Anda di halaman 1dari 39

20

1. Timbangan untuk truk engkel kecil


Spesifikasi teknik :
Merk : Ringstrum
Tipe : 5000/3326404
Kapasitas : 60 ton
Daya/kelas : 10 Kg/III
Produksi : Australia
2. Timbangan untuk truk engkel besar, gandeng dan non tebu seperti tetes,
belerang, kapu dan lain-lain.
Merk : mettle Toledo
Tipe : 8142 pro
Kapasitas : 100 ton
3. Timbangan untuk truk gandeng.
Merk : Sartorius X 3
Tipe : PR 5140/00
Kapasitas : 80 ton
S/N : 3027503713
Produksi : Jerman

Proses penimbangan dilakukan dengan cara truk harus melewati jembatan


penimbangan sebanyak 2 kali. Pertama truk ditimbang beserta muatan tebu untuk
mengetahui berat kotor (bruto), kemudian truk akan ditimbang kembali tanpa
muatan tebu untuk mengetahui berat tebu untuk mengetahui berat truk (tara).
Setelah itu diketahui berat bruto dan tara, kemudian dilakukan perhitungan berat
bersih tebu yang diangkut (netto). Berikut adalah rumua perhitungan tebu pada
jembatan timbangan :

Netto = bruto - tara

Keterangan : Netto = berat tebu bersih (kg)

Bruto = berat truk dengan tebu (kg)

Tara = berat truk tanpa tebu (kg)


21

Setiap harinya 2 buah jembatan yang dimiliki PG Kebon Aguung


menimbang truk sebanyak 600-700 truk/hari dengan bobot muatan rata-rata 80
kuintal untuk truk kecil roda 6. Sedangkan truk besar tidak gandeng beroda 10
(fuso) memiliki muatan rata-rata 135 kuintal, sedangkan untuk truk gandeng
memiliki bobot rata-rata 270 kuintal.

3.2 Stasiun Persiapan


Sebelum masuk ke stasiun gilingan, tebu dipersiapkan di
emplacement yang kemudian secara bergiliran menuju timbangan tebu. Di
PG Kebon Agung terdapat tiga jenis emplacement, yaitu :
1. Emplacement luar
Fungsi : tempat berhentinya truk bermuatan tebu menunggu giliran
menuju emplacement dalam dan timbangan tebu.
2. Emplacement dalam
Fungsi : tempat menampung truk atau lori tebu yang siap menerima
giliran menuju truk dumper, tetapi sebelum itu truk itu atau lori
tersebut harus menuju ke timbangan tebu untuk ditimbang.
3. Emplacement dalam II
Fungsi : tempat penampungan truk atau lori tebu yang siap
menerima giliran menuju truk dumper, tetapi sebelum truk itu atau
lori tersebut harus menuju ke timbangan tebu untuk ditimbang.

Jika pada emplacement ini pengaturannya tidak teratur, maka


pekerjaan di stasiunpenggilingan akan mengalami keterlambatan dan
mengganggu administrasi penyediaan tebu. Pada emplacement ini terdiri
atas :
1. Railban
Hanya ada di emplacement dalam pabrik (diluar sudah tidak ada/
dibongkar).
2. Timbangan
22

Fungsi : untuk mengetahui berat tebu yang masuk tiap jam sehingga
dapat diketahui jumlah tebu yang masuk dalam 24 jam dan juga
dapat diketahui jumlah tebu yang sudah digiling.
Macam-macam timbangan tebu :
a. Timbangan tebu lori
- Jenis : Timbangan jembatan
- Merk : Molen Schot
- Buatan : England
- Tipe : WES DE 11.1975
- Nomor : 1.161-M-858 untuk lori dan 1.162-M-858 untuk truk
- Kapasitas : 10.000 Kg untuk lori dan 20.000 Kg untuk truk
b. Timbangan truk tebu
- Jenis : Timbangan jembatan
- Merk : Molen Schot
- Buatan : England
- Tipe : WES DE 11.1975
- Nomor : 1.161-M-1975
- Kapasitas : 20.000 Kg

Adapun bagian dari mesin persiapan ini adalah sebagai berikut :


1. Over Head Crane (OHC)
Fungsi : mengeluarkan tebu dari truk untuk dijatuhkan ke meja tebu
Spesifikasi teknik :
- Kapasitas OHC : 15.000 Kg
- Jumlah OHC : 1 buah

2. Mono Rail Crane (MRC)


Fungsi : mengeluarkan tebu dari truk untuk dijatuhkan ke meja tebu.
Spesifikasi Teknik :
1) MRC 1
 Posisi : barat utara
 Kapasitas MRC : 10.000 Kg
23

2) MRC 2
 Posisi : timur utara
 Kapasitas MRC : 12.500 Kg
3) MRC 3
 Posisi : barat selatan
 Kapasitas MRC : 12.500 Kg

4) MRC 4
 Posisi : timur selatan
 Kapasitas MRC : 12.500 Kg

3. Cane Table

Fungsi : penampung tebu dari lori maupun truk dan menjatuhkannya ke


carrier tebu menuju gilingan.
Spesifikasi Teknik :
 Kapasitas : 87.000 Kg
 Panjang :7m
 Lebar :6m
 Kecepatan rantai : 3,6 s/d 7,2 m/min
 Jumlah : 4 buah

Gambar 3.2 Cane table

( sumber :PG.Kebon Agung Malang )


24

4. Cane Carrier
Fungsi : mengangkut tebu dari meja tebu ke penggilingan secara
perlahan-lahan.
Jenis :
a. Main Carrier
 Kapasitas : 178.000 Kg
 Kecepatan : 4 s/d 12 m/min
 Power motor penggerak :110 kW
 Sudut kemiringan : 30º
b. Auxiliary Carrier
 Kapasitas : 178.000 Kg
 Kecepatan : 0 s/d 6 m/min
 Power monitor penggerak : 110 kW
 Sudut kemiringan : 30º

Gambar 3.3 Cane carrier


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )
25

5. Cane Leveller
Fungsi : meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu
tebal dan rata sehingga kerja cane carrier tidak terlalu berat. Leveller
dipasang sebelum cane cutter.

