OLEH :
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Kekuasaan,
Wewenang dan Kepemimpinan. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Latifah Ratnawaty
S.H, M.H selaku dosen Sosiologi yang sudah memberikan saya tugas membuat makalah ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun supaya makalah ini menjadi
lebih baik.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
I
DAFTAR ISI
A. Pengantar ..................................................................................................................... 5
B. Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya ........................................................................... 8
C. Unsur-unsur Saluran Kekuasaan dan Dimensinya ...................................................... 10
D. Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan ..................................................................... 14
E. Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan ......................................................................... 16
F. Wewenang .................................................................................................................. 17
G. Kepemimpinan (Leadership) ...................................................................................... 23
A. Simpulan ..................................................................................................................... 31
B. Saran ........................................................................................................................... 31
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta
manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu
pengetahuan kemasyarakatan. Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pengetahuan,
sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau yang buruk.
Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalamkehidupan
suatu masyarakat. Penilaian baik atau buruk senantiasa harusdiukur dengan
kegunaannya untuk mencapai suatu tujuan yang sudahditentukan atau disadari oleh
masyarakat. Karena kekuasaan sendiri mempunyai sifat yang netral, maka menilai baik
atau buruknya harus dilihat pada penggunaannya bagi keperluan masyarakat.
Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja,
maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Akan tetapi, walaupun selalu ada
kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Justru karena
pembagian yang tidak merata tadi timbul makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu
kemampuan untuk memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hakikat kekuasaan dan sumbernya?
b. Apa saja unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya?
c. Bagaimana cara mempertahankan kekuasaan?
d. Berapa bentuk lapisan kekuasaan?
e. Apa itu wewenang?
f. Apa itu kepemimpinan?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bagimana hakikat kekuasaan dan sumbernya?
b. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya?
c. Untuk mengetahui bagaimana cara mempertahankan kekuasaan?
3
d. Unutk mengetahui berapa bentuk lapisan kekuasaan?
e. Untuk mengetahui apa itu wewenang?
f. Untuk mengetahui apa itu kepemimpinan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar
Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak
yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dengan pihak lain
yang menerima pengaruh itu, rela atau karena terpaksa. Apabila kekuasaan
dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan
mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut perbedaan antara
kekuasaan dengan wewenang (authori legalized power) ialah bahwa setiap
kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan.
Sementara itu, wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari
masyarakat. Karena memerlukan pengakuan masyarakat, maka di dalam suatu
masyarakat yang susunannya sudah kompleks dan sudah mengenal pembagian
kerja yang terinci, wewenang biasanya terbatas pada hal- hal yang diliputinya,
waktunya dan cara menggunakan kekuuasaan itu. Pengertian wewenang timbul
pada waktu masyarakat mulai mengatur pembagian kekuasaan dan menentukan
penggunaannya. Akan tetapi, tidak ada suatu masyarakat pun di dalam sejarah
manusia yang berhasil dengan sadar mengatur setiap macam kekuasaan yang
ada di dalam masyarakat itu menjadi wewenang. Selain itu, tidak mungkin
setiap macam kekuasaan yang ada dirangkum dalam suatu peraturan dan
sebenarnya hal itu juga tidak akan menguntungkan bagi masyarakat. Apabila
setiap macam kekuasaan menjelma menjadi wewenang, susunan kekuatan
masyarakat akan menjadi kaku karena tidak dapat mengikuti perubahan-
perubahan yang senantiasa terjadi di dalam masyarakat.
Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung
dengan kekuasaan yang nyata. Akan tetapi, acap kali terjadi bahwa letaknya
wewenang yang diakui oleh masyarakat dan letaknya kekuasaan yang nyata
tidak di satu tempat atau satu tangan. Di dalam masyarakat yang kecil dan yang
susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh seseorang
atau sekelompok orang meliputi bermacam bidang. Kekuasaan itu lambat laun
diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya. Contoh yang demikian itu
dalam masyarakat Indonesia terdapat pada masyarakat-masyarakat hukum adat
(misalnya desa) yang letaknya terpencil, di mana semua kekuasaan
5
pemerintahan, ekonomi, dan sosial dipercayakan kepada para kepala
masyarakat hukum adat tersebut untuk seumur hidup. Karena luasnya
kekuasaan dan besarnya kepercayaan yang menyeluruh dari masyarakat hukum
adat kepada kepalanya tadi pengertian kekuasaan dan pengertian orang yang
memegangnya lebur menjadi satu. Gejala lain dalam masyarakat yang kecil dan
bersahaja tadi adalah tidak adanya perbedaan yang jelas antara kekuasaan (yang
tidak resmi) dengan wewenang (yang resmi).
