.
4. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi
Hubungan antara konstanta disosiasi, kelarutan dalam lemak, dan pH pada
tempat absorpsi serta karakteristik absorpsi dari berbagai obat merupakan dasar dari
teori pH partisi. Penentuan derajat ionisasi atau harga pKa dari zat obat merupakan
suatu karakteristik fisika-kimia yang relatif penting terhadap evaluasi dari efek-efek
yang yang mungkin pada absorpsi dari berbagai tempat pemberian. Konstanta
disolusi atau pKa biasanya ditentukan dengan titrasi potensiometri.
5. Polimorfisme
Suatu faktor formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf
dari zat obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat
fisika-kimia yang berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan. Kejadian bentuk-
bentuk polimorfis dengan obat-obat relatif umum dan telah diperkirakan bahwa
polimorfisme ditunjukkan dengan paling sedikit sepertiga dari semua senyawa-
senyawa organik.
Di samping bentuk-bentuk polimorfisme di mana senyawa-senyawa mungkin
ada, mereka juga dapat terjadi dalam bentuk nonkristal atau bentuk amorf. Energi
yang dibutuhkan untuk suatu molekul obat untuk bebas dari suatu kristal jauh lebih
besar daripada yang dibutuhkan untuk bebas dari suatu serbuk amorf. Oleh karena
itu bentuk amorf dari suatu senyawa selalu lebih mudah larut dibandingkan dengan
bentuk kristalnya yang sesuai.
Evaluasi struktur kristal, polimorfisme dan bentuk solvat merupakan suatu
aktivitas preformulasi yang penting. Perubahan dalam karakteristik kristal dapat
mempengaruhi bioavaibilitas. Kestabilan fisika dan kimia, dan mempunyai
implikasi penting dalam fungsi-fungsi proses bentuk sediaan. Sebagai contoh, ia
dapat merupakan faktor bermakna sehubungan dengan proses pentabletan karena
sifat-sifat aliran dan pengkompakan, dia antara lainnya. Berbagai teknik digunakan
dalam menentukan sifat-sifat kristal. Metode yang paling luas digunakan adalah hot
stage microscopy, analisis panas, spektroskopi inframerah dan difraksi sinar-x.
6. Kelarutan
Suatu fisika-kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan, terutama
kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar
menuju secara terapi. Agar suatu obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan
suatu efek terapeutik, ia pertama-tama harus berada dalam larutan. Senyawa-
senyawa yang relatif tidak larut seringkali menunjukkan absorpsi yang tidak
sempurna atau tidak menentu. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang
diinginkan, pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya.
Metode untuk membantu ini tergantung dari sifat kimia dari obat tersebut dan tipe
produk obat di bawah pertimbangan. Sebagai contoh, jika zat obat adalah asam atau
basa, kelarutan dapat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam pH.
Tetapi, untuk banyak zat penyesuaian pH bukan merupakan suatu cara efektif
dalam memperbaiki kelarutan. Obat asam lemah atau basa lemah mungkin
membutuhkan pH yang ekstrrem yang diterima di luar batas-batas fisiologi atau
mungkin menyebabkan masalah-masalah kestabilan dengan bahan-bahan
formulasi. Penyesuaian pH biasanya mempunyai efek kecil terhadap kelarutan
nonelektrolit. Dalam banyak hal, dikehendaki untuk menggunakan kosolven atau
teknik-teknik lain seperti kompleksasi, mikroniasi, atau dispersi padatan untuk
memperbaiki kelarutan dalam air.
Kelarutan obat biasanya ditentukan dengan metode kelarutan kesetimbangan,
dengan mana kelebihan obat ditempatkan dalam suatu pelarut dan diaduk pada
suatu temperatur konstan selama periode waktu yang diperpanjang sampai
kesetimbangan diperoleh. Analisis kimia dari isi obat dalam larutan ditampilkan
untuk menentukan derajat kelarutan.
7. Disolusi
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
di mana obat menjadi tersedia untuk organisme tersebut. Dalam banyak hal, laju
disolusi, atau waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarutkan dalam cairan pada
tempat obsorpsi, merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorpsi. Ini
benar untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet,
kapsul atau suspensi, seperti juga obat-obat yang diberikan secara intramuskular
dalam bentuk pelet atau suspensi. Bila laju disolusi merupakan tahap yang
menentukan laju apa pun yang mempengaruhinya akan berpengaruh pada absorpsi.
Laju disolusi obat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan ukuran partikel
obat. Ia bisa juga ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutannya dalam lapisan
difusi. Cara-cara yang paling efektif dalam memperoleh laju disolusi yang lebih
tinggi adalah menggunakan suatu garam yang larut dalam air dan zat induknya.
Walaupun garam yang larut dari suatu asam lemak akan secara berurutan
mengendap sebagai asam bebas dalam fase bulk dari suatu larutan asam, seoerti
cairan lambung, ia akan berlaku demikian dalam bentuk partikel-partikel kecil di
mana suatu suspensi dari zat tersebut ditambahkan ke sejumlah pelarut tertentu
tanpa pengontrolan luas permukaan yang tepat.
Metode permukaan konstan menggunakan suatu lempeng yang dikompresi
dengan luas yang diketahui. Metode ini mengeliminasi luas permukaan dan muatan
listrik permukaan sebagai variabel disolusi. Laju disolusi yang diperoleh dengan
metode dinamakan laju disolusi intrinsik, dan merupakan karakteristik dari masing-
masing senyawa padat dan suatu pelarut yang diketahui pada kondisi eksperimen
yang tetap (tertentu). Harga tersebut umumnya dinyatakan sebagai milligram yang
dilarutkan per menit sentimenter persegi (mg/menit cm2 ) telah disarankan bahwa
harga ini adalah berguna dalam menaksir masalah absorpsi yang paling mungkin
karena laju disolusi. Dalam disolusi partikel-partikel kecil sejumlah sampel serbuk
yang ditimbang ditambahkan ke medium disolusi dalam suatu sistem pengadukan
yang konstan. Metode ini seringkali digunakan untuk mengkaji pengaruh ukuran
partikel, luas permukaan, dan bahan-bahan penambah ke zat aktif. Kadang-kadang
dalam hubungan kebalikan dari ukuran partikel ke disolusi dicatat karena ssifat-
sifat permukaan dari obat tersebut. Dalam hal ini, muatan permukaan dan/atau hasil-
hasil penggumpalan dalam bentuk ukuran partikel tereduksi dari obat tersebut
memperlihatkan suatu luas permukaan efektif yang lebih rendah terhadap pelarut
karena pembasahan yang tidak sempurna atau penggumpalan. Pengkajian awal
harus meliputi efek bahan-bahan farmasetik terhadap karakteristik-karakteristik
disolusi dari zat obat.
8. Permeabilitas Membran
Pengkajian preformulassi modern meliputi masukan-masukan awal dari
lewatnya molekul-molekul obat menyebrangi membran biologis. Data yang
diperoleh dari pengkajian fisika kimia terutama pKa, kelarutan, dan laju disolusi
memberikan suatu indikasi harapan absorpsi (absorpsi yang diharapkan). Untuk
menambah data ini, suatu teknik dengan menggunakan everted intestinal sac dapat
digunakan dalam mengevaluasi karakteristik absorpsi dari zat obat. Dalam metode
ini, selembar usus dbersihkan dari makanan hewan everted diisi dengan suatu
larutan dari zat obat, dan derajat serta laju lewatnya obat melalui kantung membran
ditentukan. Melalui metode ini baik transpor pasif maupun trnaspor aktif dapat
dievaluasi.
Dalam tahap pengujian awal formulasi, binatang dan manusia harus dikaji untuk
memasukkan efisiensi absorpsi, parameter-parameter farmakokinetik dan untuk
memantapkan korelasi yang mungkin in vitro/ in vivo untuk disolusi dan
bioavaibilitas.
9. Kestabilan
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah
evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni adalah perlu bahwa
pengkajian awal ini dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan
kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran dapat mengakibatkan kesimpulan
yang salah dalam evaluasi tersebut. Pengkajian kestabilan yang dihubungkan dalam
fase preformulasi termasuk kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat,
kestabilan fase larutan, dan kestabilan dalam adanya zat penambah yang
diharapkan.

