2.6.2.5 SK Dan Panduan
2.6.2.5 SK Dan Panduan
TENTANG
KEWASPADAAN UNIVERSAL
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK TENTANG
KEWASPADAAN UNIVERSAL.
Kesatu : Acuan dan prosedur kewaspadaan universal sebagaimana tercantum
dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Di tetapkan di :
Pada tanggal :
Penanggungjawab Klinik Griya Medika
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PENANGGUNGJAWAB
KLINIK GRIYA MEDIKA
NOMOR :005/SK/PJK/GM/IV/2019
TANGGAL : 25 Mei 2019
I. DEFINISI
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Prinsip kewaspadaan
universal (Universal Precaution) di pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene
sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting
mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus lewat darah seperti HIV dan HIB tidak
menunjukkan gejala fisik. Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap
orang (pasien dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak.
Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi-ekskresi (kecuali keringat), luka
pada kulit dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko
penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui (misalnya
pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem
pelayanan kesehatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok
yaitu mencuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung
diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah
perlukaan, dan pengelolaan limbah.
3. Gaun Pelindung
Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Jenis bahan
sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah
untuk melindungi petugasdari kemungkinan genangan atau percikan darah atau
cairan tubuh lain. Gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi seperti
halnya pada saat membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan
drainase, menuangkan cairan terkontaminasi kedalam wc, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan perdarahan masif. Sebaiknya setiap kali dinas selalu
memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung. Gaun pelindung
harus segera diganti bila terkena kotoran, darah atau cairan tubuh.
4. Penutup Kepala
Tujuan pemakaian penutup kepala adalah mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat- alat /
daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut petugas dari
percikan bahan-bahan dari pasien.
5. Gaun / Baju Pelindung
Gaun pelindung atau jubah atau celemek merupakan salah satu pakaian
kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja dapat berupa seragam kerja, gaun
bedah, jas laboratorium dan celemek. Jenis bahan dapat berupa bahan tembus
cairan dan bahan tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah
untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau
cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
6. Sepatu Pelindung ( pelindung kaki )
Sepatu yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang tertentu
misalnya: ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang pemulasaran
jenazah dan petugas sanitasi. Tujuan pemakaian adalah melindungi kaki petugas
dari tumpahan / percikan darah / cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan. Sepatu harus
menutupi seluruh ujung kaki ujung dan telapak kaki dan tidak dianjurkan untuk
menggunakan sandal atau sepatu terbuka.
E. Pengelolaan Limbah
Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:
1. Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai risiko rendah,
yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan ruang tunggu pasien,
administrasi.
2. Limbah medis bagian dari sampah Puskesmas yang berasal dari bahan
yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai
limbah berisiko tinggi. Beberapa limbah medis dapat berupa: limbah klinis,
limbah laboratorium, darah atau cairan tubuh lainnya, material yang
mengandung darah seperti perban, kassa dan benda-benda dari kamar bedah,
sampah organik, misalnya potongan tubuh, plasenta, benda-benda tajam bekas
pakai misalnya jarum suntik.
F. Kecelakaan Kerja
Pajanan darah atau cairan tubuh dapat terjadi secara parenteral melalui
tusukan, luka, percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut dan percikan pada
kulit yang tidak utuh, misalnya pecah, terkikis atau kulit eksematosa. Kejadian
seperti tersebut harus dicegah dan keselamatan petugas harus diutamakan.
B. Prosedur
1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
2. Taruh sabun di bagian telapak tangan yang telah basah, buat busa secukupnya
tanpa percikan.
3. Gerakan cuci tangan terdiri dari gosokan kedua telapak tangan, gosokan
telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua
telapak tangan dengan jari saling mengait , gosok kedua ibu jari dengan cara
menggenggam dan memutar, gosok pergelangan tangan.
4. Proses berlangsung selama 10 – 15 detik
5. Bilas kembali dengan air sampai bersih
6. Keringkan tangan dengan handuk atau kertas yang bersih atau tisu atau
handuk katun sekali pakai.
7. Matikan kran dengan kertas atau tisu
8. Pada cuci tangan aseptik/bedah diikuti larangan menyentuh permukaan yang
tidak steril.