Sebaliknya di dalam masyarakat yang besar dan rumit, di mana terlihat
berbagai sifat dan tujuan hidup golongan yang berbeda-beda dan kepentingan
yang tidak selalu sama satu dengan lainnya, kekuasaan biasanya terbagi pada
beberapa golongan. Oleh karena itu, terdapat perbedaan dan pemisahan teoretis
dan nyata tentang kekuasaan politik, militer, ekonomi, agama, dan seterusnya.
Kekuasaan yang terbagi itu tampak dengan jelas di dalam masyarakat yang
menganut dan melaksanakan demokrasi secara luas.
Meskipun ada penguasa pemerintahan otokratis yang hendak
memusatkan kekuasaan semua bidang dalam satu tangan secara mutlak, di
dalam masyarakat yang kompleks usaha yang demikian tidak mungkin
terlaksana sepenuhnya. Usaha yang mungkin terlaksana adalah pemusatan
sebagian, sedangkan kekuasaan nyata lainnya tetap dipegang oleh golongan-
golongan masyarakat yang dalarm proses perkembangan masyarakat secara
khusus telah melatih diri untuk memegang kekuasaan itu.
Adanya kekuasaan dan wewenang pada setiap masyarakat merupakan
gejala yang wajar. Walaupun wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh
masyarakat itu sendiri karena sifatnya yang mungkin abnormal menurut
pandangan masyarakat yang bersangkutan.2 Setiap masyarakat memerlukan
suatu faktor pengikat atau pemersatu yang terwujud dalam diri seseorang atau
sekelompok orang-orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang tadi.
Sebagai suatu proses, baik kekuasaan maupun wewenang merupakan
suatu pengaruh yang nyata atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut,
lazimnya diadakan pembedaan di antaranya :
6
2. Pengaruh tergantung atau tidak bebas menjadi efektif karena ciri tertentu
yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berpengaruh. Pada jenis pengaruh ini,
mungkin terjadi proses-proses sebagai berikut.
Kekuasaan :
1. Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagal suatu yang baik atau buruk,
namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang penting dalam
masyarakat
Wewenang:
7
Adalah kekuasa an yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat pengakuan masyarakat.
8
kenyataan bahwa seorang perdana menteri mempunyai kekuasaan yang lebih
besar dari raja dalam menjalankan kedaulatan negara.
Gejala lain yang tampak juga adalah perasaan tidak puas (yaitu mereka
yang diperintah) mempunyai pengaruh terhadap kebijaksanaan kebijaksanaan
yang dijalankan oleh the ruling class. Golongan yang berkuasa tak mungkin
bertahan terus tanpa didukung oleh masyarakat. Oleh karena itu, golongan
tersebut senantiasa berusaha untuk membe-narkan kekuasaannya terhadap
masyarakat agar kekuasaannya dapat diterima masyarakat sebagai kekuasaan
yang legal dan baik untuk masyarakat yang bersangkutan. Usaha-usaha
golongan yang memegang kekuasaan seperti diterangkan Mosca, di dalam
masyarakat-masyarakat yang baru saja bebas dari penjajahan dan mendapatkan
kemerdekaan politik, mengalami kesulitan-kesulitan sebab pokok kesulitan-
kesulitan tersebut terletak pada perbedaan alam pikiran antargolongan yang
berkuasa (yang secara relatif maju) dan alam pikiran antara golongan yang
dikuasai yang masih tradisional dan kurang luas pengetahuannya. Oleh sebab
itu, golongan yang berkuasa harus berusaha untuk menanamkan kekuasaannya
dengan jalan menghubungkannya dengan kepercayaan dan perasan-perasaan
yang kuat di dalam masyarakat bersangkutan, yang pada dasarnya terwujud
dalam nilai dan norma.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan
dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Masing-masing
terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diperoleh gambaran
sebagai berikut.