D. FORMULASI
1. Pertimbangan data preformulasi
Profil fisikokimia zat aktif yang lengkap untuk memulai kegiatan formulasi
harus tersedia untuk formulator. Data praformulasi meliputi organoletik, parameter
yang mempengaruhi absorbsi, stabilitas, kompatibilitas, dan sifat fisika kimia
(kelarutan dan pH).
2. Pendekatan Sistematik Dan Moderen Untuk Mendesain Sediaan Tablet
Kegiatan mendesain tablet meliputi dua hal yaitu mengidentifikasi eksipien
yang paling sesuai untuk suatu formula dan menyeleski kadar eksipien yang akan
digunakan dalam formula agar menghilangkan semua hambatan proses/mutu
sediaan.
Pendekatan sistematik dan moderen ini meliputi :
a. Faktor preformulasi
Didalam studi praformulasi memberikan informasi tentang sifat alir dari bahan
eksipien yang digunakan. Dari studi praformulasi maka dapat menentukan
metode pembuatan tablet yang tepat.
b. Pelepasan zat aktif
Formula yang akan dibuat disesuaikan dengan sasaran tempat dimana zat aktif
akan dilepaskan baik di usus atau di lambung. Contohnya penggunaan salut
enterik pada tablet merupakan metode sasaran zat aktif yang paling lazim
didalam usus halus. Dalam pelepasan zat aktif, maka diperlukan formulasi yang
dapat meningkatkan disolusi zat aktif dan meningkatkan absorbsi.
c. Penampilan
Penggunaan zat warna bertujuan untuk memperbaiki penampilan tablet.
Penampilan tablet berkaitan dengan keberhasilan komersial suatu produk.
d. Pembiayaan
Pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan yang lebih ekonomis, hemat
pekerja, energi dan waktu dalam pembuatan tablet.
e. Penetapan spesifikasi
Pemilihan bahan eksipien yang tepat agar dapat memenuhi standar spesifikasi
mutu tablet antara lain keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas, waktu hancur,
disolusi, kandungan air, kadar potensi.
f. Mutu pemprosesan
Alasan untuk memantau mutu pemprosesan selama pengembangan yaitu
mengoptimasi proses, produk dan menetapkan pengujian pengendalian mutu
dalam proses.
3. Pendekatan Eksperimental Untuk Mengoptimasi Suatu Formuala Sediaan
Tablet Prototipe.
Desain eksperimental dipilih untuk memilih desain yang tepat yang berdasarkan
pada eksipien dan rentang eksipien yang telah ditetapkan. Semua eksipien harus
divariasikan dalam percobaan optimasi formulasi untuk mengurangi jumlah faktor
dalam percobaan, suatu perbandingan dua eksipien yang akan digunakan (Siregar,
2010).