Gambar 3.4 Cane leveller


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )
6. Cane Cutter
Pada pabrik gula Kebon Agung ada 2 buah Cane Cutter.
Fungsi : memotong tebu menjadi bagian-bagian pendek.
a. Spesifikasi Teknik Cane Cutter 1 :
 Diameter mata pisau : 1.520 mm
 Jumlah disc holder : 28 buah
 Jumlah tangkai pisau : 56 buah
 Jarak dengan carrier : 400 mm
 Turbin : 1500 Hp
26

Gambar 3.5 Cane cutter 1


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )

b. Spesifikasi Teknik Cane Cutter 2 :


 Diameter mata pisau : 1.540 mm
 Jumlah disc holder : 20 buah
 Jumlah tangkai pisau : 80 buah
 Jarak dengan carrier : 25 - 50 mm
 Turbin : 2500 Hp
27

Gambar 3.6 Cane cutter 2

( sumber :PG.Kebon Agung Malang )


c. Spesifikasi Turbin Cane Cutter :
 Model : DEG61-50H
 Output : 1500 Hp
 Steam press : 16kg/cmg2
 Steam temp. : 310º
 Exhaust press : 0,8 kg/cmg2
 Turbine speed : 5220
 Output shaft speed : 750
 Weight : 6500

Gambar 3.7 Cane cutter


( Sumber : Diktat PG. Kebon Agung Malang )
28

7. Heavy Duty Cane Shredder (HDS)


Fungsi : memperhalus potongan-potongan tebu menjadi serpihan-
serpihan. HDS berjumlah 1 buah yang berfungsi untuk menumbuk tebu.
Spesifikasi Teknik :
 Model : Series SD 1822
 Tip Diameter x Inlet Width (mm) : 1.830 x 2.242
 Capacity (TDC) : 3.200 – 4.000
 Power : 4000 Hp
 Hammers (Row x Nos) = 8 x 11 : 88

Gambar 3.8 Heavy Duty Shredder (HDS)

( sumber :PG.Kebon Agung Malang )

8. Unigrator
Fungsi : memperhalus potongan-potongan tebu menjadi serpihan-
serpihan.
Spesifikasi teknik :
- Diameter : 78 inchi
- Jumlah mata unigrator : 8 buah
- Panjang : 138 inchi
- Turbin : 2000 HP
29

Gambar 3.9 Unigrator

( Sumber : Diktat PG. Kebon Agung Malang )

3.3 Stasiun Gilingan


Pada stasiun tebu, secara intensif dan berkali-kali untuk
mendapatkan jumlah nira yang maksimal. Adapun bagian dari stasiun
penggilingan ini sebagai berikut :
1. Roll gilingan
Fungsi : memeras tabu atau ampas sehingga diperoleh jumlah nira
yang maksimal.
Pada PG Kebon Agung menggunakan 5 unit gilingan yang masing-
masing unit terdiri atas :
 Roll Muka (Fore Roll)
 Roll Atas (Top Roll)
 Roll Belakang (Rear Roll)
 Roll Pengisi (Feeding Roll)

• Dimensi roll gilingan I


- Diameter roll gilingan atas (A) : 1143 mm
- Diameter roll luar muka (M) : 1143 mm
- Diamerer luar roll belakang (B) : 1143 mm
- Dalam alur : 50 mm
- Putaran : 480 rpm
- Panjang roll : 2286 mm
• Dimensi roll gilingan II
- Diameter roll gilingan atas (A) : 1143 mm
30

- Diameter roll luar muka (M) : 1143 mm


- Diamerer luar roll belakang (B) : 1143 mm
- Dalam alur : 50 mm
- Putaran : 470 rpm
- Panjang roll : 2286 mm
• Dimensi roll gilingan III
- Diameter roll gilingan atas (A) : 1143 mm
- Diameter roll luar muka (M) : 1143 mm
- Diamerer luar roll belakang (B) : 1143 mm
- Dalam alur : 50 mm
- Putaran : 460 rpm
- Panjang roll : 2286 mm
• Dimensi roll gilingan IV
- Diameter roll gilingan atas (A) : 1143 mm
- Diameter roll luar muka (M) : 1143 mm
- Diamerer luar roll belakang (B) : 1143 mm
- Dalam alur : 50 mm
- Putaran : 450 rpm
- Panjang roll : 2286 mm
• Dimensi roll gilingan V
- Diameter roll gilingan atas (A) : 1143 mm
- Diameter roll luar muka (M) : 1143 mm
- Diamerer luar roll belakang (B) : 1143 mm
- Dalam alur : 50 mm
- Putaran : 470 rpm
- Panjang roll : 2286 mm

Dimana roll penggilingan menggunakan penggerak turbin


dengan daya 1400 HP pada unit gilingan no. 1 dan no. 5 dan pada no.
2-4 menggunakan penggerak turbin dengan daya 750 HP.
31

Gambar 3.10 Roll Gilingan


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )

Main Carrier

Gambar 3.11 Flow Sheet Stasiun Gilingan


( Sumber : Diktat PG. Kebon Agung Malang )
32

Tabel 3.1 Flow Sheet Stasiun Gilingan


Keterangan
G1 : Unit Gilingan ke-1 N1 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-1
G2 : Unit Gilingan ke-2 N2 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-2
G3 : Unit Gilingan ke-3 N3 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-3
G4 : Unit Gilingan ke-4 N4 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-4
G5 : Unit Gilingan ke-5 N5 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-5

1. Hidraulic Pressure
Fungsi : menahan gerakan ke atas roll akibat masuknya umpan (ampas
tebu). Dengan adanya tekanan yang berlawanan maka ampas akan
terperah niranya.
2. Ampas Plate
Fungsi : penahan ampas yang keluar dari roll atas dan roll depan
sehingga ampas dengan mudah ke tekanan kerja yang di belakangnya.
3. Ampas Balk
Fungsi : menahan ampas plate supaya kedudukan ampas plate mampu
menahan tekanan ampas.
4. Scrapper Plate
Fungsi : alat pembersih ampas yang masuk melekat dalam alur-alur pada
roll gilingan.
5. Intermediate Carrier
Fungsi : mengangkut dan memberikan umpan ampas dari gilingan satu
ke gilingan berikutnya. Intermediate carrier terbuat dari bahan stainles
steel guna mencegah timbulnya jamur yang akan merusak kadar gula
pada nira karena jamur tersebut memakan zat gula pada nira.
6. Talang Nira
Fungsi : mengalirkan hasil perahan gilingan (nira) menuju bak
penampung. Talang nira terbuat dari bahan stainles steel guna mencegah
timbulnya jamur yang akan merusak kadar gula pada nira karena jamur
tersebut memakan zat gula pada nira.
33

