Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

FLUOR ALBUS

Oleh :

Rafdian Janitra H. 201410330311173

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Vaginal discharge (fluor albus/ leukorea/ duh tubuh vagina) atau yang

sering disebut keputihan merupakan salah satu masalah yang sering

dikeluhkan mulai dari usia muda sampai usia tua. Vaginal discharge bukan

penyakit, namun merupakan suatu manifestasi klinis dari suatu penyakit.

Vaginal discharge / leukorea terbagi atas leukorea fisiologis dan patologis.

Leukorea fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarke, saat

ovulasi, karena rangsangan seksual, saat kehamilan, mood/ stress serta

penggunaan kontrasepsi hormonal. Sedangkan, leukorea patologis dapat

terjadi diakibatkan oleh infeksi pada alat reproduksi yang dapat

disebabkan oleh infeksi bakteri (Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia

trachomatis, Gardnerella vaginalis, Treponema pallidum), Jamur (Candida

Albicans), Parasit (Trichomonas vaginalis), benda asing, iritasi,dll.1,2


1.2 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh

tentang fluor albus baik mengenai definisi, etiologi, faktor resiko,

pathogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, pencegaham dan

penatalaksanaannya.
1.2. Manfaat penulisan
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai fluor albus beserta

patofisiologi dan penanganannya


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Vaginal discharge (fluor albus/ leukorea/ duh tubuh vagina) merupakan

cairan atau sekret selain darah yang keluar dari vagina dapat disertai rasa

gatal, rasa terbakar di bibir kemaluan, rasa nyeri baik sewaktu berkemih

maupun senggama serta bau dan konsistensi yang khas dari masing-

masing penyebab. Selain vagina, sumber cairan ini dapat berasal dari

sekresi vulva, sekresi serviks, sekresi uterus atau sekresi tuba falopii yang

dipengaruhi fungsi ovarium. 1

Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari

tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari

berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak

jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada

pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah,

dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium,

Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma

dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi

perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus Doderlin.

2.2 Epidemiologi

Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu masalah

tersering pada reproduksi wanita adalah vaginal discharge/ leukorea/ fluor

albus/ keputihan. Sekitar 75% wanita di dunia pasti pernah mengalami

keputihan setidaknya satu kali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita

mengalami keputihan dua kali/ lebih. Di Indonesia, data kejadian

keputihan sangat terbatas karena hanya sedikit wanita yang memeriksakan

masalah tersebut karena beberapa diantaranya mendiagnosis dan


mengobati sendiri keluhannya. Menurut Depkes (2010), terdapat 75%

wanita yang mengalami keputihan minimal satu kali selama hidupnya dan

setengah diantaranya mengalami sebanyak dua kali atau lebih. Studi

menunjukkan bahwa Candida albicans merupakan penyebab tersering pada

wanita usia muda. Penyebab lainnya antara lain Bacterial vaginosis dan

Trichomonas vaginalis. Hal ini dapat terjadi karena banyak wanita yang

kurang menyadari pentingnya menjaga kebersihan daerah vagina serta

tidak tahu cara membersihkan daerah vagina secara tepat. Selain itu, dapat

juga dipengaruhi oleh cuaca lembab yang memudahkan terjadinya infeksi

jamur.1

2.3 Klasifikasi

2.3.1 Leukorea Fisiologis

Vaginal discharge/ leukorea yang fisiologis merupakan cairan/ sekret tidak

berwarna, tidak gatal dan tidak berbau yang keluar dari vagina. Cairan/

sekret ini mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit. Normalnya,

hanya ditemukan didaerah porsio vagina, disebabkan oleh pengaruh

hormonal. Vaginal discharge/ leukorea fisiologis dapat ditemukan pada

bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, saat menarke, saat ovulasi,