E. METODE PEMBUATAN TABLET


Metode pembuatan tablet dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Granulasi basah
Granulasi basah dilakukan dengan cara mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi,
dan zat penghancur sampai homogen, kemudian dibasahi dengan bahan pengikat.
Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada
suhu 40-50º C. Setelah kering, diayak untuk mmeperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan dengan bahan pelicin (Lubrikan) kemudian
dicetak dengan mesin tablet. Keuntungannya yaitu menghasilkan tablet yang lebih
baik dan dapat disimpan lebih lama dibandingkan dengan cara granulasi kering
(Syamsuni, 2013).
2. Granulasi kering
Mencampurkan zat aktif, zat pengisi, zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan
dengan zat pengikat dan pelicin hingga menjadi masa serbuk yang homogen, lalu
dikempa cetak tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak
berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh ukuran partikel
yang diinginkan. Dan di kempa cetak lagi sesuai dengan ukuran tablet yang
diinginkan. Keuntungannya tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses
granulasi kering, penggunaan alatnya sederhana. Kerugiannya tablet yang kurang
tahan lama dibandingkan dengan cara granulasi basah (Syamsuni, 2013).
3. Cetak atau kempa langsung
Setelah semua serbuk di campur dan tercampur secara homogen, maka selanjutnya
dikempa.
Keuntungan metode cetak atau kempa langsung :
a. Kelebihan ekonomi, dalam hal ini lebih hemat. Penghematan dapat terjadi yaitu
pengurangan waktu, proses yang dapat mengurangi biaya tenaga kerja, tahap
manufaktur, dan jenis peralatan yang lebih sedikit, memvalidasi proses lebih
sedikit, dan konsumsi energi lebih rendah
b. Pemrosesan tanpa memerlukan lembab dan panas yang merupakan sifat melekat
dari kebanyakan prosedur granulasi basah.
c. Optimasi desintegrasi tablet, karena tiap partikel zat aktif utama dibebaskan dari
masa tablet dan tersedia untuk disolusi
d. Metode tercepat dan paling langsung memproduksi tablet
e. Menghasilkan produk yang paling tersedia hayati.
Kerugian : harus mengerti teknologi, masalah ekonomi dan kebijakan dari industri
farmasi.
Metode kempa langsung, persyaratan bahan pengisi-bahan pengikat kempa
langsung yaitu memiliki kompaktibiltas yang tinggi, mampu sifat alir yang baik,
sifat pencampuran yang baik, kepekaan lubrikan yang rendah, sifat stabilitas yang
bai, bersifat inert, ketercampuran, tidak mempengaruhi ketersediaan hayati,
mempunyai efek pelepasan zat aktif, dapat dikerjakan ulang tanpa kehilangan
karakteristik, selalu tersedia dalam kontinu, keefektifan biaya relatif (Siregar,
2010).
F. EVALUASI TABLET
1. Uji Keseragaman Bobot
a. Alat
Timbangan
b. Prosedur
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI ed. III):
a) Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya
b) Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A”
dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”.
c) Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
dalam kolom “A” maupun kolom “B”.
Tabel syarat keseragaman bobot tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
Bobot rata-rata tablet A B
< 25mg 15 30
26 - 150 mg 10 20
151 - 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