1. Simetris
a. Hubungan persahabatan
b. Hubungan sehari-hari
c. Hubungan yang bersifat ambivalen
d. Pertentangan anatara mereka yang sejajar kedudukannya
2. Asimetris
a. popularitas
b. peniruan
c. mengikuti pemerintah
9
d. tunduk pada pemimpin format atau informal
e. tunduk pada seorang ahli
f. pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya
g. hubungan sehari-hari
Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam factor. Apabila
sumber-sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaanya, maka dapat
diperoleh gambaran sebagai berikut.
Sumber kekuasaan
1. Sumber
a. Militer, polisi, criminal
b. ekonomi
c. politik
d. hukum
e. tradisi
f. ideology
g. “Diversionary power”
2. Kegunaan
a. Pengendalian kekerasan
b. Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi
c. Pengambilan keputusan
d. Mempertahankan, mengubah, melancarkan interaksi
e. Sistem kepercayaan nilai-nilai
f. Pandangan hidup, integrasi
g. Kepentingan rekreatif
1. Rasa Takut
10
karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang
yang mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan
keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran
yang akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh. Rasa takut juga
menyebabkan orang yang bersangkutan meniru tindakan-tindakan orang
yang ditakutinya. Gejala ini yang dinamakan matched dependent behavior,
yang tak mempunyai tujuan konkret bagi yang melakukannya. Rasa takut
merupakan gejala universal yang terdapat di mana-mana dan biasanya
dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat yang mempunyai
pemerintahan otoriter.
2. Rasa Cinta
3. Kepercayaan
11
suatu organisasi atau masyarakat secara luas. Soal kepercayaan memang
sangat panting demi kelanggengan suatu kekuasaan.
4. Pemujaan
a. Saluran Militer
Apabila saluran ini yang dipergunakan, penguasa akan lebih
banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan militer
(militaryforce) di dalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan utama
adalah untulc menimbillkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga
mereka tunduk kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang-
orang yang dianggap sebagai penguasa. Untuk keperluan tersebut,
sering kali dibentuk organisasi-organisasi atau pasukan-pasukan
12
khusus yang benindak scbagai dinas mhasia. Hal ini banyak dijumpai
pada negara-negara totaliter.
b. Saluran Ekonomi
Dengan. menggunakan saluran-saluran di bidang ekonomi,
penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan
jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa
dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan
perintahperintahnya dengan dikenakan sanksi-sanksi yang tertentu.
c. Saluran Politik
Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha
untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh
masyarakat. Caranya adalah, antara lain, dengan meyakinkan atau
memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah
dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah.
d. Saluran Ttadisional
Saluran tradisional biasanya mempakan saluran yang paling
disukai. Dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan
dengan tradisi yang dikenal di dalam sesuatu masyarakat, pelaksanaan
kekuasaan dapat berjalan dengan lebih lancar.
Caranya adalah dengan jalan menguji tradisi pemegang
kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam masyarakat, yang
sudah meresap di dalam jiwa masyarakat yang bersangkutan. Dengan
cara demikian, diharapkan akan dapat ditemukan suatu titik temu
antara tradisi-tradisi tersebut sehingga pemerintahan akan dapat
beq'alan dengan lahcar, yang berarti mencegah atau mengatasi reaksi
negatif.
e. Saluran Ideologi
Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya
mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin, yang
bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar
pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya. Hal itu dilakukan supaya
kekuasaan dapat menjelma menjadi wewenang. Sedap penguasa akan
bemsaha untuk dapat menerangkan ideologinya tersebut dengan
13
sebaik-baiknya sehingga institutionalized dan bahkan internalized
dalam diri warga masyarakat.
f. Saluran-saluran Lainnya
Selain saluran-saluran lain di yang telah disebutkan di atas, ada
pula yang dapat dipergunakan penguasa, misalnya alat-alat komunikasi
massa seperti surat kabar, radio, televisi, dan lain-lainnya. Selain itu,
dapat pula dipergunakan saluran rekreasi yang biasa digunakan
masyarakat mengisi waktu senggangnya, seperti sandiwara rakyat.