7. Bak Penampung Nira


Fungsi : menampung hasil perahan (nira) hasil dari gilingan. Pada bak ini
diberikan hembusan uap pada nira supaya dapat mengurangi buih. Bak
penampung nira terbuat dari bahan stainles steel guna mencegah
timbulnya jamur yang akan merusak kadar gula pada nira karena jamur
tersebut memakan zat gula pada nira.
8. DSM (Dutch State Mines) Screen
Fungsi : menyaring nira mentah / nira kotor yang dihasilkan oleh unit
gilingan yang masih bercampur dengan kotoran seperti tanah dan ampas
halus. Nira hasil saringan ditampung sedangkan ampas yang ikut terbawa
nira jatuh ke saringan dan terbawa kembali ke ampas yang masuk.
9. Aux Carrier berjumlah 1 buah yang berfungsi membawa tebu dari meja
tebu ke pencacah tebu (cane cutter).
10. Main Carrier berjumlah 1 buah berfungsi membawa serpihan tebu
menuju unit gilingan.
11. Gilingan berjumlah 5 unit yang tiap unitnya terdiri dari 3 roll gilingan
yang terpasang seri.
12. Carrier Ampas berjumlah 1 buah yang berfungsi membawa ampas tebu
dari gilingan akhir ke stasiun ketel (boiler).

3.3.1 Proses Pada Stasiun Gilingan :


Pada PG Kebon Agung proses penggilingan tersusun tahap, yang
masing-masing terdiri dari empat roll baja yaitu : roll atas, roll muka, roll
belakang, dan pengisi sebagai roll pembantu.
1. Gilingan I
Tebu yang telah dicacah oleh cane cutter dan ditumbuk di HDS
merupakan umpan (feed) gilingan I dengan alat angkut main carrier
dan dengan bantuan feeding roll masuk ke bukaan kerja depan
kemudian feed diperah oleh roll atas dan roll belakang. Sedangkan
nira yang dihasilkan disebut nira perahan pertama (NPP) di alirkan ke
talang bak penampung nira. Ampasnya digunakan sebagai feed pada
gilingan II.
34

2. Gilingan II
Ampas dari gilingan I ditarik oleh pencakar ampas yang
digunakan sebagai feed gilingan II lalu diperah sehingga dihasilkan
nira yang selanjutnya dan dialirkan ke bak penampungan nira perahan
pertama. Hasil nira dari perahan gilingan pertama dan kedua akan
digabung menjadi satu yang akan dialirkan ke bak penampungan oleh
talang nira yang terbuat dari stainlees steel.
3. Gilingan III
Ampas dari gilingan II mendapatkan imbibisi nira yang
diangkut dengan intermediate carrier menuju gilingan III, kemudian
diperah sehingga diperoleh nira sebagai maserasi nira untuk gilingan
II. Sedangkan ampas yang dihasilkan dikirim sebagai umpan gilingan
IV.
4. Gilingan IV
Demikian pula pada gilingan IV, ampas dari gilingan III
dicampur dengan imbibisi nira diperah yang menghasilkan nira, nira
yang dihasilkan digunakan sebagai imbibisi pada gilingan III. Ampas
yang dihasilkan dialirkan ke gilingan V.
5. Gilingan V
Ampas dari gilingan IV dibawa menuju ke gilingan V dengan
ditambah air imbibisi nira yang dihasilkan digunakan untuk imbibisi
gilingan IV. Sedangkan ampas yang dihasilkan merupakan ampas
akhir. Kemudian dibawa oleh bagasse elevator yang dilengkapi
dengan sarigan halus dimana ampas halus digunakan sebagai
campuran mix juice (nira kotor) yang keluar dari clarifier menuju ke
rotary vacuum filter. Sedangkan ampas kasar digunakan sebagai
bahan bakar ketel dan sisanya disimpan di gudang penyimpanan
bagasse guna keperluan bahan bakar ketel saat buka giling tahun
berikutnya. Atau jika terlalu banyak bagasse biasanya juga dijual ke
pabrik kertas guna bahan baku pembuatan kertas.

Nira yang diproses lanjut (yang dimurnikan untuk dijadikan gula


produk) adalah nira yang berasal dari gilingan I dan II. Nira tersebut
35

ditampung dalam bak penampung dan dipompa dalam DSM Screen untuk
disaring dari bagasse halus atau bagasse vit. Air imbibisi untuk melarutkan
kandungan gula yang ikut terbawa ampas semaksimal mungkin. Jumlah
imbibisi yang diberikan 20% dari tebu yang tergiling. Air imbibisi
ditambahkan pada gilingan keempat dan kelima guna mendapatkan nira
sebanyak mungkin dan meminimalkan kandungan ampas yang masih
mengandung zat gula, dikhawatirkan ampas yang masih mengandung
kadar gula menjadi bahan bakar ketel yang nantinya bisa menimbulkan
kerak dan hasil pembakaran yang kurang optimal. Imbibisi yang
ditambahkan pada ampas adalah berupa cairan nira dan air. Imbibisi yang
diberikan pada ampas yang akan masuk ke gilingan II dan III, sedangkan
imbibisi air ditambahkan pada ampas yang masuk gilingan IV dan V.
Sistem imbibisi ada 2 macam yaitu :
1. Imbibisi tunggal pembersih air yang hanya diberikan pada ampas
gilingan V.
2. Imbibisi ganda terdiri dari 2 atau double compound, triple compound
atau quadrable compound imbibisi (imbibisi yang diberikan pada 4
unit gilingan).
Air imbibisi ada 2 macam, yaitu:
1. Air imbibisi dingin.
2. Imbibisi air panas dari kondensor yang diberikan oleh evaporator
bagian akhir pada temperatur 50 - 60ºC
36

Gambar 3.12 Stasiun gilingan


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )

3.4 Stasiun Pemurnian


Stasiun ini bertujuan untuk mendapatkan nira murni dengan kadar
gula semaksimal mungkin dan untuk menghilangkan zat-zat atau bahan
organik yang terbawa oleh nira mentah sehingga diperoleh gula yang
berkualitas tinggi. Adapun proses yang terjadi pada stasiun pemurnian ini
adalah sebagai berikut :
a) Proses kimia
Dengan cara memberikan zat kimia pada nira (asam fosfat dan susu
kapur) yang dapat mengikat komponen-komponen menjadi endapan
garam halus.
b) Proses fisika
Dengan cara pengendapan dan penyaringan kotoran-kotoran yang
kasar.
c) Proses kimia fisika
Perpaduan antara proses kimia dan fisika untuk mempercepat
terjadinya pengumpulan endapan kotoran.
37