2. Uji Keseragaman Sediaan


Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan
keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50 mg
atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. Oleh
karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang
mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari
50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. (Anonim, 1995).
3. Uji Waktu Hancur
a. Alat
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala benukunan 1000 ml,
dengan tinggi 138 - 160 mm dan diameter dalam 97 - 115 mm, thermostat
untuk memanaskan cairan media antara 350 - 390 dan alat untuk
menaikturunkan keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang tetap
antara 29 - 32 kali per menit melalui janak tidak kurang dari 53 mm dan
tidak lebih dan 57 mm. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga
pada titik tertinggi genakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 15 mm
di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak
kunang dari 25 mm dari dasar wadah. Waktu yang diperlukan bergerak ke
atas adalah sama dengan waktu yang diperlukan untuk bergerak ke bawah
dan perubahan pada arah gerakan merupakan perubahan yang halus, bukan
gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang bergerak vertikal
sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan
sumbu dari posisi vertikalnya.
Rangkaian keranjang : Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung
transparan yang kedua ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang
77,5±2,5 mm, diameter dalam 20,7 - 23 mm dan tebal dinding 1,0 - 2,8
mm, tabung-tabung ditahan pada posisi vertikal oleh dua lempengan plastik,
masing-masing dengan diameter 88 - 92 mm, tebal 5 - 8,5 mm, dengan
enam buah lubang, masing-masing berdiameter 22 - 26 mm dan berjarak
sama dari pusat lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada
permukaan bawah lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat
benukuran 10 mesh nomor 23 (0,025 ii). Bagian-bagian alat dirangkai dan
dikencangkan oleh tiga buah baut melalui kedua lempengan plastik. Suatu
alat pengait dipasang pada alat yang menaikturunkan rangkaian keranjang
melalui satu titik pada sumbunya, digunakan untuk menggantungkan
rangkaian keranjang. Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda
asalkan spesifikasi tabung kaca dan ukuran kasa dipertahankan.
Cacram : Penggunaan cakram hanya diijinkan apabila tertera pada
masing-masing monografi. Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk
silinder dengan perforasi, tebal 9,5±0,15 mm dan diameter 20,7±0,15 mm.
Cakram dibuat dari bahan plastik transparan yang sesuai, mempunyai
bobotjenis antana 1,18 - 1,20. Terdapat lima lubang benukuran 2±0,1 mm
yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu silinder,
sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6±0,2 mm.
Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V yang
tegak lunus terhadap ujung silinder. Sisi paralel trapesoid pada dasan
mempunyai panjang 1,6±0,1 mm dan ujung bawah terletak 1,5 - 1,8 mm
dari keliling silinder. Sisi paralel pada bawah silinder mempunyai panjang
9,4±0,2 mm, dan tengahnya terletak pada kedalaman 2,6±0,1 mm dan
keliling silinder. Seluruh permukaan cakram licin. Jika penggunaan cakram
dicantumkan dalam masing-masing monografi, tambahkan cakram pada
masing-masing tabung dan lakukan penetapan seperti tentera pada Prosedur.
b. Prosedur
Masukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang, jika
dinyatakan masukkan 1 cakram pada tiap tabung. Jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37°±2 ° sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan
lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu sepenti
tentera pada monografi, angkat kenanjang dan amati semua tablet: semua
tablet hanus hancursempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempuma,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna (Anonim, 2014). Waktu hancur yang
baik yaitu tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak
lebih dari 60 menit untuk tablet yang bersalut selaput (Anonim, 1979).
4. Uji Kekerasan Tablet
a. Alat
Alat yang digunakan ialah hardness tester.
b. Prosedur
Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit
dengan cara memutar sekrup pengatur sampai tanda lampu stop menyala.
Lalu knop ditekan sampai tablet pecah. Angka yang ditunjukkan jarum
penunjuk skala dibaca. Percobaan ini dilakukan sampai 5 kali. Persyaratan
kekerasan tablet: 4-8 kg (Soekemi dkk, 1987).
5. Kerapuhan Tablet (Friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.
a. Alat
Alat yang digunakan ialah friability tester.
b. Prosedur
1) Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram
2) Masukkan tablet ke dalam alat
3) Putar alat tersebut selama 4 menit (kecepatan 20 rpm)
4) Keluarkan tablet, bersihkan dari debu, dan ditimbang (W2 gram)
5) Kerapuhan tablet yang didapat adalah W1 - W2 / W1 x 100%
6) Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimal 0,8%
(Anonim, 1979)