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi
massa menyebabkan saluran tersebut pada akhir-akhir ini mendapatkan
tempat yang penting sebagai saluran pelaksanaan kekuasaan yang
dipegang oleh seorang penguasa. Biasanya penguasa tidak hanya
menggunakan salah satu saluran. Akan tetapi, tergantung pada struktur
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada masyarakat tradisional,
saluran tradisi akan lebih berhasil dalam meyakinkan masyarakat
daripada misalnya saluran militer.
Apabila dimensi kekuasaan ditelaah, ada kemungkinan-
kemungkimn di antaranya:
1) kekuasaan yang sah dengan kekerasan;
2) kekuasaan yang sah tanpa kekerasan;
3) kekuasaan tidak sah dengan kekerasan;
4) kekuasaan tidak sah tanpa kekerasan.
15
Maksud dan tujuannya adalah untuk menghancurkan atau menguasai
pusat-pusat kekuasaan di bidang-bidang kehidupan lainnya. Biasanya cara-
cara demikian tak akan dapat bertahan lama karena pada suatu saat pasti
timbul reaksi yang akan menghancurkan kekuasaan yang telah ada itu. Lagi
pula suatu kekuasaan yang bersandarkan pada paksaan dan kekerasan tak
akan tahan lama karena penguasa juga memme bams-batas kemampuan
akan kekuatannya. Cara-cara atau usaha-usaha sebagaimana diuraikan di
atas tidaklah bersifat limitatif. Akan tetapi biasanya itulah cara-cara yang
lazim digunakan dan dikenal.
F. Wewenang
Wewenang dimaksudkan segbagai suatu hak yang telah ditetapkan
dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksaan, menentukan keputusan-
keputusan mengenai masalah-masalah penting, dan untuk meyelesaikan
pertentangan-pertentangan.
17
Dipandang dari sudut masyarakat, kekuasaan tanpa wewenang
merupakan kekuatan yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan
dan pengesahan dari masyarakat agar menjadi wewenang.
1. Wewenang Kharismatic, Tradisional, dan Rasional (Legal)
18
Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah :
19
Apabila ketiga bentuk wewenang tersebut ditelaah lebih mendalam,
akan terlihat bahwa ketiga-tiganya dapat dijumpai dalam masyarakat,
walau mungkin hanya salah satu bentuk saja yang menonjol. Di dalam suatu
hidup masyarakat yang hidup tenang dan stabil umunnya wewenang
tradisional yang legal amat mengepan.
20
Proses perubahan wewenang kharismatis menjadi kekuasaan dan
wewenang yang tetap tidak mustahil menimbulkan pertikaian-pertikaian.
Bagi peganut wewenang kharismatis, kadang-kadang tidaklah mudah untuk
melupakan kenyataan bahwa wewenang tersebut pernah melekat pada diri
dan pribadinya akan tetapi hal ini bukanlah merupakan penghalang besar
terutama pada masyarakat modern karena warga masyarakat umumnya
rasional dan menghendaki suatu landasan hokum yang kuat pada wewenang
yang berlaku di dalam masyarakat.
21
mungkin juga karena faktor ikatan tempat tinggal atau juga merupakan
gabungan kedua faktor tersebut.
Max Weber ;
22
Wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam suatu tata
tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan-kebijaksaan, menentukan
keputusan-keputusan mengenai persoalan-persoalan yang penting, dan
untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan.
G. Kepemimpinan (Leadership)
1. Umum
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemapuan seseorang (yaitu pemimpin atau
leader) untuk memengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-
pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana
dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan
sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. 21 sebagai
kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dar hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu
proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang
atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership), yaitu
Kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan
karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalakan
kepemimpnan. Suatu perbedan yang mecolok antara kepemimpinan yang resmi di
dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan landasan atau peraturan
– peraturan resmi. Dengan demikian, daya cangkupnya agak terbatas.
Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batasa – batas resmi,
karena kepemimpinan demikian didasarkan atas pengakuan dan keprcayaan
masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan
dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan
masyarakat. Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan
23
kepemimpinan) yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan – peraturan
resmi yang yang menjadi landasannya, pemimpin tersebut dapat melakukan
kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin.
Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan didalam memilih waktu untuk
melaksanakan peraturan – peraturan atau memilih orang – orang yang langsung
berhubungan dengan masyarakat untuk melaksanakan peraturan dan seterusnya.
Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi
dan tentu saja lebih leluasa didalam masyarakat yang belum dipagut peratuan-
paratuan resmi. Dalam bidang yang terakhir tadi Seorang pemimpin dapat
mengerakan kekuatan masyarakat untuk mencapai tujanan tertentu.
24
Sifat – sifat yang disayaratkan bagi seorang pimpinan tidaklah sama pada
setiap masyarakat, Walaupun tidak jarang ada persamaan – persamaan disana - sini.
Dikalangan masyarakat indonesia sifat – sifat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin, antara lain dapat dijumpai dalam apa yang merupakan warisan
tradisional indonesia, masalahnya dalam “Asta Brata” yang merupakan seloka
dalam Ramayana, yang memuat ajaran Sri Rama kepada Bharata, yaitu adiknya dari
lain ibu. Secara singkat dapat diceritakan bahwa seloka tersebut dapat berkisar pada
cerita tentang karajaan Ayodhya yang diperintah oleh raja Dacaratha berputrakan
raja antara lain Sri Rama, Laksmana, dan Bharata. Bharata adalah putra seorang
selir yang bernama Dewi Kekayi. Putra yang berhak menjadi pengganti raja
Dacaratha sebetulnya adalah Sri Rama, tetapi ketika sang raja mengawini Dewi
Kekayi, beliau pernah berjanji bahwa putranya kelak akan dijadikan raja. Dewi
Kekayi yang tidak lupa pada janji tersebut akhirnya menuntut agar anaknya Bharata
dinobatkan menjadi raja, sedangkan Sri Rama dibuang ke hutan. Sri Rama yang
mengetahui betapa putus asa ayahnya dalam menghadapi keadaan itu, dengan
sukarela memutuskan untuk menyerahkan mahkot kerajaan kepada adiknya
Bharata.Dia sendiri bersama isterinya Shinta dan adiknya Laksamana masuk hutan.
Bharata yang sangat menghormati kakanya,tidak mau menjadi raja,kemudian
menyusul kakanya. Akan tetapi,Sri rama tetap pada pendiriannya dan memberikan
nasihat kepada adiknya Bharata tentang adiknya bagaimana dia harus berlaku
sebagai pemimpin yanng baik. Nasihat nasihat tersebut dinamakan asta brata
Menurut asta brata,pada diri seorang raja terkumpul sifat sifat dari delapan
dewayang masing masing mempunyai keperibadian sendiri. Kedelapan sifat dan
kepribadian itulah yang harus di jalankan oleh seorang raja yang baik. Asta
bratadalam kakawin Ramayana terdiri dari sepuluh seloka, dimana seloka pertama
dan kedua,pada pokoknya berisikan hal hal sebagai berikut.
a. Asta brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat di pisah pisahkan.
b. Asta brata memberikan kepastian bahwa seorng pemimpinyang menjalankan
akan mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga akan
menggerakanbawahannya.keadaan demikian dapat menghindari kejadian
krisis kepemimpinan akan terjdi oleh karena pemimpin tidak berani
mengambil keputusan bertindak ,dan tidak jujur.
25
Menurut Asta brata tersebut,kepemimpinan yang akan berhasil harus
memenuhi syarat syarat di antaranya .
a. Indra brata yang memberi kesenangandalam jasmani
b. Yama brata yang menunjuk pada keahlian dankepastian hukum
c. Surya Brata yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk
bekerja
d. Caci brata yang memberi kesenangan rohaniah
e. Bayu brata yang menunjukanketeguhan pendidikan dan rasa tidak segan segan
untuk turut merasakan kesukaran kesukaran pengikut pengikutnya
f. Dhana brata,yang menunjukan pada suatu sikap yang patut di hormati
g. Paca brata yang menunjukan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan,kepandaian
keterampilan
h. Agni brata,yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah
Demikianlah beberapa sifat ataub syarat yang harus dimiliki oeleh seseorang
pemimpin yang baik menurut mitologi indonesia. Sifat sifat tersebut dengan
perubahan di sana sini dapat di terapkan pula dalam pemimpin yang modern.
26
Seorang pemimpin di muka harus memiliki idealisme kuat,serta kedududukan.
Akan tetapi menurut watak dan kecakapannya seorang pemimpin dapat di katakan
sebagai pemimpin di muka ,di tegah dan di belakang .
Seorang pemimpin di muka harus memiliki idealisme kuat ,serta harus dapat
menjelaskan cita citannya kepada masyarakat dengan cara cara sejelas mungkin
karena dia harus mampu menemukan suatu tujuan bagi masyarakat yang
dipimpinya,serta merintis ke arah tujuan tersebut dengan menghilangkan segala
hambatan ,antara lain dengan menghapuskan lembaga lembaga kemasyarakatan
yang telah usang bahayannya bagi pemimpin di muka adalah kemungkinan
berjalannya terlalu cepat sehingga masyarakat yang dipimpinya tertinggal jauh.
27
Memang kepemimpinan tradisional Indonesia pada umumnya bersifat
sebagai kepemimpinan di belakang, yang hingga dewasa ini masih tetap
dipertahankan terutama pada masyarakat-masyarakat tradisional, yaitu masyarakat-
masyarakat hukum adat.
28
kolegial dari daerah Minang kabau tercermin dari pepatah adatnya yang berbunyi
(terjemahan) sebagai berikut.
Air memancar dengan bulat karena pembuluh,
dan putusan menjadi bulat karena mufakat.
Dengan demikian, keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula
rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin
masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin di belakang atau di tengah.
Jarang sekali yang menjadi pemimpin di muka. Sebaliknya, apabila di tinjau atau
di telaah keadaan di kota-kota besar, susunan masyarakat kota tersebut
menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat
tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan setiap golongan masyarakat kota, tak lagi
dapat dilaksanakan melalui hubungan-hubungan pribadi. Kebijaksanaan-
kebijaksanaan rasional lah yang lebih diperlukan.
5. Tugas dan Metode
Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah sebagai berikut.
a. Memberikan suatu kerangka Poko yang jelas yang dapat dijadikan pegangan
bagi pengikut-pengikutnya
Dengan adanya kerangka pokok tersebut, maka dapat disusun suatu skala
prioritas mengenai keputusan-keputusan yang perlu diambil untuk
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi (yang sifatnya potensial atau
nyata). Apabila timbul pertentangan, kerangka pokok tersebut dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi.
b. Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga masyarakat
yang dipimpinnya
c. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang
dipimpin
a) Cara-cara otoriter.
29
2. Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan
kelompok dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam
proses interaksi di dalam kelompok tersebut.
b) Cara-cara demokratis
Cara-cara demokratis memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.
1. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau anggota
kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai
kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.
3. Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut-pengikut
4. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan kelompok-
kelompok.
c) Cara-cara bebas
Cara-cara bebas memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut.
1. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif.
2. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan
kepada kelompok.
3. Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok.
4. Pemimpin berada di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya berperan
sebagai penonton.
Sebenarnya ketiga kategori cara tersebut di atas dapat berlangsung
bersamaan karena metode mana yang terbaik senantiasa tergantung pada
situasi yang dihadapi. Cara-cara demokratis, umpamanya, mungkin hanya
dapat diterapkan di dalam masyarakat yang warganya mempunyai taraf
pendidikan cukup. Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk
diterapkan di dalam masyarakat yang sangat heterogen, sedangkan cara-
cara bebas lebih cocok bagi masyarakat yang relatif lebih homogen.
30
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau
golongan-golongan tertentu.
Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok
orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat.
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemapuan seseorang (yaitu pemimpin
atau leader) untuk memengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-
pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana
dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun tentang Hukum Perdata. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga
masih banyak kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita.
31
DAFTAR PUSTAKA
32