Stasiun Pemurnian

Gambar 3.13 Flow Sheet Stasiun Pemurnian


( Sumber : Diktat PG. Kebon Agung Malang )

1. Pre Heater
Fungsi : Memanaskan pada temperatur untuk memperlancar proses
pemurnian.
Tipe : - Shell untuk steam.
- Tube untuk nira
Macam-macam Per Heater
a. Pre Heater I (memanaskan nira sampai temperatur 700ºC).
Fungsi :
- Mencegah terjadinya gula inversi.
- Mempercepat reaksi antara bahan organik dan anorganik.
- Membunuh bakteri pengurai sukrosa.
- Koloid lebih cepat mengendap.
- Mengeluarkan gas-gas dalam nira.
38

Jika temperatur melebihi 700ºC gula akan mengalami erosi dan


jika kurang dari 70ºC, maka bakteri masih aktif dan juga dapat
menghasilkan garam yang mudah larut dan sulit mengendap.
b. Pre Heater II
Fungsi : memanaskan nira setelah disulfitasi sampai temperatur
100ºC s/d 105ºC.
2. Spliter Box
Fungsi : mengatur susu kapur yang masuk sehingga jumlah susu kapur
dapat sesuai dengan yang dikehendaki berdasarkan jumlah nira
mentah dalam kurun waktu tertentu secara kontinyu.
3. Liming Tank (Defecator)
Fungsi : tempat mereaksikan nira mentah dengan susu kapur secara
otomatis sehingga memperoleh pH yang diharapkan.
Spesifikasi teknik :
- Merk : Stork
- Diameter : 2,12 m3
- Tinggi tangki : 2.600 mm
- Putaran pengaduk : 150 rpm
- Jumlah : 2 buah
4. Bejana Sulfitasi Nira Mentah
Fungsi :
- Menurunkan pH
- Menetralkan kelebihan Ca(OH)2
- Membentuk endapan CaSO3 yang dapat menyerap kotoran
sehingga mengumpul dan mengendap.
Spesifikasi teknik :
- Merk : Stork
- Kapasitas : 10 m3
- Diameter : 2.200 mm
- Tinggi : 6.735 mm
5. Single Tray Clarrifier
Alat yang digunakan 1 buah (Single Clarrifier)
39

Fungsi : memisahkan atau mengendapkan kotoran-kotoran yang


terbentuk pada saat pemurnian sehingga akan didapatkan dua lapisan
yaitu bagian atas nira jernih dan nira kotor.
Syarat-syarat Tray Clarrifier :
- Bejana harus bebas dari getaran
- Gas-gas yang terjadi harus keluar secara maksimal.
Spesifikasi teknik :
- Merk : Single Tray Clarrifier
- Kapasitas : 278 m3
- Tinggi : 18 ft
- Sistem : kontinyu
- Jumlah : 1 buah
- Diameter : 20 ft
6. Saringan Nira Jernih
Fungsi : nira encer dan clarifier di saring dalam saringan nira jernih
kemudian di tampung dalam peti nira jernih.
7. Mud Feed Mixer
Fungsi : mencampr nira kotor dengan bagasilo (ampas halus).
8. Vakum Filter
Fungsi : memisahkan kotoran nira yang berasal dari rapidoor clarifier
sehingga diperoleh nira tapis dan blotong.
9. Tato Filtrate
Fungsi : mendapatkan nira jernih yang berasal dari vakum filter yang
berubah nira tapis dengan penambahan floculant untuk memisahkan
kotoran yang ada. Pada sistem pemurnian ini juga terdapat stasiun
pembantu pemurnian yang berfungsi untuk menyediakan bahan-bahan
pembantu pada stasiun pemurnian yang terdiri atas :
a. Tangki pembuatan susu kapur
Fungsi : mendapatkan susu kapur dengan jalan melarutkan kapur
dengan air. Peralatan yang digunakan :
40

1. Saringan
2. Tangki pengendap
3. Tangki pengaduk
b. Tungku pembuatan gas belerang
Fungsi : membuat gas SO2 dengan jalan membakar belerang
dengan udara kering pada dapur belerang.

3.4.1 Proses Pada Stasiun Pemurnian


Nira mentah yang berasal dari stasiun gilingan yang sudah tersaring
dalam DSM Screen dipompa menuju ke timbangan nira mentah untuk
ditimbang, selanjutnya nira mentah turun menuju ke peti tank nira mentah,
disini nira mentah tersebut ditambahkan asam phospat dengan konsentrasi
tertentu (pH 5,5 - 6,5). Fungsi asam phospat disini adalah untuk
menaikkan kandungan phospat yang dapat menyebabkan warna kristal
gula menjadi putih.
Setelah nira mentah ditimbang kemudian dipanaskan terlebih dahulu
pada pemanasan pendahuluan I (PP I) dengan temperatur 70ºC. Hal ini
disamping membunuh bakteri juga menjaga jangan sampai keasaman nira
rusak. Nira yang keluar dan PP I menuju ke spliter box. Spliter Box
merupakan tempat penambahan susu kapur. Dari spliter box, nira turun ke
limink tank I (Defekator I) dan mengalami penambahan susu kapur
sehingga pH menjadi 7,0.
Dari defekator I, nira mengalir ke defekator II dan dilengkapi dengan
sekat parabolik yang berfungsi sebagai pengaduk hingga pH menjadi 8,0-
9,0. Nira yang telah bercampur dengan susu kapur pada defekator I dan II
kemudian menuju ke bejana sulfitasi sehingga pH menjadi 5,5. Di dalam
ini terjadi proses sulfitasi yaitu penambahan SO2 yang berasal dari
pembakaran belerang.
Selanjutnya nira mentah tersebut turun ke peti netralisir, disini
ditambahkan lagi susukapur agar pH menjadi netral yaitu 7,2. Kemudian
nira sulfitasi turun ke peti nira mentah sulfitasi.
41

Nira yang berasal dari peti nira mentah sulfitasi dipompa menuju ke
door clarifier yang sebelumnya dipanaskan pada PP II. Tujuan dari
pemanasan ini adalah untuk membunuh bakteri yang terbawa oleh nira.
Kemudian nira menuju ke frefloc tower, disini ditambahkan floculant
dengan dosis tertentu. Fungsi penambahan floculant adalah untuk
mengumpulkan partikel-partikel yang mengapung agar lebih cepat
mengendap. Sebelum memasuki door clarifier, nira diperiksa pHnya
dengan ketentuan pH = 7,2 V.
Dalam door clarifier terjadi proses pengendapan, hasil dari proses ini
adalah nira bersih dan nira kotor. Nira bersih dan door clarifier kemudian
disaring dalam saringan nira encer, setelah itu di pompa menuju ke pre
evaporator pada stasiun penguapan. Nira kotor turun dan dipompa menuju
ke mixer nira kotor, dalam mixer tersebut ditambahkan ampas halus dari
gilingan V, selanjutnya nira kotor menuju ke vakum filter. Dalam vakum
filter terjadi penyerapan untuk menyerap kadar gula yang masih
terkandung pada nira kotor. Hasil dari vakum filter adalah nira tapis dan
blotong. Blotong diangkut truk dan dikirim ke petani untuk dijadikan
pupuk. Nira tapis menuju buffer tank, selanjutnya dipompa menuju tato
filtrate.
Dalam tato filtrate terjadi pemisahan antara nira jernih dengan nira
kotor. Nira kotor diproses lagi pada vakum filter, sedangkan nira jernih
disaring dengan saringan tab filter dan dipompa ke pre evaporator melalui
PP.111 dengan temperatur 110ºC.

3.5 Stasiun Penguapan


Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung
di dalam nira encer sehingga diperoleh nira kental dengan batas kekentalan
64 %, selain itu hasil dari penguapan adalah air kondensat yang berfungsi
sebagai air pengisi ketel. Peralatan yang digunakan pada stasiun
penguapan adalah sebagai berikut :
42

1. Heater III
Fungsi : untuk menaikkan temperatur nira mencapai 105ºC agar nira
encer mencapai titik didih, sehingga dalam proses penguapan air
berlangsung maksimal.
2. Pre Evaporator
Fungsi : menguapkan air yang terkandung dalam nira encer.
3. Thermokompresor
Fungsi : sebagai alat bantu pada evaporator (steam jet injector).
4. Pompa Vakum
Fungsi : sebagai penekan uap sehingga tekanan tiap-tiap badan
penguapan berbeda.
5. Kondensor
Fungsi : mengembunkan air yang diuapkan di evaporator IV.
6. Bejana Sulfitasi Nira Kental
Fungsi : menurunkan pH nira kental sampai 5,6.
7. Talodura
Fungsi : mengurangi kandungan padatan yang larut dalam nira kental
dan memisahkan kotoran yang terdapat dalam nira kotor baik yang
larut maupun yang tidak larut dengan jalan penguapan.
8. Bejana Penguapan
Fungsi : menguapkan air yang banyak terkandung dalam nira encer
jadi nira kental.
Spesifikasi teknik :
- Merk : Stork
- Jenis : Calandia
- Jumlah : 6 buah
9. Pan Penguapan
Berjumlah 6 buah berfungsi untuk menguapkan air yang banyak
terkandung dalam nira encer menjadi nira kental tertentu. Pan yang
aktif ada 5 buah sedangkan yang 1 berfungsi sebagai cadangan.
43

Gambar 3.14 Flow Sheet Stasiun Penguapan

( Sumber : Diktat PG. Kebon Agung Malang )

Tabel 3.2 Spesifikasi Evaporator

Pre Pre
Evap Evap Evap Evap Evap Evap Evap
Dimensi Evap Evap
III IV V VI VII VIII XI
I II
Luas
pemanasan 4000 4000 3000 2200 2200 1700 1100 1100 1100
(m2)
Panjang
2383 2383 2375 2375 2375 2375 2375 2375 2375
pipa (mm)
Diameter
38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35
pipa (mm)
Jumlah
16016 16016 8550 7800 7800 6500 4320 4320 4320
pipa (mm)
Suhu (C) 118 118 118 118 108 95 85 Delay Delay
0,8 0,8 0,8 0,8 0,6 8 30
Tekanan Delay Delay
ato ato ato ato ato cmHg cmHg
44

Pada masing-masing badan evaporator dilengkapi dengan :

a) Pipa pemanas
Fungsi : tempat pertukaran panas antara uap dengan nira.
b) Pipa jiwa
Fungsi : tempat sirkulasi nira dan keluarnya nira ke bejana penguapan
berikutnya.
c) Outlet kondensat
Fungsi : tempat keluarnya air kondensat.
d) Sapvanger
Fungsi : untuk menahan pereikan nira agar uap air yang dipakai sebagai
bahan pemanas evaporator tidak tercampur dengan nira.
e) Sight glass
Fungsi : kaca pengontrol nira.
f) Termometer an manometer vakum
Fungsi : pengontrol kondisi badan evaporator.

3.5.1 Proses Pada Stasiun Penguapan

Nira encer dari heater III di stasiun pemurnian dialirkan ke pre


evaporator untuk diuapkan sebagian airnya. Dari pre evaporator, nira
kental dengan temperatur 115ºC dan tekanan 0,8 atm dialirkan ke badan
penguapan dengan sirkulasi lima tahap, yaitu :

1. Tahap I
Nira encer dari per evaporator dialirkan ke eavaporator I untuk
dipanaskan oleh uap bekas dengan temperatur 108ºC dan tekanan 0,6
Kg/cm2.
2. Tahap II
Nira dari evaporator I dialirkan ke evaporator II untuk diuapkan airnya
dengan temperatur 80ºC s/d 95ºC dan tekanan 8 s/d 10 cmHg.
3. Tahap III
Nira dari evaporator II dialirkan ke evaporator III dan diuapkan
dengan temperatur 80ºC s/d 85ºC dan tekanan 30-35 cmHg.
45

4. Tahap IV
Nira encer dari evaporator III dialirkan ke evaorator IV dan diuapkan
dengan temperatur 60ºC s/d 62ºC dan tekanan 60 cmHg.
5. Tahap V
Nira yang keluar dari evaporator IV dialirkan ke evaporator V dan
diuapkan hingga memiliki kekentalan tertentu (nira kental).

Kemudian dialirkan ke talodura kemudian nira kental dialirkan ke


bejana sulfitasi. Dalam bejana ini nira kental bereaksi dengan gas SO2
yang ditambahkan dengan bahan-bahan pembentuk warna dalam nira
kental. Sehingga warna di dalam nira kental dapat direduksi yang
berdampak positif terhadap warna gula produksi (warna gula menjadi
putih).

3.5.2 Proses Pada Setiap Badan Penguapan :

1. Pre evaporator
Nira encer hasil pemurnian dialihkan ke evaporator, disini nira encer
mengalami pemanasan lanjut dengan temperatur 115ºC s/d 120ºC
dengan tekanan 0,8 atm. Uap yang digunakan dalam proses ini adalah
uap-uap bekas turbin yang dimanfaatkan sebagai feeding atau
pemanas pada pemanas pendahuluan (PP) juga pada stasiun masakan.

2. Evaporator I
Dimanfaatkan untuk menguapkan nira encer dengan menggunakan
uap bekas dari pre evaporator. Hasil penguapan ini adalah uap nira I
yang digunakan sebagai pemanas pada evaporator II, kemudian
dialirkan ke evaporator II.

3. Evaporator II
Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan menggunakan
uap nira I dengan temperatur 90ºC s/d 95ºC dan tekanan 19 cmHg.
46

Hasil penguapan ini digunakan untuk pemanasan pada evaporator III


yang selebihnya digunakan untuk pemanasan pendahuluan I dan
niranya dialirkan ke evaporator III.

4. Evaporator III
Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan memakai uap
nira dari hasil penguapan pada evaporator II dengan temperatur 80ºC
s/d 85ºC dan tekanan 30 s/d 35 cmHg vakum. Uap nira hasil dari
penguapan ini digunakan untuk pemanasan pada evaporator IV.

5. Evaporator IV
Evaporator ini menggunakan uap nira hasil dari penguapan pada
evaporator III dengan temperatur 60ºC s/d 62ºC dan tekanan 60 cmHg
vakum. Uap bebas dari evaporator IV ini dialirkan ke kondensor dan
dinginkan pada cooling pond (kolam pendingin), seterusnya
digunakan sebagai air kondensat pengisi ketel

6. Evaporator V
Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai
kekentalan tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti
masakan.

Gambar 3.15 Stasiun Penguapan


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )
47

3.6 Stasiun Masakan


Stasiun ini bertujuan untuk mengubah sukrosa yang berbentuk
larutan menjadi kristal gula yang rata-rata berukuran 0,8 - 1,0 mm.
Peralatan yang digunakan pada stasiun ini adalah sebagai berikut :
1. Pan Masakan
Fungsi : membuat kristal gula dengan cara menguapkan air sampai
melewati titik jenuhnya. Jumlah pan ada 10 unit dengan perincian :
- 5 unit untuk masakan A
- 2 unit untuk masakan C
- 3 unit untuk masakan D
2. Palung Pendingin
Jumlahnya ada 13 unit
Fungsi :
- Tempat menampung hasil masakan sebelum dibawa ke stasiun
putaran.
- Sebagai tempat penyempurnaan kristalisasi.
- Meningkatkan kejenuhan air sampai mendekati daerah metastabil.
Palung pendingin ini dilengkapi dengan pengaduk yang berfungsi :
a. Mempercepat pendinginan.
b. Mendorong keluarnya masakan yang akan diputar.
c. Mencegah agar tidak membeku karena pendinginan masakan
pertama.
3. Palung Pendingin Cepat
Fungsi :
- Sebagai pendingin masakan.
- Mengurangi kekentalan masakan D agar mudah diputar.
Jumlahnya ada 2 buah untuk masakan masecuite D.
48

Stasiun Masakan

Gambar 3.16 Flow Sheet Stasiun Masakan


( Sumber : Diktat PG. Kebon Agung Malang )

3.6.1 Proses Pada Stasiun Masakan


1. Pada Pembibitan
Pada proses masakan sebelum nira dari penguapan masuk ke pan
masakan terjadi proses pembibitan gula terlebih dahulu. Proses
pembibitan tersebut berlangsung pada pan masakan A2. Bahan dari
pembibitan tersebut dari stroop D dan C deklare sebanyak 200 HL
yang telah tercampur hingga larutan tersebut hampir jenuh kemudian
dimasukkan nira mentah dan gula fondan dengan volume 200 cc.
Bahan-bahan tadi di campur menjadi satu hingga mencapai volume
49

400 HL. Hasil dari pencampuran tersebut menjadi bibitan D2 yang


memiliki harga kemurnian sekitar 60-64 HK.
Proses pembibitan yang terjadi pada pan masakan A2 dibagi
menjadi A I sebanyak 200 HL dengan penambahan dari masing-
masing bahan stroop C dengan harga kemurnian sebesar 69-72 HK,
hingga mencapai volume 350 – 400 HL dengan besar dari kristal gula
sebesar 0,3 mm. Dari hasil pembagian pada pan masakan AI gula
tersebut masuk ke palung, kemudian gula bibitan tersebut dipompa
menuju putaran gula C. Pada putaran C terjadi pemisahan antara
plokulan gula C dan tetes C. Tetes C masuk ke peti C untuk proses
pada pan masakan D sedangkan plokulan gula C masuk ke peti nira
kental yang digunakan sebagai proses pembibitan kembali.

2. Pada Pan Masakan A


Pan masakan A bahannya nira mentah yang berasal dari bejana
sulfitasi dan klare SHS. Dalam pan masakan A terjadi permasalahan
antara nira mentah dan klare SHS. Dari pan masakan A campuran nira
mentah dan klare SHS menuju ke palung A yang kemudian di pompa
oleh pompa rota menuju ke mixer yang selanjutnya masuk ke putaran
A untuk memisahkan antara gula A dengan tetes A. Hasil dari putaran
A yang berupa tetes A masuk ke peti A untuk dijadikan bahan pada
pan masakan C. Sedangkan hasil putaran yang berupa gula A masuk
menuju palung pendingin gula A yang akan dipompa menuju ke mixer
gula A sebelum menuju putaran gula A2. Pada putaran gula A2 terjadi
pemisahan antara gula SHS dan klare SHS. Klare SHS akan masuk ke
pembibitan dan bahan ke pan masakan A dan gula SHS 1 langsung
dialirkan ke sugar driyer untuk mendapatkan produk gula.

3. Pada Pan Masakan C


Pan masakan C bahan berupa nira, klare SHS dan stroop A
hingga volume 400 HL yang telah dicampur dengan gula A sebanyak
50

40 HL yang mempunyai harga kemurnian sebesar 69-72 HK dengan


ketebalan kristal sebesar 0,5 – 0,6 mm.
Hasil dari pan masakan C akan masuk ke palung C yang
kemudian dipompa oleh pompa rota menuju mixer sebelum masuk ke
putaran C. Setelah nira didinginkan di palung dan di mixer, nira akan
mengalir ke putaran gula C untuk memisahkan antara tetes C dan gula
C. Hasil dari putaran gula C yang berupa tetes C masuk menuju peti C
untuk dijadikan bahan pada pan masakan D. Sedangkan hasil putaran
yang berupa gula C masuk menuju palung pendingin gula C dan akan
dipompa rota menuju palung gula C yang nantinya akan dijadikan
bahan pada pan masakan bibitan.

4. Pada Pan Masakan D


Pan masakan D bahan berupa klare D dan tetes C hingga volume
400 HL. Klare D didapatkan melalui proses masakan bibitan. Hasil
dari pan masakan D akan masuk ke palung D1 dan diteruskan ke
palung pendingin cepat untuk mendapatkan gula D atau rapit, dari
palung pendingin cepat rapit atau gula D akan di mixer sebelum
masuk ke putaran D1. Setelah nira didinginkan di palung dan di
mixer, nira akan mengalir ke putaran gula D1. Pada putaran gula D1
akan menghasilkan gula D1 dan tetes D1. Hasil dari putaran yang
berupa tetes D1 akan langsung masuk ke tangki tetes akhir karena
sudah mempunyai kepekatan yang amat jenuh. Sedangkan hasil yang
berupa gula D1 akan mengalir ke palung gula D1 dan dipompa rota
menuju mixer dan dilanjutkan ke putaran D2 untuk mendapatkan hasil
putaran yang berupa klare D yang digunakan untuk bahan pan
masakan D dan hasil putaran yang berupa gula D2 akan dilanjutkan ke
palung gula D2, setelah dari palu gula D2, gula akan mengalir dan
melewati 2 valve, dimana valve tersebut akan mengalirkan gula D2 ke
leburan dan ke palung gula D2, apabila tangki leburanpenuh maka
gula D2 akan dialirkan ke palung gula D2 yang digunakan sebagai
bahan pan masakan bibitan.
51

5. Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi dilaksanakan dengan menguapkan air yang
terdapat dalam nira kental sehingga terjadi pembesaran inti kristal dan
bibit yang ditambahkan kedalamnya. Hal tersebut dilakukan pada
temperatur rendah serta tekanan vakum dengan maksud untuk
mendapatkan kristal yang memenuhi syarat (ukuran, bentuk, dan
mutunya). Pada PG Kebon Agung menggunakan proses masakan tiga
tingkat yang terdiri atas masakan A, masakan C, masakan D.
Sedangkan gula produktif didapat dari masakan A hasil dari masakan
C dan D dilebur sebagai bibitan untuk masakan A.

3.6.2 Langkah-Langkah Proses Kristalisasi :


1. Menarik hampa
Sebelum proses kristalisasi dilakukan mulai dari membuat bejana
hampa (vakum pan). Pembuatan bejana hampa dimulai dengan
menutup semua katup yang berhubungan dengan pan kemudian
dibuka katup pancingan, apabila tekanan vakum mencapai 50 cmHg
maka afskuiter yang berhubungan dengan pompa vakum sekitar 63
cmHg, sementara itu afskuiter pancingan ditutup kembali.
2. Menarik larutan
Larutan sukrosa yang akan digunakan sebagai bahan dasar kristal
disimpan dalam peti-peti larutan, peti-peti kental, peti-peti stroop, peti
klaredan peti leburan. Dalam peti-peti perlengkapan ini pipa-pipa
pemanas dengan lubang terbuka yang dapat dialirkan uap panas ke
dalam larutan. Pemanas ini dimaksudkan untuk menurunkan
kejenuhan agar kristal yang terdapat dalam larutan melarut. Setelah
larutan terbebas dari inti-inti kristal yang terdapat larutan melarut,
baru dilanjutkan untuk langkah selanjutnya.
3. Pembuatan bibit
- Pembibitan dengan cara spontan
Larutan gula dipekatkan sampai mencapai daerah stabil, sehingga
terbentuklah inti-inti kristal.
52

- Pembibitan dengan kejutan


Larutan dibawa ke daerah pertengahan kemudian inti kristal
dimasukkan ke dalam larutan
- Pembibitan dengan inti penuh
Larutan gula dipekatkan sampai daerah meta mantap kemudian
dibersihkan dan selanjutnya diuapkan pada daerah mantap.
4. Membesarkan kristal dan memasak tua
Setelah pembuatan bibit kemudian membesarkan bibit sampai ukuran
kristal tercapai, penarikan bahan dihentikan, mengurangi penguapan
dan mengecilkan pemasukan panas.
5. Menurunkan masakan
Setelah masak cukup tua maka diturunkan ke palung pendingin.
Penurunan masakan dengan menghilangkan hampa dengan cara
membuka afskuiter yang menghubungkan pan dengan pompa vakum,
sementara itu uap ditutup.

3.7 Stasiun Putaran


Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal-kristal gula yang
larutan induknya (stroop) kristal tersebut. Peralatan yang digunakan
stasiun putaran adalah sebagai berikut :
1. Putaran discontinue
Fungsi : untuk putaran gula A
Jumlah : 7 unit
53

Gambar 3.17 Discontinue Centrifugal


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )

a) Mesin putaran discontinue 1, 2, 6, 7


Merk : broadbent
Max rpm : 1200
Working rpm : 1000
Kapasitas : 1850 kg/charge
Waktu : 3 menit
Jumlah : 3 unit
b) Mesin putaran discontinue 4 dan 5
Merk : WS / Wastren Starter
Max rpm : 1000 rpm
Kapasitas : 650 kg
Jumlah : 2 unit
c) Mesin putaran discontinue 3
Merk : WS / Wastren Starter
Kapasitas : 1000 kg/charge
Jumlah : 1 unit
Max. Speed : 1000 rpm
2. Putaran continue (Lowgrade Centrifuge)
Fungsi : untuk putaran gula D2(9-13), D1(6-8) dan gula C(1-5)
54

Jumlah : 13 unit
a) Mesin putaran continue gula D1 ada 3 unit :
• Mesin putaran continue 1 dan 2 gula D1
Merk : BMA
Type : k2300
Max. Speed : 2000 rpm
Diameter basket : 1300 mm
Kapasitas : 2200 kg/jam
Jumlah : 2 unit
• Mesin putaran continue 3 gula D1
Merk : Roberts WS Centrifugal
Job.no : 5276198
Max. Speed : 1800 rpm
Working speed : 1750 mm
Kapasitas : 800-1200 kg/jam
Jumlah : 1 unit
b) Mesin putaran continue gula D2 ada 4 unit :
• Mesin putaran continue 1-3 gula D2
Merk : Roberts WS Centrifugal
Max. Speed : 2000 rpm
Working speed : 1950 mm
Kapasitas : 800-1200 kg/jam
Jumlah : 3 unit
• Mesin putaran continue 4 gula D2
Merk : BMA
Max. Speed : 2400 rpm
Kapasitas : 650 kg/jam
Jumlah : 1 unit

c) Mesin putaran continue gula C ada 5 unit :