FORMULA TABLET ASPIRIN DENGAN KEMPA LANGSUNG

A. PREFORMULASI
1. Zat Aktif : Aspirin (FI III hal.43, 1979)

Rumus molekul : C9H8O4


Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau
atau hampir tidak berbau; rasa asam
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) ;
larut dalam kloroform P dan eter P
Suhu lebur : 141-1440 C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Analgetikum; antipiretikum
Dosis maksimum : Sekali 1 g, sehari 8 g

2. Disintegrant : Lactose (FI III hal.338, 1979)


Rumus molekul : C12H22O11.H2O
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air,larut dalam 1 bagian air mendidih;
Sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan

3. Pengikat : Corn Starch

Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : Tidak berbau; tidak erasa; halus; putih; putih kecoklatan;


terdiri dari bola yang sangat kecil atau butiran-butiran,
yang ukuran dan bentuk tergantung karakteristik
tanamannya.
Kelarutan : Praktis tidak larut pada etanol 96 % dingin dan pada air
dingin; langsung mengembang dalam air panas pada
temperatur diatas suhu gelatinisasi; serbagian larut dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Penyimpanan : Wadah kedap udara di tempat kering yang sejuk.

4. Glidan : Aerosil / Silica


Nama IUPAC : Dioxosilane
Rumus Molekul : (SiO2)n atau SiO2 atau O2Si
Pemerian : Berwarna putih terang, tidak berbau, tidak berasa
Penggunaan : absorben anticakcing agent, penstabil emulsi (emulgator),
glidan, suspending agent, disintegrant tablet, peningkat viskositas.

5. Alasan Pemilihan Metode


Zat aktif Aspirin dikatakan dalam penelitian Erum et all, 2011 “ Formulation Of
Aspirin Tablets Using Fewer Excipients By Direct Compression”memiliki sifat alir
dan kompresibilitas yang baik sehingga memungkinkan untuk dibuat dengan
menggunakan metode kempa langsung.
6. Alasan Pemilihan Bahan
a. Lactose / Laktosa
Mikrokristalin selulosa atau laktosa dalam penelitian Shah, et all 2011 “Study
Of Microcrystalline Cellulose As A Substitute Of Magnesium Stearate Towards
Functionality Of Lubricant In Aspirin Formulation” memberikan sifat lubrikan
yang baik serta memberikan persentase kerapuhan, kekerasan tablet dan waktu
disintegrasi yang baik.
b. Corn Starch/ Pati Jagung
Pati, umumnya digunakan sebagai pengikat, memberikan keuntungan seperti
berlimpah, tidak mahal, relatif inert dan tidak bereaksi dengan kebanyakan zat
aktif yang penggunaannya untuk sediaan farmasi sebagai bahan tablet dengan
metode cetak langsung.
c. Aerosil
Aerosil digunakan sebagai glidan bertujuan untuk meningkatkan aliran granul
dan mengontrol berat tablet.

7. FORMULASI
a. Formula
NO. Bahan mg/tab Persentase w/w
1 Aspirin 300 75
2 Lactose 80 20
3 Corn starch 15 3.75
4 Aerosil 5 1.25
Total 400 100

b. Fungsi bahan
a. Aspirin : zat aktif sebagai analgetik antipiretik
b. Laktosa : bahan penghancur dan bahan pengisi
c. Corn starch : bahan pengikat
d. Aerosil : bahan pelicin (glidan)
c. penimbangan bahan
Komposisi tablet :
- Bobot per tablet yang dikehendaki = 400mg/ tab
- Jumlah tablet yang dikehendaki = 1000 tab
a. Aspirin : 300mg/tab x 1000 tab = 3 gram/tab
b. Laktosa : 80mg/tab x 1000 tab = 8 gram /tab
c. Corn starch : 15mg/tab x 1000 tab = 15 gram/tab
d. Aerosil : 5mg/tab x 1000 tab = 5 gram/tab

d. Metode pembuatan tablet


menimbang aspirin 3 gram, laktosa 8 gram, pati jagung 15 gram dan aerosil 5
gram

memasukan aspirin, laktosa, pati jagung ke dalam alat pencampur

memasukan aerosil ke dalam campuran di atas hingga homogen

Massa dicetak dengan kempa langsung dengan bobot 150

e. Evaluasi Tablet
Tabel 2. Hasil Uji
Tabel 3. HasiL Uji

1. Uji keseragaman bobot


(1) Prosedur
Menimbang 20 tablet hitung bobot rata-ratanya
(2) Hasil
Terlihat pada tabel 2. Bobot tablet B3 lebih rendah dibandingkan dengan
tablet merk. Semua tablet memenuhi syarat keseragamaan bobot.
2. Diameter dan ketebalan
(1) Prosedur
10 tablet dipilih dari masing-masing batch percobaan dan merek, kemudiaan
diukur diameter dan ketebalan dengan sekrup mikrometer.
(2) Hasil
Diameter dan ketebalan (X ± SD) berkisar dari: 1.14 ± 0.0425cm ke 1,61 ±
0,0348 cm (B1 dan B5), 0,44 ± 0,0690cm ke 0,71 ± 0,0922cm (B4 dan B2).

3. Kekerasan
(1) Prosedur
Kekerasan dari 10 tablet yang dipilih secara acak dari setiap merek dan bets
formulasi percobaan diukur menggunakan Hardness Tester. Hasil Berkisar
antara 2,17 ± 0,4514Kg hingga 6,94 ± 1,4276 Kg (B1 dan B5).
4. Friability Test
(1) Prosedur
Sebanyak dua puluh tablet yang dipilih secara acak dari masing-masing
merek dan batch formulasi percobaan dibersihkan dari debu dengan sikat
lembut dan ditimbang untuk mengetahui bobot awal. Setiap set tablet
ditempatkan secara terpisah di Friability Tester selama 4 menit (25rpm).
Setelah dikeluarkan dari tester, tablet dibersihkan dari debu yang terlepas
dan dihitung bobot akhir. Digunakan untuk menghitung kehilangan berat
badan yang merupakan indikasi dari mekanik.
(2) Hasil
Kerapuhan berkisar antara 0,23% sampai 0,58% (B2 dan B1), untuk merek
komersial,1,33 ± 0,0638cm hingga 1,34 ± 0,0639cm (T1 dan T2), 0,38 ±
0,0850cm hingga 0,39 ± 0,2499cm (T3 dan T2), 4,67 ± 1,1918Kg hingga
4,90 ± 1,7986Kg (T2 dan T3) sementara kerapuhan berkisar 0,24% hingga
0,31% (T1 dan T3) untuk batch uji coba, masing-masing dilihat dari tabel
3.
5. Uji Desintegran
(1) Prosedur
Sebanyak 6 tablet masing-masing formulasi secara terpisah di rak-rak
rakitan menggunakan disk untuk menghindari mengambang tablet di 900
ml air sulingan dipertahankan pada 37 ± 2ºC.
(2) Hasil
Pada merek, B3 dan B4 menjadi pendek waktu untuk menguraikan 10 detik,
B1 13 detik sementara B2 dan B5 keduanya 15 detik (Tabel 3). Sidang batch
T1 dan T3 mengambil waktu yang serupa (20 Det.) tetapi sedikit lebih tinggi
hancur karena dibandingkan dengan T2 (15 Detik).

6. Uji Disolusi
(1) Prosedur
Membandingkan disolusi tablet merk dan tablet aspirin yang diformulasikan
diukur dengan metode dayung dalam disolusi aparat menggunakan 0,05 M
larutan buffer asetat 500 mL (pH 4,5) pada 50 rpm, dipertahankan pada 37
± 0,5 ° C. Setelah 30 menit absorbansi yang diencerkan dengan tepat bagian
dalam medium yang sama ditentukan terhadap absorbansi persiapan standar
di 265nm menggunakan Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu UV-150-02
berkas ganda spektrofotometer)
(2) Hasil
Hasil disolusi tidak ada yang kurang dari 80% dilihat dari tabel 2.
7. Pengujian kadar logam
(1) Prosedur
Dua puluh tablet ditimbang secara akurat dan digerus dengan mortir dan
stamper, jumlah yang setara dengan 100 mg aspirin itu dipindahkan ke labu
ukur 50 mL, diencerkan dengan 20 mL larutan pengenceran (asetonitril dan
asam format 99: 1). Labu ukur dikocok secara manual, disentrifugasi pada
3000 rpm selama 5 menit dan selanjutnya stok yang disiapkan diencerkan.
Sebuah aliquot dari larutan encer disuntikkan ke dalam cairan kromatografi
dengan detektor dengan panjang gelombang 280 nm.
(2) Hasil
Hasil menunjukkan bahwa kadar logam dalam tablet berkisar pada 95%-
105% ditunjukkan pada tabel 2.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari makalah ini yaitu:
1. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi
2. Keuntungan dari sediaan tablet adalah dapat diproduksi dalam skala besar,
memiliki ketepatan dosis, tidak mudah ditumbuhi mikroba, mudah dibawa.
Dan kerugiannya adalah onsetnya lebih lambat, jumlah zat aktif dalam tablet
sangat kecil, kesulitan menelan kepada anak-anak, orang sakit, parah dan
pasien lanjut usia, kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit
terbasahi dan tidak larut.
3. Pengkajia preformulasi meliputi uraian fisik, pengujian mikroskopik, ukuran
partikel, koefisien partisi, polimorfisme, kelarutan, disolusi, permesbilitas
membran, dan kestabilan
4. Desain dan formulasi obat harus mempertimbangkan karakteristik fisika,
kimia, dan biologi semua zat aktif dan eksipien yang digunakan dalam
pembuatan suatu produk.
5. Metode pembuatan tablet meliputi cetak langsung, granulasi kering dan
granulasi basah.
6. Evaluasi sediaan tablet meliputi uji keseragaman bobot, uji keseragaman
sediaan, uji waktu hancur, uji kekerasan tablet, dan uji kerapuhan tablet.
7. Aspirin dapat di buat tablet dengan menggunakan metode cetak langsung
karena memiliki sifat alir yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

---------. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

---------. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Erum, Saima., Hasan, Fouzia., Hasan Syed Muhammad Farid., Jabeen Sabahat.
Pakistan Journal of Pharmacology, Vol.28, No,1, pp.31-37. Pakistan :
Universitas of Karachi

Hadisoewignyo, Lannie., Teny, Gracesya Florensya., Handayani, Elok Tri Beby .,


Yunita. 2011. Pengaruh Bahan Pengisi Pada Tablet Ibuprofen Dengan Metode
Cetak Langsung. Majalah Farmasi Indonesia (22)4, 279 – 285, Fakultas
Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya

Howard, C. Ansel. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI PRESS

Sulaiman, N. Saifullah. 2001. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet.


Yogyakarta : UGM Press IUCOMM

Syah, Jilika., Tomar, Monika., Singh, Ajay Kumar, dan Sinha Amit Raj. Studi of
Microcrystalline cellulosa as a substitute of magnesium stearate towards
functionallyty of lubricant in aspirin formulation. International Journal of
Development Research, Vol 7, Issue 10, pp.15879-15884

Syamsuni, 2010. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai