Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit merah Internasional

1. Pertempuran Solferino

Pertempuran yang terjadi pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Italia bagian Utara.
Pertempuran ini berlangsung selama 16 jam dan melibatkan ± 320.000 prajurit dan
mengakibatkan ± 40.000 prajurit yang terluka dan tewas. Negara yang berperang pada saat
itu adalah Negara Perancis dan Austria. Dalam pertempuran tersebut hanya ada lima dokter
yang bertugas, diantaranya empat dokter hewan yang merawat ribuan kuda dan 1 dokter
yang merawat ribuan manusia. Sungguh jumlah yang tidak sebanding dengan seluruh
pasukan artileri

2. Henry Dunant

Lahir pada tanggal 8 Mei 1828 di kota Jenewa,Swiss. Ayahnya bernama Jean Jaquest Dunant
dan ibunya bernama Anne Antoinette Colladon. Pada saat pertempuran berlangsung, Henry
Dunant yang juga seorang pengusaha berkebangsaan Swiss sedang berada dalam perjalanan
untuk menemui Kaisar Napoleon III guna keperluan bisnis. Menyaksikan pemandangan yang
mengerikan akibat pertempuran tersebut, kesedihanpun muncul. Melihat pemandangan
mengerikan itu membuatnya lupa akan pertemuannya dengan kaisar.
Dunant kemudian mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitar dan tinggal disana
selama tiga hari untuk membantu dan merawat orang yang terluka. Kata-kata bijaksananya,
SIAMO TUTTI FRATELLI ( Kita semua bersaudara ) membuka hati para sukarelawan yang
melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.

1
3. Un Souvenir De solferino

Sekembalinya Dunant ke Swiss membuat ia terus dihantui oleh mimpi buruk yang
disaksikannya di solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya, dunant
kemudian menulis ke sebuah buku dan menerbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan
November 1862. Buku itu berjudul Un Souvenir De Solferino ( Kenangan dari Solferino ).
Buku Un Souvenir De Solferino mengandung dua gagasan penting, yaitu :
a. Usulan mendirikan perhimpunan bantuan di setiap Negara yang terdiri dari sukarelawan
untuk merawat orang yang terluka pada waktu perang.
b. Usulan mempromosikan kesepakatan atau perjanjian Internasional guna melindungi
prajurit yang terluka dalam medan pertempuran dan orang-orang yang merawatnya
serta memberikan status netral kepada mereka.

4. Komite Lima Internasional

Setelah membaca buku Un Souvenir De Solferino, Gustave Moynier merasa sangat


tersentuh. Moynier adalah orang yang penuh pemikiran dan cepat bertindak. Dia
mengundang JHD untuk membicarakan bukunya dengan beberapa anggota lainnya yang
tertarik dan hasilnya, di bentuklah Komite Lima. Anggotanya adalah Jean Henry Dunant,
Gustave Moynier, Jendral Guillame Henri Dufour, Dr Louis Appia dan Dr. Theodore Maunoir.
Komite tersebut di bentuk pada tanggal 17 Februari 1863 dan pada tahun 1876 berubah
nama menjadi Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red
Cross ( ICRC ). Dengan demikian tanpa memperhatikan perubahan nama di atas, ICRC
didirikan pada bulan Februari 1863.

2
5. Liga Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah

Pada akhir perang dunia pertama sebagian besar daerah eropa sangat kacau. Ekonomi rusak,
populasi berkurang drastis karena epidemi, sejumlah besar pengungsi yang miskin dan orang
yang tidak mempunyai kewarganegaraan memenuhi benua itu. Perang tersebut sangat jelas
menunjukkan perlunya kerja sama yang kuat antara perhimpunan palang merah, yang
karena aktivitasnya dalam masa perang dapat menarik ribuan sukarelawan. Henry P.
Davison, presiden Komite Perang Palang Merah Amerika mengusulkan pada konfrensi
Internasional medis ( April 1919, Cannes, Perancis ) “ Untuk memfederasikan perhimpunan
palang merah dari berbagai Negara menjadi sebuah organisasi setara dengan liga bangsa-
bangsa, dalam hal peperangan dunia untuk memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan
mengurangi penderitaan “

6. Perhimpunan Nasional

Perhimpunan Nasional adalah perkumpulan sukarelawan yang dibentuk oleh Negara pihak
Konvensi Jenewa. Sesuai dengan ide awal dari buku “ Memory of Solverino”, maka
perkumpulan sukarelawan didirikan untuk member bantuan pada saat terjadi konflik
bersenjata. Perhimpunan Nasional bertindak sebagai institusi pemerintah (auxiliary to the
government) di dalam Negara mereka masing-masing. Pada masa damai, Perhimpunan
Nasional menyediakan berbagai pelayanan mulai dari bantuan terhadap korban bencana,
bantuan dibidang social dan kesehatan atau pelatihan pertolongan pertama. Selama masa
perang, Perhimpunan Nasional mendukung pelayanan medis angkatan bersenjata.

3
7. International Committee of the Red Cross

Merupakan badan pendiri Gerakan, sebuah lembaga kemanusiaan yang mandiri yang
bertindak sebagai penengah yang netral dalam kasus pertikaian bersenjata. Didirikan oleh
seorang warga Swiss, yaitu Negara yang dikenal sebagai Negara yang Netral, yang
kenetralannya diakui oleh Negara lainnya. Merupakan penjaga dan pelindung Prinsip-prinsip
Dasar. ICRC yang berkedudukan di Jenewa adalah lembaga kemanusiaan yang mandiri,
Netral dan tidak berpihak yang mendirikan gerakan Palang merah pada tahun 1863.
Selama konflik bersenjata internasional, ICRC mendasari kegiatannya pada keempat
konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan I yang mengakui haknya untuk melaksanakan
beberapa kegiatan, seperti :
a. Memberikan bantuan kepada yang terluka, sakit atau personil militer dari kapal karam
b. Mengunjungi tawanan perang
c. Mengambil tindakan atas nama penduduk sipil dan
d. Menjamin bahwa orang yang dilindungi diperlakukan sesuai hukum.

8. International Federation Of Red Cross and Crescent Societies

Pada bulan Mei 1919, perwakilan Perhimpunan Nasional Amerika, Inggris, Perancis, Italia
dan Jepang datang bersama untuk secara formal mendirikan Liga Perhimpunan Palang
Merah, yang merupakan pelopor lahirnya Federasi Internasional. Tujuannya adalah untuk
memperkuat dan menyatukan aktivitas kesehatan yang sudah ada dalam Perhimpunan
Palang Merah Nasional dan mempromosikan pembentukan perhimpunan yang baru.
Federasi merupakan organisasi kemanusiaan terbesar di dunia, yang memberikan
pertolongan kepada mereka yang paling rentan. Federasi mengatur dan mengkoordinir
bantuan kemanusiaan.
Kegiatan federasi seperti :
a. Penanggulangan Bencana
b. Kesiapsiagaan Bantuan Bencana

4
c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
d. Kesejahteraan social
e. Dukungan bagi pengembangan kapasitas perhimpunan nasional
f. Kamp Pengungsian
g. Kebijakan dalam program donor darah

9. Prinsip – Prinsip Dasar Gerakan Palang merah dan Bulan sabit merah Internasional

Kata Prinsip berasal dari bahasa latin “Principium” yang berarti penyebab utama, asal atau
dasar. Prinsip dapat berarti suatu aturan dasar yang mengekspresikan nilai-nilai dasar suatu
kelompok atau komunitas yang tidak berubah-ubah dalam keadaan apapun.
Prinsip dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu substantif/utama, derivatif/turunan dan
organis.
a. Prinsip Substantif / Utama
1. Kemanusiaan ( Humanity )
“ Gerakan didirikan berdasarkan keinginan member pertolongan tanpa
membedakan korban yang terluka didalam pertempuran, mencegah dan mengatasi
penderitaan sesama manusia. Gerakan ini menumbuhkan saling pengertian,
persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.”
2. Kesamaan ( Impartiality )
“ Gerakan tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan , kesukuan, agama atau
pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai
dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.”

b. Prinsip Derivasi / Turunan


1. Kenetralan ( Neutrality )
“ Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak. Gerakan tidak boleh
memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau
ideologi.”
2. Kemandirian ( Independence )
“Gerakan bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu
pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan

5
negaranya. Namun demikian tetap harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat
bertindak sejalan dengan Prinsip Dasar Gerakan ini.”

c. Prinsip Organis
1. Kesukarelaan ( Voluntary Service )
“ Gerakan memberi bantuan secara sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan
untuk mencari keuntungan apa pun.”
2. Kesatuan ( Unity )
“ Didalam suatu Negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit
Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan
diseluruh wilayah.”
3. Kesemestaan ( Universality )
“ Gerakan bersifat semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan
tanggung jawab yang sama dalam menolong sesame manusia.”

10. Hukum Perikemanusiaan Internasional ( HPI )

Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah bagian dari Hukum Internasional Publik dan
terdiri dari peraturan yang melindungi orang yang tidak atau tidak lagi terlibat dalam
persengketaan dan membatasi alat dan cara berperang dimasa sengketa senjata.
Kombatan hanya boleh menyerang target militer, wajib menghormati non-kombatan dan
objek sipil dan menghindari penggunaan kekerasan yang berlebihan. Istilah –istilah dalam
HPI adalah Hukum Perikemanusiaan Internaional ( HPI ), Hukum Internasional Humaniter (
International Humanitarian Law ), Hukum Sengketa Bersenjata ( Law of Armed Conflict ) dan
Hukum Perang ( Law of War ) dapat dikatakan sama artinya.
HPI memiliki dua cabang yang terpisah :
a. Hukum Jenewa, atau hukum Humaniter, yaitu hukum yang dibentuk untuk melindungi
personil militer yang tidak lagi terlibat dalam peperangan dan mereka yang tidak terlibat
secara aktif dalam pertikaian, terutama penduduk sipil.
b. Hukum Den Haag, atau hukum Perang, yaitu hukum yang menentukan hak dan
kewajiban pihak yang bertikai dalam melaksanakan operasi militer dan membatasi cara
penyerangan.

6
Prinsip-prinsip HPI adalah :

1. Kemanusiaan
Dalam situasi konflik bersenjata, kemanusiaan diwujudkan dengan pemberian
perlindungan dan bantuan kepada para korban konflik, yaitu orang-orang yang tidak
atau tidak lagi terlibat dalam pertikaian bersenjata.
2. Kepentingan Militer
Pemikiran yang mendasar untuk menyeimbangkan antara kepentingan militer dengan
perlindungan terhadap korban perang ( Humanity )
3. Keseimbangan
Apabila kepentingan militer yang terlalu menonjol maka para korban perang akan
terlupakan dan semakin menderita sedangkan bila kepentingan kemanusiaan yang
diutamakan maka operasi militer tidak akan berjalan.
4. Pembedaan
Pihak yang bersengketa harus selalu membedakan antara kombatan dan non-kombatan
serta objek sipil dan objek militer, mereka juga harus mengarahkan serangan hanya
terhadap kombatan dan objek militer.
5. Pembatasan
Yaitu hak yang bertikai untuk memilih cara dan alat untuk berperang tidaklah tak
terbatas, dan para pihak tidak diperbolehkan mengakibatkan penderitaan dan
kehancuran secara melampaui batas.
6. Kesatriaan
Tindakan-tindakan dan cara-cara yang tidak terpuji dalam konflik bersenjata adalah
terlarang. Contohnya adalah menipu musuhnya dengan penggunaan bendera putih
tanda menyerah atau penggunaan lambing perlindungan ( Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah ) sebagai kamuflase satuan tempur.

Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan

Isi dari konvensi jenewa adalah :

1. Perbaikan keadaan yang luka dan sakit dalam angkatan bersenjata dimedan
pertempuran darat.
2. Perbaikan keadaan anggota angkatan bersenjata dilaut yang luka, sakit dan korban
karam.
3. Perlakuan tawanan perang
4. Perlindungan penduduk sipil di waktu perang

Perbedaan antara HPI dan HAM

HPI berlaku dalam situasi sengketa bersenjata, sedangkan hukum HAM atau setidaknya
sebagian daripadanya, melindungi individu disetiap saat, dalam masa perang maupun damai.

Tujuan dari HPI adalah melindungi korban dengan berusaha membatasi penderitaan yang
diakibatkan oleh perang, hukum HAM bertujuan untuk melindungi individu dan menjamin
perkembangannya.

7
1863 1876 2005

11. Sejarah Lambang

Sebelum lambang Palang Merah diadopsi, setiap satuan medis kemiliteran setidaknya di
eropa memiliki tanda pengenal tersendiri. Austria misalnya, menggunakan bendera putih,
perancis menggunakan bendera merah dan spanyol bendera kuning. Kenyataan bahwa
begitu benyak tanda berbeda-beda yang digunakan menimbulkan akibat yang tragis,
contohnya walaupun tentara tahu apa tanda pengenal dari personel medis mereka, namun
biasanya mereka tidak tahu apa tanda pengenal lawan mereka. Singkatnya tanda pengenal
unit medis ini tidak dikenali dan tidak terlindungi.
Para Delegasi dikonferensi Internasional yang berlangsung di Jenewa, Swiss, tahun 1863
akhirnya memilih lambang Palang Merah di Atas Dasar Putih sebagai warna kebalikan dari
bendera nasional Swiss.

Konferensi Pengadopsian Lambang Palang merah di atas dasar putih


Tahun 1863 sebuah konferensi internasional diadakan di Jenewa, Swiss dan mengadopsi
lambang Palang merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal perhimpunan pemberi
bantuan bagi tentara yang terluka.
Tahun 1864 konvensi yang paling pertama di adopsi:
Palang Merah di atas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal dinas medis
angkatan bersenjata.

Fungsi Lambang setelah diadopsi


1. Pemberian tanda dan perlindungan kepada personel medis yang berhak memperoleh
status netral.
2. Pembedaan antara personel medis dengan personel lainnya di medan perang.
3. Pengenalan terhadap semua dinas medis militer, termasuk milik lawan.

Lambang Bulan Sabit Merah

Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja kemanusiaan yang tertangkap
oleh ottoman dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar
palang merah. Ketika pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka
menekankan mengenai kepekaan tentara muslim terhadap lambang berbentuk palang /
salib, dan mengajukan agar perhimpunan Nasional dan pelayanan Medis militer mereka
diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda : Bulan Sabit Merah.

8
Gagasan ini perlahan-lahan mulai diterima, memperoleh semacam pengesahan dalam
bentuk “reservasi” dan akhirnya secara resmi diadopsi dalam konvensi tahun 1929,
bersamaan dengan lambang Singa dan Matahari Merah di atas dasar putih yang saat itu
dipilih oleh Persia. Tahun 1980, Republik Islam Iran ( Dahulu Persia ) memutuskan untuk
tidak lagi menggunakan lambang tersebut dan memilih memakai lambang Bulan Sabit
Merah.

Protokol Tambahan III Pengadopsian Lambang Kristal Merah

Pada tanggal 8 Desember 2005 negara-negara peserta Konvensi Jenewa 1949 mengadopsi
Protokol III yang menetapkan penggunaan sebuah lambang tambahan Kristal Merah.
Protokol tambahan III ini mengakui sebuah lambang tambahan yang bebas dari segala
konotasi agama, budaya dan politik. Memiliki status hukum yang sama seperti palang merah
dan bulan sabit merah dan boleh digunakan dengan cara yang sama atau dengan
persyaratan yang sama. Boleh digunakan seperti halnya palang merah dan bulan sabit merah
untuk sementara waktu oleh dinas medis yang diperbantukan pada angkatan bersenjata
sebagai pengganti lambang dinas medis bilamana diperlukan dalam rangka meningkatkan
perlindungan bagi dinas medis tersebut. Lambang Kristal Merah ini juga boleh digunakan
dalam keadaan perkecualian / luar biasa oleh gerakan palang merah dan bulan sabit merah
internasional ( ICRC, IFRC dan Perhimpunan Nasional ).

Fungsi Lambang

a. Lambang sebagai Tanda Pengenal


Apabila digunakan sebagai tanda pengenal, lambang tersebut harus dalam ukuran relatif
kecil bila dibandingkan dengan tanda pelindung. Tanda pengenal juga berfungsi pula
untuk mengingatkan bahwa institusi diatas bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Dasar
Gerakan.
Contohnya :

9
b. Lambang sebagai Tanda Pelindung
Apabila lambang digunakan sebagai tanda pelindung, lambang tersebut harus
menimbulkan sebuah reaksi otomatis bagi kombatan untuk menahan diri dan
menghormati. Ukuran lambang sebagai tanda pelindung harus besar sebesar yang
diperlukan karena lambang tersebut harus dapat dikenali dari jarak sejauh mungkin.
Contohnya :

10
12. Sejarah Palang merah Indonesia

Berdirinya perhimpunan Palang Merah Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa
sebelum Perang Dunia ke-II. Saat itu tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 pemerintah
Kolonial Belanda mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia dengan nama Het
Nederland-Indische Rode Kruis ( NIRK ) yang kemudian berubah menjadi Nederlands Rode
Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ). Seiring dengan pergeseran waktu, timbul semangat untuk
mendirikan PMI tepatnya diawali sekitar 1932. Rencana pendirian dipelopori oleh Dr. RCL
Senduk dan Dr. Bahder Djohan. Rencana itu mendapat dukungan luas terutama dari
kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut dalam
Sidang Konferensi NERKAI pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak. Dengan sangat
terpaksa, rancangan tersebut disimpan untuk menanti kesempatan yang lebih tepat.
Akhirnya momentum dating. Tepat tujuh belas hari setelah Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 yaitu pada 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah
untuk membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka dr.
Buntaran Martoatmodjo yang saat itu menjabat Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kabinet I, membentuk panitia lima pada 5 September 1945. Panitia itu terdiri atas :
1. Dr. R. Mochtar ( Ketua)
2. Dr. Bahder Djohan ( Penulis )
3. Dr. Djuhana ( Anggota )
4. Dr. Marzuki ( Anggota )
5. Dr. Sitanala ( Anggota )

Akhirnya pada 17 September 1945, perhimpunan PMI berhasil dibentuk dan diketuai oleh
Drs. Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Pasca
pembentukan, PMI mulai merintis kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang
revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.

PMI terus melakukan kegiatan pemberian bantuan hingga akhirnya melalui Keputusan
Presiden ( Keppres ) RIS ( Keppres ) nomor 25 tangal 16 Januari 1950 yang diperkuat dengan
keppres nomor 246 tanggal 29 November 1963, Pemerintah Indonesia mengakui
keberadaan PMI.

11
Secara Internasional pada tanggal 15 Juni 1950, keberadaan PMI diakui oleh Komite
Internasional Palang Merah ( International Committee of the Red Cross ) atau di singkat
ICRC. Setelah itu PMI diterima menjadi anggota perhimpunan Palang Merah pada tanggal 16
Oktober 1950.

Berikut adalah nama-nama tokoh yang pernah menjabat Ketua PMI :

1. Ketua PMI I ( 1945 - 1946 ) : Drs. Mohammad Hatta


2. Ketua PMI II ( 1946 – 1948 ) : Soetardjo Kartohadikoesoemo
3. Ketua PMI III ( 1948 – 1952 ) : BPH. Bintoro
4. Ketua PMI IV ( 1952 – 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan
5. Ketua PMI V ( 1954 – 1966 ) : K.G.P.A.A. Paku alam VIII
6. Ketua PMI VI ( 1966 – 1969 ) : Letnan Jenderal Basuki Rachmat
7. Ketua PMI VII ( 1969 – 1982 ) : Prof. Dr. Satrio
8. Ketua PMI VIII ( !982 – 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo
9. Ketua PMI IX ( 1986 – 1994 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo
10. Ketua PMI X ( 1994 – 1999 ) : Dra. Siti Hardiyanti Rukmana
11. Ketua PMI XI ( 1999 – 2004 ) : Mar’ie Muhammad
12. Ketua PMI XII ( 2004 – 2009 ) : Mar’ie Muhammad
13. Ketua PMI XIII ( 2009 - ……. ) : Drs. H. Jusuf Kalla

12

Anda mungkin juga menyukai