saat rangsangan sebelum dan pada waktu koitus, saat kehamilan, saat

stress/kelelahan dan pemakaian kontrasepsi hormonal.2

2.3.2 Leukorea Patologis

Vaginal discharge/ leukorea yang patologis merupakan cairan/ sekret yang

keluar dari vagina dengan jumlah, bau dan konsistensi yang bervariasi

berdasarkan penyebabnya. Selain itu, dapat disertai oleh rasa gatal, rasa
terbakar disekitar kemaluan serta rasa nyeri baik saat berkemih maupun

bersenggama. Cairan/ sekret ini mengandung banyak leukosit. Leukorea

patologis dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur dan parasit), iritasi,

benda asing, tumor/ jaringan abnormal lain, radiasi, dll.1

2.4. Etiologi

Non-Infeksi

 Leukorea Fisiologis Vaginal discharge/ leukorea fisiologis

disebabkan oleh pengaruh hormonal, dapat ditemukan pada :

 Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disebabkan oleh

pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

 Saat menarke, disebabkan oleh pengaruh estrogen dan biasanya

hilang dengan sendirinya.

 Saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjar serviks uteri yang

menjadi lebih encer.

 Saat rangsangan sebelum dan pada waktu koitus, akibat

transudasi dinding vagina.

 Saat kehamilan

 Saat stress/ kelelahan

 Pemakaian kontrasepsi hormonal

 Benda asing ( AKDR, cincin pesarium, tertinggalnya kondom)


 Cervical ectopy : migrasi sel-sel dari lapisan kanal endoserviks ke bagian

luar dari serviks (ektoserviks). Dapat disebabkan oleh perubahan

hormonal, kehamilan dan penggunaan pil KB.

 Iritasi

 Spermisida, pelicin, kondom

 Sabun/ cairan antiseptik /pembersih vagina

 Scented or coloured toilet paper

 Synthetic underwear

 Parfum

 Laundry detergents

o Infeksi

 Infeksi Menular Seksual

1.Chlamydia trachomatis

Chlamydia trachomatis merupakan bakteri gram negatif, berbentuk

sferis, nonmotile, intrasel obligat. Terdapat 15 serotipe, dimana A-

C menyebabkan konjungtivitis kronik, D-K menyebabkan infeksi

urogenital dan L1-L3 menyebabkan lymphogranuloma vereneum.

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit menular seksual yang

disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, dapat menyebabkan

cervicitis pada wanita dan uretritis dan proktitis pada wanita dan

laki-laki. Infeksi Chlamydia pada wanita dapat menimbulkan


konsekuensi yang serius yakni PID, infertilitas, kehamilan ektopik,

chronic pelvic pain. Berdasarkan CDC, penyakit ini sering terjadi

pada usia muda, 2/3 diantaranya berumur 15-24 tahun. Faktor

resiko terjadinya Chlamydia antara lain aktif secara seksual, umur

dibawah 25 tahun, tidak memakai kondom secara konsisten,

adanya partner seks baru, lebih dari 1 pasangan, homoseksual, dll.

Chlamydia ditransmisikan melalui kontak seksual dengan penis,

vagina, mulut atau anus dengan orang yang terinfeksi. Selain itu

juga dapat ditularkan secara perinatal dari ibu ke bayi melalui

persalinan sehingga dapat terjadi ophthalmia neonatorum

(konjungtivitis) dan pneumonia.1,4,6

2. Neisseria gonorrhea

Neisseria gonorrhea merupakan bakteri gram negatif, tahan asam,

terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara

bebas, cepat mati dalam keadaan kering dan tidak tahan zat

disinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah

dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum

berkemba Gambar 2. Neisseria gonorrhea 3.Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis,

mempunyai 4 flagela dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini

berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup

dalam suasana pH 5-7,5. Parasit ini paling baik tumbuh dalam

keadaan anaerobik dan tidak dapat tumbuh pada keasaman vagina

normal. Bentuk infektifnya adalah fase trofozoit. Trichomoniasis


merupakan penyakit menular seksual yang sangat sering terjadi

disebabkan oleh infeksi parasit Trichomonas vaginalis. Lebih

sering menginfeksi wanita (lebih sering wanita dewasa daripada

wanita muda) dibandingkan laki-laki. Tranmisi dari penyakit ini

melalui hubungan seksual. Namun dapat juga melalui handuk,

pakaian atau saat berenang. Pada wanita, bagian tubuh yang

terinfeksi yakni vulva, vagina atau uretra. Sedangkan, pada laki-

laki bagian tubuh yang terinfeksi yakni penis (uretra). Selama

hubungan seksual, parasit dapat ditransmisikan dari vagina ke

penis atau sebaliknya atau dari vagina ke vagina.1,4

 Bukan Infeksi Menular Seksual

o Gardnerella vaginalis

Gardnerella vaginalis merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif,

tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan tes katalase, oksidase, reduksi

nitrat, indole dan urease semuanya negatif. Bakteri ini biasanya mengisi

penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas yang disebut

clue cell. Bakteri ini merupakan penyebab dari penyakit Vaginosis

Bakterial (VB). Vaginosis bakterial merupakan infeksi polimikrobial yang

disebabkan oleh penurunan jumlah laktobasilus dikuti oleh peningkatan

bakteri anaerob yang berlebihan. Paling sering terjadi pada usia 15-44

tahun. Faktor resiko terjadinya VB antara lain berganti-ganti pasangan,

hubungan seksual terlalu dini, IUD, merokok dan ras hitam yang membuat

keseimbangan flora normal vagina terganggu. VB bukan termasuk


penyakit menular seksual (PMS), namun dapat meningkatkan resiko

terkena PMS (HIV, N. gonorrhoeae, C. trachomatis, and HSV- 2)

o Candida albicans

Candida adalah spesies jamur dari deuteromycota merupakan

mikroorganisme oportunistik, selalu ada dan terdapat pada tubuh dalam

jumlah yang sedikit. Apabila terjadi ketidakseimbangan seperti pH vagina

berubah atau perubahan hormonal terjadi maka Candida akan bertambah

banyak dan terjadilah Candidiasis. Sekitar 75% semua wanita dewasa

minimal 1 kali pernah alami infeksi jamur dalam seumur hidupnya,

lakilaki juga dapat terkena walaupun jarang. Faktor resiko terjadinya

infeksi jamur ini antara lain sistem imun yang rendah, kehamilan, diabetes

melitus, penggunaan antibiotik spektrum luas jangka panjang dan

penggunaan kortikosteroid.1,4

2.5. Patogenesis

Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita

dewasa sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi

dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari

saluran yang lebih atas dalam jumlah yang relatif bervariasi serta

mengandung mikroorganisme terutama Lactobacillus. Lactobacillus

mempunyai peranan penting dalam menjaga suasana vagina dengan

menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis (Gardnerella vaginalis,

Mobiluncus spp., Neisseria gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius,

P. Bivia,dll) dengan cara : o Mengubah glikogen dari epitel vagina yang


terlepas menjadi asam laktat sehingga pH vagina tetap dalam keadaan

asam (pH : 3,0 – 4,5) pada wanita dalam masa reproduksi. o Memproduksi

hydrogen peroxide (H2O2) sebagai bacterial antagonism. Menghambat

pertumbuhan mikroorganisme melalui interaksi langsung atau melalui

human myeloperoxidase. Hydrogen peroxide yang diproduksi oleh

Lactobacillus inaktivasi HIV-1, herpes simplex virus type 2 (HSV2),

Trichomonas vaginalis, G. vaginalis, P. bivia and E. coli. o Memproduksi

bacteriocins (antimicrobial peptides), dengan aktivitas inhibisi yang

bervariasi mulai dari yang sempit (berhubungan dengan Lactobacillus

species) sampai yang luas (beragam kelompok dari bakteri, termasuk G.

vaginalis dan P. bivia) Apabila terjadi ketidakseimbangan suasana flora

vagina normal yang dapat disebabkan oleh penurunan fungsi dari

Lactobacillus maka akan terjadi aktivitas dari mikroorganisme yang

selama ini ditekan oleh flora normal vagina sehingga menimbulkan reaksi

inflamasi. Pada Klamidiasis, Chlamydia trachomatis merupakan

organisme intraseluler berkembang melalui 3 stadium yaitu badan

elementer, badan inisial dan badan intermedier. Badan elementer masuk ke

dalam sel dengan cara fagositosis. Dalam waktu 8 jam badan elementer

berkembang menjadi badan inisial yang tidak infeksius dan 4 jam

berikutnya badan inisial membelah secara biner menjadi badan intermedier

dan kemudian menjadi badan elementer yang siap menginfeksi sel lainnya.

Pematangan badan inisial dan elementer diikuti dengan peningkatan

sintesis DNA dan RNA. Pada waktu sel hospes pecah, badan elementer

keluar dan menimbulkan infeksi pada sel hospes baru. Organisme ini lebih
menyukai menginfeksi sel-sel skuamokolumner yaitu pada zona transisi

serviks.6 Pada Gonore, secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe yaitu

tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili sehingga bersifat virulen dan tipe 3 dan

4 yang tidak memiliki pili sehingga bersifat nonvirulen. Pili ini akan

melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah

yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid

atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur) yakni pada vagina

wanita sebelum pubertas. Pada masa pra pubertas, epitel vagina dalam

keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga mudah terjadi vaginitis

gonore. Sedangkan, pada masa reproduktif, lapisan selaput lendir vagina

menjadi matang dan tebal dengan banyak glikogen dan basil Doderlein.

Basil Doderlein akan memecahkan glikogen sehingga menghasilkan

suasana asam yang tidak menguntungkan kuman gonokok. Kemudian,

kuman ini akan mengalami pertumbuhan lagi pada masa menopause

karena selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun dan

basil Doderlein juga berkurang sehingga menguntungkan untuk kuman

gonokok.1,4 Pada Trikomoniasis, Trichomonas vaginalis mampu

menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara

invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Pada wanita, yang

diserang bagian dinding vagina sedangkan pada laki-laki yang diserang

terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula

seminalis dan epididimis. Pada Vaginosis Bakterial (VB), terjadi

pergeseran flora normal (Lactobacillus sp.) di vagina dengan konsentrasi

tinggi mikroorganisme patologis misalnya, Prevotella sp., Mobiluncus sp.,


Gardnerella vaginalis, Ureaplasma, Mycoplasma, dan berbagai bakteri

anaerob lainnya. Akibatnya terjadi perubahan pH sehingga memicu

pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma dan Mobiluncus yang

normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit

contohnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan

sel-sel vagina. Selain itu, amin juga menyebabkan timbulnya bau pada

vaginal discharge/ fluor albus dari vaginosis bakterial. Pada Kandidiasis,

terjadi karena perubahan kondisi lingkungan vagina. Sel ragi akan

berkompetisi dengan flora normal. Hal-hal yang memudahkan

pertumbuhan ragi antara lain penggunaan antibiotik spektrum luas jangka

lama, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan,

diabetes yang tidak terkontrol, penggunaan obat imunosupresan,

pemakaian pakaian ketat dan pakaian dalam yang tidak menyerap keringat

dengan baik.4 Adanya benda asing seperti AKDR, adanya cincin pesarium,

tertinggalnya kondom dapat merangsang pengeluaran cairan vagina secara

berlebihan. Jika terjadi kontak dengan bakteri di vagina, leukorea menjadi

keruh dan berbau, tergantung penyebab infeksinya.

2.6. Gejala Klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret

vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah

sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah

mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:

- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.


- Sekret vagina yang bertambah banyak

- Rasa panas saat kencing

- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah

orifisium uretra eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen,

labia mayora dapat bengkak, merah dan nyeri tekan. Kadang-kadang

kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau

duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan

erosi dan sekret mukopurulen..

Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak

merah dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan

serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal

sebagai Strawberry appreance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat

menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna. Sekret

vagina biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan, dan

berbusa/berbuih

Pada Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan

vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan

terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat

ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari

ostium uteri internum.


Vaginosis bacterial: Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu

hingga 13 kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin

bertambah setelah hubungan seksual.

Pada Kandidiasis Vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva

dan vagina, gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan

dan bengkak. Pada dinding vagina sering terdapat membran-membran

kecil berwarna putih yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak

berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental

Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada

vulva, labia mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih

lanjut dapat dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.

Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang

berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan

vagina yang abnormal.

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan

dengan permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang

menjadi granuler, berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan

nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang kental berwarna coklat dan

berbau busuk.

2.7. Tatalaksana

a. Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat

pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan

pemeriksaan secara dini.


1) Alat pelindung Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan

tertularnya PHS dapat dilakukan dengan menggunakan kondom.

Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan PHS termasuk

AIDS.
2) Pemakaian obat atau cara profilaksis Pemakaian antiseptik cair untuk

membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan

penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan

pengobatan terhadap microorganism penyebab penyakitnya.

Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis yang

tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga

terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian

obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum

bermanfaat pada pasien menaupose dengan gejala yang berat.


3) Pemeriksaan secara dini Kanker serviks dapat dicegah secara dini

dengan melakukan Pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan Pap

smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker

yang terjadi berangsurangsur, bukan secara mendadak. Kanker leher

rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna

merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim

sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:


1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.


2. Setia kepada pasangan.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana

terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada

waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.


4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air

yaitu dari arah depan ke belakang.


5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih 20

vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan

pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.


7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan

kloset sebelum menggunakannya.


b. Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan

untuk menghilangkan kecemasannya.


Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
a. Bakteri
1. Gonorhoea
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau ditambah : - Doksisiklin 2 x 100mg

oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari


- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
- Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
 Seftriaxon 250 mg im atau
 Spektinomisin 2 mg im atau
 Ciprofloksasin 500 mg oral Ditambah Tetrasiklin 4 x 500 mg oral

selama 7 hari
 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
2. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg 21
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
3. Klamidia trakomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama

14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari

selama 10 hari
4. Treponema Pallidum
Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau

doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.

b. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
- Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari. Untuk mencegah

timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan seminggu sebelum

haid selama beberapa bulan.


Sistemik
- Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari 22
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
- Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
c. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazole 3x250mg

peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi
harus diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian

kondom dan pengobatan pasangannya. Selain itu juga dapat digunakan

sediaan Klotrimazole 1x100mg intravaginal selam 7 hari.


d. Virus
1. Virus herpes simpleks tipe 2 Belum ada obat yang dapat memberikan

kesembuhan secara tuntas


- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya

infeksi sekunder
2. Human Papiloma Virus
Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk infeksi

virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.


3. Kondiloma Akuminata
Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu pengatur

kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin

0.5% ditempat dimana kutil berada. Bila kondiloma berukuran besar

dilakukan kauterisasi.
e. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative

inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.


2.8. Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon

terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.

Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.


BAB III

KESIMPULAN

1. Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari

vagina selain darah haid.

2. Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu

penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat

genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah.

3. Fluor albus: fisiologik (normal) dan patologik (tidak normal).

4. Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian

bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh

infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human

papiloma virus, dan herpes genitalis.

5. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat

ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan 24

kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin.

6. Penyebab paling penting dari fluor albus patologik adalah infeksi.


7. Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis

dan pemeriksaan penunjang.

8. Preventif: Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai

alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan

pemeriksaan secara dini.

9. Kuratif : Pada Fluor albus fisiologis tidak ada pengobatan khusus,

penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.

Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono, 2010, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka

Sarwono: Jakarta.
2. Cunningham, Leveno et al, 2013, 23rd edition Williams Obstetric.

Mc Graw-Hill Companies. United States.


3. Sastrawinata S, Wirakusumah MA. Ilmu Kesehatan Reproduksi:

Obstetri Patologi (Ed. 2). Jakarta: EGC, 2004; p. 121


4. Josep HK, Nugroho MS. Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi

(Obsgyn). Jakarta: Nuha Medika, 2011; p. 247-8

Anda mungkin juga menyukai