• Mesin putaran continue 1-5 gula C.
Merk : BMA
55

Max. Speed : 2400 rpm


Kapasitas : 650 kg/jam
Jumlah : 5 unit

3.7.1 Proses Pada Stasiun Putaran :


a) Proses masakan untuk putaran A
Mula-mula tromol putaran (blower) pelan dan bahan masuk
pada batas tertentu, kemudian putaran dipercepat dengan
penyemprotan air panas dengan temperatur 80ºC melalui nozzle.
Tujuan pemberian hembusan dengan uap panas adalah untuk
membersihkan atau melepaskan cairan induk yang masih tertinggal
serta untuk mengeringkan kristal gula. Kemudian putaran diperlambat
maka stroop gula akan turun yang akhirnya pada penutup bagian
bawah terbuka dan gula turun ke talang goyang (grasshopper
konveyor).
Untuk putaran A akan dihasilkan gula A dan stroop A,
kemudian gula A diputar lagi pada putaran SHS karena masih
mengandung stroop A berwarna kemerahan. Proses pada stasiun
putaran meliputi :
- Gula A turun ke talang bawah dan ditambahkan klare I agar
tercuci kembali dan untuk mempermudah digunakan pompa ke
mixer SHS.
- Selanjutnya diputar pada putaran SHS dan menghasilkan gula
SHS dan klare I.
- Gula SHS ini dibawa ke talang goyang kemudian masuk ke
pengeringan selanjutnya diangkat dengan bucket elevator ke
vibrating screen dan didapatkan tiga jenis gula.

Jenis gula kasar dan halus dimasak kembali ke stasiun masakan.


Dan untuk gula normal di stasiun pembungkusan dan ditimbang 50 Kg
selanjutnya disimpan di gudang dan siap untuk dipasarkan.
56

b) Proses masakan untuk putaran C dan D


Alat ini bekerja secara otomatis dan bekerja secara terus
menerus tanpa terputus, gula masuk dan menguap dengan gaya
sentrifugal. Larutan yang berupa zat cair akan menembus saringan
serta masuk ke ruang larutan kemudian secara overflow keluar melalui
saluran, sedangkan kristal gula tertahan pada saringan gula akibat
kemiringan basket dan gaya sentrifugal. Selanjutnya kristal keluar
melalui corong pengeluaran kristal.

3.8 Stasiun Penyelesaian


Stasiun ini bertujuan untuk menyelesaikan hasil kerja stasiun putaran
yaitu gula produk yang masih basah dikeringkan sehingga gula produk
menjadi kering dan siap untuk dikemas. Peralatan yang digunakan stasiun
penyelesaian adalah sebagai berikut :
1. Grasshoper konveyor (talang goyang)
Fungsi : sebagai pengering pendahuluan dan pengangkut gula ke sugar
driyer untuk memisahkan gumpalan gula. Alat ini bergerak secara
eksentrik sehingga menimbulkan getaran (vibrating).
2. Pengeringan
Fungsi : mengeringkan gula SHS
Alat ini bekerja otomatis, gula yang diproses melalui proses
pengeringan bertujuan agar gula yang masih basah dapat menjadi
kering dan membentuk kristal putih dan dapat memisahkan antara
kotoran dan gula.
3. Elevator
Fungsi : mengangkut gula kering menuju saringan atau ayakan getar
(vibrating screen).
4. Dust collector
Fungsi : mengangkut debu-debu gula dan pengeringan gula.
Alat dilengkapi dengan blower yang menghisap udara dan gula debu
dan sugar driyer yang kemudian dihembuskan ke atas. Pada bagian
atas dilakukan penyemprotan dengan air untuk mengikat gula debu.
57

Selanjutnya cairan yang masih mengandung gula debu tersebut dilebur


kembali. Kapasitas rotoclone sekitar 14000 lt/jam.
5. Vibrating screen
Fungsi : memisahkan gula normal, kasar, dan halus.
Vibrating screen di PG Kebon Agung ini dibagi menjadi dua tingkatan
yaitu dengan memisahkan gula kerikil, gula standar dan gula halus.
6. Silo (sugar storage)
Fungsi : sebagai penampung gula produksi SHS sebelum dibungkus
dalam karung.
Di bagian bawah alat ini berupa corong yang digunakan sebagai
discharge gula dan dari corong ini gula dimasukkan dalam karung.
7. Pembungkusan
Fungsi : membungkus gula yang sudah di standarisasi.
Pada proses pembungkusan ini gula yang dihasilkan adalah gula
standar dan dikemas dalam karung dan selanjutnya ditimbang.
8. Timbangan
Fungsi : menimbang gula yang sudah dikemas atau dibungkus.
Pada proses timbangan ini gula ditimbang dalam karung kurang lebih
50,2 kg dan seterusnya di jahit.
9. Belt conveyor
Fungsi : sebagai alat transportasi gula menuju gudang.

Gambar 3.18 Stasiun Penyelesaian


( sumber :PG.Kebon Agung Malang )
58

3.8.1 Proses Pada Stasiun Penyelesaian


Gula SHS yang dihasilkan oleh stasiun putaran disebut gula
produksi. Gula SHS yang berasal dari stasiun putaran dibawa oleh talang
goyang menuju alat pengeringan gula, udara dihembuskan pada temperatur
400ºC. Debu-debu gula yang dibawa oleh udara pada alat pengering
dihisap oleh mesin penghisap debu dan debu-debu gula tersebut dikirim
lagi ke pan masakan bibitan. Gula kering yang keluar diangkut dengan
bucket elevator menuju ke vibrating screen (ayakan getar). Vibrating
screen di PG Kebon Agung Malang dibagi menjadi dua tingkat yaitu
dengan memisahkan gula krikilan, gula standar, dan gula halus. Gula
krikilan dan gula halus dilebur untuk bibitan masakan A, sedangkan gula
standar dikemas dalam karung 50,2 kg dan semuanya dijahit. Setelah
dihitung berapa jumlahnya kemudian dimasukkan ke gudang dengan belt
konveyor dan siap dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai