Wa0007
Wa0007
PENDAHULUAN
yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka
perlu diketahui alat angkut yang akan melaluinya. Jalan yang baik akan
mendukung terpenuhinya target produksi yang diinginkan dan produksi per dump
Geometri jalan yang harus diperhatikan yaitu, lebar jalan angkut dan
kemiringan jalan. Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih
besar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di
jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat
angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut selalu didasarkan pada
alat angkut yang digunakan adalah dump truck (Awang suwandhi, 2004: 4).
pendapatan Negara yang cukup besar yang memiliki potensi jangka panjang,
serta membuka peluang kerja bagi masyarakat untuk ikut serta mengembangkan
1
2
alat angkut yang mempunyai kontribusi besar terhadap total produksi. Kegiatan
pengangkutan ini harus diiringi dengan kondisi jalan yang layak digunakan
sebagai jalan produksi. Harus sesuai dengan Teori Geometri Jalan Standar agar
mengontrol keadaan jalan yang akan dilaluai agar target produksi dan
geometri jalan yang tidak memenuhi kaedah menurut teori, seperti masih ada
area yang tidak memiliki safety berm, grade jalan rata–rata masih mencapai
10%, sedangkan grade yang ideal nya 8% dan dumptruck tetap beroperasi dalam
keadaan terpaksa karena mengejar target produksi, masih terlihat bagian jalan
yang tidak pakai drainase, cross slope jalan angkut tidak jelas dan kurangnya
perawatan jalan, sehingga saat hujan air tidak mengalir ke drainase secara
maksimal. Berdasarkan hal itu, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai “
Front Pit Limit ke Crusher IIIA dan IIIB pada Penambangan Batu Kapur
B. Identifikasi Masalah
tahap penyelesain masalah tersebut dapat terurut dengan baik. Dalam studi kasus
1. Metode penambangan
C. Batasan Masalah
penelitian ini pada geometri jalan tambang PT Semen Padang yang meliputi:
teori
3. Membandingkan standar jalan tambang yang ditetapkan menurut teori dengan
D. Rumusan Masalah
diuraikan di atas maka untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis
Padang?
3. Bagaimana hasil evaluasi geometri jalan tambang dan faktor pendukung untuk
pada suatu objek pengamatan, sehingga dalam studi kasus pada jalan tambang ini
bertujuan untuk:
nyata di lapangan.
saran.
F. Manfaat Studi Kasus
dan benar, sehingga dapat menghasilkan jalan tambang yang sesuai dengan
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
BCM (bank cubic meter), LCM (loose cubic meter) dan CCM (compacted
cubic meter).
produksi. Seperti yang diketahui, akses jalan merupakan salah satu faktor
menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka kita harus mengetahui
tercapainya target produksi yang diinginkan dan produktivitas per alat angkut
juga akan baik. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
alat yang akan digunakan out put yang diinginkan, material yang akan digali
6
7
terowongan atau jembatan umumnya cukup satu dan alat angkut atau
Suwandhi, 2004: 1)
a. Jalan tambang selalu dilewati oleh alat berat yang mempunyai crawler
khususnya untuk jalur ganda atau lebih. Hal ini agar tidak terjadinya
alat diantaranya:
8
sebagainya
b. Alat garuk (roater atau ripper) untuk membantu pembabatan dan mengatasi
c. Alat muat untuk memuat hasil galian tanah yang tidak baik diperlukan dan
jalan
Geometri jalan yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada
umumnya, yaitu lebar jalan angkut dan kemiringan jalan. Alat angkut atau
truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih besar, panjang dan lebih berat
dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu,
geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar
alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.
Geometri jalan angkut selalu didasarkan pada dimensi kendaraan angkut yang
digunakan. Dalam proses penambangan terbuka, alat angkut yang digunakan
geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan.
9
a. Lebar Jalan
pemakaian jalur ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam
kenyataanya, semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik proses
Akan tetapi semakin lebar jalan angkut, biaya yang dibutuhkan untuk
pembuatan dan perawatan juga akan semakin besar. Untuk itu perlu
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan jalur ganda atau
lebih, menurut AASHTO manual rular hing way design, lebar jalan
dikali jumlah jalur dan ditambah dengan setengah lebar alat angkut
berikut,
Keterangan:
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (m)
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari
dibentuk oleh roda depan dengan badan truk saat melintasi tikungan.
berdasarkan pada:
11
b) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
Wmin = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/10/jalan-tambang.html
Fa = Ad x sin α
Fb = Ab x sin α
Lebar jalan angkut pada tikungan untuk dua jalur dapat dilihat
Keterangan:
n = jumlah jalur
(m)
truck (m)
kendaraan,
pada setiap dump truck belum tentu sama. Semakin kecil sudut
kecepatan maka jari-jari tikungan yang dibuat juga harus besar. Untuk
kecepatan (V), gesekan roda (f) dan superelevasi, maka rumus yang
digunakan adalah:
( ) ( )
Keterangan:
R = Jari-jari belokan (m)
VR = Kecepatan (km/jam)
14
e = superelevasi
yang direncanakan dalam keadaan jalan datar terlihat pada tabel 1 berikut:
50 0.04 0.04
lebih besar dari jari-jari lintasan alat angkut atau minimal sama. Jari-jari
atau memenuhi faktor keamanan yang dimaksud adalah jarak pandang bagi
kedudukan suatu penghalang pada jalan tersebut yang diukur dari mata
15
pengemudi. Hal lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembuatan tikungan
V2
ef
127 R
Keterangan:
e = angka superelevasi
f = friction factor
V = kecepatan (km/jam)
V + 0,192 dan untuk kecepatan rencana yaitu senilai antara 80–112 km/jam
yang sedang melewati tikungan jalan ada dua cara yang dapat dilakukan,
elevasi yang lebih rendah ke arah pusat jari-jari tikungan dan membuat
16
elevasi yang lebih tinggi ke arah terluar jari-jari tikungan. Kemiringan ini
berfungsi untuk menjaga alat angkut tidak terguling saat melewati tikungan
ditimbulkan akan besar, oleh karena itu cara kedua dianggap lebih baik.
kendaraan secara radial keluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus
gambar 5 berikut, B
∆h
∆x A
tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan
jalan biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus
satuan panjang jarak mendatar. Kemiringan dapat dihitung dengan
h
Grade (%) x x 100%
Keterangan:
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan
sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir
ke tepi jalan, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini
kerusakan jalan.
horizontal dengan satuan mm/m atau m/m. Nilai yang umum dari
yang ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan
sebaliknya.
musim hujan, debu tersebut akan menjadi lumpur yang mengenangi jalan
dan akibatnya jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat
20
laju dari alat angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan
mengurangi kecepatan.
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ban, kondisi muka jalan,
yang aman adalah minimum sama dengan jarak berhenti dari kendaraan
pendek akan mengurangi kecepatan dump truck, selain itu juga akan
yang akan terjebak dan kaget saat melihat kendaraan lain dari depan.
dapat terjamin.
a) Tanda belokan
6) Lampu Penerangan
a) Belokan
b) Persimpangan jalan
kendaraan selip atau kerusakan rem atau karena sebab lain, maka pada
sisinya. Hal ini terutama bila jalan berbatasan langsung dengan daerah
curam, sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alat angkut
pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanik material dan
untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke
limpasan air hujan di permukaan jalan dan juga dari daerah sekitarnya agar
tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang melimpas di atas
air tanah dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan
dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.
24
aliran.
kemiringan rute jalan dan ada tidaknya tempat buangan air seperti sungai,
ditampung saluran. Luasan ini meliputi luas setengah badan jalan, luas
bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang
e. Koefisien pengaliran
Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah
f. Faktor limpasan
g. Waktu konsentrasi
Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah
B. Kerangka Pikir
dalam proses pemecahan masalah studi kasus ini adalah sebagai berikut:
27
Gambar 8. Diagram Kerangka Pikir
BAB III
A. Jadwal Kegiatan
Minggu
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Pengenalan lokasi
2 Pengambilan data
3 Pengolahan data
ini dilakukan analisi data primer dan tambahan juga data sekunder, kemudian
dari analisi tersebut bisa mendapat singkronisasi antara data real dilapangan
dengan beberapa teori yang ada. Setelah itu baru dapat disimpulkan, apakah
kondisi real di lapangan sesuai dengan teori yang dikemukakan, jika tidak
28
29
C. Jenis Data
1. Data Primer
lapangan yaitu data pengukuran lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus,
lebar jalan tikungan, jari-jari tikungan, superelevasi, cross slope, safety berms,
2. Data Sekunder
pendukung lainnya.
1. Studi Literatur
2. Observasi
studi kasus seperti melakukan pengukuran geometri jalan tambang dan aspek
30
pendukung kegiatan pengankutan. Alat ukur yang peneliti gunakan adalah alat
ukur manual berupa meteran untuk mendapatkan data primer, namun untuk
ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, berikut ini adalah tahapan
analisis data:
pada jalan dan superelevasi pada tikungan menggunakan alat ukur manual
31
berupa meteran dan dibantu dengan data sekunder yang peneliti peroleh dari
(cross slope) pada permukaan jalan angkut tambang menggunakan alat ukur
berdasarkan teori.
6. Pengukuran Drainase
drainase pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa
(grade) pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa
meteran dan data jarak mendatar penulis peroleh dari datamine hasil
32
A. Hasil Penelitian
tambang yang baik. Jalan angkut tambang yang baik adalah ketika jalan tersebut
memberikan rasa aman dan nyaman bagi operator alat angkut ketika melewati
jalan tersebut. Untuk mengetahui suatu jalan angkut tambang itu baik, maka
Jalan angkut tambang pada PT Semen Padang dari front pit limit menuju
Crusher IIIA dan IIIB menempuh jarak ± 3.200 meter. Geometri jalan angkut
Gambar 9. Layout dan Situasi Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
35
Gambar 10. Profil Section Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
Lebar jalan tambang terdiri atas dua macam, yaitu lebar jalan lurus dan
177.8
1 V-W 200 8 Satu Jalur
188.1
188.1
2 W-X 200 21 dua jalur
201.7
201.7
3 X-Y 200 23 dua jalur
227.4
227.4
4 Y-Z 200 22 dua jalur
251.4
251.4
5 Z-A' 200 24 dua jalur
278.1
278.1
6 A'-B' 200 32 dua jalur
293.1
36
293.1
7 B'-C' 200 21 dua jalur
318.3
318.3
8 C'-D' 200 23 dua jalur
328.8
328.8
9 D'-E' 200 23 dua jalur
339.7
339.7
10 E'-F' 200 18 dua jalur
351.9
351.9
11 F'-G' 200 17 dua jalur
382.4
382.4
12 G'-H' 200 18 dua jalur
407.9
407.9
13 H'-I' 200 23 dua jalur
431.3
431.3
14 I'-J' 200 23 dua jalur
458.3
458.3
15 J'-K' 200 25 dua jalur
482.2
482.2
16 K'-L' 200 32 dua jalur
499.5
227.4
1 Y-Z 24 200 22 94
251.4
293.1
2 B'-C' 25.2 200 21 128
318.3
37
318.3
328.8
4 D'-E' 10.9 200 23 62
339.7
berikut
177.8
1 V-W 10.3 200 8 5.15
188.1
188.1
2 W-X 13.6 200 21 6.8
201.7
201.7
3 X-Y 25.7 200 23 12.75
227.4
227.4
4 Y-Z 24 200 22 12
251.4
251.4
5 Z-A' 26.7 200 24 13.35
278.1
278.1
6 A'-B' 15 200 32 7.5
293.1
293.1
7 B'-C' 25.2 200 21 12.75
318.3
318.3
8 C'-D' 10.5 200 23 10.5
328.8
328.8
9 D'-E' 10.9 200 23 5.45
339.7
339.7
10 E'-F' 12.2 200 18 6.1
351.9
351.9
11 F'-G' 30.5 200 17 15.25
382.4
382.4
12 G'-H' 25.5 200 18 12.75
407.9
407.9
13 H'-I' 23.4 200 23 11.7
431.3
431.3
14 I'-J' 27 200 23 13.5
458.3
458.3
15 J'-K' 23.9 200 25 11.95
482.2
482.2
16 K'-L' 17.3 200 32 8.65
499.5
177.8
1 V-W 10.3 200 8 tidak jelas
188.1
188.1
2 W-X 13.6 200 21 tidak jelas
201.7
201.7
3 X-Y 25.7 200 23 tidak jelas
227.4
227.4
4 Y-Z 24 200 22 tidak jelas
251.4
251.4
5 Z-A' 26.7 200 24 tidak jelas
278.1
278.1
6 A'-B' 15 200 32 tidak jelas
293.1
293.1
7 B'-C' 25.2 200 21 tidak jelas
318.3
318.3
8 C'-D' 10.5 200 23 tidak jelas
328.8
328.8
9 D'-E' 10.9 200 23 tidak jelas
339.7
339.7
10 E'-F' 12.2 200 18 tidak jelas
351.9
351.9
11 F'-G' 30.5 200 17 tidak jelas
382.4
382.4
12 G'-H' 25.5 200 18 tidak jelas
407.9
407.9
13 H'-I' 23.4 200 23 tidak jelas
431.3
431.3
14 I'-J' 27 200 23 tidak jelas
458.3
458.3
15 J'-K' 23.9 200 25 tidak jelas
482.2
40
482.2
16 K'-L' 17.3 200 32 tidak jelas
499.5
Data Lapangan Penulis 2014
5. Drainase
188.1
2 W-X 13.6 200 21 1.2 1.2
201.7
201.7
3 X-Y 25.7 200 23 2 1.2
227.4
227.4
4 Y-Z 24 200 22 2 1.2
251.4
251.4
5 Z-A' 26.7 200 24 2 1.2
278.1
278.1
6 A'-B' 15 200 32 1.2 1.2
293.1
293.1
7 B'-C' 25.2 200 21 1,2 1.2
318.3
318.3
8 C'-D' 10.5 200 23 2 1.2
328.8
328.8
9 D'-E' 10.9 200 23 2 1.2
339.7
339.7
10 E'-F' 12.2 200 18 2 1.2
351.9
351.9
11 F'-G' 30.5 200 17 2 0.5
382.4
382.4
12 G'-H' 25.5 200 18 1 0.5
407.9
41
431.3
14 I'-J' 27 200 23 2 0.5
458.3
458.3
15 J'-K' 23.9 200 25 2 0.5
482.2
482.2
16 K'-L' 17.3 200 32 2 0.5
499.5
B. Pembahasan
angkut yang memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi saat itu
Lmin Koreksi
Elevasi Jarak Lebar
No Segmen Keterangan 11 dan lebar
(dpl) (m) (m)
19 m jalan
177.8 <L
1 V-W 200 8 Satu Jalur +3
188.1 min
188.1 >L
2 W-X 200 21 dua jalur Sesuai
201.7 min
201.7 >L
3 X-Y 200 23 dua jalur Sesuai
227.4 min
227.4 >L
4 Y-Z 200 22 dua jalur Sesuai
251.4 min
251.4 >L
5 Z-A' 200 24 dua jalur Sesuai
278.1 min
278.1 >L
6 A'-B' 200 32 dua jalur Sesuai
293.1 min
293.1 >L
7 B'-C' 200 21 dua jalur Sesuai
318.3 min
318.3 >L
8 C'-D' 200 23 dua jalur Sesuai
328.8 min
328.8 >L
9 D'-E' 200 23 dua jalur Sesuai
339.7 min
339.7 <L
10 E'-F' 200 18 dua jalur +1
351.9 min
43
Lmin Koreksi
Elevasi Jarak Lebar
No Segmen Keterangan 11 dan lebar
(dpl) (m) (m)
19 m jalan
351.9 <L
11 F'-G' 200 17 dua jalur +2
382.4 min
382.4 <L
12 G'-H' 200 18 dua jalur +1
407.9 min
407.9 >L
13 H'-I' 200 23 dua jalur Sesuai
431.3 min
431.3 >L
14 I'-J' 200 23 dua jalur Sesuai
458.3 min
458.3 >L
15 J'-K' 200 25 dua jalur Sesuai
482.2 min
482.2 >L
16 K'-L' 200 32 dua jalur Sesuai
499.5 min
Data Lapangan Penulis 2014
jalan angkut tambang pada PT Semen Padang dari Front pit limit menuju
Crusher IIIA dan IIIB pada sepanjang ruas jalan tersebut 25% diantaranya
masih belum memenuhi standar jalan angkut tambang yang baik dan benar
alat angkut yang berpapasan dengan alat angkut lainnya pada ruas jalan
terjadi human error oleh operator alat angkut disaat berada pada ruas jalan
yang sempit ini akan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Untuk itu
pada ruas jalan yang kurang memenuhi standar lebar jalan lurus minimum
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda
depan dengan badan truk saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda, lebar
2) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus.
angkut yang disebabkan sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan
Untuk jalur ganda dan tunggal, lebar jalan minimum pada tikungan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Wmin = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
Fa = Ad x sin α
Fb = Ab x Sin α
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
45
Ket:
Wmin
= Lebar jalan pada belokan (m)
n
= Jumlah jalur
U
= Lebar jejak roda (centre to centre tyre) (m)
F
= Lebar juntai (overhang) depan (m)
b
= Lebar juntai belakang (m)
Z
= Lebar bagian tepi jalan (m)
C
= Jarak antar kendaraan (m)
Ad
= Jarak as roda depan dengan bagian depan dump truck (m)
Ab
= Jarak as roda belakang dengan bagian belakang dump truck
(m)
α
= Sudut penyimpangan (belok) roda depan (o)
Maka:
Fa
= Ad x sin α
Fb = Ab x Sin α
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
= 3,501 m
= 2 (U+ Fa + Fb + Z) + C
Wmin
= 2 (3,50+1,41+2,092+3,501) + 3,501
46
= 24,507 m
≈ 25 m
atas maka dapat dibandingkan lebar ruas jalan pada tikungan masing-
ini akan mempengaruhi kelancaran alat angkut saat beroperasi. Maka dari
itu pada jalan tikungan yang masih kurang memenuhi standar lebar jalan
pada tikungan minimum (Wmin) perlu untuk diperlebar lagi sesuai dengan
koreksi.
47
Suatu tikungan akan dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut apabila radius
tikungannya lebih besar atau minimal sama dengan jari-jari lintasan yang
f = 0,00065V 0,192
b. Untuk V antara 80 – 112
f = 0,0006515 0,192
= 0,182
48
v2
e f
127. R
Dimana:
R= Jari-jari tikungan
f = faktor gesek ( 0)
152
e = 0,182
127.7,545
= 0,053 m/m
tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan luar tikungan.
Superelevasi
Nilai superlevasi
Lebar jalan pada tikungan
= 0,053 m/m
Superlevasi
= 25 m
= 0,053 m/m x 25 m
= 1,325 m = 132,5 cm
Jari-Jari Tikungan.
R = V2 / [127(e +
f)] Dimana:
R= jari-jari tikungan, m
49
f= koefisien gesekan
f= -0,00065 V + 0,192
= 0,182
R = 152 / [127(0,053 +
0,182)] = 7.538
Wb 4,95
R = Sin Sin 41o 7,545 meter
= 7,545 – 1,325
= 6,22 m
50
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar
superelevasi 6,22 m:
V = e f 127 R
Y-Z : ( R= 17,3)
e= 152 - 0,182
127 (17,3)
127 (23,5)
C’-D’ : ( R= 18,6)
e= 152 - 0,182
127 (18,6)
e= 152 - 0,182
127 (11,4)
V =
e f 127 R
B’-C’= V = 0,040,18212723,5
Dari angka ini dapat dilihat bahwa tikungan yang ada di lokasi
pengamatan sudah dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut, karena jari-jari
tikungan yang mempunyai jari-jari terkecil, maka secara otomatis alat angkut
53
akan mampu melintasi tikungan yang lain yang memiliki jari-jari tikungan
lebih besar.
batu gamping PT Semen Padang sudah masu ke dalam standar geometri jalan.
tabel. Tabel yang digunakan adalah tabel 2. Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat
angka superelevasi 0,04 lebih variatif untuk untuk berbagai tingkat kecepatan
dan jari-jari tikungan. Dengan penggunaan angka superelevasi 0,04 ini akan
dengan aman pada kecepatan yang lebih tinggi saat melintasi tikungan.
oleh alat angkut/truk berkisar antara 10% sampai 18% atau 60 sampai 8,50,
akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila
untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu
Indonesianto 2007).
yang terbesar pada segmen jalan F’-G’ yang akan dihitung dengan
h
Grade (%) x x 100%
Keterangan:
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
56
200
200
Grade minimum jalan tambang terlihat seperti pada tabel 14. Berikut ini
Beda
Elevasi Jarak Lebar Grade Koreksi
No Segmen tinggi
(dpl) (m) (m) (%) Grade
(m)
177.8
1 V-W 10.3 200 8 5.15 Ok
188.1
188.1
2 W-X 13.6 200 21 6.8 Ok
201.7
201.7
3 X-Y 25.7 200 23 12.75 -4.75
227.4
227.4
4 Y-Z 24 200 22 12 -4
251.4
251.4
5 Z-A' 26.7 200 24 13.35 -5.35
278.1
278.1
6 A'-B' 15 200 32 7.5 Ok
293.1
293.1
7 B'-C' 25.2 200 21 12.75 -4.75
318.3
318.3
8 C'-D' 10.5 200 23 5,25 Ok
328.8
328.8
9 D'-E' 10.9 200 23 5.45 Ok
339.7
339.7
10 E'-F' 12.2 200 18 6.1 Ok
351.9
351.9
11 F'-G' 30.5 200 17 15.25 -7.25
382.4
57
Beda
Elevasi Jarak Lebar Grade Koreksi
No Segmen tinggi
(dpl) (m) (m) (%) Grade
(m)
382.4
12 G'-H' 25.5 200 18 12.75 -4.75
407.9
407.9
13 H'-I' 23.4 200 23 11.7 -3.7
431.3
431.3
14 I'-J' 27 200 23 13.5 -5.5
458.3
458.3
15 J'-K' 23.9 200 25 11.95 -3.95
482.2
482.2
16 K'-L' 17.3 200 32 8.65 -0.65
499.5
Data Lapangan Penulis 2014
Kemiringan pada jalan angkut tambang tidak boleh luput dari perhatian,
karena pada saat kondisi jalan menurun operator akan kesulitan melakukan
pengereman kendaraan apalagi pada kondisi jalan yang sempit, ini akan
berpengaruh pada masa pakai rem dan ban, begitu sebaliknya ketika kondisi
jalan yang menanjak akan membutuhkan power yang cukup besar dan
pembakaran yang cepat dimana kebutuhan solar juga akan besar. Hal fatal
lainnya yang dapat terjadi yaitu ketidakmampuan alat angkut saat melakukan
pendakian yang terlalu menanjak sehingga dapat menyebabkan mesin alat
angkut mati mendadak dan fungsi rem mesin diesel dalam keadaan mati
otomatis tidak akan berfungsi, maka alat angkut akan mundur dengan
jalan angkut pada PT Semen Padang masih banyak terdapat contoh ruas jalan
58
maksimum jalan angkut yang mampu di atasi dump truck dapat diketahui
terjadinya kerusakan alat, konsumsi bahan bakar yang menjadi tinggi bahkan
setiap satu meter lebar jalan angkut ideal dibuat kemiringan melintang
sebesar 20-40 mm/m jarak dari bagian tepi ke bagian tengah jalan. Maka:
in i ⁄ ( ⁄ ( )
)
= 180 mm ~ 18 cm
59
= 160 mm ~ 16 cm
= 420 mm ~ 42 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 440 mm ~ 44 cm
= 480 mm ~ 48 cm
= 640 mm ~ 64 cm
= 420 mm ~ 42 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 360 mm ~ 36 cm
= 340 mm ~ 34 cm
= 360 mm ~ 36 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 500 mm ~ 50 cm
= 640 mm ~ 64 cm
61
Beda Cross
Elevasi Jarak Lebar Seharusnya
No Segmen tinggi slope
(dpl) (m) (m) (cm)
(m) (m)
177.8
tidak
1 V-W 10.3 200 8 16
jelas
188.1
188.1
tidak
2 W-X 13.6 200 21 42
jelas
201.7
201.7
tidak
3 X-Y 25.7 200 23 46
jelas
227.4
227.4
tidak
4 Y-Z 24 200 22 44
jelas
251.4
251.4
tidak
5 Z-A' 26.7 200 24 48
jelas
278.1
278.1
tidak
6 A'-B' 15 200 32 64
jelas
293.1
293.1
tidak
7 B'-C' 25.2 200 21 42
jelas
318.3
318.3
tidak
8 C'-D' 10.5 200 23 46
jelas
328.8
328.8
tidak
9 D'-E' 10.9 200 23 46
jelas
339.7
339.7
tidak
10 E'-F' 12.2 200 18 36
jelas
351.9
351.9
tidak
11 F'-G' 30.5 200 17 34
jelas
382.4
382.4
tidak
12 G'-H' 25.5 200 18 36
jelas
407.9
62
Beda Cross
Elevasi Jarak Lebar Seharusnya
No Segmen tinggi slope
(dpl) (m) (m) (cm)
(m) (m)
407.9
tidak
13 H'-I' 23.4 200 23 46
jelas
431.3
431.3
tidak
14 I'-J' 27 200 23 46
jelas
458.3
458.3
tidak
15 J'-K' 23.9 200 25 50
jelas
482.2
482.2
tidak
16 K'-L' 17.3 200 32 64
jelas
499.5
Berdasarkan data yang diperoleh, pada ruas jalan yang diukur maka
didapatkan hasil, cross slope-nya belum sesuai dengan ukuran jalan yang ada
karena tidak jelas. Maka peneliti menyarankan agar perawatan jalan oleh
5. Drainase
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
sebagai berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jalan angkut yang ada sekarang belum memenuhi syarat lebar minimum, yaitu
tikungan, penambahan lebar ini dimaksudkan agar tidak terjadi dump truck
V-W, E’-F’, F’-G’, G’-H’ n p n m ahan lebar pada tikungan dibagian segmen
perbukitan adalah sebesar ≤8%. Dari hasil perhitungan grade pada ruas jalan
PT Semen Padang maka diperoleh beberapa data grade jalan angkut yang
tanjakan–tanjakan yang melebihi standar ini masih dapat di atasi oleh alat
angkut yang bertenaga besar, namun kondisi jalan yang curam akan
membahayakan, mengkonsumsi bahan bakar lebih besar dan memperpendek
usia alat angkut, bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, karena 62,5%
64
65
meninjau ulang mengenai kemiringan jalan angkut tambang yang terlalu besar
4. Pada jalan angkut belum terdapat cross slope sehingga dapat memungkinkan
terjadinya genangan air pada badan jalan dan dapat menyebabkan jalan licin.
5. Untuk mengantisipasi air yang masuk ke permukaan jalan maka perlu dibuat
B. Saran
1. Lebar jalan pada jalan lurus maupun tikungan harus memenuhi ukuran
standar yang sesuai dengan ukuran alat angkut yang melewatinya, hal ini
venichle.
2. Kemiringan jalan angkut tambang (Grade) yang terlalu besar agar dapat
3. Perawatan jalan tambang harus dilakukan secara berkala, perawatan ini dapat
jalan yang ada saat ini tidak rata dan bergelombang sehingga mengakibatkan
5. Cross Slope sangat perlu diperhatikan, karena saat hujan cross slope akan
mengalirkan air ke drainase dan drainase yang tidak berfungsi karena adanya
dengan demikian badan jalan akan terbebas dari lubang dan genangan air.